Anda di halaman 1dari 67

SKRIPSI/KARYA ILMIAH/TUGAS AKHIR

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PETERNAK AYAM BROILER


DENGAN SISTEM KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI

Oleh:

YULIANA VIDIA NENGRUM

NIM: 01117056

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS HUKUM, EKONOMI DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAROTAMA

SURABAYA

i
2021

ii
SURAT PERNYATAAN

Nama : Yuliana Vidia Nengrum


NIM : 01117056
Fakultas Program Studi : Prodi Akuntansi Fakultas Hukum, Ekonomi dan Pendidikan

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi/Karya Ilmiah/Tugas Akhir yang saya susun
dengan judul:

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PETERNAK AYAM BROILER


DENGAN SISTEM KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari
skripsi/karya ilmiah/tugas akhir orang lain. Apabila kemudian hari pernyataan saya
tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat digunakan
apabila diperlukan.

Mengetahui, Surabaya, ……………2022


Dekan Fakultas Ekonomu dan Bisnis Pembuat Pernyataan,

Materai 6000

……………………….. Yuliana Vidia


Nengrum
01110756

iii
PERSETUJUAN SKRIPSI/KARYA ILMIAH/TUGAS AKHIR

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PETERNAK AYAM BROILER


DENGAN SISTEM KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI

DIAJUKAN OLEH:

Yuliana Vidia Nengrum


01110756

TELAH DISETUJUI DAN DITERIMA DENGAN BAIK OLEH :

DOSEN PEMBIMBING,

(Dr. Nurul Aini S.E., Ak., M.Ak.CA) TANGGAL.............

KETUA PROGRAM STUDI AKUNTANSI,

(..........................................) TANGGAL...........

iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI/KARYA ILMIAH/TUGAS AKHIR

TELAH DIUJI DAN DIPERTAHANKAN

PADA HARI ...........................,2022

Judul Skripsi/Karya Ilmiah/Tugas Akhir : Analisis Pendapatan Dan Biaya Peternak


Ayam Broiler Dengan Sistem Kemitraan
Dan Pola Mandiri

Disusun oleh : Yuliana Vidia Nengrum

NIM : 01117056

Fakultas : Fakultas Hukum, Ekonomi dan


Pendidikan

Prodi : Akuntansi

Perguruan Tinggi : Universitas Narotama

Dihadapan Team Penguji :

1. ....................................... ....................................

2. ....................................... ....................................

3. ....................................... ....................................

v
HALAMAN PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Narotama Surabaya, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:

Nama : Yuliana Vidia Nengrum


NIM : 01117056
Fakultas Program Studi : Prodi Akuntansi Fakultas Hukum, Ekonomi dan Pendidikan
Jenis Karya : Skripsi/Karya Ilmiah/Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Narotama hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalti Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PETERNAK AYAM BROILER


DENGAN SISTEM KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalty
Noneksklusif ini Universitas Narotama berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis pencipta dan sebagai pemiliki Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Di buat di : Surabaya
Pada tanggal : ……………2022
Yang menyatakan

Materai 6000

(Yuliana Vidia Nengrum)

vi
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia yang telah Allah berikan, saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul Analisis Pendapatan Dan Biaya Peternak Ayam Broiler Dengan
Sistem Kemitraan Dan Pola Mandiri, Skripsi ini diajukan untuk memenuhi dan
melengkapi salah satu syarat kelulusan dalam meraih drajat Strata Satu (S-1)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Narotama.
Dalam penyusunan skripsi ini, saya menyadari bahwa keberhasilan dan
terlaksananya penelitian ini bukan merupakan keberhasilan individu. Oleh karena itu,
saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dorongan, maupun doa sehingga skripsi ini bisa terselesaikan
dengan baik. Ucapan terima kasih saya tujukan kepada :
1. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan doa, restu, dukungan, dan kasih
sayang yang sangat berarti bagi saya.
2. Bapak ...................................... selaku Rektor Universitas Narotama Surabaya.
3. Ibu ....................................... selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Narotama Surabaya.
4. Bapak ....................................selaku Kepala Program Studi Akuntansi Universitas
Narotama Surabaya.
5. Ibu Dr. Nurul Aini S.E., Ak., M.Ak.CA selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing serta memberikan
petunjuk dan nasehat yang sangat berarti bagi saya.
6. Bapak/Ibu dosen, staff, dan karyawan di lingkungan Universitas Narotama
Surabaya yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi.
7. Teman-teman Universitas Narotama, sahabat-sahabat saya sekaligus teman
seperjuangan. Terima kasih atas dukungan, pengertian, doa, serta telah memberi
masa kuliah yang berkesan yang tidak akan pernah terlupakan.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan kepada saya dalam menyusun skripsi.

Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
untuk membalas kebaikan dari semua pihak yang telah membantu saya selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat kepada semua pihak.

Surabaya, ................2022

Penulis

vii
viii
SURAT KETERANGAN UJI SIMILARITIES

Berdasarkan hasi uji similarities menggunakan Program PCX/Turnitin terhadap


Skripsi /Artikel dengan judul dan nama pengarang sebagaimana tersebut dibawah ini:

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PETERNAK AYAM BROILER


DENGAN SISTEM KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI

Oleh:
YULIANA VIDIA NENGRUM NIM. 01117056

Kami dengan ini menerangkan bahwa Skripsi/Artikel tersebut di atas menunjukkan:

SIMILARITY INDEX: ....%

Demikian surat keterangan ini kami buat dengan yang sebenarnya tanpa adanya
tekanan atau paksaan dari pihak manapun, dan untuk dipergunakan sebagaimana
semestinya.

Surabaya, 2022
Tim Uji Similarities

_________________
NIDN/NIPY .

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI................................................ v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
SURAT KETERANGAN UJI SIMILARITIES .......................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
ABSTRAK.................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 4
1.5 Batasan Masalah ........................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................... 6
2.2. Analisa Ekonomi ........................................................................ 8
2.2.1. Biaya .................................................................................... 8
2.3. Penerimaan dan Pendapatan ....................................................... 10
2.4. Ayam Broiler ............................................................................... 11
2.5. Usaha Ternak Ayam Broiler ........................................................ 12
2.6. Peternakan Ayam Pedaging ........................................................ 14
2.7. Kemitraan .................................................................................... 14
2.8. Keberhasilan Pola Usaha Kemitraan ………………................... 19
2.8.1. Badan ................................................................................... 20
2.8.2. FCR ...................................................................................... 20
2.8.3. Persentase Depleso Populasi (D).......................................... 21
2.8.4. Rata-rata Umur Panen (A/U)................................................ 21
2.8.5. IP (Index Prestasi)................................................................ 22
2.9. Sistem Mandiri ……………….................................................... 22
2.10. Sistem Semi Mandiri ………………......................................... 23
2.11. Kerangka Berpikir ………………............................................. 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian .............................................................................. 26
3.2. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 27
3.3. Obyek Penelitian ........................................................................... 27
3.4. Jenis dan Sumber Data................................................................... 28
3.4.1. Jenis Data ............................................................................. 28
3.4.2. Sumber Data ........................................................................ 28
3.5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 29
3.6. Teknik Analisis Data ..................................................................... 30
3.7. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 33

x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden ............................................................. 34
4.2 Gambar Sistem Kemitraan Antara Peternak dan Perusahaan ...... 34
4.3 Pendapatan ................................................................................... 36
4.4 Perbandingan Biaya Produksi....................................................... 38
4.4.1. Biaya Tetap (FC) .............................................................. 38
4.4.2. Biaya Penyusutan Kandang............................................... 39
4.4.3. Biaya Penyusutan Peralatan.............................................. 39
4.4.4. Biaya Variabel................................................................... 40
4.4.5. Biaya Bibit......................................................................... 41
4.4.6. Biaya Pakan....................................................................... 41
4.4.7. Biaya Vaksin dan Obat – obatan....................................... 42
4.4.8. Biaya Listrik...................................................................... 43
4.4.9. Biaya Tenaga Kerja........................................................... 44
4.4.10. Total Biaya (TC).............................................................. 45
4.5 Laba............................................................................................. 45
4.6 Kelebihan dan Kekurangan Peternak Sistem Mandiri................. 47
4.7 Kelebihan dan Kekurangan Peternak Sistem Mitra..................... 48

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 50
5.2 Saran ............................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... xii


LAMPIRAN

xi
ABSTRAK

Analisis Pendapatan Dan Biaya Peternak Ayam Broiler Dengan Sistem Kemitraan
Dan Pola Mandiri

Oleh : Yuliana Vidia Nengrum

Dosen Pembimbing :
Dr. Nurul Aini S.E., Ak., M.Ak.CA

Budidaya peternakan broiler di Indonesia tidak lepas dari permasalahan yaitu aspek
pasar dan penyediaan sarana produksi yang tidak seimbang dengan harga jual
produksi, sehingga membuat peternak takut mengambil resiko untuk
mengembangkan usaha peternakan ayam broiler dengan skala produksi lebih besar.
Analisis pola kemitraan yang terjalin antara peternak yang mengusahakan peternakan
ayam broiler dengan pola kemitraan dan pola mandiri. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan usaha ternak ayam broiler pola kemitraan dan pola
mandiri ditinjau dari perbandingan pendapatan usaha, perbandingan biaya produksi
usaha, dan perbandingan laba usaha. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan Pendapatan pada pola kemitraan masing
masing peternak adalah Rp. 26.886.036,00 (Suyono), Rp. 46.034.600,00 (Mashuri),
Rp. 139.608.201 (Nur Wahid), dan pendapatan pada pola mandiri adalah Rp.
1.298.600,00 (Rozak). Total Laba yang di terima pada pola kemitraan masing masing
peternak adalah Rp. 20.521.015,00 (Suyono), Rp. 23.184.64900 (Mashuri), Rp.
89.437.344 (Nur Wahid), dan total laba yang di terima pada pola mandiri adalah Rp.
1.298.600,00 (Rozak). Biaya produksi peternak Suyono sebesar Rp. 6.365.021,00
dan biaya produksi mitra sebesar Rp. 210.560.130,00, Biaya produksi peternak
Mashuri sebesar Rp. 22.849.952,00 dan biaya produksi mitra sebesar Rp.
512.593.730,00, Biaya produksi peternak Nur Wahid sebesar Rp. 50.170.857,00 dan
biaya produksi mitra sebesar Rp. 1.034.264.930,00, Biaya produksi peternak Mandiri
Rozak sebesar Rp. 6.051.400,00. Kelebihan peternak sistem kemitraan yaitu
pemasaran hasil yang sudah terjamin dan kekurangan nya yaitu terikat oleh kontrak
dengan inti, sehingga peternak tidak dapat berinovasi dalam melaksanakan sistem
produksi. Kelebihan peternak sistem mandiri yaitu tidak terikat oleh kontrak
sehingga bebas untuk berinivasi dan kekurangan nya yaitu tingkat resiko kegagalan
lebih besar dan kerugian ditanggung sendiri oleh peternak mandiri.

Kata kunci : Peternakan Ayam Broiler, pendapatan usaha, biaya produksi, laba
usaha

xii
ABSTRACT

Analisis Pendapatan Dan Biaya Peternak Ayam Broiler Dengan Sistem Kemitraan
Dan Pola Mandiri

Oleh : Yuliana Vidia Nengrum

Dosen Pembimbing :
Dr. Nurul Aini S.E., Ak., M.Ak.CA

Broiler farming in Indonesia cannot be separated from problems, namely the market
aspect and the provision of production facilities that are not balanced with the selling
price of production, thus making farmers afraid to take risks to develop a broiler
farming business with a larger production scale. Analysis of the pattern of
partnerships that exist between farmers who operate broiler chicken farms with
partnership patterns and independent patterns. The purpose of this study was to
determine the difference between a partnership and an independent broiler farming
business in terms of a comparison of operating income, a comparison of business
production costs, and a comparison of operating profits. This study used descriptive
qualitative method. The results showed that the income in the partnership pattern of
each breeder was Rp. 26,886,036.00 (Suyono), Rp. 46,034,600.00 (Mashuri), Rp.
139,608,201 (Nur Wahid), and the income in the independent pattern is Rp.
1,298,600.00 (Rozak). The total profit received in the partnership pattern of each
breeder is Rp. 20.521.015.00 (Suyono), Rp. 23,184,64900 (Mashuri), Rp. 89,437,344
(Nur Wahid), and the total profit received in the independent pattern is Rp.
1,298,600.00 (Rozak). The production cost of Suyono's breeder is Rp. 6,365,021.00
and partners' production costs of Rp. 210,560,130,00, Mashuri breeder's production
cost is Rp. 22,849,952.00 and partners' production costs of Rp. 512.593.730.00, the
production cost of farmer Nur Wahid is Rp. 50,170,857.00 and partners' production
costs of Rp. 1,034,264,930,00, Mandiri Rozak's farmer production cost is Rp.
6,051,400,000. The advantages of the partnership system breeder are guaranteed
product marketing and the drawback is that they are bound by a contract with the
nucleus, so that farmers cannot innovate in implementing the production system. The
advantages of independent farmer systems are that they are not bound by a contract
so they are free to innovate and the drawback is that the level of risk of failure is
greater and losses are borne by independent farmers.

Keywords : Broiler Farm, operating income, production costs, operating profit

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan


mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Sub sektor peternakan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan sektor pertanian yang diutamakan
untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi. Usaha peternakan saat ini sudah
merupakan suatu usaha yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga ataupun sebagai usaha yang dapat dikelola secara komersil. Salah satu yang
banyak di ternakan saat ini adalah peternakan broiler. Hal ini disebabkan karena: 1)
daging ayam relative murah, 2) daging ayam mengandung sedikit lemak dan kaya
akan protein bila dibandingkan daging sapi, kambing, dan babi, 3) tidak ada agama
yang melarang umatnya untuk mengonsumsi daging ayam, 4) daging ayam
mempunyai rasa yang dapat diterima semua golongan masyarakat dan semua umur,
5) daging ayam cukup mudah diolah menjadi produk olahan yang bernilai tinggi,
mudah disimpan, dan mudah dikonsumsi (Priyanto, 2000).

Ada beberapa alasan dalam pemilihan topik “Analisis Pendapatan Dan Biaya
Peternak Ayam Broiler Dengan Sistem Kemitraan Dan Pola Mandiri” dalam
penelitian ini. Beberapa alasan tersebut di antaranya alasan berdasarkan aspek gap
teoritis, alasan berdasarkan pada aspek gap penelitian terdahulu dan aspek
pengembangan model.

Budidaya peternakan broiler di Indonesia tidak lepas dari permasalahan yaitu


aspek pasar dan penyediaan sarana produksi yang tidak seimbang dengan harga jual
produksi, sehingga membuat peternak takut mengambil resiko untuk
mengembangkan usaha peternakan ayam broiler dengan skala produksi lebih besar.
Keunggulan protein hewani membuat industri atau usaha peternakan memiliki
potensi yang besar untuk berkembang, dikarekanan konsumsi daging masyarakat
Indonesia yang masih rendah dan masih dapat ditingkatkan (Ratnasari, et al 2015).
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh peternak maka diperlukan peran
pemerintah dalam menggerakan perusahaan swasta dan lembaga-lembaga
pembiayaan agribsinis dalam menunjang pengembangan produksi peternakan
1
khususnya broiler. Peran perusahaan dan lembaga – lembaga agribisnis ini sangat
membantu petani/peternak yakni dalam menyiapkan sarana produksi berupa bibit,
pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin, dan pemasaran hasil peternakan dengan pola
kemitraan (Salam et al, 2006).

Berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka


mengembangkan industri ayam ras pedaging di dalam negeri. Tahun 1996 pemerintah
telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 476/96 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging, dimana didalamnya
diatur mengenai tatacara pelaksanaan program kemitraan oleh perusahaan
peternakan.Bagi perusahaan peternakan dan perusahaan di bidang peternakan yang
melakukan usaha budidaya ayam ras wajib melaksanakan kemitraan dengan
peternakan rakyat.Dalam program kemitraan ayam ras pedaging sasaran yang dituju
adalah terjalinnya kerjasama bisnis yangsaling menguntungkan dan saling
memperkuat serta saling percaya antara perusahaan inti dengan peternak
plasma.Untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dalam bisnis ayam ras
pedaging dengan pola kemitraan ini, antara pihak yang bermitra harus mempunyai
kepentingan dan posisi yang sejajar (Wibowo, 2008).

Pola kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama antara pengusaha dengan


peternak dari segi pengelolaan usaha peternakan. Pola kemitraan adalah budidaya
yang melibatkan perusahaan inti, dan peternak, perusahaan inti bertugas menyediakan
fasilitas meliputi pakan, vaksin, dan doc serta menanggung pemasaran hasil panen,
sedangkan peternak menyediakan kandang, peralatan dan perawatan. Bentuk kerja
samanya melalui perjanjian kontrak. Perjanjian kontrak tersebut meliputi kontrak
harga DOC, pakan dan obat-obatan atau vaksin. Keunggulan dari pola kemitraan
adalah peternak selain mendapat bantuan modal kredit sapronak dan bimbingan
teknis, juga mendapat jaminan pemasaran dan kepastian harga ayam. Peternak hanya
fokus dalam budidaya sehingga harus berusaha semaksimal mungkin performa
optimal karena tidak memikirkan fluktuasi harga. Kelemahan sistem kemitraan ketika
harga diatas nilai kontrak harga ayam dalam perhitungan rugi atau untung tetap
menggunakan harga yang telah disepakati antara peternak dengan perusahaan (Salam
et al, 2006).

2
Dalam kemitraan pihak pengusaha dan peternak harus mempunyai posisi yang
sejajar agar tujuan kemitraan dapat tercapai dimana dalam hal perhitungan tentang
biaya produksi diatur sepenuhnya oleh perusahaan yang disepakati bersama oleh
peternak. Pada hakekatnya kemitraan adalah sebuah kerja sama bisnis untuk tujuan
tertentu dan antara pihak yang bermitra harus mempunyai kepentingan dan posisi
yang sejajar. Terjadinya kemitraan adalah bila ada keinginan yang sama untuk saling
mendukung dan melengkapi dalam upaya mencapai tujuan bersama. Kemitraan usaha
ini dilakukan antara usaha kecil dengan sektor usaha besar. Dengan adanya kemitraan
ini, usaha kecil diharapkan dapat hidup berdampingan dan sejajar dengan usaha
besar.

Sistem peternakan mandiri merupakan sistem usaha beternak dengan modal


sepenuhnya ditanggung peternak. Peternak menyediakan kandang, peralatan, tenaga
kerja dan sarana produksi ternak DOC, pakan serta memasarkan sendiri ternaknya
baik ternak hidup maupun dalam bentuk karkas. Karena keseluruhan modal serdiri
maka peternak mandiri sulit dalam pengembangan usaha, pemasaran sulit dalam
jumlah besar, dan untuk resiko juga ditanggung sendiri oleh peternak mandiri
(Tamalluddin, 2016).

Agar bisa mencapai tingkat keuntungan yang maksimal dan efisien dalam usaha
ternak ayam broiler, maka diperlukan alat analisis berupa fungsi keuntungan sehingga
dapat menganalisis semua parameter yang berhubungan langsung dengan tingkat
produksi yang dapat dicapai dan menganalisis tingkat efisiensi usaha ternak yang
dijalankan. Asumsi yang mendasari hal ini adalah keuntungan. Selain itu peternak
ayam broiler juga perlu menganalisis kelayakan finansial atas usaha yang dijalankan.
Analisis kelayakan finansial adalah penilaian atas proyek yang didasarkan pada
apakah usaha ternak tersebut yang nantinya secara finansial menguntungkan atau
tidak. Dengan diketahui layak atau tidaknya usaha tersebut dapat membantu
pengembangan dan perencanaan usaha di masa mendatang untuk meningkatkan
efesiensi dan produktifitas usahanya (Riyanto, 1992).

Untuk meningkatkan produksi ayam ras pedaging, PT. Ciomas Adi Satwa yang
merupakan perusahaan mitra yang menawarkan suatu pola kemitraan kepada
peternak ayam ras pedaging. Dari kerjasama ini diharapkan kedua belah pihak bisa

3
mendapatkan keuntungan. Untuk itu masing-masing pihak yang melakukan pola
kemitraan ini harus menyadari bahwa mereka memiliki perbedaan dan keterbatasan,
misalnya dibidang manajemen, penguasaan teknologi dan penguasaan sumberdaya.
Oleh karena itu mereka harus mampu saling mengisi dan saling melengkapi
kekurangan masing-masing sehingga kesinambungan usaha tetap berjalan.

Terkadang kerjasama kemitraan yang dijalankan tidak saling menguntungkan,


hal tersebut karena pihak perusahaan memiliki power yang lebih bila dibandingkan
dengan pihak peternak baik dalam hal permodalan, teknologi, pasar, dan manajemen.
Dampaknya terhadap peternak seakan merupakan pekerja oleh perusahaan inti.

Agar dapat diketahui bagaimanakah sesungguhnya pola kemitraan yang terjalin


antara peternak dengan perusahaan mitra dan berapa besar keuntungan yang
diperoleh peternak yang mengusahakan peternakan ayam broiler dengan pola
kemitraan dan pola mandiri, usaha diperlukan suatu penelitian dan analisis untuk
mengetahui jawaban tersebut. Atas dasar permasalahan tersebut maka penulis
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pendapatan dan Biaya peternak ayam
broiler dengan sistem kemitraan dan pola mandiri.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana perbandingan pendapatan pada usaha ternak ayam broiler pola
kemitraan dan mandiri?
2. Bagaimana perbandingan biaya produksi pada usaha ternak ayam broiler pola
kemitraan dan pola mandiri?
3. Bagaimana perbandingan laba usaha pada usaha ternak ayam broiler pola
kemitraan dan pola mandiri?
4. Apa yang membedakan usaha ternak ayam broiler pola kemitraan dan pola
mandiri?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis perbandingan pendapatan pada usaha ternak ayam broiler
pola kemitraan dan pola mandiri.
2. Untuk menganalisis perbandingan biaya produksi pada usaha ternak ayam broiler
pola kemitraan dan pola mandiri.

4
3. Untuk menganalisis perbandingan laba usaha ternak ayam broiler pola kemitraan
dan pola mandiri.
4. Untuk mengetahui perbedaan usaha ternak ayam broiler pola kemitraan dan pola
mandiri
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi saya (peneliti) terutama setelah
menyelesaikan tugas akhir (Skripsi).
2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi saya (peneliti) dan pengusaha ayam
broiler maupun perusahaan inti mengenai analisa pendapatan dan biaya dengan
pola kemitraan dan pola mandiri.
3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat di sekitar dalam mengambil kebijakan
yang terkait dengan pengembangan usaha ayam potong terutama dengan pola
kemitraan.
1.5 Batasan Masalah
Adapun batasan pembahasan dari tugas akhir yang penulis buat adalah pendapatan,
biaya, penerimaan keuntungan pengusaha ayam broiler dengan pola Kemitraan dan
pola mandiri antara pengusaha peternak ayam broiler.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Ahmad Habibi Walid, dkk (2021) melakukan penelitian yang berjudul
“Komparasi Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pola Mandiri dan Pola Kemitraan di
Kabupaten Trenggalek”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan biaya
dan pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras broiler pola kemitraan dan pola
mandiri di Desa Jombok Kecamatan Pule Kabupaten Trenggalek. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan biaya yang signifikan pada biaya peternakan
ayam ras broiler antara kedua model tersebut. Biaya peternakan ayam ras broiler
model kemitraan lebih tinggi daripada model mandiri, dan pendapatan model
kemitraan seringkali lebih rendah dari model mandiri. Dapat disimpulkan bahwa dari
segi ekonomi, peternakan ayam ras broiler mandiri lebih menguntungkan daripada
kemitraan.
Penelitian Alif Wahyuning Tyas dkk (2020) yang berjudul “Analisis
Komparatif Keuntungan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Antara Pola Kemitraan
dengan Pola Mandiri di Kabupaten Banjar”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis perbedaan keuntungan yang diperoleh peternak ayam ras pedaging
dengan pola kemitraan dan mandiri di Kabupaten Banjar dan mengetahui
permasalahan yang dihadapi peternak ayam ras pedaging dengan pola kemitraan dan
mandiri di Kabupaten Banjar. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya total

6
peternak pola kemitraan adalah sebesar Rp.223.597.362,50 per periode, sedangkan
rata-rata biaya total peternak pola mandiri adalah sebesar Rp.210.665.777,79 per
periode. Rata-rata penerimaan pola kemitraan adalah sebesar Rp.289.575.153,84 per
periode, sedangkan rata-rata penerimaan peternak mandiri adalah sebesar
Rp.260.535.666,67 per periode. Rata-rata keuntungan peternak pola kemitraan yaitu
Rp.65.977.791,34 per periode, sedangkan rata-rata keuntungan peternak mandiri
adalah sebesar Rp.49.869.888,99 per periode
Penelitian yang dilakukan Ali Makmur dkk (2020) mengenai “Analisis
Pendapatan Peternak Ayam Broiler pada Pola Kemitraan yang Berbeda di Kecamatan
Payakumbuh Timur (Studi Kasus PT. Karya Semangat Mandiri dan Poultry Shop
Torang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kemitraan serta pendapatan
peternak ayam broiler yang bermitra. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah
peternak yang bermitra dengan PT. KSM menggunakan pola kemitraan inti plasma
dengan perjanjian tertulis dan peternak memberikan uang jaminan kepada perusahaan,
peternak yang bermitra dengan Poultry Shop Torang menggunakan pola bagi hasil
yang keuntungannya di bagi dua. Bentuk perjanjian tidak dilakukan secara tertulis dan
peternak tidak memberikan uang jaminan. Pendapatan peternak yang bermitra dengan
PT. KSM lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan peternak yang bermitra
dengan Poultry Shop Torang.
Penelitian yang dilakukan NM. Akbar Illahi dkk (2019) yang berjudul
“Analisis pendapatan Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan di Kecamatan
Nanggung Kabupaten Bogor”. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang
dilakukan antara peternak ayam broiler dan perusahaan yaitu pola Inti-Plasma dan
kerjasama operasional agribisnis (KOA). Hasil analisis R/C ratio menunjukkan tidak
terdapatnya peternak yang mengalami kerugian dengan nilai tertinggi rasionya 1,158
pada peternak skala IV. Hasil analisis Break Event Point (BEP) melebihi titik impas
baik BEP produksi dan harga pada setiap skala. Peternak mitra memperoleh banyak
manfaat seperti bantuan modal, penyuluhan serta pemasaran hasil.
Penelitian yang dilakukan oleh Bayu Amil Saputra, dkk (2020) “Analisis
Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan di Kecamatan Karang
Intan Kabupaten Banjar”. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata biaya
penyusutan Rp 2.426.273. satu kali produksi. Rata-rata biaya sewa lahan Rp 235.000.
Sehingga rata-rata biaya tetap Rp 2.661.273. Rata-rata biaya variabel Rp 111.192.195
7
satu kali proses produksi sehingga biaya total Rp113.853.468. Rata-rata total
penerimaan Rp 126.102.904. Rata-rata total pendapatan Rp 12.249.436. Rata-rata nilai
R/C Ratio usaha ternak ayam broiler di Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar
adalah 1,11. Artinya setiap 1 rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan
sebesar Rp. 1,11. Sehingga secara keseluruhan usaha ternak ayam broiler di
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar layak untuk dikembangkan.

2.2 Analisa Ekonomi


Menurut Suprapti (2005), analisa ekonomi adalah gambaran mengenai
perputaran keuangan dalam suatu kegiatan usaha. Dengan analisa ekonomi, dapat
diketahui besarnya modal yang harus dikeluarkan dan besarnya pemasukan serta
keuntungan yang dapat diharapkan dari suatu proses produksi. Aspek finansial
berkaitan dengan bagaimana menentukan kebutuhan jumlah dana dan
pengalokasiannya serta mencari sumber dana yang bersangkutan secara efisien,
sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi investor (Ibrahim,
2003). Kelayakan dari suatu kegiatan usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba
finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan
keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila usaha
tersebut tidak memberikan keuntungan finansial (Gittinger, 1986).
2.2.1 Biaya
Biaya bagi perusahaan adalah nilai faktor-faktor produksi yang digunakan
untuk menghasilkan output (Boediono, 1980). Biaya bagi perusahaan yang
berproduksi didefinisikan sebagai nilai input yang digunakan untuk
menghasilkan output. Menurut Soekartawi et al. (1986), biaya produksi
merupakan pengeluaran yang digunakan untuk suatu proses produksi tanaman
atau ternak dalam usaha. Biaya produksi dalam usaha menurut Hernanto (1995)
dapat dibedakan berdasarkan:
1. Jumlah biaya output yang dikeluarkan terdiri dari:
a. Biaya tetap adalah biaya yang besar-kecilnya tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat
bangunan peternakan dan bunga pinjaman. Biaya tetap yang terlibat dalam
produksi dan tidak berubah meskipun ada perubahan jumlah daging yang
dihasilkan. Termasuk biaya penyusutan, seperti penyusutan alat-alat
8
kandang (tempat makan, tempat minum dan lain-lain), penyusutan
kandang, bunga atas pinjaman, pajak dan sejenisnya dan biaya lain-
lainnya. Rasyaf (2001) menyatakan, biaya tetap dalam usaha peternakan
ayam broiler adalah biaya tetap yang terlibat dalam proses produksi.
b. Biaya Penyusutan Kandang merupakan komponen biaya tetap tertinggi
yang dikeluarkan peternak selama produksi. Perhitungan nilai penyusutan
kandang dilakukan dengan cara: harga pembuatan kandang dikurangi
harga akhir dibagi umur ekonomi (Siregar, 2008).
c. Biaya penyusutan peralatan Tidak hanya kandang yang mengalami
penyusutan tetapi peralatan kandang juga mengalami penyusutan seiring
dengan berjalannya waktu, penyusutan peralatan termasuk dalam biaya
tetap karena nilai peralatan kandang dari ke tahun menyusut meskipun
kandang dikosongkan Arto (2013).
2. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah
produksi, misalnya pengeluaran untuk biaya bibit, biaya sekam, biaya gas,
biaya obat – obatan, biaya pakan, biaya listrik, dan biaya tenaga kerja.
Menurut Cahyono (2004), berdasarkan klasifikasinya biaya variabel
terdiri atas 4 macam:
a. Biaya bibit ayam yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli bibit
ayam pedaging. Jumlah DOC bibit ayam yang dibutuhkan, dikalikan
dengan harga DOC itu. Porsinya antara 10 – 16% dari total biaya produksi.
b. Biaya pakan meliputi 70 – 80 % dari total biaya produksi. Biaya pakan ini
akan tercipta dari hasil perkalian antara jumlah konsumsi ransum dengan
harga makanan. Harga pakan sudah ditentukan dari kekuatan pasar,
sedangkan konsumsi ransum harus sesuai standar dari pembibit yang
bersangkutan.
c. Biaya kesehatan dalam kondisi normal, porsi biaya kesehatan hanya 1-2%.
Biaya itu untuk membeli berbagai vaksin dan obat-obatan penting lainya.
Dalam hal ini tidak termasuk biaya pengobatan dimasukkan dalam biaya
peternakan, bukan biaya produksi.
d. Biaya pemeliharaan misalnya untuk membeli energi (minyak, gas, atau
listrik) bagi indukan anak ayam, upah tenaga vaksinator dan lainya.
3. Biaya yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari:
9
a. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai.
Biaya tunai ini digunakan untuk melihat pengalokasian modal yang
dimiliki oleh peternak.
b. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat
peternakan, sewa lahan milik sendiri dan tenaga kerja keluarga. Biaya
tidak tunai ini melihat bagaimana manajemen usaha tersebut.
2.3 Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan dari usaha ayam pedaging diperoleh dari penjualan ayam,
penjualan pupuk dan penjualan karung pakan. Menurut Rasyaf (2001). Penerimaan
ialah jumlah produk yang dihasilkan dari suatu usaha dikalikan dengan harga yang
berlaku.
Pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi. Apabila hasil
pengurangan antara penerimaan dan biaya produksi tersebut positif maka usaha
tersebut akan memperoleh keuntungan sedangkan jika hasilnya negatif maka usaha
tersebut akan rugi (Rasyaf, 1996), Pendapatan merupakan hasil yang didapatkan dari
kegiatan usaha seseorang sebagai imbalan atas kegiatan yang dilakukan.
Pendapatan peternak diperoleh dari rekapitulasi hasil pemeliharaan ayam
pedaging. Peternak rata-rata mendapat pendapatan Rp. 2.000 – Rp. 3.000 dalam
kondisi harga pasar normal atau tidak dibawah HPP. Jika harga jauh diatas HPP,
pendapatan peternak pun akan meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan
Ramaswami et al.,(2005) tentang efisiensi dan distribusi dalam contract farming untuk
kasus usaha ternak di India mengemukakan bahwa kontrak produksi adalah lebih
efisien dibandingkan produksi non kontrak. Surplus efisiensi adalah besar sekali untuk
industri pengolahan. Walaupun begitu, kontrak farming (contract growers) tetap
memberikan manfaat dalam kontek resiko yang lebih rendah dan harapan yang lebih
baik dari sisi penerimaan. Hasil kajian yang dilakukan Birthal et al. (2005) tentang
koordinasi vertikal pada komoditas pangan bernilai ekonomi tinggi yang antara lain
mencakup dua komoditas ternak ayam ras pedaging (ayam ras pedaging) dalam rantai
pasokan di India memberikan hasil bahwa untuk usahaternak ayam ras pedaging
dengan sistem kontrak memberikan tingkat keuntungan sebesar Rp. 2.225 per ekor
dibandingkan dibandingkan usaha ternak ayam ras pedaging non kontrak yang hanya
memberikan tingkat keuntungan sebesar Rp. 2.003,-/ekor. Dari sisi biaya untuk usaha

10
ternak ayam ras pedagingdengan sistem kontrak sebesar Rp. 223,-/ekor dibandingkan
usaha ternak ayam ras pedaging non kontrak.
2.4 Ayam Broiler
Broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging (broiler) adalah jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas
tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam, Ayam broiler yang merupakan
hasil perkawinan silang dan sistem berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa
dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal apabila ayam
tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakan yang berkualitas
tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Ayam broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan
dengan ternak lain kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi
daging dalam waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi
daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi. Keunggulan ayam broiler antara lain
pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang
relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan
kualitas daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini
juga merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat
terhadap daging ayam. Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya
industri hilir seperti perusahaan pembibitan (Breeding Farm) yang memproduksi
berbagai jenis strain. Istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi
yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai
penghasil daging (Murtidjo, 1994). Broiler merupakan jenis ternak kelompok unggas
yang tersedia sebagai sumber makanan, terutama sebagai penyedia protein hewani
(Ratnasari, dkk 2015). Menurut Yemima (2014) broiler adalah ayam ras yang
memiliki keunggulan yaitu siklus produksi yang singkat yaitu dalam waktu 4-6
minggu ayam broiler sudah dapat di panen dengan bobot badan 1.5 – 1.56 kg/ekor.
Rasyaf (2002) mengemukakan bahwa ciri khas broiler adalah rasanya enak dan khas,
pengolahannya mudah tetapi mudah hancur dalam proses perebusan yang lama.
Daging merupakan sumber protein yang berkualitas bila dilihat dari kandungan gizi.
Pemeliharaan broiler dibagi menjadi dua yakni tahap starter (0-28 hari) dan finisher
(29 hari - panen).

11
Sebenarnya istilah ayam broiler merupakan istilah asing yang menunjukkan
cara memasak ayam di negara–negara barat (Rasyaf, 2002). Sehingga sampai saat ini
belum ada istilah yang tepat untuk mengantikannya, masyarakat dari pedesaan hingga
pelosok sampai saat ini tetap menyebut dengan istilah ayam broiler.
2.5 Usaha Ternak Ayam Broiler
Usaha pada skala yang luas umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi,
manajemennya modern, lebih bersifat komersial, dan sebaliknya usahat skala kecil
umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usaha
sederhana dan sifat usahanya subsiten, serta lebih bersifat untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Suatu usaha dikatakan
berhasil apabila usaha tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal,
alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk
kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya. Usaha
merupakan proses pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang dilakukan
dalam usaha yang akan dan rencana-rencana usaha berupa pernyataan tertulis yang
memuat sesuatu yang akan dikerjakan pada periode waktu tertentu untuk tujuan
tertentu sehubungan dengan usahanya. Manfaat yang dapat diambil pengusaha:
petunjuk yang dilakukan, pengurangan kesalahan, jaminan pelaksanaan, alat evaluasi,
terjaminnya kontinyuitas usaha. Beternak ayam ras pedaging lebih cepat
mendatangkan hasil daripada beternak ayam buras. Pada umunya pemeliharaan selama
5-8 minggu ayam broiler sudah mempunyai bobot badan antara 1.5-2.8 kg/ekor dan
bisa segera dijual. Dengan demikian perputaran modal berjalan dengan waktu yang
tidak lama. Usaha ternak bertujuan untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan
tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Peternak harus
memperhitungkan setiap biaya yang dikeluarkan sehingga dapat menentukan harga
jual produksi. Biaya – biaya produksi yang dikeluarkan yaitu bibit, pakan, upah tenaga
kerja, biaya pembelian dan pemeliharaan peralatan dan biaya sewa tanah. Usaha
ternak layak diusahakan apabila nilai profitabilitasnya lebih besar dari tingkat bunga
perbankan yang berlaku. Salah satu komoditas perunggasan yang memiliki prospek
yang sangat baik untuk dikembangkan adalah peternakan. Ayam ras pedaging karena
didukung oleh karakteristik produknya yang dapat diterima oleh semua masyarakat
Indonesia.

12
Usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Peternak rakyat,
Pengusaha Kecil Peternakan, dan Pengusaha Peternakan (Anonimus, 1996). Peternak
Rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi
maksimal 15.000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang
membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode.
Pengusaha peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah
populasi melebihi 65.000 ekor per periode (Rasyaf, 2004).

Usaha peternakan ayam broiler saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi
skala usaha maupun dari segi tingkat efisiennya. Banyak para pelaku usaha menekuni
usaha peternakan ayam broiler, baik secara sistem mandiri maupun secara sistem
plasma. Alasannya adalah selain jumlah permintaan daging ayam yang terus
meningkat, perputaran modal yang sangat cepat merupakan daya tarik tersendiri bagi
para pelaku usaha untuk menekuni usaha peternakan ayam broiler ini. Alasan lainnya
adalah tersedianya faktor-faktor produksi dalam jumlah yang banyak (Hafsah, 2003).

Saat ini telah banyak para pelaku usaha ayam broiler yang menggabungkan
beberapa unit usaha menjadi satu kesatuan unit usaha yang terintegrasi (integrated).
Misalnya usaha pembibitan ayam bergabung dengan usaha pakan ternak, usaha
beternak ayam broiler komersial, dan proses pemotongan ayam. Bahkan banyak
diantaranya yang menggabungkan usahanya dengan usaha pengolahan ayam, sehingga
ayam potong yang dijual tidak hanya dalam bentuk ayam hidup ataupun dalam bentuk
karkas tetapi bisa berupa produk hasil olahan seperti fillet atau nugget. Produk hasil
olahan ini diproduksi berdasarkan permintaan konsumen yang terus berkembang
(Rasyaf, 2004).

Subsektor peternakan mampu tumbuh dengan cepat, karena didukung oleh


perkembangan industri peternakan terutama ayam ras dan sapi potong. Pelaku dua
komoditi tersebut berpotensi dijadikan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam
sektor pertanian. Salah satu komoditas peternakan yang memiliki potensi yang cukup
tinggi di Indonesia adalah peternakan ayam ras pedaging (broiler), perkembangan
jumlah populasi ayam broiler mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan adanya
peluang tersebut maka perlu ditingkatkan daya saing komoditi hasil ternak (Ilham,
2006).

13
2.6 Peternakan Ayam Pedaging
Peternakan ayam pedaging mempunyai prospek yang sangat baik untuk
dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun skala peternakan kecil
(peternakan rakyat). Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan
membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kegiatan
tersebut. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-
prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara
optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu
peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu
peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci. Ayam broiler merupakan ayam
penghasil daging yang memiliki beberapa keunggulan diantaranya, laju perputaran
modal yang cepat dan waktu pemeliharaan yang singkat yaitu dalam 5 minggu ayam
broiler sudah dapat dipanen dengan bobot 1.5 kg/ekor. Hal inilah yang mendorong
banyak peternak yang mengusahakan peternakan ayam broiler. (Rasyaf, 2004).

Peternakan adalah suatu usaha pembibitan atau budidaya peternakan dalam


bentuk perusahaan atau peternakan rakyat, yang dilakukan secara teratur dan terus
menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersil
atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit atau ternak potong,
telur, susu, serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan,
mengedarkan dan memasarkan. Peternakan merupakan sektor yang memiliki peranan
penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaan,
sumber devisa negara dan penyedia bahan pangan. Peranan penting peternakan
menyebabkan peternakan menjadi sektor yang diminati pengusaha untuk dijadikan
bisnis sumber penghasilan utama maupun sampingan. Usaha peternakan yang banyak
diminati adalah peternakan ayam broiler karena memiliki permintaan yang tinggi
(Rasyaf, 1989).

2.7 Kemitraan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti kata mitra adalah teman, kawan
kerja, pasangan kerja, rekan, sementara kemitraan mempunyai arti perihal hubungan
atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih
keuntungan bersama dengan prinsip saling menguntungkan dan saling memberikan
14
manfaat antara pihak yang bermitra. Pola kemitraan dibidang peternakan, adalah salah
satu jalan kerjasama antara peternak kecil (plasma) dengan perusahaan swasta dan
pemerintah sebagai inti (Hafsah, 2000).

Kemitraan adalah pola kerjasama antara perusahaan peternakan selaku mitra


usaha inti dengan peternak rakyat selaku mitra usaha plasma, yang dituangkan dalam
bentuk ikatan kerjasama. Melalui kemitraan diharapkan terjadi kesetaraan hubungan
antara peternak dengan mitra usaha inti sehingga memperkuat posisi tawar peternak,
berkurangnya risiko usaha dan terjaminnya pasar yang pada akhirnya meningkatkan
pendapatan peternak. Kemitraan dimaksudkan sebagai upaya pengembangan usaha
yang dilandasi kerjasama antara perusahaan dari peternakan rakyat dan pada dasarnya
merupakan kerjasama vertical (vertical partnertship). Kerjasama tersebut
mengandung pengertian bahwa keduabelah pihak harus memperoleh keuntungan dan
manfaat. Peternak pola kemitraan (sistem kontrak harga) adalah peternak yang
menyelenggarakan usaha ternak dengan pola kerjasama antara perusahaan inti dengan
peternak sebagai plasma dimana dalam kontrak telah disepakati harga output dan input
yang telah ditetapkan oleh perusahaan inti. Peternak menerima selisih dari perhitungan
input dan output. Peternak plasma yang mengikuti pola kemitraan cukup dengan
menyediakan kandang, tenaga kerja, peralatan, listrik dan air, sedangkan bibit (DOC),
pakan dan obat-obatan, bimbingan teknis serta pemasaran disediakan oleh perusahaan
inti. Pada saat panen perusahaan inti akan memotong utang peternak plasma berupa
DOC, pakan dan obat-obatan. Apabila terjadi kerugian, maka yang menanggung risiko
adalah perusahaan sebatas biaya DOC, pakan dan obat-obatan. Plasma akan
memperoleh bonus, apabila Feed Conversion Ratio (FCR) lebih rendah dari yang
ditetapkan oleh inti. Sedangkan bagi peternak non mitra, seluruh biaya operasi dan
investasi serta pemasaran diusahakan sendiri. Keberhasilan kemitraan usaha sangat
ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika
bisnisnya. Pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan harus memiliki
dasar-dasar etika bisnis yang dipahami dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam
menjalankan kemitraan. Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi
dari kemitraan yang kurang kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau
atas dasar paksaan pihak lain bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang
bersama dari pihak-pihak yang bermitra. Kalau kemitraan tidak didasari oleh etika

15
bisnis (nilai, moral, sikap, dan perilaku) yang baik, maka dapat menyebabkan
kemitraan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.

Menurut Hafsah (1999), kemitraan bertujuan untuk memperbaiki semua aspek


yaitu ekonomi, sosial budaya, teknologi manajemen. Pada aspek ekonomi bertujuan
untuk:

a) Meningkatkan pendapataan usaha kecil dan masyarakat


b) Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan
c) Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil
d) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional
e) Memperluas kesempatan kerja
f) Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.

Pola kemitraan ayam broiler tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan
industri ayam broiler di Indonesia. Bahkan pola kemitraan tersebut dilahirkan dari
sejarah industri ayam ras sebagai salah satu solusi untuk menciptakan harmonisasi
antar pelaku ekonomi dalam industri ayam ras pedaging. Dalam usaha peternakan
ayam rakyat khususnya untuk budidaya ayam ras kebijakan yang ditempuh adalah
mengutamakan usaha budidaya bagi peternakan rakyat, perorangan, kelompok
maupun koperasi sesuai dengan keppres No. 22 tahun 1990.

Pada aspek sosial budaya tujuan yang ingin dicapai adalah pemberian
pembinaan dan pembimbingan kepada pengusaha kecil, sehingga dapat tumbuh, dan
berkembang sebagai komponen ekonomi yang tangguh dan mandiri. Pada akhirnya
diharapkan akan disertai dengan tumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru sebagai upaya
pemerataan pendapatan sehingga dapat mencegah kesenjangan sosial.

Tujuan dalam konteks teknologi adalah terjadinya perbaikan teknologi mitra


yang lemah dan berskala kecil menjadi lebih baik melalui bimbingan dan transfer
teknologi dari perusahaan besar. Diharapkan secara manajemen dapat tercapai
perbaikan manajemen usaha kecil kearah yang lebih baik yaitu peningkatan
produktivitas individu yang melaksanakan kerja, dan peningkatan produktivitas
organisasi didalam kerja yang dilaksanakan.

16
Kemitraan pertanian adalah usaha pertanian berdasarkan azas persamaan
kedudukan, keselarasan dan peningkatan keterampilan kelompok mitra oleh
perusahaan mitra melalui perwujutan sinergi kemitraan yaitu hubungan yang saling
memerlukan, memperkuat dan menguntungkan (Anonimus, 1997). Saling memerlukan
dalam arti perusahaan mitra memerlukan hasil produksi dan kelompok mitra
memerlukan pasokan bahan baku dan bimbingan dari perusahaan. Saling memperkuat
artinya kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama memperhatikan
tanggung jawab moral dan etika bisnis. Saling menguntungkan yaitu baik kelompok
mitra dan perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan, dan kesinambungan
usaha. Pola kemitraan usaha pertanian terdiri dari tiga macam yaitu:

1. Pola Inti Plasma, adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan
perusahaan mitra yang didalamnya perusahaan bertindak sebagai inti dan kelompok
mitra sebagai plasma. Kelebihan pola inti adalah:
a) Kepastian sarana produksi
b) Kelayanan/bimbingan
c) Menampung hasil.

Kekurangan pola inti adalah:

a) Inti plasma menyediakan operasional


b) Kegagalan dalam panen menjadi kerugian peternak plasma.
2. Pola Sub Kontrak, adalah hubungan antara kelompok mitra dengan perusahaan
mitra yang didalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan
perusahan mitra sebagai bagian dari produksinya.
3. Pola Dagang Umum, adalah hubungan kemitraan antara kelompok dengan
perusahaan mitra yang didalamnya perusahaan mitra memasarkan hasil produksi
kelompok mitra, atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan oleh
perusahaan mitra (Anonimus, 1997).

Sementara itu pada agribisnis peternakan, khususnya peternakan broiler


dilakukan dalam bentuk pola kemitraan inti plasma. Pola kemitraan inti plasma adalah
hubungan kemitraan dimana perusahaan mitra sebagai inti dan peternak sebagai
plasma. Perusahaan inti menjamin penyediaan sarana produksi, menampung dan
membeli hasil produksi, mengolah hasil dan pemasaran serta melaksanakan bimbingan
17
teknis/manajemen kepada peternak serta mengusahakan permodalan. Sedangkan
peternak sebagai plasma melakukan budidaya ternak (Saragih, 2000).

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti kemitraan adalah:

1. Peternakan mempunyai kandang dan perlengkapan, kontrak maupun sendiri,


lengkap dengan perizinannya,
2. Peternak mengajukan pendaftaran kerjasama dengan perusahaan serta
mencantumkan data seperti total luas kandang, peralatan, sarana-sarana pendukung
lainnya.
3. Pihak perusahaan melakukan pengamatan langsung ke lokasi untuk meninjau layak
atau tidaknya kandang tersebut untuk dinilai dalam kerjasama tersebut.
4. Bukti perjanjian antara plasma dengan pihak perusahaan, plasma wajib
memberikan jaminan perusahaan, berupa sertifikat, uang kontan, garansi bank atau
surat berharga (Kamaludin, 2011).

Ada aturan (norma-norma) yang harus dilaksanakan oleh inti-plasma adalah


sebagai berikut (Amin, 2012):

Kewajiban inti

1. Menyediakan sarana produksi berupa pakan, bibit (DOC), obat, vaksin dan
peralatan lainnya.
2. Mengambil dan memasarkan ayam pedaging hasil budidaya peternak.
3. Membantu peternak dalam proses budidaya.

Kewajiban plasma

1. Menyediakan lahan dan kandang.


2. Penyedia sarana produksi.
3. Melaksanakan kegiatan budidaya dengan sebaik-baiknya.
4. Menyerahkan hasil budidaya.
5. Tidak boleh menjual hasil budidaya selain pada inti.

Suatu pola kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak antara
mitra (peternak) dan inti berdasar ikatan kerjasama. Jika sebagai peternak mempunyai
modal kerja namun masih mengalami kesulitan pengadaan sapronak (DOC, Pakan,

18
Obat, Vaksin dan Desinfektan) dan pemasaran hasil produksi maka inti sanggup
membantu dalam usaha budidaya (Hafsah, 2003).

Harga kontrak atau garansi pemiliharaan ayam berdasarkan kontrak yang


ditawarkan oleh perusahaan. Harga sapronak, DOC, Pakan dan vaksin sudah tertera
dalam perjanjian kontrak. Peternak akan memperoleh sisa hasil usaha dari perhitungan
penjualan ayam dikurangi biaya-biaya yang diberikan oleh pihak inti.

Linton (1997) menyatakan, bahwa kemitraan adalah suatu cara melakukan


bisnis dimana semua pihak bekerjasama untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Lebih
lanjut dikatakan bahwa kemitraan dapat juga diartikan sebagai suatu sikap
menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka panjang, suatu kerjasama
tingkat tinggi, saling percaya dan saling memberi keuntungan. Selanjutnya
menyatakan bahwa ada beberapa manfaat usaha kemitraan yaitu:

1. Membangun hubungan jangka panjang.


2. Memperbaiki kinerja bisnis jangka panjang.
3. Perencanaan produksi terfokus.
4. Kesadaran kerjasama meningkat.
5. Membuka peluang usaha.

Suharno (2003), menyatakan bahwa perkembangan usaha ayam broiler tersebut


didukung oleh makin kuatnya industri hulu, seperti perusahaan pembibitan (breeding
farm), perusahaan pakan ternak (feed mill), perusahaan obat hewan, danperalatan
peternakan.

2.8 Keberhasilan Pola Usaha Kemitraan


Pelaksanaan pola kemitraan merupakan suatu bentuk usaha yang dilaksanakan
oleh pengusaha dan peternak, serta merupakan salah satu strategi pengembangan
usaha peternakan ayam ras pedaging. Kemitraan merupakan perihal hubungan atau
jalinan kerjasama sebagai mitra yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil
dengan pengusaha menengah atau besar (perusahaan mitra) disertai dengan pembinaan
dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan,
menguntungkan dan memperkuat (Mahyudi dkk, 2010). Pencapaian keberhasilan
dalam suatu usaha kemitraan sangat diharapkan oleh para pelaku usaha mitra, dimana
perusahaan dan peternak mampu mencapai tujuan yang ditetapkan serta menunjukkan
19
keadaan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya agar dapat mempertahankan dan
mengembangkan usahanya (Salam dkk, 2006).
Arifin (2012) menyatakan bahwa keberhasilan dari usaha kemitraan ayam ras
pedaging dapat diukur melalui beberapa indikator berikut ini:
2.8.1 Badan
Bobot badan menjadi salah satu indikator keberhasilan seorang peternak
ras pedaging. Peternak dituntut untuk menghasilkan ras pedaging dengan berat
badan sesuai dengan standar yang telah ditentukan selama satu periode
pemeliharaan. Satu periode pemeliharaan ras pedaging kurang lebih 34 – 35 hari.
Peternak yang cukup cerdas mengelola manajemen peternakan, dapat
mendapatkan berat badan mencapai standar lebih cepat daripada waktu yang
ditentukan sehingga panen menjadi lebih awal. Oleh karena itu, ada istilah
“Bobot masuk, umur maju”. Jika ayam memiliki pertumbuhan lebih baik maka
peternak akan mendapat keuntungan yang lebih banyak salah satunya dari
pengurangan jumlah pakan. Sebagai contoh: Ayam ras pedaging dengan berat
panen 1,8 kg standarnya dicapai pada umur 35 hari. Jika manajemen peternak
baik, pertumbuhan ayam juga lebih baik. Hasilnya, berat tersebut dapat dicapai
sebelum umur 35 hari (misalnya umur 33 hari).
2.8.2 FCR
Feed Conversion Ratio (FCR) adalah jumlah pakan yang diberikan untuk
menghasilkan satu kilogram berat hidup ras pedaging. Dari pengertian tersebut
dapat dipahami bahwa semakin kecil FCR semakin baik. Feed Conversion Ratio
mengindikasikan penyerapan yang lebih baik dan konversi pakan menjadi
daging yang lebih optimal. Hal ini sangat berkaitan denganperhitungan ekonomi.
Jumlah pakan yang lebih banyak tentunya akan mengurangi keuntungan yang
didapatkan. Seperti diketahui pula bahwa pakan menyerap 60 – 70% biaya
pemeliharaan ras pedaging. Oleh karena itu, sedikit saja perubahan pada FCR
dapat mempengaruhi tingkat keuntungan yang didapatkan. Masing-masing
perusahaan memiliki standar FCR sendiri. Jika peternak ingin mendapatkan
keuntungan yang lebih banyak, sedapat mungkin peternak harus dapat
menurunkan FCR di bawah standar perusahaan. Dalam dunia ras pedaging
selisih antara FCR standar perusahaan dengan FCR sebenarnya di peternakan

20
(FCR aktual) disebut diferensial atau disengkat “diff”. Adapun rumusnya
sebagai berikut:
Diff = FCR aktual – FCR standar.
Diff yang bernilai minus (-) semakin baik karena menunjukkan bahwa FCR
aktual di peternakan lebih kecil daripada FCR standar perusahaan. Jika sudah
demikian, bagi Andapeternak bersiaplah mendapatkan bonus FCR.
2.8.3 Persentase Deplesi Populasi (D)
Deplesi populasi dapat diartikan sebagai penyusutan jumlah ayam yang
dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu kematian dan afkir ayam (culling).
Kematian dapat terjadi karena beberapa faktor seperti sakit atau kondisi
lingkungan yang tidak bersahabat. Pengafkiran dapat diputuskan berdasarkan
pertimbangan resiko dan ekonomi. Pertimbangan resiko didasarkan pada
keparahan penyakit dan seberapa besar resiko yangdihadapi seperti kematian,
gangguan pertumbuhan, dan penularan pada ayam yang lain. Pertimbangan
ekonomi biasanya terkait dengan berkurangnya keuntungan yang didapatkan
karena memberikan pengobatan pada ayam sakit. Hal ini biasa terjadi pada ayam
sakit yang sudah mendekati umur panen. Daripada keuntungan berkurang karena
memberikan pengobatan, lebih baik ayam diafkir lebih awal.
Rumus tingkat deplesi (D) sebagai berikut:
D = Jumlah ayam mati + afkir x 100%
Populasi awal

Atau

D = Populasi awal – jumlah ay am panen x 100%


Populasi awal

Persentase deplesi yang baik maksimal ±5%.

2.8.4 Rata-rata Umur Panen (A/U)


Penghitungan rata-rata umur panen ditentukan berdasarkan jumlah ayam
yang dipanen pada waktu tertentu. Panen dapat dilakukan secara bersamaan
(satu umur) atau beberapa kali dalam satu peternakan. Pemanenan ras pedaging
yang dilakukan beberapa kali biasanya terkait dengan permintaan pasar misalnya
pasar, rumah makan tradisional, atau restoran besar yang masing-masing
21
membutuhkan spesifikasi ayam ras pedaging yang berbeda-beda. Rumus
menghitung rata-rata umur panen (A/U) sebagai berikut:
A/U = ∑(U x P)
total populasi terpanen

Keterangan:
U: umur ayam dipelihara
P: populasi ayam yang dipanen
2.8.5 IP (INDEKS PRESTASI)
IP (Indeks Prestasi) merupakan indikator baik buruknya pengelolaan
sebuah peternakan. IP yang semakin tinggi menunjukkan pengelolaan
peternakan yang semakin baik.
Berikut rumus IP:
IP = {(100 – Total % Deplesi) x Rerata Berat Badan x 100}
(FCR x Rerata Usia Panen)
Dulu, peternak yang mendapatkan IP sekitar 250 sudah termasuk bagus.
Tetapi, sekarang untuk bisa dikatakan bagus, IP paling tidak di atas 300
(tergantung perusahaan pembuat standar masing-masing). Berikut contoh
penghitungannya. Dulu, ras pedaging dengan berat panen 1,8 kg yang dipelihara
selama 40 hari dengan FCR 1,8 dan kematian 4% sudah termasuk bagus.
Sehingga IP yang didapatkan adalah 240. Tetapi, dengan kemajuan industri ras
pedaging, standar seperti di atas sudah tidak dipakai lagi. Perbaikan genetik ras
pedaging menghasilkan ayam dengan pertumbuhan yang lebih cepat dengan
konversi pakan yang lebih baik. Sehingga untuk dikatakan bagus paling tidak
peternakan harus mendapatkan kriteria berat badan 1,8 kg yang dipelihara
selama 34 hari dengan FCR 1,55 dan kematian 4%. Sehingga IP yang
didapatkan adalah 328. Jika peternak dapat mencapai IP yang baik, lagi-lagi
Anda akan mendapatkan bonus dari perusahaan/kemitraan.
2.9 Sistem Mandiri
Sistem mandiri adalah sistem usaha beternak broiler dengan modal sepenuhnya
ditanggung peternak. Peternak menyediakan kandang, peralatan, tenaga kerja, dan
sarana produksi ternak (DOC, Pakan, serta OVK/obat, vitamin, dan vaksin) serta
memasarkan sendiri ternaknya baik peternak hidup maupun bentuk daging potong.

22
Keunggulan dari sistem ini adalah keuntungan bisa lebih maksimal karena
harga sapronak bisa lebih murah, peternak bebas memilih jenis sapronak yang
diinginkan seperti strain DOC, merek pakan, dan OVK sehingga kualitasnya juga
lebih bisa terjamin (tergantung kondisi permodalan). Harga jual ayam juga bisa lebih
tinggi karena biaya pemasaran lebih rendah (Tamalluddin, 2016).
Pendapatan peternak ayam broiler baik mandiri maupun kemitraan sangat
dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yaitu bibit ayam
(DOC), pakan, obat-obatan, vitamin, dan vaksin, tenaga kerja, biaya listrik, bahan
bakar, serta investasi kandang dan peralatan (Rita, 2009).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan usaha peternakan ayam broiler tetap
dikelola secara mandiri oleh sebagaian besar peternak yaitu:
1. Pepemiliharaannya sangat mudah
2. Waktu pemeliharaan relative singkat karena sistem pemasaranya dalam bentuk
ekoran
3. Tingkat pengembaliaan modal relative cepat
Namun selain itu ada beberapa hal yang menjadi kendala yaitu:
1. Sarana produksi kurang
2. Manajemen pemeliharaan atau keterampilan peternak yang belum memadai
3. Modal relatif terbatas
4. Resiko memasaran atau penjualan cukup besar
5. Usahanya tergantung situasi dan cenderung spekulatip, dimana besar
kemungkinan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, tetapi besar pula
kemungkinan untuk menderita kerugiaan.

2.10 Sistem Semi Mandiri


Sistem semi mandiri merupakan sistem beternak broiler dengan modal, prosen
produksi, dan pemasaran tidak sepenuhnya dilakukan sendiri oleh peternak, tetapi
ada beberapa unsul yang di bantu oleh pihak lain. Perbedaan sistem semi mandiri
dengan sistem mandiri adalah ada unsure kerja sama antara peternak dengan
perorangan atau perusahaan yang bergerak dalam usaha pengadaan sapronak dan
pemasaran hasil seperti poultry shop atau perusahaan atau toko yang menjual
sapronak unggas. Misalnya peternak membeli DOC, OVK, dan sebagian pakan
dengan modal sendiri atau dibeli secara tunai. Kekurangan pakannya dibantu oleh
23
pihak kedua (perorangan atau poultry shop) adapun pemasaran ayam dapat dilakukan
sendiri atau dibantu pihak kedua tersebut, hutang pakan akan dibayar setelah panen
selesai.
Keunggulan dari sistem ini adalah modal yang dikeluarkan oleh kedua pihak
tidak terlalu besar. Resiko ternak adalah kerugian ditanggung sendiri, adapun
kerugian pihak kedua adalah peternak bisa saja tidak membayar hutang saat
mengalami rugi. Oleh karena itu sistem ini dilakukan oleh orang yang sudah
terpecaya (Tamalluddin, 2016).
2.11 Kerangka Berpikir
Usaha peternakan sekarang ini sudah merupakan suatu usaha yang dapat
diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga ataupun sebagai usaha yang
dapat dikelola secara komersil. Salah satunya peternakan ayam broiler, konsumsi
daging ayam meningkat pesat dibandingkan dengan daging sapi, kambimg atau babi.
Hubungan kemitraan peternak ayam dengan PT. Ciomas Adi Satwa terdapat
kontrak/perjanjian sebagai berikut: PT. Ciomas Adi Satwa memberikan berupa DOC
(Day Old Chick), OVK (Obat dan Vaksin Kimia), FCR (Feed Conversional Ratio),
dan PPL (Petugas Penyuluh Lapangan). Sedangkan peternak mandiri membeli segala
sesuatunya mula dari DOC, OVK, dan FCR-nya tanpa bantuan modal dari
perusahaan manapun. Dengan modal sendiri, peternak yang tidak melakukan mitra
juga merupakan kualitas produksi yang baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Tingkat pendapatan sangat dipengaruhi oleh biaya produksi yang dikeluarkan dalam
usaha ternak ayam broiler dan harga.
Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu produk, yang sifatnya tidak dapat dihindari, dapat diperkirakan
dan diukur. Biaya produksi merupakan kompensasi yang diterima oleh pemilik
faktor-faktor produksi. Biaya yang dilakukan pada periode tertentu, dikenal dengan
biaya tetap dan biaya fariabel. Komponen-komponen biaya dikeluarkan dalam
kegiatan produksi budidaya ayam dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel.
Komponen biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan kandang dan peralatan.
Komponen biaya variabel terdiri dari biaya pakan, DOC, obat-obatan, tenaga kerja,
scam, kapur dan listrik (Tobing,2000). Membandingkan biaya produksi antara pola
kemitraan dengan pola mandiri bertujuaan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan yang signifikan antara pola tersebut.
24
Penerimaan usaha ternak adalah nilai uang yang diterima dari penjualan
pokok usaha ternak, untuk mencakup pinjaman uang untuk keperluan usaha ternak
adapun penerimaan usaha ternak adalah hasil perkalian jumlah produksi dengan
harga jual ternak tersebut. Membandingkan penerimaan juga diperlukan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan penerimaan pola kemitraan dengan pola mandiri.

Usaha ternak ayam broiler

Peternak Mandiri Peternak Mitra

Warga sekitar PT. Ciomas Adi Satwa

Identifikasi Identifikasi
1. Pendapatan 1. Pendapatan
2. Biaya produksi 2. Biaya produksi
3. Laba usaha 3. Laba usaha

Perbandingan

Kesimpulan

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikiran

25
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Dalam melakukan penelitian skripsi ini, penelitian yang akan penulis gunakan
adalah metode kualitatif, metode kualitatif adalah metode yang menggambarkan
karakteristik objek penelitian secara deskriptif atau penelitian yang di lakukan secara
langsung terjun ke lapangan, penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta di lapangan (E. Kristi Poerwandari,
1998). Dalam pemilihan metode kualitatif ada lima ciri pokok karakteristik metode
penelitian kualititatif, yaitu:
1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian
utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan
mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di
tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber
yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil
yang diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati
pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku
berlangsung.
2. Memiliki sifat deskriptif analitik
Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil
pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi
penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera
melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan,
membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak
ditransformasi dalam bentuk angka).
3. Tekanan pada proses bukan hasil
Data dan informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa,
mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu
kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara
melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena
tidak dapar dilakukan dengan ukuran frekuensinya saja. Pertanyaan di atas
26
menuntut gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur, alasan-alasan, dan
interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada saat mana
proses itu berlangsung.
4. Bersifat induktif
Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang
tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan
serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut.
5. Mengutamakan makna
Makna yang di ungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu
peristiwa. Ketepatan informasi dari partisipan diungkap oleh peneliti agar
dapat menginterpretasikan penelitian secara sahih dan tepat.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah peternak ayam
broiler yang bekerja sama dengan kemitraan PT. Ciomas Adi Satwa Kabupaten
Bojonegoro, dan peternak sistem mandiri. Metode pengambilan sampel dari penelitian
ini adalah dengan cara purposive sampling yang diartikan pengambilan dari sampel
berdasarkan kesengajaan, serta mendapatkan responden suatu metode untuk
mengidentifikasi suatu pemilihan sekelompok subjek menggunakan metode sensus
didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang
erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Peternak ayam
yang dipilih sebagai sampel adalah peternak ayam yang bermitra dan sistem mandiri.
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah peternak plasma dari PT. Ciomas
Adi Satwa di Kabupaten Bojonegoro dan peternak sistem mandiri. Berdasarkan
pertimbangan waktu dan tenaga, maka populasi diambil sampel sebanyak 3 peternak
plasma dan 1 peternak mandiri. Populasi peternak yang bermitra berjumlah 3 peternak,
peternak 1 jumlah ternak ayam broiler 6.000 ekor, peternak 2 jumlah ternak ayam
broiler 18.000 ekor, peternak 3 jumlah ternak ayam broiler 30.000 ekor, Sedangkan
populasi peternak mandiri berjumlah 200 ekor.
3.3 Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini, diperlukan data-data atau informasi dari sumber yang dapat
memberikan informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan penelitian.
Oleh karena itu diperlukan obyek penelitian yang dapat dijadikan sumber informasi

27
yang diperlukan. Penelitian ini dilaksanakan di tiga peternak ayam broiler yang
bermitra di PT. Ciomas Adi Satwa Kabupaten Bojonegoro, dan satu peternak dengan
pola mandiri. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari tanggal 03 Mei
2021 sampai 16 Agustus 2021. PT. Ciomas Adi Satwa dan satu peternak pola mandiri
di Kecamatan. Kedungadem dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan
bahwa PT. Ciomas Adi Satwa merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha budidaya ayam broiler di Kabupaten Bojonegoro.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.
3.4.2 Sumber Data
1. Data Primer yaitu data mentah yang bersumber dari hasil wawancara langsung
dengan peternak meliputi identitas responden, hasil usaha, dan biaya-biaya. Data
yang dikumpulkan untuk keperluan pengkajian khusus yang diperoleh dari
peternak plasma dan perusahaan inti dengan menggunakan daftar pertanyaan
serta observasi ke lokasi penelitian. Data yang diambil dari peternak meliputi
deskripsi peternak plasma, biaya produksi, penerimaan peternak, skala usaha,
teknis produksi dan preferensi peternak plasma terhadap pelayanan dari
perusahaan inti, persyaratan menjadi peternak plasma, sistem penetapan harga
sarana produksi peternakan dan harga hasil panen, hak dan kewajiban peternak,
hak dan kewajiban perusahaan, pola pengaturan produksi, bonus dan sanksi,
pemasaran, dan pola pengawasan yang dilakukan perusahaan.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Data yang
pengumpulan, pencatatan dan penentuan spesifikasinya dilakukan bukan oleh
pemakai tapi oleh pihak lain. Data sekunder merupakan data penunjang yang
digunakan untuk kelengkapan analisis yang dilakukan penulis. Data tersebut
meliputi keadaan umum lokasi penelitian yang diperoleh dari instansi-instansi
terkait.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan metode


observasi dan wawancara, data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data
sekunder.
28
1. Metode Observasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan dan mengikuti,
memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis
sasaran perilaku yang dituju. Menurut Cartwright yang dikutip dalam Haris
Herdiansyah mendefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati dan
mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
Definisi lain observasi adalah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan
untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Inti dari observasi ialah adanya
perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai.
Pengamatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kegiatan
akuntansi yang terjadi dalam pelaksanaan peternakan ayam broiler, aktivitas
pengusaha ternak ayam broiler, pengelolaan persediaan pakan ataupun obat-obatan,
proses penjualan, dan proses pelaporan harian.
2. Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan dilakukan
oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Definisi lain dari wawancara
merupakan percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk
menggali dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.
Melalui wawancara ini peneliti menggali informasi secara mendalam dari
informan mengenai sistem akuntansi yang selama ini terjadi dalam peternakan ayam
broiler.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek
sendiri atau oleh orang lain oleh subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut
pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau
yang dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.
Dengan metode ini peneliti mengumpulkan data dari dokumen yang sudah
ada, sehingga penulis dapat memperoleh catatan-catatan yang berhubungan dengan
penelitian seperti: catatan-catatan, foto-foto dan sebagainya. Metode dokumentasi
29
ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang belum didapatkan melalui metode
observasi dan wawancara.
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif.
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk membandingkan pendapatan dan biaya
melalui sistem kemitraan dengan pola mandiri. Data kualitatif mengenai gambaran
umum pelaksanaan kemitraan dan profil para pelaku kemitraan atau pola mandiri akan
dianalisis secara deskriptif.
1. Analisis Pendapatan
Analisis pendapatan usaha ternak ayam broiler, analisis ini digunakan untuk
mengetahui besarnya penerimaan yang di dapat dalam usaha. Penerimaan kotor
usaha ternak adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu usaha ternak
dikalikan dengan harga jual yang berlaku dipasaran.
Untuk menguji permasalahan kedua tentang perbandingan perimaan terlebih
dahulu mengetahui penerimaan yang diperoleh usaha ternak ayam broiler
digunakan analisis dengan formula sebagai berikut (Soekartawi, 2006).
TR = Q x P
Dimana:
TR = Penerimaan
Q = Jumlah Produksi per periode
P = Harga (Rupiah)
2. Analisis Biaya
Untuk menyelesaikan masalah biaya pada peternak pola kemitraan dan pola
mandiri maka digunakan analisis sebagai berikut
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Total Cost (biaya total)
TFC = Total Fix Cost (total biaya tetap)
TVC = Total Variabel Cost (total biaya variabel)
Biaya adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan
suatu produk dalam suatu periode produksi tertentu yang dinyatakan dalam nilai
uang tertentu.

30
- Biaya Pemeliharaan Ayam Broiler
Biaya yang dikeluarkan pada penyelenggaraan usaha ternak ayam broiler terdiri
dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel yaitu biaya bibit, pakan dan
obat-obatan, biaya tenaga dan biaya lain-lain. Semua biaya diperhitungkan untuk
pemakaian 1 periode.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap pada usaha pemeliharaan ternak ayam broiler terdiri biaya:
- Biaya Penyusutan Kandang adalah biaya yang dikeluarkan ditentukan dengan
biaya pembuatan kandang dan juga umur ekonomi atau masa pakai kandang
tersebut.
- Biaya Penyusutan Peralatan Usaha ternak ayam broiler pada penelitian ini
menggunakan peralatan kandang seperti tempat pakan, tempat minum dan
peralatan listrik. Tempat pakan tersebut dari plastik. Tempat pakan tersebut
dari plastik buatan pabrik demikian pula hanya dengan tempat minum.
Harganya bervariasi, tergantung waktu peternak membeli peralatan tersebut.
Untuk peralatan listrik diperhitungkan per set, dimana satu set terdiri dari kabel
listrik, stop kontak dan bohlam.
b. Biaya Variabel

Biaya Variabel pada usaha peternakan ayam broiler terdiri biaya bibit, pakan dan
obat-obatan, biaya lain-lain dan biaya tenaga kerja.

1. Biaya bibit
Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit ayam broiler.
2. Biaya pakan dan obat-obatan
Pakan yang digunakan relatif sama jenisnya, yaitu pakan BR 1 untuk pakan
starter dan BR 2 untuk pakan finisher. Harga pakan yang digunakan relatif
bervariasi, tergantung pembelian pakan tersebut. Biaya pakan dihitung dari
banyaknya jumlah pakan yang dikonsumsi dikalikan harga pakan selama satu
periode.
Obat-obatan dan vitamin yang digunakan dalam usaha peternak ayam broiler
pada penelitian ini berupa satu paket yang kebanyakan terdiri dari vitamin dan
anti biotic untuk ayam mulai dari periode starter sampai masa finisher. Harga
dan banyaknya jumlah obat-obatan dan vitamin dalam tiap paket obat-obatan
31
bervariasi tergantung banyaknya ternak ayam broiler yang pelihara. Biaya
pakan dan obat-obtan dihitung dari jumlah pakan dan obat-obatan yang
digunakan dikalikan harganya selama satu periode.
3. Biaya lain-lain
Biaya lain-lain yang keluarkan peternak adalah biaya untuk beli Koran bekas
yang dipergunakan untuk alas ayam pada masa brooding, dedak kasar yang
disebarkan dibawah kandang untuk memudahkan pengambilan kotoran ayam
ketika akan dijual. Selain itu biaya lain-lain juga untuk pembayaran token
listrik yang dipakai peternak untuk keperluan kandang.
4. Biaya tenaga kerja
Tenaga kerja yang dipakai dalam penyelenggaraan usaha ternak ayam broiler
kebanyakan peternak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, namun ada
pula peternak yang memakai tenaga luar keluarga, yaitu dengan mengupah
dimana upah dibayarkan setelah selesai ayam dijual atau panen. Biaya tenaga
kerga dengan sistem borongan, dimana pada umumnya upah ditentukan sesuai
jumlah ayam broiler yang dipelihara (Jaelani,2013).
3. Analisis Laba
Untuk menguji permasalahan tentang perbandingan pendapatan terlebih dahulu
mengetahui pendapatan yang diperoleh usaha ternak ayam broiler dengan
digunakan analisis dengan formula sebagai berikut (Soekartawi, 2006):

Y = TR – TC
Dimana:
Y = Pendapatan
TR = Penerimaan
P = Harga
Q = Jumlah Produksi

3.7 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu pelaksanaan survei dilakukan pada Tanggal 03 Mei 2021 – 16
Agustus 2021 di Kabupaten Bojonegoro dengan 4 lokasi kecamatan berbeda antara
peternak yang bermitra dan peternak mandiri. Daftar peternak dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.

32
Tabel 3.1 Daftar Peternak

No. Nama Lokasi Populasi Jenis


Peternak (ekor) Peterna
k
1. Suyono Kedungadem 6.000 Bermitra
2. Mashuri Kanor 18.000 Bermitra
3. Nur Wahid Baureno 30.000 Bermitra
4. Rozak Sumberrejo 200 Mandiri
Sumber: Hasil Penelitian

33
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini berjumlah empat orang peternak ayam broiler,
tiga orang bermitra dengan PT. Ciomas Adi Satwa dan satu orang peternak mandiri.
Adapun penjelasan lebih lanjut dari responden tersebut sebagai berikut:

1. Nama Suyono, jenis kelamin laki-laki, alamat di Desa Drokilo Kecamatan


Kedungadem Kabupaten Bojonegoro, umur 57 tahun, pendidikan terakhir
Sekolah Dasar (SD), agama islam, pekerjaan peternak, lama beternak 10 tahun,
populasi pemeliharaan 6.000 ekor.
2. Nama Mashuri, jenis kelamin laki-laki, alamat di Desa Kanor Kecamatan
Kanor Kabupaten Bojonegoro, umur 44 tahun, pendidikan terakhir Sekolah
Dasar (SMP), agama islam, pekerjaan peternak, lama beternak 3 tahun,
populasi pemeliharaan 18.000 ekor.
3. Nama Nur Wahid, jenis kelamin laki-laki, alamat di Desa Gunung Sari
kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro, umur 40 tahun, pendidikan
terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), agama islam, pekerjaan peternak,
lama beternak 2 tahun, populasi pemeliharaan 30.000 ekor.
4. Nama Rozak, jenis kelamin laki-laki, alamat di Desa Sumberejo Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Bojonegoro, umur 38 tahun, pendidikan terakhir
Sekolah Menengah Atas (SMA), agama islam, pekerjaan karyawan, lama
beternak 1 tahun, populasi pemeliharaan 200 ekor.

4.2 Gambaran Sistem Kemitraan Antara Peternak dan Perusahaan

Salah satu tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mencoba menjelaskan
perbedaan sistem kemitraan yang dilakukan oleh peternak ayam broiler di wilayah
Kabupaten Bojonegoro. Sistem yang berlaku dari bentuk kemitraan dengan PT.
Ciomas Adi Satwa yaitu dengan sistem kontrak sebagai berikut:

1. Pihak Peternak

34
a. Menyediakan kandang ayam beserta perlengkapannya (kandang).
b. Menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk pemeliharaan ayam
pedaging.
c. Memberitahukan kepada pihak perusahaan selambat-lambatnya 12 (dua
belas) jam apabila ayam terjangkit wabah atau penyakit, terjadi bencana,
kandang roboh, terjadi kebakaran, pencurian dan kejadian lainnya yang dapat
merugikan kerjasama antara peternak dan perusahaan.
d. Menerima sarana produksi peternakan dari perusahaan.
e. Menerima pembinaan dari perusahaan dalam bentuk penyuluhan atau bila
perlu memberikan kursus-kursus yang di perlukan.
f. Kandang merupakan milik peternak yang tidak sedang di jaminkan, tidak
sedang sengketa, atau dibebani atas suatu hutang dan tidak ada pihak lain
yang turut memiliki, baik sebagian maupun seluruhnya.
g. Demi kualitas hasil budidaya ayam yang ditentukan perusahaan, peternak
memelihara ayam dengan menggunakan sarana produksi peternakan yang
disediakan oleh perusahaan.
h. Memberi kuasa kepada pihak perusahaan untuk menjual ayam pedaging
hidup dan sehat dengan harga yang terbaik, termasuk untuk melakukan
penagihan dan menerima pembayaran atas penjualan ayam pedaging tersebut
dari pihak pembeli yang disepakati kedua belah pihak.
i. Kandang beserta fasilitasnya merupakan resiko dan tanggung jawab pihak
peternak.
2. Pihak Perusahaan PT. Ciomas Adi Satwa
a. Pihak perusahaan bersedia bekerjasama dan memberikan bimbingan serta
pembinaan kepada peternak, dan peternak bersedia bekerjasama dan
menerima pembinaan serta bimbingan dari perusahaan dalam hal
pemeliharaan ayam pedaging.
b. Menyediakan sarana produksi peternakan kepada peternak, dengan nilai yang
akan ditentukan oleh perusahaandan disetujui oleh peternak, untuk setiap
periode pemeliharaan ayam pedaging.
c. Memberikan pembinaan dalam bentuk penyuluhan atau bila perlu
memberikan kursus-kursus yang diperlukan.

35
d. Menentukan jadwal chick-in sekaligus menentukan jumlah saran produksi
peternakan yang diperlukan untuk 1 kali periode.
e. Memberikan petunjuk atau pengarahan kepada peternak dalam melaksanakan
pemeliharaan ayam pedaging, sepanjang tindakan-tindakan tersebut menurut
pertimbangan pihak perusahaan diperlukan untuk pengoptimalan
keberhasilan pemeliharaan.
f. Membantu menjualkan hasil produksi berupa ayam pedaging hidup, pada
waktu yang telah ditentukan untuk dipasarkan.
g. Untuk pelaksanakn perjanjian, peternak setuju menitipkan dana jaminan atau
jaminan dalam bentuk lainnya kepada pihak perusahaan, dengan nilai yang
telah disepakati oleh kedua pihak.
h. Segala perselisihan yang mungkin timbul akibat pelaksanaan perjanjian ini
akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat.

4.3 Pendapatan

Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan usaha dan pengeluaran tunai
usaha dimana digunakan untuk mengukur kemampuan usaha untuk menghasilkan
uang tunai. Pendapatan bersih usaha adalah selisih antara pendapatan kotor usaha dan
pengeluaran total usaha dan digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh
keluarga dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik
sendiri.

Pendapatan peternak ayam broiler pada dua pola yaitu pola mandiri dan pola
mitra memiliki perbedaan keuntungan dan nilai efisiensinya. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu jumlah populasi, harga produksi serta biaya produksi dapat
dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Biaya dan pendapatan peternak

No Jenis biaya Suyono Mashuri Nur wahid Rozak


. Bermitra Bermitra Bermitra Mandiri
(Rp/Periode) (Rp/Periode) (Rp/Periode) (Rp/Periode)
1. Biaya penyusutan kandang 428.571 2.380.952 7.142.857 125.000
2. Biaya penyusutan peralatan 83.000 139.000 208.000 12.500

36
3. Biaya bibit (DOC) 50.490.000 150.570.000 250.950.000 1.400.000
4. Biaya pakan 158.675.000 358.237.750 778.193.000 3.600.000
5. Biaya obat-obatan 1.395.130 3.785.980 5.121.930 350.000
6. Biaya tenaga kerja 4.000.000 9.000.000 12.000.000 -
7. Biaya listrik 453.450 8.230.000 25.670.000 93.900
8. Biaya gas pemanas 650.000 1.800.000 3.300.000 170.000
9. Biaya bahan bakar, dll 750.000 1.300.000 1.850.000 300.000
Biaya Produksi Peternak 6.365.021 22.849.952 50.170.857 6.051.400
Total Biaya Produksi 210.560.130 512.593.730 1.034.264.930 -
Mitra
Total penerimaan 237.446.166 558.628.331 1.173.873.131 7.350.000
Pendapatan 26.886.036 46.034.600 139.608.201 1.298.600
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.1 menujukkan ada biaya produksi perusahaan, yang dimaksudkan dengan
biaya produksi perusahaan adalah biaya bibit, pakan, dan obat-obatan, yang diberikan
oleh perusahaan mitra kepada peternak, kemudian setelah ayam panen dan dijual
kepada perusahaan mitra, biaya tersebut barulah dikurangi dengan hasil penjualan
ayam. Sedangkan peternak mandiri biaya produksi ternak ditanggung sendiri oleh
peternak dan dijual sendiri bebas. Melaksanakan produksi dengan inovasi manajemen
sendiri (pembelian, produksi, dan pemasaran), dikarenkan tidak terikat oleh kontrak
dengan perusahaan inti.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa penerimaan usaha broiler diperoleh dari
hasil penjualan ayam. Total penerimaaan peternak suyono sebesar Rp 237.446.166,
peternak mashuri Rp 558.628.331, peternak Nur Wahid Rp 1.173.873.131, dan satu
peternak mandiri rozak Rp 7.350.000. Dapat dilihat bahwa perbedaan hasil
penerimaan ini dipengaruhi oleh skala usaha. Pendapatan adalah jumlah hasil
penerimaan dikurangi total biaya produksi. Berdasarkan hasil perhitungan,
pendapatan peternak suyono dengan skala pemeliharaan 6.000 ekor sebesar Rp
26.886.036/periode, pendapatan peternak mashuri dengan skala pemeliharaan 18.000
ekor sebesar Rp 46.034.600/periode dan pendapatan peternak Nur Wahid dengan
skala pemeliharaan 30.000 ekor sebesar Rp 139.608.201/periode, dan satu peternak
mandiri rozak dengan skala pemeliharaan 200 ekor sebesar Rp 1.298.600/periode.
37
Pendapatan tertinggi diperoleh peternak Nur Wahid dengan skala pemeliharaan
30.000 ekor sebesar Rp 89.437.344/periode, sedangkan pendapatan terendah
diperoleh peternak mandiri/rozak dengan skala pemeliharaan 200 ekor sebesar Rp
1.298.600/periode. Hal ini menunjukkan bahwa populasi ternak berpengaruh pada
pendapatan yang diperoleh peternak. Semakin besar skala usaha atau semakin banyak
populasi ternak yang dipelihara maka semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh
oleh peternak. Menurut hasil penelitian, perbedaan pendapatan dipengaruhi oleh skala
usaha pemeliharaan. Semakin besar skala usaha maka semakin besar juga pendapatan
yang diperoleh peternak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Fitriza et al
(2012) Utomo,et al (2015) yang menunjukkan bahwa jumlah ternak yang dipelihara
akan mempengaruhi besarnya pendapatan yang diperoleh oleh peternak. Jumlah ayam
yang semakin banyak akan menyebabkan semakin tinggi pendapatan yang diperoleh
peternak, demikian juga dengan biaya produksi yang dikeluarkan.

4.4 Perbandingan Biaya Produksi

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang
tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya, apabila suatu
tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun biaya
non operasi akan menghasilkan keuntungan. Pada saat produksi dimulai maka saat itu
pula peternak akan mengeluarkan biaya produksi.

Biaya produksi dapat digolongkan dalam biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya
tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak tergantung pada besar kecilnya
jumlah produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah mengikuti
besar kecilnya volume produksi, misalnya pengeluaran untuk sarana produksi biaya
pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, pakan dan lain sebagainya (Soekartawi, 2006).

Adapun biaya produksi pada peternakan ayam ras pedaging di Wilayah


Kabupaten Bojonegoro sebagai berikut:

4.4.1 Biaya Tetap (FC)

Biaya tetap adalah biaya tetap yang terlibat dalam produksi dan tidak berubah
meskipun ada perubahan jumlah daging yang dihasilkan. Termasuk biaya penyusutan,
seperti penyusutan alat-alat kandang (tempat makan, tempat minum dan lain-lain),

38
penyusutan kandang, bunga atas pinjaman, pajak dan sejenisnya dan biaya lain-
lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardhani (2012), bahwa biaya tetap dalam
usaha peternakan ayam ras pedaging adalah biaya tetap yang terlibat dalam proses
produksi dan tidak berubah meskipun ada perubahan jumlah daging yang dihasilkan.

4.4.2 Biaya Penyusutan Kandang

Biaya penyusutan kandang merupakan komponen biaya tetap tertinggi yang


dikeluarkan peternak selama produksi. Perhitungan nilai penyusutan kandang
dilakukan dengan membagi biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan kandang dengan
periode pemakaian kandang tersebut. Adapun biaya penyusutan kandang pada
peternak ayam broiler pada pola kemitraan yang berbeda di Wilayah Kabupaten
Bojonegoro dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Biaya Penyusutan Kandang

No Nama Penyusutan Kandang / Tahun Keterangan


.
1. Suyono Rp. 428.571 Kemitraan
2. Mashuri Rp. 2.380.952 Kemitraan
3. Nur Wahid Rp. 7.142.857 Kemitraan
4. Rozak Rp. 125.000 Mandiri
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata total biaya penyusutan kandang
untuk peternak dengan sistem kemitraan lebih besar dari rata-rata total biaya
penyusutan kandang dengan sistem mandiri. Hal ini disebakan karena kandang
peternak mitra yang bekerjasama dengan perusahaan harus memenuhi standar
perusahaan, dikhawatirkan ayam yang akan dikandang akan mengalami stress. Ukuran
luas kandang tergantung dari kepadatan jumlah populasi ternak yang dipelihara. Luas
yang cukup bagi ayam untuk ruang geraknya maka tidak akan terjadi saling patuk dan
stress. Sedangkan peternak dengan sistem mandiri pembuatan kandang berdasarkan
kekuatan modal yang mereka miliki.

4.4.3 Biaya Penyusutan Peralatan

39
Tidak hanya kandang yang mengalami penyusutan tetapi peralatan kandang juga
mengalami penyusutan seiring dengan berjalannya waktu, penyusutan peralatan
termasuk dalam biaya tetap karena nilai peralatan kandang dari ke tahun menyusut
meskipun kandang dikosongkan. Adapun biaya penyusutan peralatan pada peternak
ayam broiler pola mandiri dan pola kemitraan di wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat
dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Biaya Penyusutan Peralatan Sistem Mandiri dan Sistem Kemitraan

No. Nama Penyusutan Peralatan / Periode Keterangan


1. Suyono Rp. 83.000 Kemitraan
2. Mashuri Rp. 139.000 Kemitraan
3. Nur Wahid Rp. 208.000 Kemitraan
4. Rozak Rp. 12.500 Mandiri
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa total biaya penyusutan peralatan untuk
peternak dengan sistem kemitraan lebih besar dari total biaya penyusutan peralatan
dengan sistem mandiri, yaitu sebesar Rp. 208.000 sedangkan sistem mandiri sebesar
Rp. 12.500. Hal ini dikarenakan besar kecilnya biaya penyusutan peralatan kandang
yang ditanggung tiap periodenya dipengaruhi oleh skala usaha. Besarnya nilai
penyusutan peralatan kandang diperoleh dari nilai investasi yang dikeluarkan dibagi
dengan masa pemakaian.

4.4.4 Biaya Variabel

Biaya variabel atau disebut dengan biaya tidak tetap biasa didefinisikan sebagai
biaya yang dikeluarkan atau ditanggung oleh peternak selama masa produksi yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh skala atau jumlah produksi. Artinya bahwa semakin
tinggi skala produksi maka akan semakin meningkat pula biaya variabel yang harus
ditanggung oleh peternak selama masa produksi berlangsung.

Hal ini sesuai pendapat (Nofianti, 2014) biaya variabel merupakan biaya yang
jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Semakin
tinggi volume kegiatan maka semakin tinggi pula total biaya variabel.

40
Elemen biaya variabel ini terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
yang dibayar per buah produk atau per jam, biaya overhead pabrik variabel, biaya
pemasaran variabel. Karakteristik biaya variabel adalah biaya persatuan dipengaruhi
oleh perubahan volume kegiatan.

Yang termasuk dalam komponen biaya variabel untuk usaha peternakan ayam
broiler yaitu bibit (DOC), biaya pakan, biaya vaksin dan obat-obatan, biaya tenaga
kerja, biaya listrik dan biaya lain-lain yang dikeluarkan untuk mendukung kegiatan
operasional lainnya.

4.4.5 Biaya Bibit (DOC)

Bibit merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan, bibit ayam broiler yang berkualitas
baik yaitu bibit dengan produksi daging yang tinggi dengan konversi pakan yang
sedikit. Bibit ayam ras yang digunakan oleh peternak dikenal sebagai DOC (day old
chick). Bibit ini umumnya berasal dari ternak golongan commercial stock yang sudah
diketahui prestasinya dalam penyediaan bibit ayam yang bagus dimana bibit yang
bagus biasanya dapat di ketahui dengan ciri-ciri berwarna cerah, bersih dan tidak
cacat.

Adapun biaya rata-rata bibit (DOC) peternakan di wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat
dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Total harga DOC Sistem mandiri dan Sistem kemitraan

No. Nama Biaya DOC Keterangan


1. Suyono Rp. 50.490.000 Mitra
2. Mashuri Rp. 150.570.000 Mitra
3. Nur Wahid Rp. 250.950.000 Mitra
4. Rozak Rp. 1.400.000 Mandiri
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa total biaya DOC untuk peternak dengan
sistem kemitraan lebih besar dari total sistem mandiri, yaitu sebesar Rp.250.950.000
sedangkan sistem mandiri sebesar Rp.1.400.000. Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa
biaya DOC peternak yang menggunakan sistem kemitraan lebih mahal dibandingkan

41
dengan peternak yang menggunakan sistem mandiri. Hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaan harga DOC antara sistem mandiri dengan sistem kemitraan.

4.4.6 Biaya Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya laju
pertumbuhan broiler. Dalam usaha peternakan ayam broiler, pakan ternak memegang
peranan yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup usaha tersebut.
Pakan merupakan hal yang sangat penting dan lebih penting lagi adalah harga dari
pakan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sani (2014), yang menyatakan bahwa
biaya variabel terdiri dari biaya bibit ayam yang porsinya antara 10 – 16% dari total
biaya produksi, biaya kesehatan dalam kodisi normal porsinya hanya 1 – 2%, serta
biaya pakan yang porsinya 70 – 80% dari total biaya produksi. Dengan demikian,
keberadaan pakan sangat mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan ayam ras
pedaging.

Harga pakan yang diberikan akan sangat berpengaruh terhadap biaya yang ditanggung
pada usaha ternak tersebut. Besarnya biaya pakan yang dikeluarkan oleh peternak di
Wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Total Harga Pakan Sistem Mandiri dan Sistem Kemitraan

No. Nama Total Biaya Pakan (Rp) Keterangan


1. Suyono Rp. 158.675.000 Bermitra
2. Mashuri Rp. 358.237.750 Bermitra
3. Nur Wahid Rp. 778.193.000 Bermitra
4. Rozak Rp. 3.600.000 Mandiri
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.5, dapat dilihat bahwa total biaya pakan untuk peternak dengan
sistem kemitraan lebih besar dari total biaya pakan dengan sistem mandiri, yaitu
sebesar Rp. 778.193.000 sedangkan sistem mandiri sebesar Rp. 3.600.000. Hal ini
dikarenakan jumlah pemakaian pakan peternak mitra dalam setiap periode lebih
banyak dibandingkan dengan peternak yang menggunakan sistem mandiri, disamping
itu ada juga perbedaan penggunaan jenis pakan dan harga pakan antara peternak yang
menggunakan sistem mandiri dengan yang menggunakan sisitem kemitraan.

42
4.4.7 Biaya Vaksin dan Obat-Obatan

Untuk memperoleh hasil ayam broiler yang menguntungkan, maka salah satu cara
yang harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi kesehatan ayam yang dipelihara.
Pencegahan secara cepat dan tepat dapat menghindarkan kemungkinan terserang
penyakit bagi ayam broiler. Salah satu tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan
yaitu melakukan vaksinasi guna menciptakan kekebalan tubuh terhadap virus yang
dapat menular. Besarnya biaya vaksin dan obat-obatan yang dikeluarkan peternak di
wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.6 Biaya Vaksin dan Obat-Obatan Sistem Mandiri dan Sistem Kemitraan

No. Nama Total Biaya (Rp) Keterangan


1. Suyono Rp. 1.395.130 Bermitra
2. Mashuri Rp. 3.785.980 Bermitra
3. Nur Wahid Rp. 5.121.930 Bermitra
4. Rozak Rp. 350.000 Mandiri
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat bahwa total biaya vaksin dan obat-obatan untuk
peternak dengan sistem kemitraan lebih besar dari total biaya vaksin dan obat-obatan
dengan sistem mandiri, yaitu sebesar Rp. 5.121.930 sedangkan sistem mandiri sebesar
Rp. 350.000. Hal ini disebabkan peternak yang mitra memiliki banyak macam obat-
obatan dibanding dengan peternak yang menggunakan sistem mandiri. disamping itu
peternak dengan sistem mandiri tidak ada anjuran yang lebih spesifik untuk
pemeberian vaksin dan obat-obatan seperti peternak yang bermitra. Senada dengan
pendapat tersebut Setiadi (2015), menyatakan bahwa pengobatan terhadap ayam yang
sakit dilakukan dengan pemberian obat sesuai anjuran mantri hewan serta melakukan
isolasi terhadap ayam sakit dengan tujuan menghindari penularan penyakit. Nilai
mortalitas yang rendah secara tidak langsung akan menambah pendapatan namun
disisi lain hal tersebut perlu didukung penanganan penyakit yang juga menambah
biaya dalam produksi.

4.4.8 Biaya Listrik

43
Pada usaha peternakan ayam broiler, kebutuhan listrik digunakan sebagai penerangan
serta menghangatkan tubuh ayam broiler pada malam hari saat udara dingin dan juga
penggerak dinamo untuk air. listrik salah satu penunjang peningkatan produktivitas
usaha peternakan. Besarnya biaya tergantung pemakaian tiap bulannya. Adapun biaya
listrik yang dikeluarkan peternak di wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada
Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Biaya listrik Peternak Pada Sistem Mandiri dan Sistem Kemitraan

No. Nama Total Biaya (Rp) Keterangan


1. Suyono Rp. 453.450 Bermitra
2. Mashuri Rp. 8.230.000 Bermitra
3. Nur Wahid Rp. 25.670.000 Bermitra
4. Rozak Rp. 93.900 Mandiri
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.7, dapat dilihat bahwa total biaya listrik untuk peternak dengan
sistem kemitraan lebih besar dari total biaya listrik dengan sistem mandiri, yaitu
sebesar Rp. 25.670.000 sedangkan sistem mandiri sebesar Rp. 93.900. Hal ini
disebabkan peternak yang mitra memiliki luas kandang dan populasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan peternak dengan sistem mandiri, sehingga kegiatan
dalam budidaya ayam tersebut lebih banyak mengeluarkan arus listrik.

4.4.9 Biaya Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga kerja pada usaha ternak ayam broiler juga penting. Hal ini
disebabkan karena pada usaha ternak ayam broiler tenaga kerja sibuk pada waktu-
waktu tertentu, yaitu pada saat pemberian pakan, membersihkan dan pengawasan di
malam hari jika perlu. Adapun biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak di
Wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Biaya Tenaga Kerja Peternak dengan Sistem Mandiri dan Mitra

No. Nama Total Biaya (Rp) Keterangan


1. Suyono Rp. 4.000.000 Bermitra

44
2. Mashuri Rp. 9.000.000 Bermitra
3. Nur Wahid Rp. 12.000.000 Bermitra
4. Rozak Rp. 0 Mandiri
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.8, dapat dilihat bahwa total tenaga kerja untuk peternak dengan
sistem mandiri dan pternak dengan sistem kemiraan terjadi perbedaan harga. Hal ini
disebabkan pola pikir peternak yang ada di daerah penelitian masih mengikuti sistem
upah peternak satu dengan peternak yang lainnya atau jumlah upah pasaran yang
terjadi di daerah penelitian.

4.4.10 Total Biaya (TC)

Biaya total merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh peternak ayam ras
pedaging selama proses produksi (satu periode). Biaya ini merupakan hasil
penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel selama satu periode. Hal ini
sesuai dengn pendapat Windarsari (2012), yang menyatakan bahwa biaya total adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk proses produksi atau dengan
kata lain biaya total merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap.

Adapun biaya total produksi yang dikeluarkan oleh peternak di Wilayah Kabupaten
Bojonegoo dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Total Biaya Sistem Kemitraan dan Sistem Mandiri

No. Nama Peternak Biaya Tetap Per Periode Keterangan


1. Suyono Rp. 210.560.130 Bermitra
2. Mashuri Rp. 512.593.730 Bermitra
3. Nur Wahid Rp. 1.034.264.930 Bermitra
4. Rozak Rp. 6.051.400 Mandiri
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.9, menunjukkan bahwa total biaya produksi tersebut biaya
variabel merupakan biaya yang paling besar dikeluarkan oleh peternak dalam masa
satu periode produksi dibandingkan dengan biaya tetap. Biaya variabel merupakan
komponen biaya terbesar karena berkaitan dengan jumlah skala usaha atau jumlah

45
ternak yang dipelihara peternak dimana semakin tinggi jumlah ternak makin tinggi
juga biaya variabel yang dikeluarkan.

4.5 FCR
Peternakan pola mitra menggunakan pakan jadi buatan pabrik. peternak
menggunakan pakan jadi dengan pertimbangan lebih murah dan lebih mudah dalam
pengadakannya. Tingkat konsumsi pakan cukup baik, yaitu 3 kg/ekor dalam jangka
pemeliharaan 5 minggu bobot badan ayam mencapai 2,1 kg rata- rata.
Dalam dunia ras pedaging selisih antara FCR standar perusahaan dengan FCR
sebenarnya di peternakan (FCR aktual) disebut diferensial atau disengkat “diff”.
Adapun rumusnya sebagai berikut:
Diff = FCR aktual – FCR standar
= 3 (kg/ekor) – 3,2 (kg/ekor)
= - 0,2
Diff yang bernilai minus (-) semakin baik karena menunjukkan bahwa FCR
aktual di peternakan lebih kecil daripada FCR standar perusahaan.
4.6 Persentase Deplesi Populasi (D)
D = Jumlah ayam mati + afkir x 100%
Populasi awal
= 300 x 100%
6000
=5%
Persentase deplesi dikatakan baik, karena batas maksimal bernilai 5%.
4.7 Rata Rata Umur Panen (A/U)
A/U = (U x P)
Total populasi terpanen
= 35 x 6000
5700
= 36 Hari
4.8 IP (Indeks Prestasi)
Ayam Hidup : 97%
Rerata Berat Badan : 2,1 kg
FCR :3
Rerata Usia Panen : 36 Hari
46
Maka,
IP = Total % ayam hidup x Rerata Berat Badan x 100 %
(FCR x Rerata usia panen)
= 5 x 2,1 x 100
3 x 36
= 188
IP dengan 188 termasuk dalam kategori baik.
4.9 Laba

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara


operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari
transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan biaya tersebut.
Menurut Harahap (2009), laba merupakan kelebihan penghasilan di atas biaya selama
satu periode akuntansi. Sementara pengertian laba yang diamati oleh struktur
akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Pendapatan
serta biaya produksi dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Biaya, pendapatan, dan laba peternak

No. Jenis biaya Suyono Mashuri Nur wahid Rozak


Bermitra Bermitra Bermitra Mandiri
(Rp/ (Rp/Periode) (Rp/Periode) (Rp/Periode)
Periode)
1. Biaya penyusutan kandang 428.571 2.380.952 7.142.857 125.000
2. Biaya penyusutan peralatan 83.000 139.000 208.000 12.500
3. Biaya bibit (DOC) 50.490.000 150.570.000 250.950.000 1.400.000
4. Biaya pakan 158.675.000 358.237.750 778.193.000 3.600.000
5. Biaya obat-obatan 1.395.130 3.785.980 5.121.930 350.000
6. Biaya tenaga kerja 4.000.000 9.000.000 12.000.000 -
7. Biaya listrik 453.450 8.230.000 25.670.000 93.900
8. Biaya gas pemanas 650.000 1.800.000 3.300.000 170.000
9. Biaya bahan bakar, dll 750.000 1.300.000 1.850.000 300.000
Biaya Produksi Peternak 6.365.021 22.849.952 50.170.857 6.051.400
Total Biaya Produksi 210.560.130 512.593.730 1.034.264.93 -

47
Mitra 0
Total Penerimaan 237.446.166 558.628.331 1.173.873.13 7.350.000
1
Pendapatan 26.886.036 46.034.600 139.608.201 1.298.600
Laba 20.521.015 23.184.649 89.437.344 1.298.600
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dalam penelitian ini diketahui bahwa penerimaan usaha broiler yang bermitra
dan mandiri diperoleh dari hasil penjualan ayam. Total penerimaaan dari hasil
penjualan ayam peternak suyono sebesar Rp 237.446.166. total biaya produksi yang
biayanya dikeluarkan oleh peternaknya sendiri meliputi biaya penyusutan kandang,
biaya penyusutan peralatan, biaya tenaga kerja, biaya listrik, biaya gas pemanas, biaya
bahan bakar dan biaya lain-lain sebesar Rp 6.365.021. Total biaya produksi mitra yang
dikeluarkan perusahaan inti atau kemitraan meliputi biaya bibit (DOC), biaya pakan,
biaya obat-obatan sebesar Rp 210.560.130. Total pendapatan kotor yang diterima oleh
peternak suyono dari hasil penjualan ayam yang dikurangi biaya produksi sebesar Rp
26.886.036. total laba bersih yang diterima oleh peternak suyono sebesar Rp
20.521.015.

Total penerimaaan dari hasil penjualan ayam peternak mashuri sebesar Rp


558.628.331. total biaya produksi yang biayanya dikeluarkan oleh peternaknya sendiri
meliputi biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan, biaya tenaga kerja,
biaya listrik, biaya gas pemanas, biaya bahan bakar dan biaya lain-lain sebesar Rp
22.849.952. Total biaya produksi mitra yang dikeluarkan perusahaan inti atau
kemitraan meliputi biaya bibit (DOC), biaya pakan, biaya obat-obatan sebesar Rp
512.593.730. Total pendapatan kotor yang diterima oleh peternak mashuri dari hasil
penjualan ayam yang dikurangi biaya produksi sebesar Rp 46.034.600. total laba
bersih yang diterima oleh peternak mashuri sebesar Rp 23.184.649.

Total penerimaaan dari hasil penjualan ayam peternak nur wahid sebesar Rp
1.173.873.131. total biaya produksi yang biayanya dikeluarkan oleh peternaknya
sendiri meliputi biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan, biaya tenaga
kerja, biaya listrik, biaya gas pemanas, biaya bahan bakar dan biaya lain-lain sebesar
Rp 50.170.857. Total biaya produksi mitra yang dikeluarkan perusahaan inti atau

48
kemitraan meliputi biaya bibit (DOC), biaya pakan, biaya obat-obatan sebesar Rp
1.034.264.930. Total pendapatan yang diterima oleh peternak nur wahid dari hasil
penjualan ayam dikurangi biaya produksi sebesar Rp 139.608.201. total laba bersih
yang diterima oleh peternak nur wahid sebesar Rp 89.437.344.

Total penerimaaan dari hasil penjualan ayam peternak rozak sebesar Rp


7.350.000. total biaya produksi yang biayanya dikeluarkan oleh peternak sendiri
meliputi biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan, biaya tenaga kerja,
biaya listrik, biaya gas pemanas, biaya bahan bakar dan biaya lain-lain, biaya bibit
(DOC), biaya pakan, biaya obat-obatan sebesar Rp 6.051.400. Total pendapatan yang
diterima oleh peternak rozak dari hasil penjualan ayam yang dikurangi biaya produksi
sebesar Rp 1.298.600. total laba bersih yang diterima oleh peternak rozak sebesar Rp
1.298.600. bagi peternak yang tidak ikut kemitraan biaya bibit (DOC), biaya pakan,
biaya obat-obatan di tanggung oleh peternak itu sendiri.

4.10 Kelebihan dan Kekurangan Peternak Sistem Mandiri


Kelebihan Peternak Mandiri
1. Bebas melaksanakan produksi dengan inovasi manajemen sendiri (pembelian,
produksi, dan pemasaran), dikarenkan tidak terikat oleh kontrak.
2. Harga DOC, pakan, obat-obatan, dan hasil panen tidak terikat oleh kontrak.
3. Meningkatkan sistem manajemen (perencanaan, produksi dan pemasaran)
sehingga dapat meningkatkan tingkat pendapatan.
4. Peternak mandiri bebas menjual hasil panen kepada siapa saja, yaitu harga jual
tidak terikat kontrak (berdasarkan harga pasar).
5. Meningkatkan teknik pemeliharaan.
6. Meningkatkan kemampuan tenaga kerja.
7. Pertumbuhan jumlah konsumen.
Kelemahan Peternak Mandiri
1. Seluruh biaya operasional dibiayai dengan modal sendiri, maka resiko kegagalan
cukup besar.

49
2. Pengembalian modal yang mempunyai resiko, karena sistem pemasaran yang
kurang menentu diakibatkan adanya perbedaan konsumen yang membeli hasil
budidaya.
3. Harga pasar yang tidak menentu (Fluktuasi).
4. Resiko kegagalan ditanggung sendiri.
5. Penyakit unggas yang sering menyerang sehingga membuat peternak harus selalu
waspada dengan adanya penyakit yang timbul.
6. Menekan biaya pakan dengan memperbaiki sistem pemberian pakan.

4.11 Kelebihan dan Kekurangan Peternak Sistem Mitra


Kelebihan Peternak Mitra
1. Adanya pinjaman modal (biaya produksi) dari inti.
2. Pemberian bantuan teknis yang terencana dari inti.
3. Resiko ditanggung bersama perusahaan inti dan plasma.
4. Peternak dapat melakukan produktivitas tanpa harus mempunyai modal yang
terlalu besar.
5. Terjaminnya hasil pemasaran pada perusahaan inti.
6. Meningkatkan hasil panen dengan meningkatkan teknik pemeliharaan.
7. Menjaga hubungan baik dan kepercayaan dari perusahaan inti.
8. Menjalin kerjasama dan informasi dengan peternak lain dalam suatu wadah
organisasi.
9. Melakukan kerjasama dengan mitra usaha yang bermutu baik.

Kelemahan Peternak Mitra


1. Terikat oleh kontrak dengan inti, sehingga peternak tidak dapat berinovasi dalam
melaksanakan sistem produksi.
2. Keterikatan kontrak yang telah mamatok harga pembelian DOC, pakan, obat-
obatan dan harga jual.

50
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka, dapat ditarik kesimpulan
adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan pada pola kemitraan masing masing peternak adalah Rp. 26.886.036,00
(Suyono), Rp. 46.034.600,00 (Mashuri), Rp. 139.608.201 (Nur Wahid), dan
pendapatan pada pola mandiri adalah Rp. 1.298.600,00 (Rozak).
2. Total Laba yang di terima pada pola kemitraan masing masing peternak adalah Rp.
20.521.015,00 (Suyono), Rp. 23.184.64900 (Mashuri), Rp. 89.437.344 (Nur
Wahid), dan total laba yang di terima pada pola mandiri adalah Rp. 1.298.600,00
(Rozak).
3. Biaya produksi peternak Suyono sebesar Rp. 6.365.021,00 dan biaya produksi
mitra sebesar Rp. 210.560.130,00, Biaya produksi peternak Mashuri sebesar Rp.
22.849.952,00 dan biaya produksi mitra sebesar Rp. 512.593.730,00, Biaya
produksi peternak Nur Wahid sebesar Rp. 50.170.857,00 dan biaya produksi mitra
sebesar Rp. 1.034.264.930,00, Biaya produksi peternak Mandiri Rozak sebesar Rp.
6.051.400,00.

51
4. Kelebihan peternak sistem kemitraan yaitu pemasaran hasil yang sudah terjamin
dan kekurangan nya yaitu terikat oleh kontrak dengan inti, sehingga peternak tidak
dapat berinovasi dalam melaksanakan sistem produksi. Kelebihan peternak sistem
mandiri yaitu tidak terikat oleh kontrak sehingga bebas untuk berinivasi dan
kekurangan nya yaitu tingkat resiko kegagalan lebih besar dan kerugian ditanggung
sendiri oleh peternak mandiri.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang diambil, saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya peternak dengan sistem mandiri lebih teliti dalam merawat ayam broiler
tersebut agar menurunkan tingkat kematian sehingga penerimaan dan pendapatan
mandiri bisa lebih meningkat.
2. Kepada peternak mandiri alangkah baiknya beralih ke pola sistem kemitraan,
karena lebih menguntungkan dari sisi pemasaran maupun hasil penjualan.

52
DAFTAR PUSTAKA

Affan, Jasuli. 2014. Analisis Pola Kemitraan Petani Kapas dengan PT. Nusafarm Terhadap
Pendapatan Usahatani Kapas di Kabupaten Situbondo. Fakultas Pertanan. Universitas Jember.
Jember
Andel. 2018. Analisis Pendapatan Pedagang Ayam Broiler (Bakul) Yang Bermitra Dengan
Perusahaan Peternakan di Kota Kendari. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Badan Pusat Statistik. 2017. Profil Pangan dan Pertanian. diakses 4 Oktober 2018.
Cepriadi. 2010. Analisis Perbandingan Pola Kerjasama Kemitraan Peternak Ayam Broiler di
Kota Pekanbaru. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Riau.
David, M. 2013. Analisis Resiko Produksi pada Peternakan Ayam Brolier di Kampung
Kandang, Desa Tegal, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen
Agrbisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Danang, Prasetyo. 2006. Komperasi Pendapatan Peternak Broiler Pada Kemitraan CV. Intan
Sukses Abadi dan PT. Karya Mitra Kendari di Kabupaten Konawe Selatan.Fakultas Peternakan
Universitas Halu Oleo. Kendari.
Fadhli. 2014. Perbedaan Pendapatan Peternak Ayam Broiler Yang Bermitra Dengan PT. PKP
(Prima Karya Persada) dan UD Harco di Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makasar.
Iskayani. 2016. Analisis Pendapatan Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan di Desa
Bontomatene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.
Makasar.
Nizam, M. 2013. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pada Pola Kemitraan Yang
Berbeda Di Kecamatan Tellusiattinge Kabupaten Bone. Fakultas Peternakan. Unversitas
Hasanuddin. Makasar.
Nofianti, S. 2014. Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Pemeliharaan Ayam Broiler di
Kabupaten Lima Puluh Kota. Jurnal Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 1. (3) : 1-16.
Pakiding. W, Iskayani dan V. S. Lestari. 2016. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler
Pola Kemitraan di Desa Bontomatene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Jiip. 2 (2) : 122-132.
Rahma, U. I. L. 2014. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging pada Pola
Usaha yang berbeda di Kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka. Jurnal Ilmu Pertanian dan
Peternakan.
Ramadhani, P. F. 2014. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Potong (Studi Kasus pada
Peternak Mitra PT. Ciomas Adisatwa di Jawa Tengah dan DIY). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Rasyaf, M. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penerbit PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Sani, L.A. Nuraini dan M, Diwan. 2014. Potensi Agribisnis Usaha Ternak Ayam Broiler di
Kota Kendari. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis. 1. (1) : 88-98.
Setiadi, A. R. Ratnasari Dan W. Sarengat. 2015. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler
pada Sistem Kemitraan di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang. Animal Agriculture Journal.
4(1): 47-53.
Soekartawi, 2006. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

xii
Tamalluddin, Ferry.2016. Panduan Lengkap Ayam Broiler. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
Wardhani, P. K. 2012. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan pada Usaha Peternakan
Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus: Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal). Skripsi. Jurusan
Ekonomi/ Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Windarsari, L. D. 2012. Kajian Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kabupaten
Karanganyar membandingkan antara pola kemitraan dan pola mandiri. Tesis. Ilmu Ekonomi
Pertanian. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Zakwaan. 2013. Pengertian Harga Menurut Para Ahli.blogspot.com. Di akses Pada Tanggal 27
Oktober 2018.

xiii

Anda mungkin juga menyukai