Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

PASTORAL
KONSELING

Dilaporkan oleh: Yudi Mario Santo Horman

Dilaporkan pada tanggal: 23 Maret 2022

Dilaporkan di : Manado

Tanda Tangan : .........................................

I. INFORMASI UMUM

1. Nama : GS

2. Usia/Tanggal Lahir : 20 Tahun

3. Jenis Kelamin/Orientasi Seks :P

4. Status/Usia Pasangan : 22 Tahun

5. Relasi lain (Kalau ada) : Teman

6. Konstelasi Keluarga : GS hidup bersama dengan ibunya, GS tidak


lagi memiliki seorang Ayah di karenakan kedua orang tuanya bercerai. GS
mempunyai saudara laki-laki. Ia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Dalam
kehidupan sosialnya, ia sangat tertutup terhadap orang-orang di lingkungan
sekitarnya.

7. Sibling Position (Posisi saudara Kakak/Adik) : Ke-2

8. Agama/Warga : Kristen Protestan

9. Tempat tinggal : Tahuna, 29 November 2002

10. Pekerjaan/Sebagai : Mahasiswa

11. Riwayat Perkenalan : Teman Kuliah

12. Riwayat Penyakit/Persoalan : Kepribadian tertutup dan tidak ada dorongan


untuk berbaur dengan lingkungan sosial

Laporan Kasus Pastoral Konseling IAKN Manado Page 1


13. Diagnose Perujuk :-

14. Diagnose Konselor : Proses perlakuan Konselor terhadap konseli


dalam menangani masalah yang terjadi. Konselor melakukan penanganan lebih dalam
melalui model dan metode yang dapat dapat diterapkan dalam pelaksaan atau proses
pendampingan terhadap konseli yang sulit berbaur atau bergaul dengan lingkungan sekitar.
Konseli yang sulit untuk memulai percakapan terhadap lawan bicara sehingga hal tersebut
memunculkan sikap stereotip negatif dari pikiran konseli. Dimana konseli merasa bahwa ia
tidak layak di ajak bergaul dengan orang di sekitarnya. Dengan demikian konseli perlu
mendapatkan pendampingan langsung dari konselor. Masalah ini sangat berdampak bagi
konseli sehingga menimbulkan stres, pikiran yang berlbihan hingga adanya rasa takut
dalam menghadapi dunia luar. Jika dibiarkan, hal ini akan menjadi masalah yang sangat
besar dan konseli akan menutup kepribadiannya dari lingkungan sekitarnya.

15. Riwayat/Proses Perjumpaan : Tatap muka

16. Kemudahan : Pertemuan dengan konseli sangatlah


mudah untuk bertemu, bahkan respon yang ia berikan sangatlah sopan. dalam
proses konselingpun ia sangat tertarik dan ingin mencertikan masalah yang
ia hadapi agar bisa keluar dari situasi yang sangat sulit baginya.

17. Hambatan : Ada beberapa faktor yang terjadi dalam proses


konseling yaitu awal pertemuan, konseli bersikeras untuk tidak ingin melakukan
konseling dengan konselor. Konseli sangat takut mengungkapkan masalah yang ia
rasakan dalam kesehariannya sehingga percakapan yang akan dimulai menunda sampai
pertemuan berikutnya. Bahkan konseli merasa takut jika ia menceritakan kisah hidupnya
ia takut akan disebarluaskan kisah dari konseli tersebut shingga konsei bersikeras untuk
tidak ingin berkonseling dengan orang yang ia kenal.,

18. Catatan Kode Etik : Kasus ini saya presentasikan dengan ijin
tertulis pada tanggal Minggu, 23 Maret
2022

Laporan Kasus Pastoral Konseling IAKN Manado Page 2


II. PEMBUKAAN
Pertemuan klien dengan konselor memiliki beberapa tahap yang di setiap tahap
memiliki perlakuan yang berbeda hingga mendapatkan sebuah perkembangan yang
positif pada penyelesaian masalah atau tujuan yang hendak dicapai.
 Tahap awal yakni pertama kalinya konselor bertemu klien melakukan
pembicaraan. Konselor melakukan pembicaraan dengan klien untuk
membangun hubungan konseling.
Tahap awal menjadi bermakna dibantu dengan sikap konselor dalam
menanggapi masalah klien, yaitu sikap-sikap yang ditunjukkan agar klien
merasa nyaman saat konseling seperti menunjukkan rasa empati, bertanya
untuk membuka pembicaraan, diam saat  klien berbicara dan memberikan
gerak tubuh sebagai tanda setuju ataupun menghargai pembicaraannya.
 Tahap kedua yakni actionyaitu penjelasan masalah lebih luas yang dialami
klien dan bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-
apa yang telah dijelajahi tentang masalah klien.
Memperjelas masalah yang dialami klien agar memberikan pemahaman
baru, alternatif baru yang mungkin berbeda dari sebelumnya. Dalam tahap ini,
konselor melibatkan klien yang mungkin bisa memberikan pemahaman baru
terkait masalah dan menemukan penyelesaian terhadap masalahnya dengan
mandiri.
 Tahap ketiga yakni termination yaitu tahap akhir dari proses konseling. Tahap
terakhir ditandai dengan kecemasan pada diri klien berkurang, mulai
menemukan solusi untuk masalahnya dan terjadinya perubahan sikap menuju
yang lebih positif, tujuan dari hidupnya, dan rencana masa depan yang akan
dicapai. Tahap ketiga ditandai dengan adanya penutusan kontrak konseling
yaitu di akhirinya hubungan konselor dengan klien.
 Dari tahapan proses konseling diatas, suatu konseling yang dilakukan
tidak terlepas dari teknik-teknik bagaimana seorang konselor menghadapi
konseli.

Laporan Kasus Pastoral Konseling IAKN Manado Page 3


III. ANAMNESES (dilakukan dalam perjumpaan 1 dan 2)

gejala/tanda yang saya peroleh secara obyektif melalui pengamatan langsung yang
dilakukan terhadap Klien dan berlangsungya Konseling sehingga Observer berada
bersama Klien yang diselidiki.

Pertanyaan yang saya ajukan dalam pengamatan/pengetahuan relasi relavan dalam


Konseling Misalnya seperti :

 apa kabarnya sore ini?

 Baik-baik saja kan?

 Tapi…? Wah kelihatannya ada yang dipikirkan,kira-kira apa yang bisa saya
bantu….?

 Bingung……?Iya..ya..coba kamu jelaskan!.

 Tidak bisa konsentrasi belajar?.

 kok bisa gitu,memangya kenapa kalau boleh tau?

 tentu masalah ini yang menjadi beban fikiran kamu.Apa benar begitu?

 Sekarang kamu tinggal sama siapa?

 menurut kamu, kamu harus bagaimana?

 Caranya?

 menurut kamu bagaimana…?

Laporan Kasus Pastoral Konseling IAKN Manado Page 4


Yang saya lakukan sebagai kanselor ( Kemukakan pendapat)

1. FISIK

Yang saya lakukan sebagai Konselor disini ketika klien disini Sentuhan yang
dilakukan secara tepat akan menciptakan rasa nyaman, namun bila bila tidak tepat
maka memunculkan rasa kecemasan dan ketidaknyamanan. Hal ini dilakukan
misalnya saja ketika klien terlihat sedih atau menangis sehingga melalui sentuhan
tersebut klien akan merasa dikuatkan karena adanya wujud empati konselor atau
terapis atas masalah yang tengah dihadapinya. Sentuhan yang dimaksud disini
adalah kontak fisik non-seksual antara konselor atau terapis dengan klien, misalnya
saja menyentuh pundak, lengan, pelukan, atau sekedar mengelus tangan klien.
Sentuhan ini dapat dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat terapeutik
(menyembuhkan) namun dapat saja dirasakan sebagai hal yang dapat menghambat
kenyamanan selama proses terapi.

2. MENTAL

konseling kesehatan mental adalah proses pemberian bantuan oleh seorang ahli kepada
individu yang mengalami kondisi gangguan kesehatan mental, penyesuain diri, dan gangguan
tumbuh kembang yang negatif.

Disini KO melakukan proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: Tahap Awal,
membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport), memperjelas dan
mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik dan klien telah
melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu memperjelas masalah klien, membuat
penaksiran dan penjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir kemungkinan masalah
dan merancang bantuan yang mungkin di lakukan, menegosiasikan kontrak, membangun
perjanjian antara konselor dengan klien.

3. SOSIAL

Disini KO berupaya untuk mengantisipasi KI agar perubahan-perubahan yang terjadi


tidak menimbulkan ketegangan yang berarti dan sebagai upaya untuk menjembatani
agar KI yang ada dalam masyarakat dapat menghadapi berbagai perubahan
sekaligus juga tantangan yang harus dihadapi dengan berpedoman pada norma
norma yang ada untuk disesuaikan seiring dengan dinamika masyarakat sebagai
tuntutan yang harus dipenuhi.

4. SPIRITUAL

Laporan Kasus Pastoral Konseling IAKN Manado Page 5


Disini KO memiliki peranan penting dalam mengarahkan KI untuk mencapai tujuan
pada puncak kebahagiaan dengan pendekatan spiritual, selain itu agar mampu
mengintegrasikan nilai-nilai positif dalam kehidupannya.

IV. DIAGNOSES AWAL (Sebaiknya dilakukan sedini mungkin paling lambat


pada pertemuan 2)

Mengingat tanda/gejala dalam anamneses diatas maka saya menyimpulkan sumber


masalahnya adalah : “Kepribadian tertutup dan tidak ada dorongan untuk berbaur
dengan lingkungan sosial yang diakibatkan dari Faktor perceraian orang tua”.

V. TREATMENT PLAN - RENCANA TINDAKAN/INTERVENSI (Sebaiknya


dilakukan sedini mungkin paling lambat pada awal perjumpaan 3)
 tujuan intervensi (pertolongan). 4 fungsi utama pendampingan dan konseling pastoral
(menyembuhkan, menopang, membimbing, memperbaiki hubungan ditambah dengan
menemukan makna hidup dan memberdayakan)..
 Jangka waktu intervensi dilakukan dalam 2 kali pertemuan.

 waktu perjumpaan yaitu pada sore hari

 Tempat perjumpaan yaitu ruang TV

 Yang akan dilibatkan merujuk pada diri KO, KI dan keluarga

 Pendekatan/metode/model dan Teknik yang saya gunakan dalam proses Konseling


ini adalah

Pertama, model Psikodinamika yang berorientasi pada insight, dorongan dunia


ketidaksadaran dan rekonstruksi kepribadian.

Kedua, model Ekperiensial dan relasional yang berorientasi pada arti dan
bagaimana menjadi manusia secara penuh dan utuh, kebebasan dan
tanggung jawab manusia, pilihan manusia, menciptakan nilai dan makna
kehidupan, kecemasan, rasa bersalah, kesadaran akan hakikat sebagai
makluk terbatas.

Ketiga, model Behavioral atau tingkahlaku yang berorientasi pada tindakan


dan latihan untuk mengubah tingkah laku, faktor kognitif yang mempengaruhi
Laporan Kasus Pastoral Konseling IAKN Manado Page 6
tingkah laku, pikiran dan irasional yang memperngaruhi tingkah laku, masalah
masa kini, penerimaan diri dan tanggung jawab seseorang untuk mengubah
dirinya.

1) Psikoanalisis (Psikodinamika).

Model ini segala pikiran dan tingkah laku pada masa kini dikendalikan oleh
energi psikis (dunia tidak sadar) dan pengalaman pada awal
perkembangannya.

2) Eksistensial (Eksperiensial dan relasional)

Model ini memfokuskan diri pada kondisi hidup manusia yang paling hakiki.
Model ini memberikan kesempatan kepada manusia untuk mengembangkan
dirinya, dengan cara menentukan sendiri apa yang menjadi pilihannya sendiri
dan tanggung jawabnya.

3) Berpusat pada Klien (Eksperiensial dan relasional)

Model memberikan pandangan tentang hal yang dia alami sebelumnya tidak
disadarinya. Pedekatan ini konseli biasanya memiliki suatu masalah yang
semula tidak disadarinya namun menggangu potensi dirinya.

4) Gestalt (Ekperiensial dan relasional)

model ini menekankan pada pengaruh urusan tau masalah yang tidak
terselesaikan pada tingka laku masa kini.

5) Behavioral (Behavioral)

Model ini membuat ukuran-ukuran keberhasilan dari konseling serinci mungkin


sebagai bahan evaluasi nantinya. Perilaku normal diperoleh dari proses
menirukan dan penguatan ransangan.

6) Emotif-Rasional (Behavioral)

Tujuan model ini adalah mebantu konseli untuk menghilangkan pikiran-pikiran


yang cenderung merusak dirinya sendiri dan membantu mereka untuk lebih
toleran, serta rasional tentang kehidupan. teknik utama dari model ini adalah
bagaimana konselor menjadi guru dan konseli menjadi murid.

7) Realitas (Behavioral)

Laporan Kasus Pastoral Konseling IAKN Manado Page 7


Tujuaan dari model ini adalah konselor yang membantu konseli agar bisa
menjadi kuat rasional secara emosional dan pikiran unutk menerima tanggung
jawab atas kehidupanya. Konselor berusaha membuat konseli mengingat dan
menilai kembali apa yang sedang diperbuat dan memikirkan bagaimana
sebaiknya tindakan-tindakan yang sesuai.

VI. TREATMENT (Perjumpaan 3, 4, 5)

Laporan Kasus Pastoral Konseling IAKN Manado Page 8


 Hasilnya KI lebih Memili rajin belajar, rajin Kuliah untuk membahagiakan Ibu.
Karena Ibu KI tidak meminta lebih dari itu.

 Ki menemukan makna hidup dan apa yang akan dilakukan pada masa yang akan
datang. Misalnya seperti :

KI : Saya mengerti Yud, berarti kalau saya rajin belajar, rajin


Kuliah berarti saya sudah membahagiakan Ibu.Ibu tidak
meminta lebih dari itu.Saya tidak perlu memikirkan apa
yangharus saya berikan pada Ibu.

KI : Mungkin Ibu akan lebih bahagia lagi kalau saya bisa selesai
kuliah dengan cepat dan mendapakan nilai terbaik serta
mendapatkan penghargaan cumlaude.

KI : Sekarang saya mau coba berjanji akan rajin belajar dan rajin
Kuliah dan saya akan menyelesaikan perkuliahan dengan baik
serta mendapat nilai terbaik dan tentunya juga penghargaan.

VII. ANALISIS DAN REKOMENDASI

 Lakukan Analisis berdasarkan aspek Holistik dari hasil penanganan kasus

 Rekomendasi terhadap tahap akhir sebagai tindak lanjut

KI : saya sudah lega. Saya sangat berterimaksih sama kamu Yud.


Mala tidak sadar udah curhat sama kamu Yud (tertawa)!

KO : Sama-sama, saya juga berterimakasih. Santai saja sama saya,


Jangan segan jika masih butuh bantuan saya, pasti dengan
senang hati saya akan membantu kalau kamu butuh bantuan!
Sekarang udah tenangkan! Bagaimana kalau kita main Mobile
Legends saja! Dikit lagi udah mau masuk legend ni.”

KI : boleh tu.. yaudah yuk ku temani. Gas!!!” (bermain game),

Laporan Kasus Pastoral Konseling IAKN Manado Page 9


REFLEKSI TEOLOGI

 Pengalaman penanganan dari Konselor saat menolong Konseli dan


manfaatnya bagi pengembangan Teologi Pastoral

Dalam proses konseling antara KO dan KI awalnya tidak berjalan baik


karena saya ragu dengan proses Konseling tersebut dan merasa takut unutk
berbeda pendapat dengan orang lain, malu mengakui kesalahan diri sendiri
atau kesalahan orang lain, merasa tidak bebas untuk menyatakan perasaan
tertentu dan sebagainya.  tetapi yang saya tahu bahwa Hidup tidak selalu
berjalan sesuai dengan keinginan kita. Di dalam prosesnya kerap kita hadapi
masalah yang tidak jarang membuat pikiran dan perasaan kita
terganggu. Disini KO berupaya memberikan bantuan kepada KI yang sedang
merasakan hambatan dalam kehidupannya .Hambatan yang dirasakan oleh
konseli bisa termasuk bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir.

Di awal fase konseling, KI memberikan judgement bahwa masalah itu


berasal dari luar dirinya, bahkan cenderung menyalahkan orang lain atau
factor eksternal lainnya. Padahal setiap kesulitan, tekanan, hambatan, atau
tantangan yang kita rasakan adalah bentuk respon dari pikiran dan perasaan
negative pada diri kita sendiri. Oleh karena itu, KO menegaskan bahwa dia
hanya berperan sebagai fasilitator dalam proses konseling. Adapun KI adalah
sebagai pemeran utama yang sangat penting dalam mengambil keputusan
dan merencanakan perubahan-perubahan perilaku kedepannya.

Penanganan dari Konselor Adapun langkah-langkah dalam bimbingan


konseling yang saya lakukan misalnya

1. Mengidentifikasi masalah.

2. Melakukan Diagnosis

3. Pemberian bantuan ( Pelaksanaan Konseling).

4. Evaluasi dan tindak lanjut.

Laporan Kasus Pastoral Konseling IAKN Manado Page


10
Manfaat bagi pengembangan Teologi Pastoral

Manfaat bagi pengembangan Teologi Pastoral menolong konseli keluar dari masalah dan mencapai
tujuan utama yaitu perubahan hidup konseli dan hidup menyenangkan Tuhan sehingga
menjadi serupa dengan Yesus Kristus. Demikian diungkapkan Rasul Paulus, "Sebab semua
orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dan semula untuk menjadi
serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara
banyak saudara" (Rm. 8:29). Konseling dapat membuka kesadaran baru, memperbaiki
pandangan mata hati kita yang dahulu menjadi buta karena kecemasan, kepedulian pada diri
sendiri yang dibebani oleh rasa bersalah akan segala keindahan, tragedi, keajaiban dan
kesakitan orang.

Dampak positif terhadap pelayanan Konseling terhadap Gereja

jemaat mengalami pertumbuhan iman, terlibat pelayanan dan rindu untuk menjadi berkat bagi orang
sekeliling.

Laporan Kasus Pastoral Konseling IAKN Manado Page


11

Anda mungkin juga menyukai