PASTORAL
KONSELING
Dilaporkan di : Manado
I. INFORMASI UMUM
1. Nama : GS
18. Catatan Kode Etik : Kasus ini saya presentasikan dengan ijin
tertulis pada tanggal Minggu, 23 Maret
2022
gejala/tanda yang saya peroleh secara obyektif melalui pengamatan langsung yang
dilakukan terhadap Klien dan berlangsungya Konseling sehingga Observer berada
bersama Klien yang diselidiki.
Tapi…? Wah kelihatannya ada yang dipikirkan,kira-kira apa yang bisa saya
bantu….?
tentu masalah ini yang menjadi beban fikiran kamu.Apa benar begitu?
Caranya?
1. FISIK
Yang saya lakukan sebagai Konselor disini ketika klien disini Sentuhan yang
dilakukan secara tepat akan menciptakan rasa nyaman, namun bila bila tidak tepat
maka memunculkan rasa kecemasan dan ketidaknyamanan. Hal ini dilakukan
misalnya saja ketika klien terlihat sedih atau menangis sehingga melalui sentuhan
tersebut klien akan merasa dikuatkan karena adanya wujud empati konselor atau
terapis atas masalah yang tengah dihadapinya. Sentuhan yang dimaksud disini
adalah kontak fisik non-seksual antara konselor atau terapis dengan klien, misalnya
saja menyentuh pundak, lengan, pelukan, atau sekedar mengelus tangan klien.
Sentuhan ini dapat dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat terapeutik
(menyembuhkan) namun dapat saja dirasakan sebagai hal yang dapat menghambat
kenyamanan selama proses terapi.
2. MENTAL
konseling kesehatan mental adalah proses pemberian bantuan oleh seorang ahli kepada
individu yang mengalami kondisi gangguan kesehatan mental, penyesuain diri, dan gangguan
tumbuh kembang yang negatif.
Disini KO melakukan proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: Tahap Awal,
membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport), memperjelas dan
mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik dan klien telah
melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu memperjelas masalah klien, membuat
penaksiran dan penjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir kemungkinan masalah
dan merancang bantuan yang mungkin di lakukan, menegosiasikan kontrak, membangun
perjanjian antara konselor dengan klien.
3. SOSIAL
4. SPIRITUAL
Kedua, model Ekperiensial dan relasional yang berorientasi pada arti dan
bagaimana menjadi manusia secara penuh dan utuh, kebebasan dan
tanggung jawab manusia, pilihan manusia, menciptakan nilai dan makna
kehidupan, kecemasan, rasa bersalah, kesadaran akan hakikat sebagai
makluk terbatas.
1) Psikoanalisis (Psikodinamika).
Model ini segala pikiran dan tingkah laku pada masa kini dikendalikan oleh
energi psikis (dunia tidak sadar) dan pengalaman pada awal
perkembangannya.
Model ini memfokuskan diri pada kondisi hidup manusia yang paling hakiki.
Model ini memberikan kesempatan kepada manusia untuk mengembangkan
dirinya, dengan cara menentukan sendiri apa yang menjadi pilihannya sendiri
dan tanggung jawabnya.
Model memberikan pandangan tentang hal yang dia alami sebelumnya tidak
disadarinya. Pedekatan ini konseli biasanya memiliki suatu masalah yang
semula tidak disadarinya namun menggangu potensi dirinya.
model ini menekankan pada pengaruh urusan tau masalah yang tidak
terselesaikan pada tingka laku masa kini.
5) Behavioral (Behavioral)
6) Emotif-Rasional (Behavioral)
7) Realitas (Behavioral)
Ki menemukan makna hidup dan apa yang akan dilakukan pada masa yang akan
datang. Misalnya seperti :
KI : Mungkin Ibu akan lebih bahagia lagi kalau saya bisa selesai
kuliah dengan cepat dan mendapakan nilai terbaik serta
mendapatkan penghargaan cumlaude.
KI : Sekarang saya mau coba berjanji akan rajin belajar dan rajin
Kuliah dan saya akan menyelesaikan perkuliahan dengan baik
serta mendapat nilai terbaik dan tentunya juga penghargaan.
1. Mengidentifikasi masalah.
2. Melakukan Diagnosis
Manfaat bagi pengembangan Teologi Pastoral menolong konseli keluar dari masalah dan mencapai
tujuan utama yaitu perubahan hidup konseli dan hidup menyenangkan Tuhan sehingga
menjadi serupa dengan Yesus Kristus. Demikian diungkapkan Rasul Paulus, "Sebab semua
orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dan semula untuk menjadi
serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara
banyak saudara" (Rm. 8:29). Konseling dapat membuka kesadaran baru, memperbaiki
pandangan mata hati kita yang dahulu menjadi buta karena kecemasan, kepedulian pada diri
sendiri yang dibebani oleh rasa bersalah akan segala keindahan, tragedi, keajaiban dan
kesakitan orang.
jemaat mengalami pertumbuhan iman, terlibat pelayanan dan rindu untuk menjadi berkat bagi orang
sekeliling.