SKRIPSI/TESIS/DISERTASI
NAMA MAHASISWA
NPM
SKRIPSI/TESIS/DISERTASI
NAMA MAHASISWA
NPM
Nama : ...............................
NPM : ...............................
Tanggal : .............................
BAB 2
ii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : ..........................
Tanggal : ..........................
BAB 3
iii
SURAT PERNYATAAN
Nama :
NPM :
Program Studi :
Tahun Akademik :
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan menerima
sanksi yang telah ditetapkan.
( Nama Lengkap)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Jurusan Epidemiologi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Drs. A, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
(2) pihak X Company yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data
yang saya perlukan;
(3) orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material
dan moral; dan
(4) sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : ……………………....................................................................
NPM : ....……………………................................................................
Program Studi : ....................................................................................................
Departemen : .....................................................................................................
Fakultas : .....................................................................................................
Jenis karya : Skripsi/Tesis/Disertasi
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta..
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : …………………….
Pada tanggal : …………………….
Yang menyatakan
( …………………………………. )
vi
ABSTRAK
Nama :
Program Studi :
Judul :
Pembimbing :
Kata kunci:
Informasi, information literacy, information skills
ABSTRACT
Name :
Study Program :
Title :
Counsellor :
The focus of this study is the freshman student of Faculty of Psychology at University
of Indonesia experience of acquiring, evaluating and using information, when they
enroll in “Program Dasar Pendidikan Tinggi (PDPT)” 2003. The purpose of this study is
to understand how freshman students acquire, evaluate and use information. Knowing
this will allow library to identify changes should be made to improve user education
program at University of Indonesia. This research is qualitative descriptive interpretive.
The data were collected by means of deep interview. The researcher suggests that
library should improve the user education program and provide facilities which can help
students to be information literate.
Key words:
Information literacy, information skills, information
vii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Awalan..................................................................................................................1
1.1.1 Awalan Subbab Pertama..............................................................................1
1.1.1.1 Pertama Bagian Pertama...................................................................1
1.1.1.2 Tes Latar Belakang Heading 4 dan Heading 4.................................2
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Pertanyaan Penelitian............................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian..................................................................................................2
1.4.1 Tujuan Umum..............................................................................................3
1.4.2 Tujuan Khusus.............................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................................3
1.5.1 Bagi Institusi................................................................................................3
1.5.2 Bagi Peneliti.................................................................................................4
1.6 Ruang Lingkup Penelitian....................................................................................4
BAB 6 PEMBAHASAN................................................................................................19
6.1 Subbab................................................................................................................19
6.1.1 Sub Subbab.................................................................................................19
6.1.2 Sub Subbab 2..............................................................................................19
6.2 Subbab................................................................................................................19
6.3 Subbab................................................................................................................20
6.3.1 Sub Subbab.................................................................................................20
6.3.2 Sub Subbab.................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................23
ix
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Tinjauan Teori Model Operasional Penelitian untuk Memahami
Information Literacy Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.........8
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2 Kuisioner
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
2
HPV tipe 16 dan 18 diidentifikasi sebagai penyebab utama kanker serviks pada
70% kasus di seluruh dunia menurut catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes, 2018).
Hampir 70% pasien kanker serviks didiagnosis pada stadium lanjut, menunjukkan
bahwa sebagian besar kanker serviks ditemukan ketika sudah menyebar (Kemenkes,
2022). Kanker serviks adalah penyakit yang dapat dicegah melalui skrining, sebuah
tindakan pemeriksaan pada populasi yang sehat untuk mendeteksi risiko penyakit di
antara mereka.
Untuk mengurangi kematian akibat kanker serviks, pencegahan primer dapat
dilakukan dengan menghindari faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker serviks,
sementara pencegahan sekunder dapat dilakukan melalui deteksi dini. Deteksi dini
kanker serviks dapat dilakukan menggunakan metode pemeriksaan Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA) untuk mendeteksi kanker dalam tahap pra-kanker, yang disebut IVA
positif. Metode pemeriksaan IVA menggunakan asam asetat atau cuka yang dioleskan
pada leher rahim dan pengamatan dilakukan secara non-mikroskopis. Metode ini
merupakan cara deteksi dini kanker serviks yang murah, mudah dilakukan, dan
memberikan hasil dengan cepat. Meskipun demikian, cakupan deteksi dini kanker
serviks di Indonesia masih rendah, hanya sekitar 5%, sementara penemuan kanker
serviks pada stadium IIIB mencapai 76%. Cakupan yang lebih luas dalam deteksi dini
kanker serviks dapat efektif menurunkan angka kesakitan dan kematian, hingga
mencapai 85%. Oleh karena itu, upaya pencegahan kanker serviks memerlukan
kesadaran dan peran aktif dari masyarakat agar berhasil (Apriany, 2023).
Rendahnya cakupan skrining kanker serviks menjadi faktor utama dalam
peningkatan kasus kanker serviks. Ada banyak faktor yang membuat wanita enggan
untuk melakukan deteksi dini kanker serviks, seperti kurangnya pengetahuan, perasaan
malu, ketakutan akan hasil pemeriksaan, dan kurangnya kesadaran akan pentingnya
deteksi dini. Tenaga kesehatan wanita memiliki peran penting dalam menciptakan
kesadaran dan mempromosikan pap smear kepada masyarakat umum, terutama kepada
wanita usia subur. Pengetahuan dan penerimaan mereka terhadap pap smear dapat
memengaruhi kesiapan mereka untuk merekomendasikan hal yang sama kepada wanita
lain (Olarinoye et al., 2021).
Universitas Indonesia
3
Deteksi dini kanker serviks merupakan kunci penting dalam upaya pencegahan
penyakit ini, yang dapat dicapai jika masyarakat memahami tanda-tanda yang perlu
diperhatikan. Informasi ini dapat membantu individu mengadopsi sikap yang positif dan
lebih cenderung mengambil langkah-langkah untuk mencegah kanker serviks. Studi di
India menunjukkan bahwa meskipun tenaga kesehatan memiliki pengetahuan yang baik
tentang kanker serviks dan skrining, kesadaran mereka untuk melakukan pap smear
masih rendah (Chawla et al., 2021). Di Qatar, tenaga kesehatan wanita juga memiliki
pengetahuan yang kurang memadai tentang kelayakan dan interval skrining kanker
serviks. Meskipun memiliki sikap yang positif terhadap skrining, pelaksanaan deteksi
dini kanker serviks sangat minim, yang mempengaruhi keputusan mereka untuk
melakukan skrining dan rujukan untuk kanker serviks.
Upaya penanggulangan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh persepsi individu
tentang kepercayaan kesehatan, atau yang dikenal sebagai Health Belief Model. Teori
ini menjelaskan bagaimana kepercayaan dan persepsi individu terhadap suatu masalah
kesehatan akan memengaruhi tindakan yang mereka ambil. Health Belief Model
menyoroti beberapa aspek, termasuk persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit,
keparahan penyakit, ancaman yang dirasakan, manfaat dari tindakan pencegahan,
hambatan yang dirasakan, dan isyarat untuk bertindak. Model ini memberikan kerangka
kerja untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan individu dalam
mengadopsi perilaku kesehatan yang lebih baik.
Studi yang dilakukan oleh Ernawaty Siagian menunjukkan adanya korelasi
antara motivasi dengan keinginan dan kesadaran untuk melakukan pemeriksaan pap
smear. Temuan serupa juga didapat dalam penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit
Kesdam Putri Hijau Medan, di mana banyak faktor yang memengaruhi perilaku bidan
dalam melakukan pap smear. Salah satu faktor utamanya adalah rasa malu, yang bisa
timbul akibat perasaan takut, kurangnya motivasi, atau masalah biaya. Selain itu, bidan
juga meragukan kesterilan alat dan kurangnya keluhan yang terkait dengan pap smear
menjadi alasan lainnya (Lina Tarigan & Zuska, 2018).
.
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
6
7
7
11) audiologis.
12) Tenaga teknik biomedika, yang termasuk didalamnya adalah radiografer,
elektromedis, ahli teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis,
dan ortotik prostetik.
13) Tenaga kesehatan tradisional, yang termasuk didalamnya adalah tenaga kesehatan
ramuan dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan.
2.2 Perilaku
2.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah sesuatu yang orang lakukan untuk menanggapi hal-hal yang
mereka lihat atau lakukan. Menurut Wawan & Dewi (2020) perilaku adalah apa yang
dilakukan sebagai respons terhadap hal-hal yang dilihat atau dengar. Dan bisa diarahkan
atau tidak disengaja, bisa terjadi sering atau sesekali. Setiap kegiatan yang dilakukan
untuk tujuan mencegah atau mendeteksi penyakit atau untuk meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan merupakan perilaku Kesehatan. Menurut Green (1993)
Notoatmodjo (2014), bahwa Perilaku ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor perilaku,
faktor di luar perilaku, dan lingkungan orang tersebut.
1. Faktor predisposisi (predisposing faktors) yaitu hal-hal yang membuat seseorang
percaya, memiliki pengetahuan, sikap, pendidikan, persepsi, nilai- nilai dan
keyakinan akan sesuatu.
2. Faktor pendukung (enabling faktors) yang terwujud dalam lingkungan fisik , seperti
fasilitas atau peralatan yang tersedia, atau faktor pendukung di lingkungan fisik,
seperti ketersediaan orang atau sumber daya
3. Faktor pendorong (reinforcing faktors) yang terwujud dalam mendorong perilaku
adalah sikap dan perilaku petugas yang menjadi kelompok acuan.
Perilaku kesehatan adalah apa yang orang lakukan untuk tetap sehat. Orang
dapat mengamati perilaku kesehatan apa yang dilakukan orang lain, dan ini dapat
membantu mereka sendiri untuk tetap sehat. Perilaku didasarkan pada keyakinan
tentang apa yang akan terjadi ketika seseorang mencoba melakukan sesuatu
(Notoatmodjo, 2014).
Menurut Roger dikutip Notoatmodjo (2014), dia menjelaskan bahwa ada proses
yang terjadi se belumnya secara berurutan, yaitu:
9
1. Awareness (Seseorang sadar jika mereka tahu sebelumnya tentang struktur atau
objek.).
2. Interest (orang tersebut tertarik pada sesuatu).
3. Evaluation (memutuskan apakah sesuatu itu baik atau tidak dengan melihat dan
memikirkannya)
4. Trial (seseorang telah melakukan sesuatu yang baru dalam menanggapi informasi
yang mereka miliki terhadap suatu stimulus).
Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Beberapa hal
berada tersebut yaitu:
1. Faktor Genetik: Perilaku ditentukan oleh gen yang dimiliki oleh seseorang.
3. Proses Belajar: Pembelajaran terjadi ketika gen dan hal-hal yang di alami bersama
menciptakan reaksi dalam tubuh seseorang yang memengaruhi perilaku
(Notoatmodjo, 2014) .
Ada tiga jenis perilaku yang dapat terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari yaitu
(Priyoto, 2015):
1. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan berasal dari mempelajari dan memahami
sesuatu. Ini terjadi setelah orang memperhatikan sesuatu, yang biasanya dilakukan
dengan mata dan telinga. Bidang kehidupan kita ini, yang disebut "kognitif", sangat
penting dalam memutuskan bagaimana kita bertindak (perilaku kita).
2. Sikap (attitude) mengacu pada bagaimana seseorang bereaksi terhadap sesuatu itu
bukan hanya refleksi dari apa yang mereka pikirkan atau rasakan saat ini.
Newcomb mengatakan sikap seperti kesiapan untuk melakukan sesuatu daripada
sekadar bereaksi terhadap suatu peristiwa. Sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak, bukan hanya reaksi.
3. Praktik (practice) adalah setelah mempelajari sesuatu, kemudian melakukan
penilaian atau mendapatkan apa yang ketahui. Langkah selanjutnya adalah
mempraktikkan apa yang telah di pelajari.
Menurut Notoatmodjo (2014) untuk mengubah perilaku seseorang, harus membuat
10
2.2.4.2 Persepsi
Persepsi adalah ketika kita melihat hal-hal di sekitar kita dan mencari tahu apa
itu, apa artinya, dan apa yang harus kita lakukan berdasarkan informasi itu (Swarjana,
2022). Artinya, apa yang akan dilihat dan bagaimana pengorganisasiannya bergantung
pada aspek mana yang dipertimbangkan.. Melalui persepsi akan mempengaruhi pilihan
untuk berkomunikasi. Misalnya ada seseorang yang terlihat pendiam, maka hal ini dapat
membentuk persepsi kita yang selanjutnya mempengaruhi komunikasi dan situasi.
Proses persepsi dapat dibedakan menjadi tiga proses yaitu:
1. Selection
12
1. Physiological faktor
2. Expectations
3. Cognitive abilities
4. Social roles
Terkait dengan persepsi, salah satu model yang sangat terkenal dan sangat
umum digunakan adalah health believe model (HBM). Model ini dikembangkan tahun
1950-an oleh seorang peneliti yang Bernama Hochbaum 1958; Rosenstock 1960 dari
layanan Kesehatan public Amerika. Model tersebut digunakan untuk melakukan studi
respons perilaku masyarakat terhadap peluang untuk mendeteksi penyakit Ketika orang-
orang menganggap penyakit dapat diobati (treatable), dapat disembuhkan (curable),
dan diagnosis sakit (diagnosed with illness) (Swarjana,2020). Adapun komponen
lengkap dari HBM mencakup:
dan memiliki lebih sedikit masalah kesehatan. tentang aspek positif dari
mengadopsi perilaku kesehatan. Manfaat ini merupakan keyakinan tentang
hal positif yang dapat mengurangi ancaman penyakit atau konsekuensinya.
5. Cues to action
6. Self- efficacy
Tabel 2. 1
Perilaku individu dapat terpengaruh oleh cara mereka memahami informasi atau
pengetahuan yang mereka miliki. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa persepsi dan
perilaku sering kali dibentuk oleh pengetahuan yang dimiliki individu (Priyoto, 2014).
16
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang
dapat memengaruhi perilaku seseorang melalui pengetahuan yang terdiri dari informasi,
pengalaman, dan keterampilan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Farah Soraya
dkk. (2022), ditemukan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara persepsi dan
perilaku wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Riau dalam
keikutsertaan mereka dalam melakukan tes IVA.
pengobatan apa yang diterima istrinya, termasuk pemeriksaan deteksi dini kanker
serviks. Pengukuran dilakukan dengan alat ukur kuesioner baik yang baku atau yang
dikembangkan sendiri oleh peneliti. Instrumen penelitian untuk dukungan suami
dilakukan dengan kuesioner dalam google form dan pengukuran menggunakan skala
Likert.
Temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Mei Sondang di wilayah kerja
Puskesmas Bondongan pada tahun 2018 menunjukkan adanya korelasi antara dukungan
yang diberikan oleh suami dengan perilaku Wanita Usia Subur (WUS) dalam
melakukan pemeriksaan IVA. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Anggraeni (2016), yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan suami dengan perilaku deteksi dini kanker serviks di Dusun
Ngasem Desa Timbulharjo Sewon Bantul.
Pada penelitian ini, pengukuran dukungan suami dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Jika skor dukungan suami lebih besar atau sama dengan nilai rata-rata (mean),
maka akan diberi kode 1, menunjukkan bahwa suami mendukung.
2. Jika skor dukungan suami kurang dari nilai rata-rata (mean), maka akan diberi kode
2, menunjukkan bahwa suami tidak mendukung.
Sumber : www.klikdokter.com
Diantara semua tumor ganas, kanker serviks adalah salah satu yang paling
efektif dikendalikan dengan program skrining terorganisir (Kivistik et al., 2021).
Diagnosis dan pengobatan dini sangat penting untuk mengurangi angka kematian
akibat kanker serviks. Kanker serviks memiliki fase premaligna yang panjang, yang
menawarkan kesempatan untuk skrining dan pengobatan sebelum menjadi kanker
serviks invasif. Saat ini terdapat banyak metode untuk mendeteksi lesi premaligna,
seperi B. pap smear standar (Oranratanaphan et al., 2020). Diagnosis dan pengobatan
dini sangat penting untuk menurunkan angka kematian pada kanker serviks. Kanker
serviks memiliki periode premaligna yang panjang yang memberikan
kesempatan untuk skrining dan pengobatan sebelum berubah menjadi kanker serviks
invasive.
1.3.2 Etiologi Kanker Serviks
Karena kanker serviks adalah penyakit menular seksual yang terkait dengan
infeksi kronis oleh jenis HPV onkogenik, aka faktor risiko penyebab kanker serviks
adalah usia dini mellakukan aktivitas seksual, kehamilan ganda, durasi penggunaan
kontrasepsi oral yang lama, infksi menular seksual lainnya, keadaan imunosupresi, dan
banyak pasangan seksual. Merokok juga merupakan faktor risiko dan dapat menjadi
21
kofaktor perkembangan dysplasia serviks derajat tingga pada wanita yang mengalami
infeksi HPV kronis (Levine et al., 2021).
Sumber : www.prodia.co.id
Kanker serviks dapat memiliki beberapa stadium yang berbeda. Menurut FIGO
(International Federation Gynecologic and Obstetric) anker serviks dibagi menjadi
lima stadium berdasarkan ukuran, kedalaman, dan penyebaran tumor. sebagai berikut
(Bhatla et al., 2021):
Tabel 2. 2
Stadi Penyebaran
22
um
Tahap I kanker terbatas pada daerah serviks
IA Terdeteksi kanker invasive hanya mikroskopis
IA1 Invasive dengan kedalaman < 3 mm dan lebar < 5 mm
IA2 Invasiv dengan kedalaman > 3 mm tetapi < 5 mm, dan
lebar <
7 mm
IB Kanker dapat terlihat pada bagian luar rahim (serviks).
IB1 Kanker di leher Rahim < 4 cm
IB2 Kanker di leher Rahim > 4 cm
Tahap II penyebaran ke struktur yang berdekatan
IIA Menyebar ke bagian vagina, belum ada parameter yang
jelas
IIB Menyebar membujur dinding panggul, parameter jelas
Tahap III berkembang lebih luas, tetapi massih dalam panggul
IIIA Kanker berkembang Panjang ke daerah vagina yang
lebih
rendah
IIIB Kanker berkembang Panjang ke dinding panggul,
hingga
menghambat saluran kencing
Tahap IV menyebar luas dan melibatkan organ panggul
IVA Meliputi bagian dalam kandung kencing dan rectum
IVB Metastasis jauh hingga ke bagian paru-paru, hati atau
tulang
Sumber : Bathla N. Cancer of the servix uteri
4.290 kematian akibat kanker serviks pada tahun 2020 (Fontham, 2020).
Di Indonesia, prevalensi kanker telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2013, angkanya adalah 1,4 per 1000 orang, namun meningkat menjadi 1,79 per
1000 orang pada 2018. Menurut Kementerian Kesehatan, angka kejadian kanker serviks
mencapai 23,4 per 100.000 penduduk pada tahun 2019, dengan angka kematian rata-
rata sebesar 13,9 per 100.000 penduduk. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir
setengah dari penderita kanker serviks berujung pada kematian. Salah satu penyebab
tingginya kasus kanker serviks di Indonesia adalah keterbatasan akses informasi dan
kurangnya kesadaran akan pentingnya deteksi dini (Pratiwi & Nawangsari, 2022).
Kanker serviks merupakan jenis kanker yang bermula dari sel-sel di leher rahim.
Ketika kanker ini terdeteksi pada tahap awal, biasanya tidak menimbulkan gejala yang
nyata. Namun, seiring dengan perkembangannya yang semakin parah, kanker serviks
dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti keputihan yang tidak biasa, perdarahan di
antara periode menstruasi, atau pendarahan yang tidak kunjung berhenti. Pada tahap
lanjut dari kanker serviks, gejala yang mungkin timbul meliputi keputihan yang tidak
normal, pendarahan yang tidak biasa, nyeri pada daerah panggul, dan masalah saat
buang air kecil (Pratiwi & Nawangsari, 2022).
Kanker serviks adalah penyakit yang memerlukan bantuan dari berbagai jenis
dokter. Misalnya, ahli onkologi (yang berspesialisasi dalam pengobatan kanker), ahli
onkologi radiologi (yang menggunakan tes pencitraan untuk mendiagnosis kanker), dan
ahli onkologi medis (yang mengobati kanker menggunakan berbagai jenis obat) bekerja
sama untuk membantu menangani kanker serviks. Cara pengobatan kanker serviks
tergantung pada seberapa lanjut kanker tersebut.
pelvis
bilateral dengan atau tanpa adjuvant radioterapi
atau kemoterapi
IIB1 atau 2 Kemoradiasi, radikal histerektomi, limfadenoktomi
pelvis bilateral dengan atau tanpa adjuvant radioterapi
atau
kemoterapi
IIIA Kemoradiasi atau radioterapi
IIIB Kemoradiasi atau radioterapi
IVA Kemoradiasi atau radioterapi
IVB Raidioterapi atau kemoterapi paliatif
Sumber : FIGO (International Federation of Gynecology and Obstetrics)
Tabel 2. 4
Populasi Rekomendasi
< 21 tahun Tidak perlu skrining
21-29 tahun Setiap 3 tahun
Tes HPV setiap 5 tahun
30-65 tahun Pemeriksaan sitologi setiap 3
tahun Tes HPV setiap 5 tahun
Kombinasi sitologi dan HPV setiap 5 tahun
>65 tahun Tidak perlu di tes jika memiliki hasil negative
Histerektomi Tidak perlu skrining jika tidak ada tanda gejala
prakanker
serviks
Sumber: The American Cancer Society (ACS)
melihat adanya perubahan warna pada leher rahim, seperti perubahan warna menjadi
merah homogen yang menandakan serviks normal atau munculnya lesi pra-kanker yang
berwarna bercak-bercak putih, itu mungkin merupakan indikasi bahwa ada masalah
kanker dan segera berkonsultasi dengan dokter diperlukan (Nurwijaya et al., 2020).
Sebaliknya, jika serviks mengalami perubahan warna menjadi merah tanpa
adanya plak warna putih, maka hasil tes dianggap negatif (Alexius, 2017). Pemeriksaan
ini umumnya dilakukan sebagai upaya deteksi dini, dan jika ada tanda-tanda yang
mencurigakan, langkah selanjutnya dengan metode deteksi lain sangat disarankan
untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pap smear merupakan suatu metode pemeriksaan untuk mendeteksi dini kanker
serviks dengan memeriksa sitologi serviks. Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel
kecil dari sel-sel serviks yang kemudian dianalisis di laboratorium (Subagja, 2014). Pap
smear, atau yang sering disebut juga sebagai tes Pap, merupakan salah satu bentuk
skrining yang digunakan untuk mendeteksi dini kanker serviks. Metode ini pertama kali
dikembangkan oleh seorang dokter asal Yunani bernama Dr. Georgius Papanicolaou pada
tahun 1943 (Riksani, 2015). Tujuan dari pemeriksaan Pap smear adalah (Aminati, 2017):
1. Upaya utama pemeriksaan Pap smear adalah untuk mengidentifikasi sel-sel yang
tidak normal yang berpotensi berkembang menjadi kanker serviks.
2. Pap smear berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi gejala pra-kanker serviks pada
individu yang belum mengalami kanker serviks.
3. Pap smear membantu dalam menemukan kelainan sel yang terjadi pada kanker
serviks dan menentukan tingkat keganasannya.
Menurut rekomendasi dari American College of Obstetricians and Gynecologists
(ACOG), disarankan untuk melakukan skrining Pap smear pada usia di atas 21 tahun.
Skrining dilakukan setiap dua tahun untuk kelompok usia 21-29 tahun, dan setiap tiga
tahun untuk kelompok usia di atas 30 tahun.
Kelompok wanita dengan risiko tinggi yang disarankan untuk melakukan pemeriksaan
Pap smear termasuk (Junaidi & Melissa, 2020):
1) Wanita yang menikah atau aktif secara seksual sebelum usia 20 tahun.
2) Individu yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual.
3) Wanita yang telah melahirkan lebih dari tiga kali.
4) Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama lebih dari lima tahun.
5) Wanita yang mengalami pendarahan saat berhubungan seksual.
6) Wanita yang mengalami keputihan abnormal.
7) Wanita yang mengalami pendarahan setelah menopause.
Hal-hal yang perlu disiapkan pasien sebelum tes pap smear adalah :
1. Memberikan informasi yang benar kepada petugas kesehatan perihal
riwayat kesehatan, penyakit dan kegiatan seksual
2. Minimal dua minggu setelah menstruasi dan sebelum menstruasi
berikutnya
29
Menurut The Bethesda System (TBS) ada beberapa klasifikasi dari hasil
pemeriksaan pap smear. Hasil pemeriksaan pap smear akan dijelaskan dalam tabel.
30
Tabel 2. 5
Penilaia
Penilaian CIN
n Bethesda Observasi seluler
(biopsi jaringan)
System
2.4.4. Kolposkopi
Pemeriksaan kolposkopi adalah metode mengevaluasi leher rahim secara lebih
cermat yang hasil test pap nya abnormal. Pada dasarnya, kolposkopi adalah
memperbesar pandangan leher rahim menggunakan mesin yang disebut kolposkop,
yang merupakan kaca pembesar berkekuatan tinggi. Leher rahim diusap secara lembut
menggunakan Q-tip berukuran besar, dan kemudian larutan asam cuka encer atau
senyawa Bernama larutan Lugol (iodium) diusapkan ke leher rahim (Dizon et al.,
2018).
Thin Prep lebih akurat daripada pap smear karena melihat semua sel di leher
rahim. Pap smear hanya mengambil sebagian kecil dari sel-sel ini (Erni, 2013). Sampel
yang diambil dari serviks dimasukkan kedalam botol/vial yang berisi cairan kemudian
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa (Subagja, 2014).
2.4.6 Inspeksi Visual Lugoliodin (VILI)
Inspeksi Visual Lugoliodin (VILI) atau biasa disebut Schiller adalah deteksi
dini hamper mirip IVA , bedanya VILI ini menggunakan lugol iodin sebagai usapan
serviks.
2.4.7 Tes DNA HPV (genotyping/hybrid capture)
Tes DNA HPV dapat membantu mendeteksi perubahan pada serviks yang
mungkin merupakan indikasi kanker. Tes ini dapat membantu mencegah kanker
berkembang (Pratiwi & Nawangsari, 2022).
Faktor Penguat :
Faktor Pemungkin :
1. Fasilitas Kesehatan
32
Variabel Bebas
perilaku deteksi dini kanker
1. Literas I Kesehatan
serviks pada WUS Usia 30-50
2. Health Belief Model
tahun
Kriteria penilaian:
Persepsi kerentanan
tinggi=19-25
Persepsi kerentanan
sedang=14-18
Persepsi kerentanan
rendah <14
(Arikunto, 2010)
2. Perceived Pendapat individu 1. Tingkat keparahan kanker serviks Kuesioner Ordinal Skor pernyataan
seriousness terhadap (nyeri, kecacatan, kematian) Sangat setuju=5
(persepsi keseriusan dan 2. Perasaan terancam Setuju=4
keseriusan) konsekuensi 3. Dampak dalam hubungan keluarga, Netral=3
kondisi setelah pekerjaan dan sosial Tidak setuju=2
.
3.3 Hipotesis
Ha: Adanya asosiasi health belief model (HBM) dan literasi kesehatan terhadap perilaku
deteksi dini kanker serviks pada WUS Usia 30-50 tahun di Kota Tangerang.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian merujuk kepada subjek-subjek yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Sementara itu, populasi target adalah
bagian dari populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi fokus utama
penelitian (Nursalam, 2017). Dalam konteks penelitian ini, populasi terdiri dari tenaga
kesehatan perempuan yang berjumlah 5862 orang dan berlokasi di Kota Tangerang.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat diakses dan digunakan sebagai subjek
penelitian melalui proses sampling, dengan tujuan untuk mewakili keseluruhan populasi
(Nursalam, 2017). Penentuan ukuran sampel dapat dihitung menggunakan rumus
Slovin. Dalam penelitian ini, ukuran sampel yang dihasilkan adalah sebanyak 374
sampel.
N
n= 2
1+ N e
4.4 Besar Sampel
Sampling adalah langkah memilih bagian dari populasi untuk mewakili populasi
secara umum. Metode sampling merujuk pada berbagai teknik yang digunakan untuk
memilih sampel yang mewakili populasi secara tepat (Nursalam, 2017). Dalam
penelitian ini, peneliti memilih sampel dari populasi sejumlah 5862 individu
menggunakan metode cluster sampling. Cluster sampling melibatkan pengelompokan
sampel berdasarkan wilayah atau lokasi tertentu (Nursalam, 2017).
.
4.6 Analisis Data
Analisis data adalah proses sistematis yang dilakukan terhadap data yang telah
dikumpulkan untuk mengekstrak informasi, menarik kesimpulan, dan membuat
interpretasi yang relevan.
Bhatla, N., Aoki, D., Sharma, D. N., & Sankaranarayanan, R. (2021). Cancer of the
cervix uteri: 2021 update. International Journal of Gynecology and Obstetrics,
155(S1), 28–44. https://doi.org/10.1002/ijgo.13865
Cambridge. (2020). knowledge.
Cambrige. Chawla, B., Taneja, N., Awasthi, A. A., Kaur, K. N., & Janardhanan, R.
(2021). Knowledge, attitude, and practice on screening toward cervical cancer
among health professionals in India—A review. In Women’s Health (Vol. 17).
SAGE Publications Ltd. https://doi.org/10.1177/17455065211017066.
Dizon, D. S., DiSilvestro, P., & Krychman, M. (2018). 100 Questions & Answers about
Cervical Cancer (T. Indeks, Ed.). Jones and Bartlett Publishers.
Dyah, pangarsih, siti, & marsilia, diana, imelda. (2019). Perilaku Skrining Kanker
Serviks Dengan Metode Pap Smear Pada WUS Di Kelurahan Tanah Baru Beji
Depok Tahun 2018. 3(2).
Junaidi, I., & Melissa, F. (2020). Panduan Lengkap Kanker Serviks: Vol. I (M. Utami,
Ed.; 1st ed.). Rapha Publishinh.
Juwitasari, Harini, R., & Rosyad, A. A. (2021). Husband Support Mediates the
Association between Self-Efficacy and Cervical Cancer Screening among Women
in the Rural Area of Indonesia .
KangmenKangmennaang, J., Thogarapalli, N., Mkandawire, P., & Luginaah, I. (2019).
Investigating the disparities in cervical cancer screening among Namibian women.
411–416.
Karim, U. N., Dewi, A., & Hijriyati, Y. (2021). Analisa Faktor Resiko Kanker Serviks
Dikaitkan dengan Kualitas Hidup Pasien di RSIA Bunda Jakarta.
Levine, A. D., Gaillard, L. S., Lin, L. L., Berchuck, A., Dizon, D. s, & Yashar, M. C. 2
(2021). Handbook for Principles and Prcatice of Gynecologic Oncology (,A,
Douglas Levine, L. S. Gaillard, L. Lin, S. D. Chi, A. Berchuck, S. D. Dizon, & M.
C. YAshar, Eds.; 3rd ed.). Wolters Kluwer.
Lina Tarigan, F., & Zuska, F. (2018). Screening of Cervic Cancer With Pap Smear
Examination in Midwife Profession in Putri Hijau Hospital 2017. In Jurnal Riset
Hesti Medan (Vol. 3, Issue 2)
Maydinar, D. D., Fernalia, & Robiansyah, V. A. (2020). Hubungan Shift Kerja Dan
Masa Kerja Dengan Stres Kerja Perawat Kamar Bedah Rsud Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2019. 4.
Mirayashi, D. (2019). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks
dan Keikutsertaan Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat di Puskesmas
Alianyang Pontianak. 1–18.
Musfirah. (2018). Faktor Resiko Kejadian Kanker Serviks di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Kesehatan Masyarakat, 4.
Nawangwulan, kurniati. (2021). Pengetahuan dan sikap wanita usia subur terhadap
perilaku pemeriksaan pap smear. 5.
Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (P. Lestari, Ed.; 5th ed.).
Salemba Medika.
Siegel, R. L., Miller, K. D., Fuchs, H. E., & Jemal, A. (2022). Cancer statistics, 2022.
CA: A Cancer Journal for Clinicians, 72(1), 7–33.
https://doi.org/10.3322/caac.21708