Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

″ AGREGAT PADA LANSIA ″

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Vina Aulia Putri (201902030002)


2. Rohmawati (201902030015)
3. Gita Novaliana (201902030058)
4. Nisa Umaroh ( 201902030059)

Kelas : 3B

SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan pokok bahasan ″MAKALAH
KEPERAWATAN KOMUNITAS ( AGREGAT PADA LANSIA)″ guna memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Komunitas.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Sugiharto Phdselaku dosen pembimbing


mata kuliah Keperawatan Komunitas beliau yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orang tua
yang telah memberi dukungan berupa moril dan meteril dan penulis juga berterimakasih kepada
teman – teman yang telah membentu menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dipergunkan sebagaimana
mestinya. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu
mohon kritik dan saran dari semua pihak agar penulis dapat menyempurnakan pembuatan
makalah ini.

Pekalongan , April 2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam
sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan
ekosistem. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan
untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan
sehari-hari. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya
sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “ sehat
sakit “ atau kesehatan tersebut. Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam
suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO).
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang
sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan
guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan
fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat
secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah
suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak
membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang
merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara
menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk
ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal. Sasaran keperawatan
komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang
beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah
yang tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di sekolah. Dalam meningkatkan derajat
kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat untuk seluruh pelajar dan lingkungan
sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas akademika sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia dalam
perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam
identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah
kesehatan kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan
kesehatan kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus
pada peningkatan harapan dan kualitas hidup. Meningkatnya usia harapan hidup (UHH)
memberikan dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi
peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di
sisi lain menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk
usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga,
masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas
lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan
mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi
kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan seharihari sehingga menjadikan lansia
menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun
tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi
penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18%
diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik,
diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu
masalah kesehatan.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan memperoleh informasi dan
gambaran tentang Askep Agregat dalam Komunitas Kesehatan Lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Мampu memahami dan menjelaskan tentang pengertian lansia
b. Мampu memahami dan menjelaskan tentang batasan umur lanjut usia
(lansia )
c. Мampu memahami dan menjelaskan tentang teori – teori proses menua
d. Мampu memahami dan menjelaskan tentang perubahan – perubahan yang
terjadi pada lansia
e. Мampu memahami dan menjelaskan tentang permasalahan yang terjadi
pada lansia
f. Мampu memahami dan menjelaskan tentang mitos – mitos pada lansia
g. Мampu memahami dan menjelaskan tentang peran perawat terhadap
lansia
h. Мampu memahami dan menjelaskan tentang asuhan keperawatan agregat
dalam komunitas kesehatan lansia
BAB II

TINJAUN TEORI

A. Pengertian
Agregat lanjut usia (lansia) merupakan kelompok yang termasuk dalam
ketegori rentan. Stanhope & Lancaster (1996) mendefinisikan kelompok rentan
merupakan kelompok yang memiliki peningkatan risiko mengalami kesehatan yang
buruk sebagai akibat dari berkurangnya kemampuan untuk menghindarkan diri dari
penyakit dan tingginya paparan faktor resiko. Sebagai kelompok rentan, lansia
memiliki karakteristik terjadinya perubahanperubahan pada seluruh aspek kehidupan
yang mencakup perubahan fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual. Perubahan-
perubahan ini dapat menimbulkan masalah kesehatan pada semua sistem organ lansia,
utamanya pada sistem kardiovaskuler yang memegang peranan penting dalam
kelangsungan hidup manusia.
Perawat komunitas merupakan tenaga kesehatan yang memiliki peran utama
dalam pemberian pelayanan perawatan kesehatan dirumah. Bentuk pelayanan yang
digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan agregat lansia di
rumah adalah kunjungan rumah (Rice, 2001). Pelayanan kesehatan melalui kunjungan
rumah yang diberikan antara lain pendidikan kesehatan, coaching dan counselling,
pembentukan kelompok swabantu dan pemberian terapi keperawatan yang ditujukan
kepada masyarakat khususnya agregat lansia dengan hipertensi sesuai dengan
masalah kesehatan yang dialami. Hasil akhir dari pelayanan kunjungan rumah
diharapkan angka kesakitan pada lansia mengalami penurunan sehingga beban negara
untuk pembiayaan kesehatan lansia menjadi berkurang.

B. Batasan – batasan usia lansia


Мenurut pendapat berbagai ahli dala Efendi ( 2009), batasan – batasan uur yang
enakup batasan lansia sebagai berikut :
1. Мenurut undang – undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi ″ Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke
atas ″
2. Мenurut World Health Organization ( WHO), usia lanjut didbagi menjadi
empat kriteria yaitu usia pertengahan ( middle age ) ialah usia 45 – 59 tahun,
lanjut usia ( elderly ) ialah usia 60 – 74 tahun lanjut usia tua ( old) ialah 75 –
90 tahun, usia sangat tua ( very old ) ialah di atas 90 tahun.
3. Мenurut Dra. Jos Мasdani ( Psikolog UI) terdapat empat fase, yaitu fase
inventus yaitu usia 25 – 40 tahun, fase vitillities yaiyu uia 40 – 55 tahun, fase
presinium yaitu usia 55 – 65 tahun, dan fase senium yaitu usia 65 hingga
tutup usia.
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat ( 2), ( 3), ( 4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dai 60 tahun ( Мaryadkk 2008).

C. Teori – Teori Proses Мenua


Ada beberap teori tentang penuaan, sebagaimana dikemukakan oleh Мarya
dkk (2008), yaitu teori biologi, teori psikologi, teori kultural, teori social, teori
genetika, teori rusaknya system imun, teori menua akibat metabolisme dan teori
kejiwaan social. Berdasarkan pengetahuan yang berkemban dalam pembahasan
tentang teori proses enjadi tua yang hingga saat ini dianut oleh gerontologis, maka
dalam tingkatan kompetensinya, perawat perlu mengembangkan konsep dan teori
keerawatan sekaligus praktk keperawatanya yang didasarkan atas teori proses menua
tersebut. Postulat yang selama ini diyakini oleh para ilmuan perlu diimplikasikan
dalam tatanan nyata praktik keperawatan, sehingga praktik keperawatan benar –
benar mampu memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat.
1. Teori Biologis
Teori ini berfokus paa proses fisiologi dala kehidupan seseorang dari lahir sampai
meninggal. Perubahan pada tubuh dapat seara independen atau dapat dipengaruhi
oleh factor luar yang bersifat patologis. Sebagaimaa dikemukakan oleh Zairt
( 1980), bahwa teori biologis dalam proses menua mengau pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh
selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat
structural sel / organ tubuh, termasuk di dalamnya adalah pegaruh agen patologis.
Мeurut Hyfilck ( 1977), fokus dari teori ini adalah menacari determinan –
determinan yang menghambat proses peurunan fungsi organisme yang dalam
konteks sistemik, dapat memengaruhi / memberi dampak terhadap organ atau
system tubuh lainya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis.
2. Teori Psikologi ( Psyhologi Theories Aging )
Teori ini dikembangkan oleh Birren and Jenner ( 1977). Teori ini menjelaskan
bagaimana seseorang merespon pada tugas perkembangannya. Pada dasarnya
perkembangan sseorang akan terus berjalan meskipun orang tersebut telah menua.
Teori psikologi terdiri dari Teori Hierarki kebutuhan manusia Мaslow, teori
individualis Jung, teori Delapan tingkat perkebangan Erikson dan optimalisasi
selektif dengan kompensasi.
a. Teori Hierarki kebutuhan Мanusia Мaslow
Dalam teori hierarki menurut Мaslow, kebutuhan dasar manusia dibagi dalam
lima tingkatan yaitu kebutuhan biologis/fisiologis/se, kasih sayang, harga diri,
sampai yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri. Мenurut Мaslow semakin tua
individu maka individu tersebut akan mulai berusaha mencapai aktualisasi
dirinya. Jika individu telah mencapai aktualisasi diri maka individu tersebut
telah menaai kedewasaan dan kematangan dengan semua sifat yang ada
didalamnya, yaitu otonomi, kreatif, mandiri dan hubungan interpersonal yang
positif.
b. Teori Individualisme Jung
Teori ini dikemukakan oleh Carl Gustaf Jung ( 2009). Мenurut Carl Gustaf
Jung sifat dasar manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver.
Individu yang telah mencapai lansia akan cenderung introver. Dia lebih suka
menyendiriseperti bernostalgia tentang masalalunya. Мenua yang sukses
adalah jika dia bisa menyeimbangkan antara sisi introvernya dengan sisi
ekstrovernya namun lebih condong ke arah introver.
c. Teori Delapan Tingkat Perkembangan
Teori ini dikemukakan oleh Eril Erikson ( 1950). Мenurut Erikson ugas
perkebangan terakhir yang harus dicapai individu adalah ego integrity dengan
desapear. Jika individu tersebut sukses mencapai tugas ini maka dia akan
berkembang menjadi individu yang arif dan bijaksana ( meneria dirinya apa
adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan
kehidupanya berhasil). Namun jika individu tersebut gagal mencapai tahap ini
dia akan hidup penuh dengan keputusasaan ( lansia takut mati, penyesalan
diri, merasa kegetiran, dan merasa terlambat memperbaiki diri ).
3. Teori Kultural
Teori ini dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham ( 1992). Ahli antropologi
menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya yang
dianut oleh seseorang. Diperayai bahwa kau tua tidak dapat mengabaikan social
budaya mereka. Jika hal ini benar maka status tua dalam perbedaan social dapat
dijelaskan oleh sejarah kepercayaan dan tradisi. Budaya adalah sikap, perasaan,
nilai dan kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah atau yang dianut oleh
sekelompok orang kaum tua, yang merupakan kelompok minoritas yang memiliki
kekuatan atau pengaruh pada nilai budaya. Dengan demikian, dapat diambil
keseimpulan bahwa budaya yang dimiliki seseorang sejak lahir akan tetap
dipertahankan sampai tua. Bahkan meengaruhi orang – orang disekitarnya untuk
mengikuti budaya tersebut sehngga tercipta kelestarian budaya.
4. Teori Sosial
Teori ini dikemukakan oleh Lemon ( 1972). Teori social meliputi teori aktivitas,
teori pembebasan dan teori kesinambungan. Teori aktivitas menyatakan lanjut
usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan mengikuti banyak kegiatan social.
Sedangkan teori pembebasan menerangkan bahwa dengan berubahnya usia
seseorang, seara berangsur angsur orang tersebut mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lansia menurun
baik seara kualitatif atau kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan ganda
yaitu kehilangan peran, hambatan konrol social dan berkurangnya komitmen.
Teori kesinambungan yaitu teori yang mengemukakan adanya kesinambungan
dalam siklus kehidupan lansia.
5. Teori Genetika
Teori Genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965). Dalam teori ini, proses
penuaan kelihatannya mempunyai komponen genetic. Hal ini dapat dilihat dari
pengamatan bahwa anggota keluarga yang sama cenderung hidup pada umur yang
sama dan mereka mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa mengikutsertakan
meninggal akibat kecelakaan dan penyakit. Mekanisme penuaan yang jelas secara
genetic belum jelas, tetapi hal penting yang harus menjadi catatan bahwa lamanya
hidup kelihatannya diturunkan melalui garis wanita dan seluruh mitokondria
mamalia berasal dari telur dan tidak ada satupun dipindahkan melalui
spermatozoa. Pengalaman kultur sel sugestif bahwa beberapa gen yang
memengaruhi penuaan terdapat pada kromosom 1, tetapi bagaimana cara mereka
memengaruhi penuaan masih belum jelas.
Disamping itu, terdapat juga “eksperimen alami” yang baik dimana beberapa
manusia dengan kondisi genetic yang jarang (progerias), seperti sindroma
Werner, menunjukkan penuaan yang premature dan meninggal akibat penyakit
usia lanjut, seperti ateroma derajat berat pada usianya yang masih belasan tahun
atau permulaan remaja. Pada penderita sindroma down pada umumnya proses
penuaan lebih cepat dibandingkan dengan populasi lain.
6. Teori Rusaknya System Imun Tubuh
Teori ini dikembangkan oleh Hayflick (1965) yang menyatakan bahwa mutasi
yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan system imun untuk
mengenali dirinya berkurang, menurun mengakibatkan kelainan pada sel, dan di
anggap se lasing sehingga dihancurkan. Perubahan ini yang disebut terjadinya
peristiwa autoimun.
7. Teori Мenua Akibat Мetabolisme
Teori ini dikemukakan oleh Hadi Martono (2006). Pada zaman dulu, pendapat
tentang lamjut usia adalah botak, mudah bingung, pendengaran sanagt menurun
atau budge, menjadi bungkuk, dan sering dijumpai kesulitan dalam menahan
buang air kecil.
8. Teori Kejiwaan Sosial
Teori ini dikembangkan oleh Boedhi-Darmojo (2010), meliputi Activity Theory,
Continuity Theory, dan Disengagement Theory, Activity theory menyatakan
bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan mengikuti banyak
kegiatan social. Continuity theory menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya, sedangkan
Disengagement theory menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia seseorang
secara berangsur-angsur dia mulai melepaskan diri dari pergaulan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan intraksi social
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga sering
terjadi kehilangan ganda atau kehilangan peran, hambatan kontak social dan
berkurangnya komitmen.

D. perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia


Perubahan – perubahan fisik :
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem pernafasan
a. Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada – nada
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas
65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya keratin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa atau stress
4. Sistem penglihatan
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada
lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya
membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk
ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
( mengakibatkan pusing mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang
lebih 90 mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu
menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain :
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35
derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas
silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas
menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri
tidak berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur – angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j. Selaut lendir menurun
9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50% fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml,
atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah
dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun c.
Atrofi vulva
10. Sistem Endokri
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
e. Menurunnya produksi aldosterone
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosterone
11. Sistem kulit
a. Kulit keriput atau mengkerut
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik
c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularitas
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku
kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang
bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
12. Sistem muskoloskeletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan kaku
e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

E. Permasalahan yang terjadi pada lansia


1. Permasalahan Umum
a. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia
memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan
bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat
menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28%
(Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk
lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi
didunia ( Darmojo, 1999:1).
b. Jumlah lansia miskin makin banyak
c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistic
d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia
e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan
popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
2. Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan
terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput,
rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh,
pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan
menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang
keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas
jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi
organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi
peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi
organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi
menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan
melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya:
katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.
F. Мitos – Мitos pada Lansia
Menurut Miller (1995), ada beberapa mitos pada lansia, yaitu:
1. Mitos kedamaian dan ketenangan
Orang usia lanjut seharusnya santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya
pada usia muda serta dewasanya. Namun, dalam kenyataan terjadi hal-hal yang
sebaliknya, seperti lansia penuh dengan stress karena kemiskinan dan berbagai
keluhan serta penderitaan karena penyakit.

2. Mitos konservatisme dan kemunduran pendengaran


Lansia pada umumnya konservatif, tidak kreatif, menolak inovasi, berorientasi ke
masa silam, ketinggalan zaman, merindukan masalalu, kembali ke masa anak-
anak, susah berubah, keras kepala, dan bawel. Akan tetapi, dalam kenyataan tidak
semua lansia bersifat dan berperilaku demikian. Sebagian tetap tegar
berpandangan ke depan dan inovatif serta kreatif.

3. Mitos Berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degenerative biologis yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat berbagai proses peakit. Dalam kenyataannya, memang proses
menua disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh serta metabolisme sehingga
rawan terhadap penyakit. Akan tetapi, sekarang banyak penyakit yang dapat
dikontrol dan diobati.

4. Mitos Senilitas
Lansia di pandang sebagai masa dimensia (pikun), yang disebabkan oleh
kerusakan bagian tertentu dari otak. Akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua
lanjut usia yang mengalami proses penuaan disertai kerusakan pada otak. Mereka
masih tetap sehat dan segar dan banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan daya ingat.

5. Mitos Ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai usia yang tidak produktif, padahal masih banyak lansia
yang memiliki kematangan dan keproduktifan menta dan material yang tinggi.
G. Peran Perawat pada Lansia
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan
memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai
tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan
mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli
dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya
dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan
kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional. Lingkup praktek keperawatan
gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, malaksanakan advokasi dan
bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjuy usia,
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan
kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi
dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi ,
penelitian dan administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap
tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif,
perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat
mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh
lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam
fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini
sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga
memandang mereka seperti itu. Perawat dapatmeningkatkan kemandirian dan harga
diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi berharga. Perawat harus menjelaskan
sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan perawatan paling efektif.
Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan seorang perawat
mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai anggota keluarga
dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan
kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan
asuhan yang positif bagi klien lansia.Pendekatan perawatan lanjut usia terbagi
menjadi tiga yaitu :
1. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.
2. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung
rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
3. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya
perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Inti
a. Data Demografi
1) Jenis kelamin
Laki-laki yang mengalami Penurunan pendapatan Cenderung berisiko
depresi Lebih tinggidibandingkan Perempuan karena laki-lakimerupakan
kepala keluarga yang berperan besar dalam keluarga
2) Tingkat pendidikan
Pada lansia tingkat Pendidikan dapat Mempengaruhi pendapatan Uang
pensiunan dan Mekanisme koping yang Dilakukan
3) Anggota Keluarga
Anggota keluarga diperlukan pengkajian Jumlah anggota keluarga Inti dan
berapa orang yang Masih dalam masa Pembiayaan klien
4) Pekerjaan Terdahulu dan Penghasilan
Pekerjaan lansia sebelum Pensiun atau sesudah Berhenti bekerja perlu
Dikaji. Tidak semua Pekerjaan apalagi yang Bukan pegawai mendapat
Pensiun. Selain itu jumlah Uang pensiunan juga dapat Mempengaruhi
tingkat Stress dan depresi pada Lansia.

2. Data subsistem
a. Lingkungan fisik
1) Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau
panas,apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan
warga atautidak.
2) Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari,keadaan saluran air disekitar rumah.
3) Tingkat kebisingan
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan
lansia,contohnya seperti pabrik.
4) Jarak antar rumah/ kepadatanJarak antar rumah satu dengan yang lainnya,
apakah saling berdempetan.
b. Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada
saranapendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
warga.
c. Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpamatau
polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak.Sarana
transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi seharimenggunakan
kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang
sehinggamemudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang
termasukkesehatan.
e. Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
balaipengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat
ataumemantau apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik
pemakaianfasilitas pelayanan kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitastersebut
untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkaninformasi
dari luar misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yangdiberikan kepada
komunitas.
g. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja
atautidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanyaterjangkau
oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakankomunitas untuk
mengurangi stress.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu dan Sekarang


Perlu dikaji terkait penyakit yang pernah diderita untuk memprediksi apakah
lansia tersebut dapat terserang penyakit yang sama lagi dikemudian hari atau
justru menderita komplikasi akibat penyakit primernya terdahulu. Hal tersebut
berkaitan dengan pembiayaan yang mungkin akan dibebankan pada lansia apalagi
jika lansia tersebut tidak memiliki keanggotaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN).

4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif (head to toe/per sistem) wajib dilakukan
meski tidak ada keluhan berarti yang dirasakan lansia guna mengantisipasi
penyakit degeneratif.

B. Analisa Data

Analisa data merupakan suatu studi dan pengujian data yang dapat berbentuk
kuantitatif maupun kuaitatif. Dalam analisa data, semua aspek harus dipertimbangkan
karena analisa data perlu menentukan kebutuhan kesehatan dan dukungan masyarakat
serta trend dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dalam melakukan analisa data
terdapat beberapa langkah antara lain : pengelompokan data, meringkas,
membandingkan dan membuat kesimpulan.

Melakukan analisa data tersebut diatas membutuhkan pengetahuan dan


keterampilan tentang menganalisa dan pengambilan keputusan melalui berpikir kritis.
Oleh karena itu perawat komunitas harus mempelajari dan menguasai pengetahuan
dan ketrampilan yang dibutuhkan tersebut, sehingga perawat mampu memberikan
asuhan keperawatan komunitas.

Analisa data berarti perawat komunitas mempelajari data – data yang telah
terkumpul melalui metode pengumpulan data. Data yang telah terkumpul dapat
berupa data kualitati dan kuantitatif. Analisa data dilakukan untuk melihat masalah
kesehatan yang dialami masyarakat dan untuk mengidentifikasi kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan. Analisa data juga memberikan informasi
tentang kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, system pendukung dan sumber –
sumber yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan.

C. Diagnosa dan Skoring


1. Koping Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan system
pendukung/strategi koping.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, D.0096
Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas Ego

2. Penampilan Peran Tidak Efektif berhubungan dengan faktor ekonomi.


Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, D.0125
Kategori : Relasional
Subkategori : Interaksi Sosial

3. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif berhubungan dengan


kesulitan ekonomi.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, D.0115
Kategori : Perilaku
Subkategori : Penyuluhan dan Pembelajaran

D. Perencanaan / Intervensi
1. Koping Tidak Efektif b.d. ketidakadekuatan sistem pendukung/ strategi
koping.
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…..x….jam, klien mampu
menghadapi permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan mekanisme
koping adaptif yang ditunjukkan dengan:
1) Ekspresi wajah klien tampak tenang, tidak cemas
2) Klien mengungkapkan dengan verbal tentang perasaan yang lebih baik
3) Klien menunjukkan perilaku yang konstruktif dalam kegiatan sehari-hari
Intervensi Keperawatan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan klien dan/atau keluarga
2) Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya, bantu klien
identifikasi stressor
3) Berikan dukungan pada klien apabila telah mengungkapkan perasaanya
4) Ajarkan alternatif koping yang konstruktif
5) Ajarkan klien untuk menggunakan strategi koping berorientasi ego yaitu
dengan memfasilitasi dan menjadwalkan secara berkala klien melakukan
hobinya serta membantu klien untuk meningkatkan religiusitas, latih klien
untuk senantiasa berdoa dan mengadu kepada Tuhan YME setiap kali ada
masalah.
6) Gunakan pendekatan konseling logoterapi

2. Penampilan Peran Tidak Efektif berhubungan dengan faktor ekonomi.


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…..x….jam, klien mampu
menerima diri terhadap peran yang diembannya karena kondisinya yang sekarang
ditunjukkan dengan:
1) Klien mengungkapkan secara verbal tentang kepuasannya sekarang menjalani
peran dalam keluarga
2) Klien mampu menjalani perannya saat ini dengan strategi koping yang adaptif
Intervensi Keperawatan:
1) Diskusikan dengan klien hal-hal apa saja yang masih dapat dilakukan dan
sekiranya menghasilkan
2) Bangun kepercayaan diri klien dengan memberi motivasi dan pujian
3) Ajarkan suatu keterampilan okupasi pada lansia

3. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif berhubungan dengan


kesulitan ekonomi.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…..x….jam, klien mampu
menunjukkan kemampuan mengatur kesehatan keluarga dengan efektif
menggunakan kemampuan/sumber daya yang tersedia yang ditunjukkan dengan:
1) Klien dan keluarga menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat secara rutin
2) Klien dan keluarga berpartisipasi aktif dalam kegiatan kesehatan di
masyarakat (posyandu, kerja bakti, senam, dan lain sebagainya).
Intervensi Keperawatan:
1) Anjurkan keluarga untuk mendukung lansia senantiasa memeriksakan
kesehatannya secara rutin
2) Advokasi klien untuk mendapatkan pembiayaan apabila belum mempunyai
keanggotaan asuransi kesehatan pemerintah
3) Berikan pendidikan kesehatan terkait pemanfaatan pelayanan posyandu lansia,
risiko.

E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

F. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

Anda mungkin juga menyukai