Oleh:
NIM: 01117056
UNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA
i
2021
ii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi/Karya Ilmiah/Tugas Akhir yang saya susun
dengan judul:
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari
skripsi/karya ilmiah/tugas akhir orang lain. Apabila kemudian hari pernyataan saya
tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat digunakan
apabila diperlukan.
Materai 6000
iii
PERSETUJUAN SKRIPSI/KARYA ILMIAH/TUGAS AKHIR
DIAJUKAN OLEH:
DOSEN PEMBIMBING,
(..........................................) TANGGAL...........
iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI/KARYA ILMIAH/TUGAS AKHIR
NIM : 01117056
Prodi : Akuntansi
1. ....................................... ....................................
2. ....................................... ....................................
3. ....................................... ....................................
v
HALAMAN PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Narotama Surabaya, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalty
Noneksklusif ini Universitas Narotama berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis pencipta dan sebagai pemiliki Hak Cipta.
Di buat di : Surabaya
Pada tanggal : ……………2022
Yang menyatakan
Materai 6000
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia yang telah Allah berikan, saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul Analisis Pendapatan Dan Biaya Peternak Ayam Broiler Dengan
Sistem Kemitraan Dan Pola Mandiri, Skripsi ini diajukan untuk memenuhi dan
melengkapi salah satu syarat kelulusan dalam meraih drajat Strata Satu (S-1)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Narotama.
Dalam penyusunan skripsi ini, saya menyadari bahwa keberhasilan dan
terlaksananya penelitian ini bukan merupakan keberhasilan individu. Oleh karena itu,
saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dorongan, maupun doa sehingga skripsi ini bisa terselesaikan
dengan baik. Ucapan terima kasih saya tujukan kepada :
1. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan doa, restu, dukungan, dan kasih
sayang yang sangat berarti bagi saya.
2. Bapak ...................................... selaku Rektor Universitas Narotama Surabaya.
3. Ibu ....................................... selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Narotama Surabaya.
4. Bapak ....................................selaku Kepala Program Studi Akuntansi Universitas
Narotama Surabaya.
5. Ibu Dr. Nurul Aini S.E., Ak., M.Ak.CA selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing serta memberikan
petunjuk dan nasehat yang sangat berarti bagi saya.
6. Bapak/Ibu dosen, staff, dan karyawan di lingkungan Universitas Narotama
Surabaya yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi.
7. Teman-teman Universitas Narotama, sahabat-sahabat saya sekaligus teman
seperjuangan. Terima kasih atas dukungan, pengertian, doa, serta telah memberi
masa kuliah yang berkesan yang tidak akan pernah terlupakan.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan kepada saya dalam menyusun skripsi.
Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
untuk membalas kebaikan dari semua pihak yang telah membantu saya selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat kepada semua pihak.
Surabaya, ................2022
Penulis
vii
viii
SURAT KETERANGAN UJI SIMILARITIES
Oleh:
YULIANA VIDIA NENGRUM NIM. 01117056
Demikian surat keterangan ini kami buat dengan yang sebenarnya tanpa adanya
tekanan atau paksaan dari pihak manapun, dan untuk dipergunakan sebagaimana
semestinya.
Surabaya, 2022
Tim Uji Similarities
_________________
NIDN/NIPY .
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI................................................ v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
SURAT KETERANGAN UJI SIMILARITIES .......................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
ABSTRAK.................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 4
1.5 Batasan Masalah ........................................................................... 5
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden ............................................................. 34
4.2 Gambar Sistem Kemitraan Antara Peternak dan Perusahaan ...... 34
4.3 Pendapatan ................................................................................... 36
4.4 Perbandingan Biaya Produksi....................................................... 38
4.4.1. Biaya Tetap (FC) .............................................................. 38
4.4.2. Biaya Penyusutan Kandang............................................... 39
4.4.3. Biaya Penyusutan Peralatan.............................................. 39
4.4.4. Biaya Variabel................................................................... 40
4.4.5. Biaya Bibit......................................................................... 41
4.4.6. Biaya Pakan....................................................................... 41
4.4.7. Biaya Vaksin dan Obat – obatan....................................... 42
4.4.8. Biaya Listrik...................................................................... 43
4.4.9. Biaya Tenaga Kerja........................................................... 44
4.4.10. Total Biaya (TC).............................................................. 45
4.5 Laba............................................................................................. 45
4.6 Kelebihan dan Kekurangan Peternak Sistem Mandiri................. 47
4.7 Kelebihan dan Kekurangan Peternak Sistem Mitra..................... 48
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 50
5.2 Saran ............................................................................................ 50
xi
ABSTRAK
Analisis Pendapatan Dan Biaya Peternak Ayam Broiler Dengan Sistem Kemitraan
Dan Pola Mandiri
Dosen Pembimbing :
Dr. Nurul Aini S.E., Ak., M.Ak.CA
Budidaya peternakan broiler di Indonesia tidak lepas dari permasalahan yaitu aspek
pasar dan penyediaan sarana produksi yang tidak seimbang dengan harga jual
produksi, sehingga membuat peternak takut mengambil resiko untuk
mengembangkan usaha peternakan ayam broiler dengan skala produksi lebih besar.
Analisis pola kemitraan yang terjalin antara peternak yang mengusahakan peternakan
ayam broiler dengan pola kemitraan dan pola mandiri. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan usaha ternak ayam broiler pola kemitraan dan pola
mandiri ditinjau dari perbandingan pendapatan usaha, perbandingan biaya produksi
usaha, dan perbandingan laba usaha. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan Pendapatan pada pola kemitraan masing
masing peternak adalah Rp. 26.886.036,00 (Suyono), Rp. 46.034.600,00 (Mashuri),
Rp. 139.608.201 (Nur Wahid), dan pendapatan pada pola mandiri adalah Rp.
1.298.600,00 (Rozak). Total Laba yang di terima pada pola kemitraan masing masing
peternak adalah Rp. 20.521.015,00 (Suyono), Rp. 23.184.64900 (Mashuri), Rp.
89.437.344 (Nur Wahid), dan total laba yang di terima pada pola mandiri adalah Rp.
1.298.600,00 (Rozak). Biaya produksi peternak Suyono sebesar Rp. 6.365.021,00
dan biaya produksi mitra sebesar Rp. 210.560.130,00, Biaya produksi peternak
Mashuri sebesar Rp. 22.849.952,00 dan biaya produksi mitra sebesar Rp.
512.593.730,00, Biaya produksi peternak Nur Wahid sebesar Rp. 50.170.857,00 dan
biaya produksi mitra sebesar Rp. 1.034.264.930,00, Biaya produksi peternak Mandiri
Rozak sebesar Rp. 6.051.400,00. Kelebihan peternak sistem kemitraan yaitu
pemasaran hasil yang sudah terjamin dan kekurangan nya yaitu terikat oleh kontrak
dengan inti, sehingga peternak tidak dapat berinovasi dalam melaksanakan sistem
produksi. Kelebihan peternak sistem mandiri yaitu tidak terikat oleh kontrak
sehingga bebas untuk berinivasi dan kekurangan nya yaitu tingkat resiko kegagalan
lebih besar dan kerugian ditanggung sendiri oleh peternak mandiri.
Kata kunci : Peternakan Ayam Broiler, pendapatan usaha, biaya produksi, laba
usaha
xii
ABSTRACT
Analisis Pendapatan Dan Biaya Peternak Ayam Broiler Dengan Sistem Kemitraan
Dan Pola Mandiri
Dosen Pembimbing :
Dr. Nurul Aini S.E., Ak., M.Ak.CA
Broiler farming in Indonesia cannot be separated from problems, namely the market
aspect and the provision of production facilities that are not balanced with the selling
price of production, thus making farmers afraid to take risks to develop a broiler
farming business with a larger production scale. Analysis of the pattern of
partnerships that exist between farmers who operate broiler chicken farms with
partnership patterns and independent patterns. The purpose of this study was to
determine the difference between a partnership and an independent broiler farming
business in terms of a comparison of operating income, a comparison of business
production costs, and a comparison of operating profits. This study used descriptive
qualitative method. The results showed that the income in the partnership pattern of
each breeder was Rp. 26,886,036.00 (Suyono), Rp. 46,034,600.00 (Mashuri), Rp.
139,608,201 (Nur Wahid), and the income in the independent pattern is Rp.
1,298,600.00 (Rozak). The total profit received in the partnership pattern of each
breeder is Rp. 20.521.015.00 (Suyono), Rp. 23,184,64900 (Mashuri), Rp. 89,437,344
(Nur Wahid), and the total profit received in the independent pattern is Rp.
1,298,600.00 (Rozak). The production cost of Suyono's breeder is Rp. 6,365,021.00
and partners' production costs of Rp. 210,560,130,00, Mashuri breeder's production
cost is Rp. 22,849,952.00 and partners' production costs of Rp. 512.593.730.00, the
production cost of farmer Nur Wahid is Rp. 50,170,857.00 and partners' production
costs of Rp. 1,034,264,930,00, Mandiri Rozak's farmer production cost is Rp.
6,051,400,000. The advantages of the partnership system breeder are guaranteed
product marketing and the drawback is that they are bound by a contract with the
nucleus, so that farmers cannot innovate in implementing the production system. The
advantages of independent farmer systems are that they are not bound by a contract
so they are free to innovate and the drawback is that the level of risk of failure is
greater and losses are borne by independent farmers.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Ada beberapa alasan dalam pemilihan topik “Analisis Pendapatan Dan Biaya
Peternak Ayam Broiler Dengan Sistem Kemitraan Dan Pola Mandiri” dalam
penelitian ini. Beberapa alasan tersebut di antaranya alasan berdasarkan aspek gap
teoritis, alasan berdasarkan pada aspek gap penelitian terdahulu dan aspek
pengembangan model.
2
Dalam kemitraan pihak pengusaha dan peternak harus mempunyai posisi yang
sejajar agar tujuan kemitraan dapat tercapai dimana dalam hal perhitungan tentang
biaya produksi diatur sepenuhnya oleh perusahaan yang disepakati bersama oleh
peternak. Pada hakekatnya kemitraan adalah sebuah kerja sama bisnis untuk tujuan
tertentu dan antara pihak yang bermitra harus mempunyai kepentingan dan posisi
yang sejajar. Terjadinya kemitraan adalah bila ada keinginan yang sama untuk saling
mendukung dan melengkapi dalam upaya mencapai tujuan bersama. Kemitraan usaha
ini dilakukan antara usaha kecil dengan sektor usaha besar. Dengan adanya kemitraan
ini, usaha kecil diharapkan dapat hidup berdampingan dan sejajar dengan usaha
besar.
Agar bisa mencapai tingkat keuntungan yang maksimal dan efisien dalam usaha
ternak ayam broiler, maka diperlukan alat analisis berupa fungsi keuntungan sehingga
dapat menganalisis semua parameter yang berhubungan langsung dengan tingkat
produksi yang dapat dicapai dan menganalisis tingkat efisiensi usaha ternak yang
dijalankan. Asumsi yang mendasari hal ini adalah keuntungan. Selain itu peternak
ayam broiler juga perlu menganalisis kelayakan finansial atas usaha yang dijalankan.
Analisis kelayakan finansial adalah penilaian atas proyek yang didasarkan pada
apakah usaha ternak tersebut yang nantinya secara finansial menguntungkan atau
tidak. Dengan diketahui layak atau tidaknya usaha tersebut dapat membantu
pengembangan dan perencanaan usaha di masa mendatang untuk meningkatkan
efesiensi dan produktifitas usahanya (Riyanto, 1992).
Untuk meningkatkan produksi ayam ras pedaging, PT. Ciomas Adi Satwa yang
merupakan perusahaan mitra yang menawarkan suatu pola kemitraan kepada
peternak ayam ras pedaging. Dari kerjasama ini diharapkan kedua belah pihak bisa
3
mendapatkan keuntungan. Untuk itu masing-masing pihak yang melakukan pola
kemitraan ini harus menyadari bahwa mereka memiliki perbedaan dan keterbatasan,
misalnya dibidang manajemen, penguasaan teknologi dan penguasaan sumberdaya.
Oleh karena itu mereka harus mampu saling mengisi dan saling melengkapi
kekurangan masing-masing sehingga kesinambungan usaha tetap berjalan.
4
3. Untuk menganalisis perbandingan laba usaha ternak ayam broiler pola kemitraan
dan pola mandiri.
4. Untuk mengetahui perbedaan usaha ternak ayam broiler pola kemitraan dan pola
mandiri
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi saya (peneliti) terutama setelah
menyelesaikan tugas akhir (Skripsi).
2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi saya (peneliti) dan pengusaha ayam
broiler maupun perusahaan inti mengenai analisa pendapatan dan biaya dengan
pola kemitraan dan pola mandiri.
3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat di sekitar dalam mengambil kebijakan
yang terkait dengan pengembangan usaha ayam potong terutama dengan pola
kemitraan.
1.5 Batasan Masalah
Adapun batasan pembahasan dari tugas akhir yang penulis buat adalah pendapatan,
biaya, penerimaan keuntungan pengusaha ayam broiler dengan pola Kemitraan dan
pola mandiri antara pengusaha peternak ayam broiler.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Ahmad Habibi Walid, dkk (2021) melakukan penelitian yang berjudul
“Komparasi Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pola Mandiri dan Pola Kemitraan di
Kabupaten Trenggalek”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan biaya
dan pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras broiler pola kemitraan dan pola
mandiri di Desa Jombok Kecamatan Pule Kabupaten Trenggalek. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan biaya yang signifikan pada biaya peternakan
ayam ras broiler antara kedua model tersebut. Biaya peternakan ayam ras broiler
model kemitraan lebih tinggi daripada model mandiri, dan pendapatan model
kemitraan seringkali lebih rendah dari model mandiri. Dapat disimpulkan bahwa dari
segi ekonomi, peternakan ayam ras broiler mandiri lebih menguntungkan daripada
kemitraan.
Penelitian Alif Wahyuning Tyas dkk (2020) yang berjudul “Analisis
Komparatif Keuntungan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Antara Pola Kemitraan
dengan Pola Mandiri di Kabupaten Banjar”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis perbedaan keuntungan yang diperoleh peternak ayam ras pedaging
dengan pola kemitraan dan mandiri di Kabupaten Banjar dan mengetahui
permasalahan yang dihadapi peternak ayam ras pedaging dengan pola kemitraan dan
mandiri di Kabupaten Banjar. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya total
6
peternak pola kemitraan adalah sebesar Rp.223.597.362,50 per periode, sedangkan
rata-rata biaya total peternak pola mandiri adalah sebesar Rp.210.665.777,79 per
periode. Rata-rata penerimaan pola kemitraan adalah sebesar Rp.289.575.153,84 per
periode, sedangkan rata-rata penerimaan peternak mandiri adalah sebesar
Rp.260.535.666,67 per periode. Rata-rata keuntungan peternak pola kemitraan yaitu
Rp.65.977.791,34 per periode, sedangkan rata-rata keuntungan peternak mandiri
adalah sebesar Rp.49.869.888,99 per periode
Penelitian yang dilakukan Ali Makmur dkk (2020) mengenai “Analisis
Pendapatan Peternak Ayam Broiler pada Pola Kemitraan yang Berbeda di Kecamatan
Payakumbuh Timur (Studi Kasus PT. Karya Semangat Mandiri dan Poultry Shop
Torang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kemitraan serta pendapatan
peternak ayam broiler yang bermitra. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah
peternak yang bermitra dengan PT. KSM menggunakan pola kemitraan inti plasma
dengan perjanjian tertulis dan peternak memberikan uang jaminan kepada perusahaan,
peternak yang bermitra dengan Poultry Shop Torang menggunakan pola bagi hasil
yang keuntungannya di bagi dua. Bentuk perjanjian tidak dilakukan secara tertulis dan
peternak tidak memberikan uang jaminan. Pendapatan peternak yang bermitra dengan
PT. KSM lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan peternak yang bermitra
dengan Poultry Shop Torang.
Penelitian yang dilakukan NM. Akbar Illahi dkk (2019) yang berjudul
“Analisis pendapatan Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan di Kecamatan
Nanggung Kabupaten Bogor”. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang
dilakukan antara peternak ayam broiler dan perusahaan yaitu pola Inti-Plasma dan
kerjasama operasional agribisnis (KOA). Hasil analisis R/C ratio menunjukkan tidak
terdapatnya peternak yang mengalami kerugian dengan nilai tertinggi rasionya 1,158
pada peternak skala IV. Hasil analisis Break Event Point (BEP) melebihi titik impas
baik BEP produksi dan harga pada setiap skala. Peternak mitra memperoleh banyak
manfaat seperti bantuan modal, penyuluhan serta pemasaran hasil.
Penelitian yang dilakukan oleh Bayu Amil Saputra, dkk (2020) “Analisis
Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan di Kecamatan Karang
Intan Kabupaten Banjar”. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata biaya
penyusutan Rp 2.426.273. satu kali produksi. Rata-rata biaya sewa lahan Rp 235.000.
Sehingga rata-rata biaya tetap Rp 2.661.273. Rata-rata biaya variabel Rp 111.192.195
7
satu kali proses produksi sehingga biaya total Rp113.853.468. Rata-rata total
penerimaan Rp 126.102.904. Rata-rata total pendapatan Rp 12.249.436. Rata-rata nilai
R/C Ratio usaha ternak ayam broiler di Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar
adalah 1,11. Artinya setiap 1 rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan
sebesar Rp. 1,11. Sehingga secara keseluruhan usaha ternak ayam broiler di
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar layak untuk dikembangkan.
10
ternak ayam ras pedagingdengan sistem kontrak sebesar Rp. 223,-/ekor dibandingkan
usaha ternak ayam ras pedaging non kontrak.
2.4 Ayam Broiler
Broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging (broiler) adalah jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas
tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam, Ayam broiler yang merupakan
hasil perkawinan silang dan sistem berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa
dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal apabila ayam
tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakan yang berkualitas
tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Ayam broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan
dengan ternak lain kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi
daging dalam waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi
daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi. Keunggulan ayam broiler antara lain
pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang
relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan
kualitas daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini
juga merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat
terhadap daging ayam. Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya
industri hilir seperti perusahaan pembibitan (Breeding Farm) yang memproduksi
berbagai jenis strain. Istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi
yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai
penghasil daging (Murtidjo, 1994). Broiler merupakan jenis ternak kelompok unggas
yang tersedia sebagai sumber makanan, terutama sebagai penyedia protein hewani
(Ratnasari, dkk 2015). Menurut Yemima (2014) broiler adalah ayam ras yang
memiliki keunggulan yaitu siklus produksi yang singkat yaitu dalam waktu 4-6
minggu ayam broiler sudah dapat di panen dengan bobot badan 1.5 – 1.56 kg/ekor.
Rasyaf (2002) mengemukakan bahwa ciri khas broiler adalah rasanya enak dan khas,
pengolahannya mudah tetapi mudah hancur dalam proses perebusan yang lama.
Daging merupakan sumber protein yang berkualitas bila dilihat dari kandungan gizi.
Pemeliharaan broiler dibagi menjadi dua yakni tahap starter (0-28 hari) dan finisher
(29 hari - panen).
11
Sebenarnya istilah ayam broiler merupakan istilah asing yang menunjukkan
cara memasak ayam di negara–negara barat (Rasyaf, 2002). Sehingga sampai saat ini
belum ada istilah yang tepat untuk mengantikannya, masyarakat dari pedesaan hingga
pelosok sampai saat ini tetap menyebut dengan istilah ayam broiler.
2.5 Usaha Ternak Ayam Broiler
Usaha pada skala yang luas umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi,
manajemennya modern, lebih bersifat komersial, dan sebaliknya usahat skala kecil
umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usaha
sederhana dan sifat usahanya subsiten, serta lebih bersifat untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Suatu usaha dikatakan
berhasil apabila usaha tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal,
alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk
kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya. Usaha
merupakan proses pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang dilakukan
dalam usaha yang akan dan rencana-rencana usaha berupa pernyataan tertulis yang
memuat sesuatu yang akan dikerjakan pada periode waktu tertentu untuk tujuan
tertentu sehubungan dengan usahanya. Manfaat yang dapat diambil pengusaha:
petunjuk yang dilakukan, pengurangan kesalahan, jaminan pelaksanaan, alat evaluasi,
terjaminnya kontinyuitas usaha. Beternak ayam ras pedaging lebih cepat
mendatangkan hasil daripada beternak ayam buras. Pada umunya pemeliharaan selama
5-8 minggu ayam broiler sudah mempunyai bobot badan antara 1.5-2.8 kg/ekor dan
bisa segera dijual. Dengan demikian perputaran modal berjalan dengan waktu yang
tidak lama. Usaha ternak bertujuan untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan
tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Peternak harus
memperhitungkan setiap biaya yang dikeluarkan sehingga dapat menentukan harga
jual produksi. Biaya – biaya produksi yang dikeluarkan yaitu bibit, pakan, upah tenaga
kerja, biaya pembelian dan pemeliharaan peralatan dan biaya sewa tanah. Usaha
ternak layak diusahakan apabila nilai profitabilitasnya lebih besar dari tingkat bunga
perbankan yang berlaku. Salah satu komoditas perunggasan yang memiliki prospek
yang sangat baik untuk dikembangkan adalah peternakan. Ayam ras pedaging karena
didukung oleh karakteristik produknya yang dapat diterima oleh semua masyarakat
Indonesia.
12
Usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Peternak rakyat,
Pengusaha Kecil Peternakan, dan Pengusaha Peternakan (Anonimus, 1996). Peternak
Rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi
maksimal 15.000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang
membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode.
Pengusaha peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah
populasi melebihi 65.000 ekor per periode (Rasyaf, 2004).
Usaha peternakan ayam broiler saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi
skala usaha maupun dari segi tingkat efisiennya. Banyak para pelaku usaha menekuni
usaha peternakan ayam broiler, baik secara sistem mandiri maupun secara sistem
plasma. Alasannya adalah selain jumlah permintaan daging ayam yang terus
meningkat, perputaran modal yang sangat cepat merupakan daya tarik tersendiri bagi
para pelaku usaha untuk menekuni usaha peternakan ayam broiler ini. Alasan lainnya
adalah tersedianya faktor-faktor produksi dalam jumlah yang banyak (Hafsah, 2003).
Saat ini telah banyak para pelaku usaha ayam broiler yang menggabungkan
beberapa unit usaha menjadi satu kesatuan unit usaha yang terintegrasi (integrated).
Misalnya usaha pembibitan ayam bergabung dengan usaha pakan ternak, usaha
beternak ayam broiler komersial, dan proses pemotongan ayam. Bahkan banyak
diantaranya yang menggabungkan usahanya dengan usaha pengolahan ayam, sehingga
ayam potong yang dijual tidak hanya dalam bentuk ayam hidup ataupun dalam bentuk
karkas tetapi bisa berupa produk hasil olahan seperti fillet atau nugget. Produk hasil
olahan ini diproduksi berdasarkan permintaan konsumen yang terus berkembang
(Rasyaf, 2004).
13
2.6 Peternakan Ayam Pedaging
Peternakan ayam pedaging mempunyai prospek yang sangat baik untuk
dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun skala peternakan kecil
(peternakan rakyat). Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan
membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kegiatan
tersebut. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-
prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara
optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu
peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu
peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci. Ayam broiler merupakan ayam
penghasil daging yang memiliki beberapa keunggulan diantaranya, laju perputaran
modal yang cepat dan waktu pemeliharaan yang singkat yaitu dalam 5 minggu ayam
broiler sudah dapat dipanen dengan bobot 1.5 kg/ekor. Hal inilah yang mendorong
banyak peternak yang mengusahakan peternakan ayam broiler. (Rasyaf, 2004).
2.7 Kemitraan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti kata mitra adalah teman, kawan
kerja, pasangan kerja, rekan, sementara kemitraan mempunyai arti perihal hubungan
atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih
keuntungan bersama dengan prinsip saling menguntungkan dan saling memberikan
14
manfaat antara pihak yang bermitra. Pola kemitraan dibidang peternakan, adalah salah
satu jalan kerjasama antara peternak kecil (plasma) dengan perusahaan swasta dan
pemerintah sebagai inti (Hafsah, 2000).
15
bisnis (nilai, moral, sikap, dan perilaku) yang baik, maka dapat menyebabkan
kemitraan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.
Pola kemitraan ayam broiler tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan
industri ayam broiler di Indonesia. Bahkan pola kemitraan tersebut dilahirkan dari
sejarah industri ayam ras sebagai salah satu solusi untuk menciptakan harmonisasi
antar pelaku ekonomi dalam industri ayam ras pedaging. Dalam usaha peternakan
ayam rakyat khususnya untuk budidaya ayam ras kebijakan yang ditempuh adalah
mengutamakan usaha budidaya bagi peternakan rakyat, perorangan, kelompok
maupun koperasi sesuai dengan keppres No. 22 tahun 1990.
Pada aspek sosial budaya tujuan yang ingin dicapai adalah pemberian
pembinaan dan pembimbingan kepada pengusaha kecil, sehingga dapat tumbuh, dan
berkembang sebagai komponen ekonomi yang tangguh dan mandiri. Pada akhirnya
diharapkan akan disertai dengan tumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru sebagai upaya
pemerataan pendapatan sehingga dapat mencegah kesenjangan sosial.
16
Kemitraan pertanian adalah usaha pertanian berdasarkan azas persamaan
kedudukan, keselarasan dan peningkatan keterampilan kelompok mitra oleh
perusahaan mitra melalui perwujutan sinergi kemitraan yaitu hubungan yang saling
memerlukan, memperkuat dan menguntungkan (Anonimus, 1997). Saling memerlukan
dalam arti perusahaan mitra memerlukan hasil produksi dan kelompok mitra
memerlukan pasokan bahan baku dan bimbingan dari perusahaan. Saling memperkuat
artinya kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama memperhatikan
tanggung jawab moral dan etika bisnis. Saling menguntungkan yaitu baik kelompok
mitra dan perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan, dan kesinambungan
usaha. Pola kemitraan usaha pertanian terdiri dari tiga macam yaitu:
1. Pola Inti Plasma, adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan
perusahaan mitra yang didalamnya perusahaan bertindak sebagai inti dan kelompok
mitra sebagai plasma. Kelebihan pola inti adalah:
a) Kepastian sarana produksi
b) Kelayanan/bimbingan
c) Menampung hasil.
Kewajiban inti
1. Menyediakan sarana produksi berupa pakan, bibit (DOC), obat, vaksin dan
peralatan lainnya.
2. Mengambil dan memasarkan ayam pedaging hasil budidaya peternak.
3. Membantu peternak dalam proses budidaya.
Kewajiban plasma
Suatu pola kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak antara
mitra (peternak) dan inti berdasar ikatan kerjasama. Jika sebagai peternak mempunyai
modal kerja namun masih mengalami kesulitan pengadaan sapronak (DOC, Pakan,
18
Obat, Vaksin dan Desinfektan) dan pemasaran hasil produksi maka inti sanggup
membantu dalam usaha budidaya (Hafsah, 2003).
20
(FCR aktual) disebut diferensial atau disengkat “diff”. Adapun rumusnya
sebagai berikut:
Diff = FCR aktual – FCR standar.
Diff yang bernilai minus (-) semakin baik karena menunjukkan bahwa FCR
aktual di peternakan lebih kecil daripada FCR standar perusahaan. Jika sudah
demikian, bagi Andapeternak bersiaplah mendapatkan bonus FCR.
2.8.3 Persentase Deplesi Populasi (D)
Deplesi populasi dapat diartikan sebagai penyusutan jumlah ayam yang
dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu kematian dan afkir ayam (culling).
Kematian dapat terjadi karena beberapa faktor seperti sakit atau kondisi
lingkungan yang tidak bersahabat. Pengafkiran dapat diputuskan berdasarkan
pertimbangan resiko dan ekonomi. Pertimbangan resiko didasarkan pada
keparahan penyakit dan seberapa besar resiko yangdihadapi seperti kematian,
gangguan pertumbuhan, dan penularan pada ayam yang lain. Pertimbangan
ekonomi biasanya terkait dengan berkurangnya keuntungan yang didapatkan
karena memberikan pengobatan pada ayam sakit. Hal ini biasa terjadi pada ayam
sakit yang sudah mendekati umur panen. Daripada keuntungan berkurang karena
memberikan pengobatan, lebih baik ayam diafkir lebih awal.
Rumus tingkat deplesi (D) sebagai berikut:
D = Jumlah ayam mati + afkir x 100%
Populasi awal
Atau
Keterangan:
U: umur ayam dipelihara
P: populasi ayam yang dipanen
2.8.5 IP (INDEKS PRESTASI)
IP (Indeks Prestasi) merupakan indikator baik buruknya pengelolaan
sebuah peternakan. IP yang semakin tinggi menunjukkan pengelolaan
peternakan yang semakin baik.
Berikut rumus IP:
IP = {(100 – Total % Deplesi) x Rerata Berat Badan x 100}
(FCR x Rerata Usia Panen)
Dulu, peternak yang mendapatkan IP sekitar 250 sudah termasuk bagus.
Tetapi, sekarang untuk bisa dikatakan bagus, IP paling tidak di atas 300
(tergantung perusahaan pembuat standar masing-masing). Berikut contoh
penghitungannya. Dulu, ras pedaging dengan berat panen 1,8 kg yang dipelihara
selama 40 hari dengan FCR 1,8 dan kematian 4% sudah termasuk bagus.
Sehingga IP yang didapatkan adalah 240. Tetapi, dengan kemajuan industri ras
pedaging, standar seperti di atas sudah tidak dipakai lagi. Perbaikan genetik ras
pedaging menghasilkan ayam dengan pertumbuhan yang lebih cepat dengan
konversi pakan yang lebih baik. Sehingga untuk dikatakan bagus paling tidak
peternakan harus mendapatkan kriteria berat badan 1,8 kg yang dipelihara
selama 34 hari dengan FCR 1,55 dan kematian 4%. Sehingga IP yang
didapatkan adalah 328. Jika peternak dapat mencapai IP yang baik, lagi-lagi
Anda akan mendapatkan bonus dari perusahaan/kemitraan.
2.9 Sistem Mandiri
Sistem mandiri adalah sistem usaha beternak broiler dengan modal sepenuhnya
ditanggung peternak. Peternak menyediakan kandang, peralatan, tenaga kerja, dan
sarana produksi ternak (DOC, Pakan, serta OVK/obat, vitamin, dan vaksin) serta
memasarkan sendiri ternaknya baik peternak hidup maupun bentuk daging potong.
22
Keunggulan dari sistem ini adalah keuntungan bisa lebih maksimal karena
harga sapronak bisa lebih murah, peternak bebas memilih jenis sapronak yang
diinginkan seperti strain DOC, merek pakan, dan OVK sehingga kualitasnya juga
lebih bisa terjamin (tergantung kondisi permodalan). Harga jual ayam juga bisa lebih
tinggi karena biaya pemasaran lebih rendah (Tamalluddin, 2016).
Pendapatan peternak ayam broiler baik mandiri maupun kemitraan sangat
dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yaitu bibit ayam
(DOC), pakan, obat-obatan, vitamin, dan vaksin, tenaga kerja, biaya listrik, bahan
bakar, serta investasi kandang dan peralatan (Rita, 2009).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan usaha peternakan ayam broiler tetap
dikelola secara mandiri oleh sebagaian besar peternak yaitu:
1. Pepemiliharaannya sangat mudah
2. Waktu pemeliharaan relative singkat karena sistem pemasaranya dalam bentuk
ekoran
3. Tingkat pengembaliaan modal relative cepat
Namun selain itu ada beberapa hal yang menjadi kendala yaitu:
1. Sarana produksi kurang
2. Manajemen pemeliharaan atau keterampilan peternak yang belum memadai
3. Modal relatif terbatas
4. Resiko memasaran atau penjualan cukup besar
5. Usahanya tergantung situasi dan cenderung spekulatip, dimana besar
kemungkinan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, tetapi besar pula
kemungkinan untuk menderita kerugiaan.
Identifikasi Identifikasi
1. Pendapatan 1. Pendapatan
2. Biaya produksi 2. Biaya produksi
3. Laba usaha 3. Laba usaha
Perbandingan
Kesimpulan
25
BAB III
METODE PENELITIAN
27
yang diperlukan. Penelitian ini dilaksanakan di tiga peternak ayam broiler yang
bermitra di PT. Ciomas Adi Satwa Kabupaten Bojonegoro, dan satu peternak dengan
pola mandiri. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari tanggal 03 Mei
2021 sampai 16 Agustus 2021. PT. Ciomas Adi Satwa dan satu peternak pola mandiri
di Kecamatan. Kedungadem dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan
bahwa PT. Ciomas Adi Satwa merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha budidaya ayam broiler di Kabupaten Bojonegoro.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.
3.4.2 Sumber Data
1. Data Primer yaitu data mentah yang bersumber dari hasil wawancara langsung
dengan peternak meliputi identitas responden, hasil usaha, dan biaya-biaya. Data
yang dikumpulkan untuk keperluan pengkajian khusus yang diperoleh dari
peternak plasma dan perusahaan inti dengan menggunakan daftar pertanyaan
serta observasi ke lokasi penelitian. Data yang diambil dari peternak meliputi
deskripsi peternak plasma, biaya produksi, penerimaan peternak, skala usaha,
teknis produksi dan preferensi peternak plasma terhadap pelayanan dari
perusahaan inti, persyaratan menjadi peternak plasma, sistem penetapan harga
sarana produksi peternakan dan harga hasil panen, hak dan kewajiban peternak,
hak dan kewajiban perusahaan, pola pengaturan produksi, bonus dan sanksi,
pemasaran, dan pola pengawasan yang dilakukan perusahaan.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Data yang
pengumpulan, pencatatan dan penentuan spesifikasinya dilakukan bukan oleh
pemakai tapi oleh pihak lain. Data sekunder merupakan data penunjang yang
digunakan untuk kelengkapan analisis yang dilakukan penulis. Data tersebut
meliputi keadaan umum lokasi penelitian yang diperoleh dari instansi-instansi
terkait.
30
- Biaya Pemeliharaan Ayam Broiler
Biaya yang dikeluarkan pada penyelenggaraan usaha ternak ayam broiler terdiri
dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel yaitu biaya bibit, pakan dan
obat-obatan, biaya tenaga dan biaya lain-lain. Semua biaya diperhitungkan untuk
pemakaian 1 periode.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap pada usaha pemeliharaan ternak ayam broiler terdiri biaya:
- Biaya Penyusutan Kandang adalah biaya yang dikeluarkan ditentukan dengan
biaya pembuatan kandang dan juga umur ekonomi atau masa pakai kandang
tersebut.
- Biaya Penyusutan Peralatan Usaha ternak ayam broiler pada penelitian ini
menggunakan peralatan kandang seperti tempat pakan, tempat minum dan
peralatan listrik. Tempat pakan tersebut dari plastik. Tempat pakan tersebut
dari plastik buatan pabrik demikian pula hanya dengan tempat minum.
Harganya bervariasi, tergantung waktu peternak membeli peralatan tersebut.
Untuk peralatan listrik diperhitungkan per set, dimana satu set terdiri dari kabel
listrik, stop kontak dan bohlam.
b. Biaya Variabel
Biaya Variabel pada usaha peternakan ayam broiler terdiri biaya bibit, pakan dan
obat-obatan, biaya lain-lain dan biaya tenaga kerja.
1. Biaya bibit
Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit ayam broiler.
2. Biaya pakan dan obat-obatan
Pakan yang digunakan relatif sama jenisnya, yaitu pakan BR 1 untuk pakan
starter dan BR 2 untuk pakan finisher. Harga pakan yang digunakan relatif
bervariasi, tergantung pembelian pakan tersebut. Biaya pakan dihitung dari
banyaknya jumlah pakan yang dikonsumsi dikalikan harga pakan selama satu
periode.
Obat-obatan dan vitamin yang digunakan dalam usaha peternak ayam broiler
pada penelitian ini berupa satu paket yang kebanyakan terdiri dari vitamin dan
anti biotic untuk ayam mulai dari periode starter sampai masa finisher. Harga
dan banyaknya jumlah obat-obatan dan vitamin dalam tiap paket obat-obatan
31
bervariasi tergantung banyaknya ternak ayam broiler yang pelihara. Biaya
pakan dan obat-obtan dihitung dari jumlah pakan dan obat-obatan yang
digunakan dikalikan harganya selama satu periode.
3. Biaya lain-lain
Biaya lain-lain yang keluarkan peternak adalah biaya untuk beli Koran bekas
yang dipergunakan untuk alas ayam pada masa brooding, dedak kasar yang
disebarkan dibawah kandang untuk memudahkan pengambilan kotoran ayam
ketika akan dijual. Selain itu biaya lain-lain juga untuk pembayaran token
listrik yang dipakai peternak untuk keperluan kandang.
4. Biaya tenaga kerja
Tenaga kerja yang dipakai dalam penyelenggaraan usaha ternak ayam broiler
kebanyakan peternak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, namun ada
pula peternak yang memakai tenaga luar keluarga, yaitu dengan mengupah
dimana upah dibayarkan setelah selesai ayam dijual atau panen. Biaya tenaga
kerga dengan sistem borongan, dimana pada umumnya upah ditentukan sesuai
jumlah ayam broiler yang dipelihara (Jaelani,2013).
3. Analisis Laba
Untuk menguji permasalahan tentang perbandingan pendapatan terlebih dahulu
mengetahui pendapatan yang diperoleh usaha ternak ayam broiler dengan
digunakan analisis dengan formula sebagai berikut (Soekartawi, 2006):
Y = TR – TC
Dimana:
Y = Pendapatan
TR = Penerimaan
P = Harga
Q = Jumlah Produksi
32
Tabel 3.1 Daftar Peternak
33
BAB IV
Responden pada penelitian ini berjumlah empat orang peternak ayam broiler,
tiga orang bermitra dengan PT. Ciomas Adi Satwa dan satu orang peternak mandiri.
Adapun penjelasan lebih lanjut dari responden tersebut sebagai berikut:
Salah satu tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mencoba menjelaskan
perbedaan sistem kemitraan yang dilakukan oleh peternak ayam broiler di wilayah
Kabupaten Bojonegoro. Sistem yang berlaku dari bentuk kemitraan dengan PT.
Ciomas Adi Satwa yaitu dengan sistem kontrak sebagai berikut:
1. Pihak Peternak
34
a. Menyediakan kandang ayam beserta perlengkapannya (kandang).
b. Menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk pemeliharaan ayam
pedaging.
c. Memberitahukan kepada pihak perusahaan selambat-lambatnya 12 (dua
belas) jam apabila ayam terjangkit wabah atau penyakit, terjadi bencana,
kandang roboh, terjadi kebakaran, pencurian dan kejadian lainnya yang dapat
merugikan kerjasama antara peternak dan perusahaan.
d. Menerima sarana produksi peternakan dari perusahaan.
e. Menerima pembinaan dari perusahaan dalam bentuk penyuluhan atau bila
perlu memberikan kursus-kursus yang di perlukan.
f. Kandang merupakan milik peternak yang tidak sedang di jaminkan, tidak
sedang sengketa, atau dibebani atas suatu hutang dan tidak ada pihak lain
yang turut memiliki, baik sebagian maupun seluruhnya.
g. Demi kualitas hasil budidaya ayam yang ditentukan perusahaan, peternak
memelihara ayam dengan menggunakan sarana produksi peternakan yang
disediakan oleh perusahaan.
h. Memberi kuasa kepada pihak perusahaan untuk menjual ayam pedaging
hidup dan sehat dengan harga yang terbaik, termasuk untuk melakukan
penagihan dan menerima pembayaran atas penjualan ayam pedaging tersebut
dari pihak pembeli yang disepakati kedua belah pihak.
i. Kandang beserta fasilitasnya merupakan resiko dan tanggung jawab pihak
peternak.
2. Pihak Perusahaan PT. Ciomas Adi Satwa
a. Pihak perusahaan bersedia bekerjasama dan memberikan bimbingan serta
pembinaan kepada peternak, dan peternak bersedia bekerjasama dan
menerima pembinaan serta bimbingan dari perusahaan dalam hal
pemeliharaan ayam pedaging.
b. Menyediakan sarana produksi peternakan kepada peternak, dengan nilai yang
akan ditentukan oleh perusahaandan disetujui oleh peternak, untuk setiap
periode pemeliharaan ayam pedaging.
c. Memberikan pembinaan dalam bentuk penyuluhan atau bila perlu
memberikan kursus-kursus yang diperlukan.
35
d. Menentukan jadwal chick-in sekaligus menentukan jumlah saran produksi
peternakan yang diperlukan untuk 1 kali periode.
e. Memberikan petunjuk atau pengarahan kepada peternak dalam melaksanakan
pemeliharaan ayam pedaging, sepanjang tindakan-tindakan tersebut menurut
pertimbangan pihak perusahaan diperlukan untuk pengoptimalan
keberhasilan pemeliharaan.
f. Membantu menjualkan hasil produksi berupa ayam pedaging hidup, pada
waktu yang telah ditentukan untuk dipasarkan.
g. Untuk pelaksanakn perjanjian, peternak setuju menitipkan dana jaminan atau
jaminan dalam bentuk lainnya kepada pihak perusahaan, dengan nilai yang
telah disepakati oleh kedua pihak.
h. Segala perselisihan yang mungkin timbul akibat pelaksanaan perjanjian ini
akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat.
4.3 Pendapatan
Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan usaha dan pengeluaran tunai
usaha dimana digunakan untuk mengukur kemampuan usaha untuk menghasilkan
uang tunai. Pendapatan bersih usaha adalah selisih antara pendapatan kotor usaha dan
pengeluaran total usaha dan digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh
keluarga dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik
sendiri.
Pendapatan peternak ayam broiler pada dua pola yaitu pola mandiri dan pola
mitra memiliki perbedaan keuntungan dan nilai efisiensinya. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu jumlah populasi, harga produksi serta biaya produksi dapat
dilihat pada Tabel 4.1
36
3. Biaya bibit (DOC) 50.490.000 150.570.000 250.950.000 1.400.000
4. Biaya pakan 158.675.000 358.237.750 778.193.000 3.600.000
5. Biaya obat-obatan 1.395.130 3.785.980 5.121.930 350.000
6. Biaya tenaga kerja 4.000.000 9.000.000 12.000.000 -
7. Biaya listrik 453.450 8.230.000 25.670.000 93.900
8. Biaya gas pemanas 650.000 1.800.000 3.300.000 170.000
9. Biaya bahan bakar, dll 750.000 1.300.000 1.850.000 300.000
Biaya Produksi Peternak 6.365.021 22.849.952 50.170.857 6.051.400
Total Biaya Produksi 210.560.130 512.593.730 1.034.264.930 -
Mitra
Total penerimaan 237.446.166 558.628.331 1.173.873.131 7.350.000
Pendapatan 26.886.036 46.034.600 139.608.201 1.298.600
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.1 menujukkan ada biaya produksi perusahaan, yang dimaksudkan dengan
biaya produksi perusahaan adalah biaya bibit, pakan, dan obat-obatan, yang diberikan
oleh perusahaan mitra kepada peternak, kemudian setelah ayam panen dan dijual
kepada perusahaan mitra, biaya tersebut barulah dikurangi dengan hasil penjualan
ayam. Sedangkan peternak mandiri biaya produksi ternak ditanggung sendiri oleh
peternak dan dijual sendiri bebas. Melaksanakan produksi dengan inovasi manajemen
sendiri (pembelian, produksi, dan pemasaran), dikarenkan tidak terikat oleh kontrak
dengan perusahaan inti.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa penerimaan usaha broiler diperoleh dari
hasil penjualan ayam. Total penerimaaan peternak suyono sebesar Rp 237.446.166,
peternak mashuri Rp 558.628.331, peternak Nur Wahid Rp 1.173.873.131, dan satu
peternak mandiri rozak Rp 7.350.000. Dapat dilihat bahwa perbedaan hasil
penerimaan ini dipengaruhi oleh skala usaha. Pendapatan adalah jumlah hasil
penerimaan dikurangi total biaya produksi. Berdasarkan hasil perhitungan,
pendapatan peternak suyono dengan skala pemeliharaan 6.000 ekor sebesar Rp
26.886.036/periode, pendapatan peternak mashuri dengan skala pemeliharaan 18.000
ekor sebesar Rp 46.034.600/periode dan pendapatan peternak Nur Wahid dengan
skala pemeliharaan 30.000 ekor sebesar Rp 139.608.201/periode, dan satu peternak
mandiri rozak dengan skala pemeliharaan 200 ekor sebesar Rp 1.298.600/periode.
37
Pendapatan tertinggi diperoleh peternak Nur Wahid dengan skala pemeliharaan
30.000 ekor sebesar Rp 89.437.344/periode, sedangkan pendapatan terendah
diperoleh peternak mandiri/rozak dengan skala pemeliharaan 200 ekor sebesar Rp
1.298.600/periode. Hal ini menunjukkan bahwa populasi ternak berpengaruh pada
pendapatan yang diperoleh peternak. Semakin besar skala usaha atau semakin banyak
populasi ternak yang dipelihara maka semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh
oleh peternak. Menurut hasil penelitian, perbedaan pendapatan dipengaruhi oleh skala
usaha pemeliharaan. Semakin besar skala usaha maka semakin besar juga pendapatan
yang diperoleh peternak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Fitriza et al
(2012) Utomo,et al (2015) yang menunjukkan bahwa jumlah ternak yang dipelihara
akan mempengaruhi besarnya pendapatan yang diperoleh oleh peternak. Jumlah ayam
yang semakin banyak akan menyebabkan semakin tinggi pendapatan yang diperoleh
peternak, demikian juga dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang
tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya, apabila suatu
tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun biaya
non operasi akan menghasilkan keuntungan. Pada saat produksi dimulai maka saat itu
pula peternak akan mengeluarkan biaya produksi.
Biaya produksi dapat digolongkan dalam biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya
tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak tergantung pada besar kecilnya
jumlah produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah mengikuti
besar kecilnya volume produksi, misalnya pengeluaran untuk sarana produksi biaya
pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, pakan dan lain sebagainya (Soekartawi, 2006).
Biaya tetap adalah biaya tetap yang terlibat dalam produksi dan tidak berubah
meskipun ada perubahan jumlah daging yang dihasilkan. Termasuk biaya penyusutan,
seperti penyusutan alat-alat kandang (tempat makan, tempat minum dan lain-lain),
38
penyusutan kandang, bunga atas pinjaman, pajak dan sejenisnya dan biaya lain-
lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardhani (2012), bahwa biaya tetap dalam
usaha peternakan ayam ras pedaging adalah biaya tetap yang terlibat dalam proses
produksi dan tidak berubah meskipun ada perubahan jumlah daging yang dihasilkan.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata total biaya penyusutan kandang
untuk peternak dengan sistem kemitraan lebih besar dari rata-rata total biaya
penyusutan kandang dengan sistem mandiri. Hal ini disebakan karena kandang
peternak mitra yang bekerjasama dengan perusahaan harus memenuhi standar
perusahaan, dikhawatirkan ayam yang akan dikandang akan mengalami stress. Ukuran
luas kandang tergantung dari kepadatan jumlah populasi ternak yang dipelihara. Luas
yang cukup bagi ayam untuk ruang geraknya maka tidak akan terjadi saling patuk dan
stress. Sedangkan peternak dengan sistem mandiri pembuatan kandang berdasarkan
kekuatan modal yang mereka miliki.
39
Tidak hanya kandang yang mengalami penyusutan tetapi peralatan kandang juga
mengalami penyusutan seiring dengan berjalannya waktu, penyusutan peralatan
termasuk dalam biaya tetap karena nilai peralatan kandang dari ke tahun menyusut
meskipun kandang dikosongkan. Adapun biaya penyusutan peralatan pada peternak
ayam broiler pola mandiri dan pola kemitraan di wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Biaya Penyusutan Peralatan Sistem Mandiri dan Sistem Kemitraan
Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa total biaya penyusutan peralatan untuk
peternak dengan sistem kemitraan lebih besar dari total biaya penyusutan peralatan
dengan sistem mandiri, yaitu sebesar Rp. 208.000 sedangkan sistem mandiri sebesar
Rp. 12.500. Hal ini dikarenakan besar kecilnya biaya penyusutan peralatan kandang
yang ditanggung tiap periodenya dipengaruhi oleh skala usaha. Besarnya nilai
penyusutan peralatan kandang diperoleh dari nilai investasi yang dikeluarkan dibagi
dengan masa pemakaian.
Biaya variabel atau disebut dengan biaya tidak tetap biasa didefinisikan sebagai
biaya yang dikeluarkan atau ditanggung oleh peternak selama masa produksi yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh skala atau jumlah produksi. Artinya bahwa semakin
tinggi skala produksi maka akan semakin meningkat pula biaya variabel yang harus
ditanggung oleh peternak selama masa produksi berlangsung.
Hal ini sesuai pendapat (Nofianti, 2014) biaya variabel merupakan biaya yang
jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Semakin
tinggi volume kegiatan maka semakin tinggi pula total biaya variabel.
40
Elemen biaya variabel ini terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
yang dibayar per buah produk atau per jam, biaya overhead pabrik variabel, biaya
pemasaran variabel. Karakteristik biaya variabel adalah biaya persatuan dipengaruhi
oleh perubahan volume kegiatan.
Yang termasuk dalam komponen biaya variabel untuk usaha peternakan ayam
broiler yaitu bibit (DOC), biaya pakan, biaya vaksin dan obat-obatan, biaya tenaga
kerja, biaya listrik dan biaya lain-lain yang dikeluarkan untuk mendukung kegiatan
operasional lainnya.
Bibit merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan, bibit ayam broiler yang berkualitas
baik yaitu bibit dengan produksi daging yang tinggi dengan konversi pakan yang
sedikit. Bibit ayam ras yang digunakan oleh peternak dikenal sebagai DOC (day old
chick). Bibit ini umumnya berasal dari ternak golongan commercial stock yang sudah
diketahui prestasinya dalam penyediaan bibit ayam yang bagus dimana bibit yang
bagus biasanya dapat di ketahui dengan ciri-ciri berwarna cerah, bersih dan tidak
cacat.
Adapun biaya rata-rata bibit (DOC) peternakan di wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat
dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Total harga DOC Sistem mandiri dan Sistem kemitraan
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa total biaya DOC untuk peternak dengan
sistem kemitraan lebih besar dari total sistem mandiri, yaitu sebesar Rp.250.950.000
sedangkan sistem mandiri sebesar Rp.1.400.000. Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa
biaya DOC peternak yang menggunakan sistem kemitraan lebih mahal dibandingkan
41
dengan peternak yang menggunakan sistem mandiri. Hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaan harga DOC antara sistem mandiri dengan sistem kemitraan.
Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya laju
pertumbuhan broiler. Dalam usaha peternakan ayam broiler, pakan ternak memegang
peranan yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup usaha tersebut.
Pakan merupakan hal yang sangat penting dan lebih penting lagi adalah harga dari
pakan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sani (2014), yang menyatakan bahwa
biaya variabel terdiri dari biaya bibit ayam yang porsinya antara 10 – 16% dari total
biaya produksi, biaya kesehatan dalam kodisi normal porsinya hanya 1 – 2%, serta
biaya pakan yang porsinya 70 – 80% dari total biaya produksi. Dengan demikian,
keberadaan pakan sangat mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan ayam ras
pedaging.
Harga pakan yang diberikan akan sangat berpengaruh terhadap biaya yang ditanggung
pada usaha ternak tersebut. Besarnya biaya pakan yang dikeluarkan oleh peternak di
Wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Total Harga Pakan Sistem Mandiri dan Sistem Kemitraan
Berdasarkan tabel 4.5, dapat dilihat bahwa total biaya pakan untuk peternak dengan
sistem kemitraan lebih besar dari total biaya pakan dengan sistem mandiri, yaitu
sebesar Rp. 778.193.000 sedangkan sistem mandiri sebesar Rp. 3.600.000. Hal ini
dikarenakan jumlah pemakaian pakan peternak mitra dalam setiap periode lebih
banyak dibandingkan dengan peternak yang menggunakan sistem mandiri, disamping
itu ada juga perbedaan penggunaan jenis pakan dan harga pakan antara peternak yang
menggunakan sistem mandiri dengan yang menggunakan sisitem kemitraan.
42
4.4.7 Biaya Vaksin dan Obat-Obatan
Untuk memperoleh hasil ayam broiler yang menguntungkan, maka salah satu cara
yang harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi kesehatan ayam yang dipelihara.
Pencegahan secara cepat dan tepat dapat menghindarkan kemungkinan terserang
penyakit bagi ayam broiler. Salah satu tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan
yaitu melakukan vaksinasi guna menciptakan kekebalan tubuh terhadap virus yang
dapat menular. Besarnya biaya vaksin dan obat-obatan yang dikeluarkan peternak di
wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.6 Biaya Vaksin dan Obat-Obatan Sistem Mandiri dan Sistem Kemitraan
Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat bahwa total biaya vaksin dan obat-obatan untuk
peternak dengan sistem kemitraan lebih besar dari total biaya vaksin dan obat-obatan
dengan sistem mandiri, yaitu sebesar Rp. 5.121.930 sedangkan sistem mandiri sebesar
Rp. 350.000. Hal ini disebabkan peternak yang mitra memiliki banyak macam obat-
obatan dibanding dengan peternak yang menggunakan sistem mandiri. disamping itu
peternak dengan sistem mandiri tidak ada anjuran yang lebih spesifik untuk
pemeberian vaksin dan obat-obatan seperti peternak yang bermitra. Senada dengan
pendapat tersebut Setiadi (2015), menyatakan bahwa pengobatan terhadap ayam yang
sakit dilakukan dengan pemberian obat sesuai anjuran mantri hewan serta melakukan
isolasi terhadap ayam sakit dengan tujuan menghindari penularan penyakit. Nilai
mortalitas yang rendah secara tidak langsung akan menambah pendapatan namun
disisi lain hal tersebut perlu didukung penanganan penyakit yang juga menambah
biaya dalam produksi.
43
Pada usaha peternakan ayam broiler, kebutuhan listrik digunakan sebagai penerangan
serta menghangatkan tubuh ayam broiler pada malam hari saat udara dingin dan juga
penggerak dinamo untuk air. listrik salah satu penunjang peningkatan produktivitas
usaha peternakan. Besarnya biaya tergantung pemakaian tiap bulannya. Adapun biaya
listrik yang dikeluarkan peternak di wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada
Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Biaya listrik Peternak Pada Sistem Mandiri dan Sistem Kemitraan
Berdasarkan tabel 4.7, dapat dilihat bahwa total biaya listrik untuk peternak dengan
sistem kemitraan lebih besar dari total biaya listrik dengan sistem mandiri, yaitu
sebesar Rp. 25.670.000 sedangkan sistem mandiri sebesar Rp. 93.900. Hal ini
disebabkan peternak yang mitra memiliki luas kandang dan populasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan peternak dengan sistem mandiri, sehingga kegiatan
dalam budidaya ayam tersebut lebih banyak mengeluarkan arus listrik.
Kebutuhan tenaga kerja pada usaha ternak ayam broiler juga penting. Hal ini
disebabkan karena pada usaha ternak ayam broiler tenaga kerja sibuk pada waktu-
waktu tertentu, yaitu pada saat pemberian pakan, membersihkan dan pengawasan di
malam hari jika perlu. Adapun biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak di
Wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Biaya Tenaga Kerja Peternak dengan Sistem Mandiri dan Mitra
44
2. Mashuri Rp. 9.000.000 Bermitra
3. Nur Wahid Rp. 12.000.000 Bermitra
4. Rozak Rp. 0 Mandiri
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan tabel 4.8, dapat dilihat bahwa total tenaga kerja untuk peternak dengan
sistem mandiri dan pternak dengan sistem kemiraan terjadi perbedaan harga. Hal ini
disebabkan pola pikir peternak yang ada di daerah penelitian masih mengikuti sistem
upah peternak satu dengan peternak yang lainnya atau jumlah upah pasaran yang
terjadi di daerah penelitian.
Biaya total merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh peternak ayam ras
pedaging selama proses produksi (satu periode). Biaya ini merupakan hasil
penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel selama satu periode. Hal ini
sesuai dengn pendapat Windarsari (2012), yang menyatakan bahwa biaya total adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk proses produksi atau dengan
kata lain biaya total merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap.
Adapun biaya total produksi yang dikeluarkan oleh peternak di Wilayah Kabupaten
Bojonegoo dapat dilihat pada tabel 4.9.
Berdasarkan tabel 4.9, menunjukkan bahwa total biaya produksi tersebut biaya
variabel merupakan biaya yang paling besar dikeluarkan oleh peternak dalam masa
satu periode produksi dibandingkan dengan biaya tetap. Biaya variabel merupakan
komponen biaya terbesar karena berkaitan dengan jumlah skala usaha atau jumlah
45
ternak yang dipelihara peternak dimana semakin tinggi jumlah ternak makin tinggi
juga biaya variabel yang dikeluarkan.
4.5 FCR
Peternakan pola mitra menggunakan pakan jadi buatan pabrik. peternak
menggunakan pakan jadi dengan pertimbangan lebih murah dan lebih mudah dalam
pengadakannya. Tingkat konsumsi pakan cukup baik, yaitu 3 kg/ekor dalam jangka
pemeliharaan 5 minggu bobot badan ayam mencapai 2,1 kg rata- rata.
Dalam dunia ras pedaging selisih antara FCR standar perusahaan dengan FCR
sebenarnya di peternakan (FCR aktual) disebut diferensial atau disengkat “diff”.
Adapun rumusnya sebagai berikut:
Diff = FCR aktual – FCR standar
= 3 (kg/ekor) – 3,2 (kg/ekor)
= - 0,2
Diff yang bernilai minus (-) semakin baik karena menunjukkan bahwa FCR
aktual di peternakan lebih kecil daripada FCR standar perusahaan.
4.6 Persentase Deplesi Populasi (D)
D = Jumlah ayam mati + afkir x 100%
Populasi awal
= 300 x 100%
6000
=5%
Persentase deplesi dikatakan baik, karena batas maksimal bernilai 5%.
4.7 Rata Rata Umur Panen (A/U)
A/U = (U x P)
Total populasi terpanen
= 35 x 6000
5700
= 36 Hari
4.8 IP (Indeks Prestasi)
Ayam Hidup : 97%
Rerata Berat Badan : 2,1 kg
FCR :3
Rerata Usia Panen : 36 Hari
46
Maka,
IP = Total % ayam hidup x Rerata Berat Badan x 100 %
(FCR x Rerata usia panen)
= 5 x 2,1 x 100
3 x 36
= 188
IP dengan 188 termasuk dalam kategori baik.
4.9 Laba
47
Mitra 0
Total Penerimaan 237.446.166 558.628.331 1.173.873.13 7.350.000
1
Pendapatan 26.886.036 46.034.600 139.608.201 1.298.600
Laba 20.521.015 23.184.649 89.437.344 1.298.600
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dalam penelitian ini diketahui bahwa penerimaan usaha broiler yang bermitra
dan mandiri diperoleh dari hasil penjualan ayam. Total penerimaaan dari hasil
penjualan ayam peternak suyono sebesar Rp 237.446.166. total biaya produksi yang
biayanya dikeluarkan oleh peternaknya sendiri meliputi biaya penyusutan kandang,
biaya penyusutan peralatan, biaya tenaga kerja, biaya listrik, biaya gas pemanas, biaya
bahan bakar dan biaya lain-lain sebesar Rp 6.365.021. Total biaya produksi mitra yang
dikeluarkan perusahaan inti atau kemitraan meliputi biaya bibit (DOC), biaya pakan,
biaya obat-obatan sebesar Rp 210.560.130. Total pendapatan kotor yang diterima oleh
peternak suyono dari hasil penjualan ayam yang dikurangi biaya produksi sebesar Rp
26.886.036. total laba bersih yang diterima oleh peternak suyono sebesar Rp
20.521.015.
Total penerimaaan dari hasil penjualan ayam peternak nur wahid sebesar Rp
1.173.873.131. total biaya produksi yang biayanya dikeluarkan oleh peternaknya
sendiri meliputi biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan, biaya tenaga
kerja, biaya listrik, biaya gas pemanas, biaya bahan bakar dan biaya lain-lain sebesar
Rp 50.170.857. Total biaya produksi mitra yang dikeluarkan perusahaan inti atau
48
kemitraan meliputi biaya bibit (DOC), biaya pakan, biaya obat-obatan sebesar Rp
1.034.264.930. Total pendapatan yang diterima oleh peternak nur wahid dari hasil
penjualan ayam dikurangi biaya produksi sebesar Rp 139.608.201. total laba bersih
yang diterima oleh peternak nur wahid sebesar Rp 89.437.344.
49
2. Pengembalian modal yang mempunyai resiko, karena sistem pemasaran yang
kurang menentu diakibatkan adanya perbedaan konsumen yang membeli hasil
budidaya.
3. Harga pasar yang tidak menentu (Fluktuasi).
4. Resiko kegagalan ditanggung sendiri.
5. Penyakit unggas yang sering menyerang sehingga membuat peternak harus selalu
waspada dengan adanya penyakit yang timbul.
6. Menekan biaya pakan dengan memperbaiki sistem pemberian pakan.
50
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka, dapat ditarik kesimpulan
adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan pada pola kemitraan masing masing peternak adalah Rp. 26.886.036,00
(Suyono), Rp. 46.034.600,00 (Mashuri), Rp. 139.608.201 (Nur Wahid), dan
pendapatan pada pola mandiri adalah Rp. 1.298.600,00 (Rozak).
2. Total Laba yang di terima pada pola kemitraan masing masing peternak adalah Rp.
20.521.015,00 (Suyono), Rp. 23.184.64900 (Mashuri), Rp. 89.437.344 (Nur
Wahid), dan total laba yang di terima pada pola mandiri adalah Rp. 1.298.600,00
(Rozak).
3. Biaya produksi peternak Suyono sebesar Rp. 6.365.021,00 dan biaya produksi
mitra sebesar Rp. 210.560.130,00, Biaya produksi peternak Mashuri sebesar Rp.
22.849.952,00 dan biaya produksi mitra sebesar Rp. 512.593.730,00, Biaya
produksi peternak Nur Wahid sebesar Rp. 50.170.857,00 dan biaya produksi mitra
sebesar Rp. 1.034.264.930,00, Biaya produksi peternak Mandiri Rozak sebesar Rp.
6.051.400,00.
51
4. Kelebihan peternak sistem kemitraan yaitu pemasaran hasil yang sudah terjamin
dan kekurangan nya yaitu terikat oleh kontrak dengan inti, sehingga peternak tidak
dapat berinovasi dalam melaksanakan sistem produksi. Kelebihan peternak sistem
mandiri yaitu tidak terikat oleh kontrak sehingga bebas untuk berinivasi dan
kekurangan nya yaitu tingkat resiko kegagalan lebih besar dan kerugian ditanggung
sendiri oleh peternak mandiri.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang diambil, saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya peternak dengan sistem mandiri lebih teliti dalam merawat ayam broiler
tersebut agar menurunkan tingkat kematian sehingga penerimaan dan pendapatan
mandiri bisa lebih meningkat.
2. Kepada peternak mandiri alangkah baiknya beralih ke pola sistem kemitraan,
karena lebih menguntungkan dari sisi pemasaran maupun hasil penjualan.
52
DAFTAR PUSTAKA
Affan, Jasuli. 2014. Analisis Pola Kemitraan Petani Kapas dengan PT. Nusafarm Terhadap
Pendapatan Usahatani Kapas di Kabupaten Situbondo. Fakultas Pertanan. Universitas Jember.
Jember
Andel. 2018. Analisis Pendapatan Pedagang Ayam Broiler (Bakul) Yang Bermitra Dengan
Perusahaan Peternakan di Kota Kendari. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Badan Pusat Statistik. 2017. Profil Pangan dan Pertanian. diakses 4 Oktober 2018.
Cepriadi. 2010. Analisis Perbandingan Pola Kerjasama Kemitraan Peternak Ayam Broiler di
Kota Pekanbaru. Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Riau.
David, M. 2013. Analisis Resiko Produksi pada Peternakan Ayam Brolier di Kampung
Kandang, Desa Tegal, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen
Agrbisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Danang, Prasetyo. 2006. Komperasi Pendapatan Peternak Broiler Pada Kemitraan CV. Intan
Sukses Abadi dan PT. Karya Mitra Kendari di Kabupaten Konawe Selatan.Fakultas Peternakan
Universitas Halu Oleo. Kendari.
Fadhli. 2014. Perbedaan Pendapatan Peternak Ayam Broiler Yang Bermitra Dengan PT. PKP
(Prima Karya Persada) dan UD Harco di Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makasar.
Iskayani. 2016. Analisis Pendapatan Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan di Desa
Bontomatene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.
Makasar.
Nizam, M. 2013. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pada Pola Kemitraan Yang
Berbeda Di Kecamatan Tellusiattinge Kabupaten Bone. Fakultas Peternakan. Unversitas
Hasanuddin. Makasar.
Nofianti, S. 2014. Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Pemeliharaan Ayam Broiler di
Kabupaten Lima Puluh Kota. Jurnal Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 1. (3) : 1-16.
Pakiding. W, Iskayani dan V. S. Lestari. 2016. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler
Pola Kemitraan di Desa Bontomatene Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Jiip. 2 (2) : 122-132.
Rahma, U. I. L. 2014. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging pada Pola
Usaha yang berbeda di Kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka. Jurnal Ilmu Pertanian dan
Peternakan.
Ramadhani, P. F. 2014. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Potong (Studi Kasus pada
Peternak Mitra PT. Ciomas Adisatwa di Jawa Tengah dan DIY). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Rasyaf, M. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penerbit PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Sani, L.A. Nuraini dan M, Diwan. 2014. Potensi Agribisnis Usaha Ternak Ayam Broiler di
Kota Kendari. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis. 1. (1) : 88-98.
Setiadi, A. R. Ratnasari Dan W. Sarengat. 2015. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler
pada Sistem Kemitraan di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang. Animal Agriculture Journal.
4(1): 47-53.
Soekartawi, 2006. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
xii
Tamalluddin, Ferry.2016. Panduan Lengkap Ayam Broiler. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
Wardhani, P. K. 2012. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan pada Usaha Peternakan
Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus: Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal). Skripsi. Jurusan
Ekonomi/ Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Windarsari, L. D. 2012. Kajian Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kabupaten
Karanganyar membandingkan antara pola kemitraan dan pola mandiri. Tesis. Ilmu Ekonomi
Pertanian. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Zakwaan. 2013. Pengertian Harga Menurut Para Ahli.blogspot.com. Di akses Pada Tanggal 27
Oktober 2018.
xiii