Anda di halaman 1dari 4

PROPOSAL PEMBANGUNAN TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI

BUNTOK KAB. BARITO SELATAN

LATAR BELAKANG
Sampah adalah limbah padat yang berasal dari hasil sisa-sisa yang tidak termanfaatkan
oleh kegiatan manusia baik di perkotaan maupun pedesaan yang makin konsumtif.
Salah satu cara mengubah perilaku masyarakat (social behavior) agar tidak membuang
sampah ke sungai, selokan, membakar dengan cara penerapan strategi 3R (reuse,
reduce danrecycle). Namun konsep ini tidak berjalan dengan baik karena image yang
tertanam bagi masyarakat sampah itu adalah barang tidak berharga, tidak bermanfaat,
tidak mempunyai nilai ekonomi. Lalu jalan keluarnya yang paling mudah dan gampang
adalah “buang” atau asal tak berada di lingkungan sendiri. Image atau stigma ini diyakini
dapat diubah dengan menjadikan sampah menjadi berkah dengan upaya
mengembangkan ekonomi kerakyatan diperkotaan melalui pengembangan bank
sampah.

Hal ini yang kemudian menjadi sumber penyebab banjir dan sumber penyebaran
penyakit. Sampah masih merupakan permasalahan yang hingga kini belum
terselesaikan bagi bangsa Indonesia dan Barito Selatan khususnya. Jumlah sampah
setiap hari dan rata-rata yang terangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) hanya
sekitar 30 –50%, maka sisanyaakan berakhir di tempat pembakaran atau sampah akan
berada di sungai-sungai sambil menunggu musim hujan. Volume sampah di Kota
Buntok mencapai 100 ton/hari atau meningkat sebanyak 13 ton/hari dari tahun2008.
Sebanyak 70% sampah berasal dari rumah tangga.

Komposisi sampah yang ada terdiri dari sampah organik sekitar 70,70%, disusul
sampah plastik (19,65%), sampah kertas (7,28%), selebihnya berupa sampah kayu,
kain, logam dan sebagainya. Dari jumlah ini hanya 300 m3/hari yang berhasil diangkut
ke pembuangan terakhir.
Namun sampah ini sebagian besar sampah ini belum diproses atau didaur ulang
menjadi produk yang bermanfaat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi
sampah rata-rata diperkotaan mencapai 0,5 kg/orang/hari sampai 0,8 kg/orang/hari. Dari
konstanta tersebut, maka sudah dapat diperkirakan berapa banyak volume sampah
yang dihasilkan oleh sebuah kota setiap hari dengan mengalikan dengan jumlah
penduduk yang ada.

Penduduk Kelurahan Tegalrejo kurang lebih 10.800 jiwa (Lurah Tegalrejo, 2012).
Menurut hasil penelitian setiap orang menghasilkan sampah 0,5 kg per hari, sehingga
masyarakat Kelurahan Tegalrejo menghasilkan kurang lebih 5.400 kg sampah per hari.
Pemasalahan sampah semakin meningkat seiring bertambahnya penduduk dan adanya
perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat yang menghendaki
segalasesuatu yang bersifat simple dan praktis. Persoalan sampahyang tidak teratasi
akan mengancam kehidupan manusia dan lingkungan secara umum, seperti gangguan
kesehatan, pencemaran lingkungan (tanah, air, maupun udara). Pentingnya hal ini maka
sejak 2008 sudah ditetapkan Undang-Undang Pengelolaan Sampah No.18 Tahun 2008.
Juga adanya kebijakan presidenterkait pencanangan gerakan Menuju Indonesia Bersih.
Disamping dampak buruk dari sampah, sebenarnya sampah mempunyai potensi yang
cukup besar sebagai aset usaha apabila dapat dikelola dengan baik. Sampah yang
dikelola
secara kreatif mampu memberikan sumber pendapatan yang menjanjikan. Hanya saja
masyarakat belum sadar benar bagaimana mengelola sampah dan mengolahnya
menjadi
sumber daya yang mampu menambah sumber pendapatan bagi keluarga. Bank sampah
adalah
salah satu alternatif pemecahan persoalan sampah yang dapat memberikan manfaat
ganda
bagi masyarakat. Secara prinsip
b
ank
s
ampah melaksanakan mekanisme sepert layaknya
bank pada umum tetapi yang ditransaksikan adalah sampah yang berasal dari rumah
tangga
atau masyarakat dengan mengintegrasikan pendidikan lingkungan dan ekonomi.
Bank
sampah ialah bank yang melayani masyarakat m
enabung seperti bank
-
bank pada umumnya
bedanya kalau di bank umum orang menabung berupa uang tetapi di bank sampah
masyarakat mena
bung berupa barang bekas berupa
: besi
-
besi bekas, kardus bekas, segala
plastik bekas, kaleng minuman bekas, tembaga, alumunium
dll. Bank sampah akan
menyimpan dan mengelola sampah dari masyarakat, masyarakat yang menabung
sampah
akan menjadi nasabah dari bank sampah dan diberi buku tabungan.
Kegiatan
b
ank sampah ini dapat
mengurangi volume sampah berupa botol plastik,
kaca, kard
us, koran bekas dan lain sebagainya
yang dapat mengurangi sampah sampai 70
-
80% untuk tidak di buang ke TPA
dan
sampah telah di
manfaatkan sebagai sumber ekono
mi
kerakyatan bagi masyarakat dalam bentuk tabungan bank sampah yang merupakan
tambahan
penghasi
lan.
Untuk dapat meng
elola
sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan sumber
pendapatan membutuh keterampilan dan kreativitas untuk mengolahnya. Potensi
sampah/
limbah yang bernilai ekonomi
antara
lain adalah
sampah/
limbah
plastik, kertas,
botol, kaleng
yan
g sering tidak dilirik oleh banyak orang bahkan dibuang dan dibakar.
Limbahini ternyata bisa bernilai ekonomi tinggi bila di
kelola
dengan ketrampilan yang tepat.
Pelaksanaan bank sampah sesungguhnya mengandung potensi ekonomi (
economic
opportunity
)
kerakyatan
yang cukup tinggi karena kegiatan bank sampah dapat
memberikan
out
-
put
nyata bagi masyarakat dalam kesempatan kerja (
job
creation
). Juga
menjadi penghasilan tambahan bag
i pegawai bank sampah dan masya
rakat penabung sampah
(nasabah).
Sebenarnya
y
ang paling terpenting
adalah adanya pendidikan lingk
u
ngan agar
lingku
ngan terjaga dengan baik terbebas dari sampah, penyakit malaria, sumber penyakit
lainnya dan terbebas dari banjir/genangan serta
tekanan volume sampah terhadap TPA
semakin berkurang sehi
ngga umur TPA bisa lebih panjang.
Sebagai pembanding untuk
kegiatan
B
ank
S
ampah Barokah Assalam di Komplek
Perumahan Dangau Teduh
-
Indarung Kota Padang,
yang mempunyai nasabah sebanyak 44
KK telah berputar uang sebanyak lebih kurang 2 juta/bulan, kegiatan
t
eller
hanya dibuka
selam
a
2 jam dalam seminggu, yaitu Sabtu dan Minggu dengan memperkerjakan sebanyak 5
orang tenaga kerja.
Contoh lainnya adalag Bank Sampah “Gemah Ripah” di Kabupaten
Bantul yang merupakan
b
ank
s
ampah pertama di Indonesia yang telah berak
tifitas selama 3
tahun. Kegiatan yang sama juga telah dilaksanakan oleh
B
ank
S
ampah Hidayah di Bandar
Buek dan
Bank S
ampah Sahabat Alam di Pangambiran Kota Padang serta telah
mengembangkan kegiatan bank sampah ke arah koperasi simpan
-
pinjam antar anggota.
Melihat permasalahan sampah dan potensi ekonomis dari sampah seperti tersebut di
atas, Parahita Foundation berupaya berpartisipasi dalam memberikan kontribusi dalam
memecahkan persoalan sampah di Kota Salatiga.
Oleh karena itu sejak tahun 201
2
Parahita
Foun
dation menyelenggarakan program pelatihan
pengelolaan sampah/limbah
.
Dalam
merealisasikan program ini Parahita Foundati
o
n bekerjasama dengan beberapa pihak, antara

Anda mungkin juga menyukai