Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sampai saat ini sampah masih menjadi permasalahan yang belum

terpecahkan khususnya bagi kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta,

Surabaya, Bojonegoro dan lain–lain. Permasalahan ini timbul terutama karena

besarnya volume sampah, keterbatasan lahan untuk pembuangan akhir yang

diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, dimana hal ini

ditunjang pula oleh adanya teknis pengelolaan sampah yang masih

konvensional. Pengelolaan sampah perkotaan khususnya pada daerah

pemukiman sampai saat ini umumnya dilakukan melalui tahapan kegiatan

sebagai berikut, yaitu: pewadahan tercampur dari rumah tangga, pengumpulan

sampah dari rumah-rumah ke LPS (meliputi depo atau landasan), pengangkutan

sampah baik langsung dari sumbernya ke LPA (Lahan Pembuangan Akhir) atau

dari LPS (Lahan Pembuangan Sementara) ke LPA, sampai pada pembuangan

akhir sampah di LPA. Secara garis besar, sampah perkotaan mengandung 10%

(berat) bahan yang langsung dapat di daur-ulang (kertas, besi, kaleng,dsb), 50%

bahan organik dan 40% residu. Dengan demikian maka 60% (berat) sampah

dapat di daur ulang : 10% melalui penggunaan kembali, dan 50% melalui

pengomposan (Anonim,1992). Data dari Dinas Kebersihan Kota Surabaya

menyebutkan dari total volume sampah harian kota Surabaya, 79,19%-nya

merupakan sampah yang berasal dari pemukiman.

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

suatu proses. Sampah berdasarkan jenisnya (1) sampah organik (bersifat

degradabel) adalah sampah organik merupakan sampah yang dapat diurai oleh

1
2

hewan mikro organisme. Sampah organik pada umumnya berupa bangkai

hewan, kotoran hewan, sisa tanaman yang pada umumnya dapat di urai secara

cepat, dan tanpa merusak lingkungan disekitarnya. (2) sampah anorganik (non

degradabel) yaitu sampah anoragnik merupakan sampah yang tidak dapat diurai

oleh bakteri atau hewan mikro organisme. Sampah anorganik dapat berupa

plastik, kaca, dan logam. Pada umumnya sampah anorganik hanya sebagian

yang dimamfaatkan oleh masyarakat seperti plastik dan logam

Sampah merupakan masalah klasik yang dihadapi oleh negara-negara maju

maupun berkembang dan hingga saat ini penanganan serta pengelolaan sampah

masih terus dikembangkan. Khususnya di Indonesia sebagai negara

berkembang, permasalahan sampah menjadi masalah yang harus mendapat

perhatian lebih seiring laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Tidak

bisa kita pungkiri bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat yang

berperilaku buruk terhadap lingkungan. Mereka membuang sampah

sembarangan. Perilaku ini tidak mengenal tingkat pendidikan maupun status

sosial masyarakat, di lingkungan kantor pemerintahan, fasilitas umum (bank,

sekolah, puskesmas, taman kota, dan lain-lain). Di Lingkungan kampus, masih

banyak dijumpai orang-orang yang berpendidikan tinggi membuang sampah

sembarangan. Sering pula kita jumpai pengendara mobil mewah yang

membuang tisu bekas, puntung rokok, ataupun bungkus makanan dari

jendelanya ke jalan raya. Akibatnya, sampah berserakan di mana-mana, di

selokan, di jalan, di sungai, di pasar, di dalam bus, di terminal atau dimana saja,

padahal sudah disediakan tempat sampah akan tetapi tetap saja membuang

sampah sembarangan. Pemandangan ini kerap kali kita jumpai di daerah

perkotaan.
3

Di indonesia kemiskinan sudah terjadi sejak jaman dahulu dimana

pemerintah Indonesia tidak dapat menekan angka kemiskinan dari tahun ke

tahun bahkan kemiskinan sudah menjadi pekerjaan yang serius untuk

pemerintah kita. Banyak cara yang telah dilakukan oleh pemerintah, tapi untuk

menekan atau mengurangi angka kemiskinan sangatlah sulit. Indonesia sebagai

negara yang kaya akan sumber daya alamnya, ternyata tidak sedikit penduduk

yang tergolong miskin. Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari gabungan

penduduk di perkotaan dan di perdesaan.Akibat krisis jumlah penduduk miskin

diperkirakan makin bertambah.

Beberapa program pemerintah yang sudah dijalankan untuk mengatasi

masalah kemiskinan diantaranya adalah program Bantuan Langsung Tunai serta

bantuan dibidang kesehatan yaitu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Namun kedua hal tersebut tidak memiliki dampak signifikan terhadap

pengurangan angka kemiskinan, bahkan beberapa pakar kebijakan Negara

menganggap bahwa hal tersebut sudah seharusnya dilakukan pemerintah. Untuk

itu pemerintah perlu membuat ketegasan dan kebijakan dalam rangka

menyelesaikan masalah kemiskinan ini. Diantaranya yaitu menciptakan lapangan

kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga mengurangi

pengangguran, karena pengangguran merupakan salah satu sumber penyebab

kemiskinan terbesar. Kemiskinan sebagai masalah bangsa, banyak dialami oleh

pekerja non formal seperti pemulung, pedagang kaki lima, pengamen jalanan,

dan lain sebagainya, sehingga banyak orang memiliki stigma negatif terhadap

masyarakat golongan ini. Padahal pemulung merupakan alternatif tanpa biaya

untuk mengurangi kotornya di Negara Indonesia khususnya Wilayah Kota

Bojonegoro.
4

Usaha pengepulan yang masih tergolong kecil mampu menunjukkan

eksistensi dan peran yang sangat penting hingga sejauh ini untuk membuat

masyarakat setempat. Paling tidak, pemberdayaan yangtelah dilakukan oleh

pengepul barang bekas telah membawa masyarakat yang berkecimpung

didalamnya menjauhi keterbelakangan dan kemiskinan, serta mampu

menumbuhkembangkan sikap kemandirian (Palestiano, 2006 : 7).

Di balik segala permasalahan itu, pencerahan muncul ketika melihat

fenomena pemulung di TPA. Sementara banyak orang menghindari sampah dan

memandangnya sebagai masalah, sekelompok pemulung justru memandang

sampah sebagai berkah. Para pemulung di TPA bahkan rela berpanaspanas dan

berkotor-kotor mencari penghasilan dari tumpukan sampah. Sampah bagi

pemulung dianggap sebagai sumber kehidupan, hanya saja karena jumlahnya

terlalu banyak mereka tidak mampu memanfaatkan semua sampah yang ada di

TPA.

Dalam Suryati (2014) timbunan sampah yang selama ini berasal dari

berbagai sumber, baik pasar, pertokoan, restoran, perumahan, sekolah, rumah

sakit, perkantoran, dan masih banyak lagi, menyebabkan suatu polemik atau

permasalahan yang sangat penting untuk kota-kota besar. Kondisi tersebut

diperparah dengan pola hidup masyarakat yang ingin serba instan, minimnya

pengetahuan masyarakat terhadap pola hidup sehat, serta paradigma

masyarakat yang masih mengaggap sampah sebagai sesuatu yang harus

dibuang dan disingkirkan. Padahal, masalah tersebut perlu mendapatkan

perhatian dari semua pihak karena setiap manusia pasti menghasilkan sampah.

Dalam Suryati (2014) permasalahan sampah yang merupakan masalah

keseharian yang belum ditemukan jalan keluar penyelesaiannya. Semakin


5

bertambahnya jumlah penduduk dan pola konsumsi masyarakat. maka semakin

banyak pula sampah yang dihasilkan setiap hari, individu menghasilkan sampah

dan jenis sampah yang berbeda. Meningkatnya jumlah sampah hasil konsumsi

tersebut tidak diimbangi dengan kemampuan untuk mengolah sampah.

(Herwinto, 2013).

Kurangnya kesadaran akan limbah dan tingkat konsumsi masyarakat serta

aktivitas lainnya yang semakin bertambah mengakibatkan sampah terus

menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah yang umum ditemukan

di TPA antara lain botol minuman, deterjen, dan kantong plastik. Sampah-

sampah yang kurang menarik tersebut membuat kita enggan melihat bahkan

meliriknya. Padahal jika kita mau berusaha sedikit, sampah-sampah tersebut

dapat menjadi peluang usaha. Bahkan jika kita mau mengolahnya dengan benar,

usaha ini dapat menjadi sumber daya. Dalam penelitian ini, sampah yang akan

dilakukan penelitian adalah sampah anorganik, dimana sampah anorganik dapat

dimafaatkan dengan cara membuka usaha pengepulan sampah dan dengan

cara sampah anorganik dijadikan sebuah lapangan pekerjaaan.

Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah salah satu

penggerak perekonomian nasioanal yang terbukti tahan terhadap krisis ekonomi,

jumlah UMKM di Indonesia terus mengalami peningkatan yaitu sebesar 55,2 juta

unit pada tahun 2011. setiap UMKM rata-rata bisa menyerap 3-5 tenaga kerja

atau 105 juta orang pada 2011. Hal ini membuktikan bahwa penciptaan lapangan

kerja terbesar berasal dari usaha mikro. Oleh karena itu upaya pengembangan

usaha mikro melalui peningkatan keunggulan bersaing diharapkan mampu di

dalam menanggulangi kemiskinan


6

Usaha mikro adalah sumber utama pendapatan dan kesempatan kerja bagi

masyarakat bawah. Pengembangan usaha mikro sangat erat dengan usaha

pemberdayaan masyarakat bawah yang merupakan pelaku utama usaha

tersebut. Menurut Undang-undang no.20 tahun2008, kriteria usaha mikro adalah

memiliki aset maksimum 50 juta dan omzet maksimum sebesar 300 juta

pertahun. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana

diatur dalam undangundangtersebut. Sedangkan perusahaan perseorangan

adalah suatu bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh seorang individu, dimana

orang tersebut menjalankan usahanya untuk mendapatkan keuntungan dari

aktivitas bisnisnya. Kelangsungan hidup dan perkembangan bisnis perusahaan

dimasa mendatang sangat tergantung pada kemampuan pemilik untuk

mengelola seluruh aspek dalam aktivitas bisnisnya.

Pemanfaatan sampah dengan baik. Pengepul sampah mengumpulkan

sampah yang layak jual seperti, besi, plastik, kertas, dan kardus. Menurut

Saputra & Mulasari pengepul sampah merupakan bagian dari sektor informal

yang bergerak dalam pengumpulan dan perdagangan sampah layak jual.

Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menambah pendapatan masyarakat dan

mengurangi masalah sampah yang ada di Indonesia khususnya di kabupaten

bojonegoro. Pengepul sampah terbagi menjadi dua yaitu pengepul sampah

plastik, kerdus dan besi dan pengepul sampah ban-ban bekas. Pengepul

sampah plastik, kardus, dan besi hanya melakukan pengumpulan dan

perdagangan sampah plastik, kardus, dan besi saja. Sedangkan pada pengepul

sampah ban bekas, individu tersebut hanya melakukan pengumpulan dan

menjual ban-ban yang sudah tidak dipakai kembali.


7

Barang bekas atau rongsokan umumnya dipandang sebelah mata sebagai

sampah yang tidak berguna dan membuat ruangan tampak kotor, Namun

ternyata tidak banyak yang tahu jika barang bekas memiliki nilai ekonomis,

beberapa jenis barang yang bisa dimanfaatkan lagi atau bisa disaur ulang

tentunya melalui pengolahan barang bekas terlebih dahulu yang siap kirim di

pabrik-pabrik yang mengolah barang bekas atau rongsokan itu didaur ulang.

Usaha pengepulan barang bekas di kabupaten bojonegoro sudah menjadi

sandaran hidup bagi sebagian masyarakat, dengan cara mengumpulkan barang

bekas dan diolah sedemikian rupa agar bisa dikirim di pabrik-pabrik tertentu,

usaha ini bisa di lakukan dirumah dan lingkungan yang jauh dari pemukiman

agar tidak mengganggu pemukiman warga sekitar usaha ini juga dapat

menimalisir pengangguran di kabupaten bojonegoro

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

membahas tentang analisis pendapatan dan biaya usaha pengepul barang

bekas di Kabupaten Bojonegoro. Peneliti memilih untuk meneliti ini karena

dengan penelitian ini dapat memberikan informasi yang kongkrit bagi masyarakat

mengenai ekonomi dalam lingkup usaha pengepulan barang bekas dan

mendapatkan pendapatan serta pengalaman pribadi sebagai motivasi untuk

mengembangkan usaha sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah

penelitian ini “Bagaimanakah kelayakan usaha pengepul barang bekas di

Kabupaten Bojonegoro”

1.3 Tujuan Penelitian


8

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

“Mengetahui kelayakan usaha pengepul barang bekas di Kabupaten

Bojonegoro”

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharap dapat menambah pemahaman

tentang ekonomi dalam lingkup usaha pengepul barang bekas serta

mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah diterima selama menempuh

pendidikan di bangku perkuliahan ke dalam kehidupan nyata.

2. Bagi akademis

Dengan adanya penelitian ini diharap bisa menjadi sumber ilmu dan

refrensi akan ekonomi dalam lingkup usaha pengepul barang bekas

serta berguna bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharap dapat memberikan informasi

yang kongkrit bagi masyarakat mengenai ekonomi dalam lingkup usaha

pengepulan barang bekas dan mendapatkan pendapatan serta

pengalaman pribadi sebagai motivasi untuk mengembangkan usaha

sendiri jika dikemudian hari mau mendirikan usaha sendiri.

4. Bagi pemerintah daerah

Hasil penelitian ini diharapkan pemerintah dapat memberika wadah

atau tempat yang layak untuk pengepul sampah membuka usahanya

dan melegalkan keberadaan pengepulan sampah yang saat ini masih


9

ilegal karena keberadaan pengepul sampah sangat membantu

pemerintah dalam mengurangi sampah setiap harinya.

Anda mungkin juga menyukai