Anda di halaman 1dari 2

HOMILETIKA

RATAPAN 3:22-26

“KRITIS MENJADI JALAN KELUAR”

Banyak orang menjadi ‘lemah’ saat menghadapi krisis. Menganggap


dirinya tidak lagi berdaya, usahanya sia-sia, takut, cemas, dsb.
Kebanyakan dari mereka menyesal, meratap, putus asa, tinggal
bergantung pada nasib saja. Memang krisis selalu membuat orang tidak
lagi bisa berpikir jernih, mereka yang menghadapi krisis jarang sekali
dapat melihat sisi lain, bahwa di dalam krisis itu selalu ada peluang. Tetapi
dalam ini segala sesuatunya pasti akan ada jalan keluarnya.

Kitab Ratapan berisi nyanyian duka yang menyayat hati bagi


pendengar atau yang menyanyikannya. Yang diratapi pada waktu itu
adalah kehancuran kota Yerusalem yang direbut bangsa Babel (597-586
SM). Bait Allah dibakar dan dihancurkan serta seluruh penduduk kota
diangkut ke pembuangan. Padahal bagi mereka, Yerusalem merupakan
lambang kehadiran Allah, Kota yang indah = Putri Sion. Umat Israel
menganggap kota itu tidak mungkin terkalahkan.

Para Teolog meyakini bahwa kitab Ratapan di tulis oleh Nabi


Yeremia. Ia turut mengalami kehancuran kota Yerusalem dan
menyaksikan penderitaan umat Israel menghadapi kehancuran itu. Apa
yang dulu menjadi kebanggaan bangsa, kini sirna. Mereka putus harapan.

Namun cara beriman Nabi Yeremia berbeda dari umat Israel


kebanyakan. Jika Israel pasrah terhadap keadaan dan menganggap
kejadian itu sebagai hukuman dari Tuhan belaka, Nabi Yeremia justru
melihat kehancuran itu dari sisi lain, ada dimensi ‘anugerah’ di dalamnya.
Di dalam kehancuran itu ia justru melihat tangan Tuhan, ada secercah
harapan. Di saat Israel meratapi nasibnya, dibutakan oleh penderitaannya
dan menganggap riwayat mereka telas habis, Yeremia justru memahami
bahwa kasih Tuhan tiada berkesudahan (ayat 22-23). Bahwa di balik
peristiwa itu masih terbuka pintu keselamatan.

Di dalam situasi seperti itu “kasih setia Tuhan” menjadi titik pijak bagi Nabi
Yeremia untuk selalu berpengharapan pada Tuhan. Nabi Yeremia
memahami; jauh lebih baik hidup dalam pengharapan dari pada terus
menerus hidup dalam keputusasaan. Meskipun kondisi saat itu berada
dalam keterpurukan, namun Yeremia mengajak umat tetap melihat ke
masa depan yang penuh harapan. Ia mengajak umat untuk tetap berharap
dan mencari Tuhan di dalam penderitaan mereka (ayat 25-26).

Seseorang yang dapat merubah krisis menjadi peluang adalah


mereka yang berpikiran di luar kelaziman. Mereka tidak meratapi masalah
atau pergumulan yang datang menimpa namun berusaha melihat jauh ke
luar masalah itu, hingga akhirnya mereka dapat melihat adanya peluang
disana.

Tuhan adalah setia, Ia tidak pernah mengecewakan kita asalkan


kita tetap mencari dan berharap hanya kepadaNya. Jika saat ini saudara
berada dalam situasi seperti yang dialami umat Israel zaman itu, tetaplah
berpikir seperti Yeremia, tetaplah berpengharapan. Amin.

Anda mungkin juga menyukai