Anda di halaman 1dari 18

Medan, 21 Maret 2017

Sampah Membuat Jadi Kumuh dan Tidak Sehat


Sampah diartikan sebagai benda
Oleh: bersifat padat, tidak dipakai , tidak
Taufik Hidayat diinginkan , dan dibuang. Kita
Capacity Building Specialist masih banyak beranggapan bahwa
KMW OC 1 Provinsi Sumatera Utara sampah merupakan barang sepele
Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) dan membuangnya sesuka hati kita
dimana saja kita berada. Tidak
jarang kita melihat pemakai jalan raya seenaknya membuang sampah di depan dagangan tanpa
merasa risih. Di pinggir jalan terlihat tumpukan sampah yang menyerupai gunung kecil,
terpencar-pencar. Di parit-parit juga terlihat penuh oleh bermacam-macam sampah. Dari
kejadian seperti ini bisa dikatakan bahwa masyarakat belum menyadari bahwa sampah yang
dibuang ini mempunyai dampak terhadap kesehatan masyarakat dan menimbulkan kekumuhan.

Dalam kehidupan manusia dahulu, sampah belum menjadi masalah. Tetapi dengan
bertambahnya penduduk dengan ruang tetap, semakin hari masalah sampah jadi semakin besar.
Hal tersebut jelas dari perubahan modernisasi kehidupan dan perkembangan teknologi dimana
aktivitas manusia meningkat. Semakin beragamnya aktivitas, beragam pula jenis sampah yang
dihasilkan, terutama sampah yang berasal dari perumahan. Dalam arti sampah ini dihasilkan oleh
penduduk setempat yang melakukan pembuangan sisa-sisa dari barang-barang atau produk-
produk yang telah mereka pakai. Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh
manusia sebagai pengguna barang.

Sehubungan dengan kegiatan manusia maka permasalahan sampah akan berkaitan, baik dari segi
sosial, ekonomi, maupun budaya. Kesehatan seorang atau masyarakat merupakan masalah sosial
yang selalu berkaitan antara komponen-komponen yang ada dalam masyarakat.

Jika dapat diamankan, sampah tidak akan menjadi potensi yang berpengaruh terhadap
lingkungan. Namun demikian, sampah yang dikelola tidak berada pada tempat yang menjamin
keamanan lingkungan. Hal itu berdampak terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan menjadi
kumuh, dan menarik bagi berbagai binatang, seperti lalat dan anjing, yang dapat membawa
penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan misalnya diare, kolera, tipus dan
jamur dapat menyebar dengan cepat, karena sampah yang tidak dikelola tepat dapat bercampur
dengan air minum dan menyebarkan virus penyakit.

Cairan rembesan sampah bisa masuk ke dalam drainase atau sungai dan akan mencemari air.
Berbagai organisme di air, termasuk ikan, dapat mati. Lebih ekstrem, beberapa spesies air dapat
lenyap dan mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Sampah yang dibuang ke
dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik seperti metana. Selain berbau
kurang sedap, dalam konsentrasi tinggi gas (metana) ini dapat meledak. Tentunya hal itu dapat
membahayakan masyarakat luas. Contoh nyata terjadi ketika kandungan gas metana meledak dan
melongsorkan gunung sampah di Leuwigajah, Bandung, tahun 2005 silam.

Tak jarang sampah yang ada memenuhi parit di sekitar rumah, sehingga menyebabkan banjir.
Musim penghujan menjadi musim yang tidak mengenakkan bagi masyarakat, apalagi di
permukiman yang padat. Parit-parit tidak mampu lagi mengalirkan air secara maksimal, karena
terhalang oleh tumpukan sampah. Hal ini mengakibatkan air hujan terbendung dan mengenangi
pekarangan rumah. Genangan air yang ada membawa bau tidak sedap, serta membunuh rumput-
rumput di halaman rumah dan ruang terbuka lainnya.

Jika dilihat di beberapa daerah, kejadian membuang sampah sembarangan ini sering terjadi di
daerah perkotaan. Yang menjadi pertanyaan apakah masyarakat desa lebih baik perilakunya
daripada masyarakat kota?

Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) tidak hanya intervensi secara fisik saja melainkan juga
sosial, ekonomi maupun budaya/perilaku hidup masyarakat. Oleh karenanya perlu dilakukan
upaya-upaya pencegahan kumuh. Jangan sampai kemudian kumuh 0% (berdasarkan luasan yang
ada sekarang) tetapi malah muncul kumuh baru di kawasan-kawasan lainnya. Tentunya perlu
dilakukan langkah-langkah taktis dan berkelanjutan oleh seluruh komponen masyarakat demi
kelangsungan hidup manusia.

Sudah saatnya perubahan dalam pengelolaan sampah dilakukan. Pengelolaan sampah berarti
adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan, atau pembuangan dari
material sampah (Wikipedia). Pengelolaan sampah yang baik tentu dapat mengurangi dampak
negatifnya pada kesehatan, lingkungan, dan keindahan, selain sebagai pencegahan kumuh.
Pemerintahan kabupaten/kota dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk menangani masalah
sampah yang ada. Masalah sampah adalah merupakan isu sangat mendesak dan harus menjadi
prioritas pemerintah kabupaten/kota. Keterlibatan dan dukungan dari segenap masyarakat
tentunya penting demi terwujudnya program pemerintah. Kebijakan pemerintah dapat berupa
pengalokasian sampah yang ada di kabupaten/kota ke suatu tempat yang sesuai. Tempat yang
sesuai harus jauh dari permukiman penduduk. Jarak tempat sampah dengan sumber mata air
bersih juga harus menjadi perhatian, karena sampah-sampah yang dibuang dapat mencemari
sumber air bersih. Berbagai penyakit dapat disebabkan oleh sumber air yang tercemar, semisal
sakit perut. Dan, yang tidak kalah pentingnya, tempat sampah harus jauh dari daerah pertanian
dan perkebunan. Sampah yang tidak terurai non biodegradable dapat menyebabkan padatnya
tanah dan menutup permukaan tanah. Kedua hal ini mengurangi kesuburan tanah sehingga
daerah pertanian tidaklah mampu lagi menghasilkan dengan baik.

Selain itu juga, mengubur sampah merupakan salah satu cara dalam pengelolaan sampah.
Metode ini sangatlah popular di seluruh belahan dunia. Penguburan sampah dapat dilakukan di
tanah yang ditinggalkan, lubang bekas pertambangan, atau lubang alam. Suatu tempat
penguburan yang dikelola dengan baik menghasilkan tempat pembuangan yang hegenis dan
murah. Penguburan sampah menghindarkan kontak sampah dengan lapisan atmosfer. Sampah
yang terekspose langsung dapat menimbulkan bau tak sedap, pemandangan yang tidak menarik
dan sarang untuk berbagai jenis mikroorganisme dan makrorganisme penyebab dan pembawa
penyakit.

Khusus sampah-sampah organik dapat dijadikan pupuk organik yang ramah lingkungan
(pengolahan biologis). Zat biologis dapat berupa zat tanaman, sisa makanan atau kertas. Salah
satu contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengomposan adalah Green Bin
Program (Program Tong Hijau) di Toronto, Kanada. Yakni, sampah organik rumah tangga,
seperti sampah dapur dan potongan tanaman, dikumpulkan di kantong khusus untuk
dikomposkan.

Mengubah sampah organik yang ada dapat membawa keuntungan tersendiri. Pupuk yang berasal
dari sampah organik bisa digunakan untuk keperluan pribadi, bahkan untuk dijual. Bahan pupuk
organik sangatlah mudah untuk didapat, dan pupuk ini terkenal ramah lingkungan. Sampah non
organik seperti botol-botol, dan kaleng bekas dapat dijadikan hal-hal yang berguna dengan
sentuhan seni. Dengan kreativitasnya manusia bisa menciptakan bunga tiruan dengan plastik dan
bekas pipet serta mengunakan kaleng bekas untuk potnya. Banyak juga mainan yang bisa dibuat
dari sampah-sampah non organik seperti kaleng dan botol, misalnya untuk membuat mobil main-
mainan. Singkatnya kita bisa menyulap sampah yang ada menjadi barang yang memiliki nilai
seni dan bahkan nilai jual.

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali
disebut sebagai daur ulang . Sistem daur ulang merupakan sistem yang dapat digunakan dalam
penanganan sampah. Ada beberapa cara daur-ulang yang ada, pertama, dengan mengambil
bahan sampahnya untuk diproses lagi, atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar guna
membangkitkan listik. Kita juga bisa mengunakan sampah yang ada untuk digunakan kembali.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum ,kaleng baja
makanan/minuman, botol, botol kaca, kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik
lainnya juga bisa didaur ulang.

Pendidikan dan kesadaran dalam pengelolaan limbah dan sampah tentu sangat penting dalam
masyarakat. Banyak masyarakat yang masih kurang kesadarannya dalam menjaga kebersihan
lingkungan. Tentunya pemerintah perlu melakukan penyuluhan tentang pengelolaan sampah
yang baik serta memberikan informasi tentang dampak-dampak negatif sampah bagi masyarakat
dan lingkungan, sehingga setiap anggota masyarakat dapat menyadari bahaya sampah yang terus
bertambah. [Sumut]

Editor: Nina Razad


SAMPAH MENJADI MASALAH LINGKUNGAN DI
INDONESIA
Sampah merupakan suatu benda yang tidak ternilai atau tidak berharga yang ada di sekitar
lingkungan masyarakat. Di Indonesia kita dapat melihat sampah dimana-mana khususnya di
daerah perkotaan dan sekarang menjadi masalh besar lingkungan Indonesia.

Sampah di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius dan juga menjadi masalah social,
ekonomi dan budaya. Dan hampir di semua kota di Indonesia mengalami kendala dalam
mengolah sampah. Hal ini terjadi karena pengolahan TPA (tempat pembuangan akhir) di sebuah
kota lahannya masih kurang sehingga masyarakat banyak membuang sampah di sungai.

Bukan saja di sungai akibat kurangnya TPA mengakibatkat masyarakat sampah ke selokan, kali,
dan di lautan. Sehingga kebersihan dan ekosistem laut akan rusak, misalnya seperti ikan dan
terumbu karang akibat sampah plastik yang di buang oleh warga yang tinggal di sekitar pantai.
Dan ada di beritakan bahwa seekor paus di temukan di pinggir pantai dengan se isi perutnya
terdapat berbagai macam sampah plastik yang telah masuk dalam perutnya dan sulit untuk
melakukan pencernaan makanan.
Indonesia termasuk ke dalam 10 besar Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Hal
ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan sejumlah persoalan lanjutan, diantaranya adalah
produksi sampah dan pembuangannya.

Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bahwa Indonesia memproduksi
sampah hingga 65 juta ton pada 2016 tahun lalu. Dan jumlah sekarang naik 1 juta ton dari
sebelumnya. Berdasarkan laporan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya
mengatakan sampah yang dihasilkan berdominan sampah organic yang mencapai sekitar 60
persen dan sampah plastik yang mencapai 15 persen dari total timbulan sampah, terutama di
daerah perkotaan.

Sesuai data tersebut menunjukan dalam 10 tahun terakhir banyaknya sampah plastik terus
meningkat. Tak dapat di pungkiri sampah yang tidak di kelola dengan baik akan menyebabkan
pencemaran di lingkungan kita.

Permasalahan yang muncul atau sering terjadi di TPA akan merambat ke hulu yang
mengakibatkan terhentinya atau terhambatnya pengangkutan sampah dari sumber sampah ke
TPA. Sampah merupakan musuh bagi lingkungan karena mampu menimbulkan dan mencermari
lingkukan. Lingkungan yang tercemar oleh pembuangan sampah akhirnya akan kotor, kumuh,
jorok dan bau kemuadian akan menimbulkan penyakit seharusnya pembuangan sama merupaka
masalah yang harus di tangani pada awal yang harus di perhatikan secara pokok atau utama agar
tidak mengakibatkan masalah yang begitu cukup serius dalam masalah lingkungan di Indonesia.

Walaupun telah di atur undang-undang tentang pelanggaran membuang sampah sembarangan


akan mendapat denda atau di kenakan sanksi, akan tetapi lain hal nya dengan warga Indonesia,
walaupun sudah di oeringati di larang membuang smapah sembarangan tetap saja di lakukan dan
akhirnya akan menimbulkan keadaan lingkungan tidak bersih atau dengan bahsa kasarnya kotor.

Dalam sampah rumah tangga dapat di bedakan yaitu ada sampah kering dan sampahh basah jika
ini berjalan dengan baik maka akan mengurangi pembuangan sampah yang tidak teratur dan
polusi lingkungan. Kesadaran pikiran dan pandai dalam membuang sampah juga sangat penting
agar mudah di daur ulang kembali.

Pembuangan sampah yang tidak teratur (tidak pada tempatnya) menjadi kebiasaan masyarakat
Indonesia walaupun itu akhirnya menjadi penyebab kerusakan lingkungan dan ketidaknyamanan
untuk mereka sendiri. Walaupun telah di sediakan tempat sampah di sekeliling atau pada suatu
tempat umum seperti di jalanan, taman, sekolah, rumah sakit, dan di tempat lainnya.

Akan tetapi, tetap saja tangan-tangan kotor yang tidak peduli akan kebersihan membuang
sampah di sembarang tempat. Ada juga di tempat umum yang tidak peduli dengan kebersihan
lingkungan, habis makan buang sembarangan walaupun sampahnya kecil dan tidak jauh
tempatnya dengan pembuangan sampah(tong sampah). Akibatnya sifat malas membuang sampah
pada tempatnya menimbulkan pencemaran lingkungan.
Mengolah sampah dengan 3R ?

Mendengar kata 3R mungkin sebagian orang berpikir bahwa itu merupakan ukuran foto yang
sangat familiar bagi masyarakat yang hobby mencetak foto. Namun hal itu berbanding terbalik
setelah kalian membaca dan tentunya memahami artikel ini. Karena yang dimaksud dengan
istilah 3R pada artikel ini adalah sebuah sitem bukan ukuran foto.

Penerapan sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) menjadi salah satu solusi pengelolaan
sampah yang murah dan mudah untuk dilakukan di samping mengolah sampah menjadi kompos
atau memanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Selain
itu, penerapan 3R ini juga dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari.

”Reduce, Reuse, Recycle” merupakan maksud penanganan sampah yang terdiri dari tiga unsur
yaitu, “Mengurangi”, “Menggunakan ulang” dan “Mendaur ulang” sampah (juga dikenal sebagai
3R). Untuk memulai melakukan 3R ini memang dapat dilakukan oleh siapa saja, namun bukan
berarti itu dapat dikatakan mudah. Karena untuk melakukan ini membutuhkan kepedulian dari
kita sendiri dan yang utama waktu.

            Berikut adalah kegiatan 3R (Reuse Reduce Recycle) yang dapat dilakukan di rumah,
sekolah, kantor, ataupun di tempat-tempat umum lainnya.
 

Contoh kegiatan reuse (Menggunakan ulang) sehari-hari: 

1. Memilih wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang.
Misalnya, menggunakan sapu tangan dari pada menggunakan tissu, menggunakan tas belanja
dari kain dari pada menggunakan kantong plastik.

2. Menggunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.

3. Menggunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.

4. Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang sama atau fungsi
lainnya.

Contoh kegiatan reduce (mengurangi) sehari-hari:

1. Memilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.

2. Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.

3. Menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang
kembali).

4. Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai.

5. Menggunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.

Perlu ditekankan, bahwa dari tiga komponen 3R “mengurangi” (produksi konsumsi dan sampah)
adalah cara yang paling efektif untuk melestarikan sumber daya dan menghasilkan sampah yang
sedikit. Oleh karena itu, berpikirlah dua kali apakah anda benar-benar perlu untuk membeli
barang seperti topi, sepatu atau ponsel baru.

Contoh kegiatan recycle (mendaur ulang) sehari-hari:

1. Memilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.

2. Mengolah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.

3. Melakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.

4. Lakukan pengolahan sampah non organik menjadi barang yang bermanfaat dan bahkan
memiliki nilai jual.

 
Daur ulang hanya menguntungkan planet ini asalkan ada permintaan untuk barang hasil daur
ulang. Kampanye daur ulang, meskipun bermaksud baik, menyebabkan konsumen percaya
bahwa selama mereka mengirim barang-barang mereka untuk didaur ulang, dunia akan menjadi
tempat yang lebih hijau. Namun dalam kenyataannya, daur ulang hanyalah pilihan terakhir.
Mengurangi dan menggunakan kembali harus dilakukan terlebih dahulu!

Jadi, 3R memang hanya istilah sederhana.. Namun dari hal yang sederhana ini, dapat
memberikan dampak yang signifikan bagi permasalahan sampah di sekitar. Cintai lingkungan
kita dan lakukan!
CARA MENGURANGI PENUMPUKAN SAMPAH YANG
ADA DI INDONESIA
Setiap orang ingin sehat bukan? Ya tentu saja. Ada banyak cara untuk membuat dan menjalani
hidup sehat. Salah satunya adalah dengan menjaga lingkungan kita agar tetap bersih. Lalu
bagaimana cara untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih? Salah satunya dengan cara
JANGAN MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN. Memang, hal ini merupakan hal yang
gampang diucap, tapi masyarakat susah untuk menerapkan langsung di lingkungan sekitarnya.

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau


pembuangan dari material sampah. Tapi apakah kalian tahu apa itu sampah? Sampah adalah
konsekuwensi dari adanya aktivitas manusia. Sampah merupakan masalah yang umum terjadi di
kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Yogyakarta dan Semarang.

Contohnya kota Jakarta, pada tahun 1985 menghasilkan sampah sejumlah 18.500 m3 per hari
dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 25.700 m3 per hari. Jika dihitung dalam setahun, maka
volume sampah tahun 2000 mencapai 170 kali besar Candi Borobudur (Bapedalda, 2000).
Sangat memprihatinkan bukan?

Kehadiran sampah sebagai buangan dari aktifitas domestik, komersil maupun industri tidak bisa
dihindari, bahkan semakin kompleks dan meningkat kuantitasnya sejalan dengan perkembangan
ekonomi dari waktu ke waktu. Yang menyedihkan, pemerintah kita belum mempunyai strategi
jitu yang bersifat massal dalam menyelesaikan permasalah sampah ini.
Sampah diidentifikasi sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya eksternalitas negatif
terhadap kegiatan perkotaan. Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta mengatakan kondisi volume
timbulan sampah di DKI mencapai 6.594,72 ton per hari per Januari 2009. Dengan rumusan,
jumlah penduduk Jakarta 8,7 juta jiwa (malam hari) di tambah jumlah penduduk commuter 1,2
juta kali 2,97 liter per hari.

Adapun jenis-jenis sampah, antara lain:

1. Sampah organik, yaitu buangan sisa makanan misalnya daging, buah, sayuran dan
sebagainya.

2. Sampah anorganik, yaitu sisa material sintetis misalnya plastik, kertas, logam, kaca,
keramik dan sebagainya.

3. Buangan bahan berbahaya dan beracun (B3), yaitu buangan yang memiliki karakteristik
mudah terbakar, korosif, reaktif, dan beracun. B3 kebanyakan merupakan buangan dari
industri, namun ada juga sebagian kecil merupakan buangan dari aktifitas masyarakat
kota atau desa misalnya baterai, aki, disinfektan dan sebagainya.

Sebagian besar sampah kota yang dihasilkan di Indonesia tergolong sampah hayati. Rata-rata
sampah yang tergolong hayati ini adalah di atas 65 % dari total sampah. Melihat komposisi dari
sumber asalnya maka sebagian besar adalah sisa-sisa makanan dari sampah dapur, maka jenis
sampah ini akan cepat membusuk, atau terdegradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di
alam ini, dan berpotensi pula sebagai sumberdaya penghasil kompos, metan dan energi.

Sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan anorganik
yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan, yang timbul di kota.

Lingkungan menjadi terlihat kumuh, kotor dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya
organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, merupakan sarang lalat, tikus dan
hewan liar lainnya. Dengan demikian sampah berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit.

Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air
yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur, sungai maupun air tanah.
Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga dapat
menimbulkan bahaya banjir. Pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang
luas, tertutup dan jauh dari pemukiman.

Berdasarkan uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya dilakukan dengan
manajemen 3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan di TPA). Sampah dikumpulkan
dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah
dengan mengolah sampah untuk dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.

Banyak sudah literatur yang mengupas masalah konsep pengelolaan sampah, tidak terhitung
sudah banyak ahli lingkungan yang mengerti tentang sampah di Indonesia. Tetapi masalah
sampah tidak pernah teratasi dengan tuntas. Pemerintah belum berhasil menciptakan sistem
pengelolaan sampah yang sesuai standar dan establish dalam praktek, artinya diterima secara
massal dan tidak akan dirusak oleh suksesi kepemerintahan.

Analisis pengelolaan sampah di atas menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan
sekarang hanya sekedar memindahkan sampah dari area pusat kota ke luar kota dengan cara yang
tidak memenuhi standar. Untuk kondisi pengelolaan sekarang, terminologi tempat pengolahan
akhir belum sesuai digunakan, yang sesuai adalah tempat pembuangan akhir sampah. Jika
memperhatikan analisis di atas, maka harus dilakukan perbaikan sistem aliran sampah mulai dari
hulu hingga hilir.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi system pengelolan sampah


perkotaan, antara lain:

1)      Kepadatan dan penyebaran penduduk.

2)      Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi.

3)      Karakteristik sampah.

4)      Budaya sikap dan perilaku masyarakat.

5)      Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA)

6)      Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan TPA.

7)      Kesadaran masyarakat setempat.

8)      Peraturan daerah setempat.

Bagaimana cara agar mengurangi penumpukan sampah yang ada di Indonesia ini?

1) Metode penghindaran dan pengurangan

Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah terbentuk ,
atau dikenal juga dengan “pengurangan sampah”. Metode pencegahan termasuk penggunaan
kembali barang bekas pakai , memperbaiki barang yang rusak , mendesain produk supaya bisa
diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik ),
mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas
tissue) ,dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).

2) Metoda Pembuangan

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah,
metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah
yg tidak terpakai , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan
penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan
sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak
dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin
berbau sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping
lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di
Bandung kandungan gas methan ini meledak dan melongsorkan gunung sampah)

3) Daur Ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali
disebut sebagai daur ulang Contoh kegiatan daur ulang adalah antara lain adalah :

 Pemanfaatan kembali kertas bekas yang dapat digunakan terutama untuk keperluan
eksternal
 Plastik bekas diolah kembali untuk dijadikan sebagai bijih plastik untuk dijadikan
berbagai peralatan rumah tangga seperti ember dll
 Peralatan elektronik bekas dipisahkan setiap komponen pembangunnya (logam,
plastik/kabel, baterai dll) dan dilakukan pemilahan untuk setiap komponen yang dapat
digunakan kembali
 Gelas/botol kaca dipisahkan berdasarkan warna gelas (putih, hijau dan gelap) dan
dihancurkan. info lebih lanjut bisa kunjungi website ini.

4) Pengolahan biologis

Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah dengan
menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah
pengkomposan.Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana
yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik
.

5) Pemulihan energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menajdi
bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi mulai dari
menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya
untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan
gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan
pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah
tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk
berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau
dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk
seperti karbon aktif. Gasifikasi danGasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk
mengkonversi material organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon
monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

6) Pemilahan Sampah

Sampah yang dikumpulkan di TPA pada umumnya bercampur antara bahan-bahan organik
maupun non organik sehingga pemilahan perlu dilakukan secara teliti untuk mendapatkan bahan
organik yang dapat dikomposkan seperti dauan-daunan, sisa makanan, sayuran dan buah-buahan.

7) Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

TPA tipe open dumping sudah tidak  tepat untuk menuju Indonesia sehat. Oleh sebab itu, secara
bertahap semua Kota dan Kabupaten harus segera mengubah TPA tipe open dumping menjadi
sanitary landfill. Dianjurkan untuk membuat TPA yang memenuhi kriteria minimum, seperti
adanya zona, blok dan sel, alat berat yang cukup, garasi alat berat, tempat pencucian alat berat,
penjaga, truk, pengolahan sampah, dan persyaratan lainnya.

8) Peranan Masyarakat dan Swasta

1. Peranan Masyarakat

Diperlukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat yang tinggi dalam pengelolaan


sampah. Upaya yang dilakukan meliputi :

 Masyarakat memiliki kesadaran untuk mengurangi jumlah sampah dari sumbernya.


 Masyarakat memiliki kesadaran (willingness to pay) yang tinggi terhadap biaya
pengelolaan sampah.
 Masyarakat merasa bangga dapat menjaga lingkungan tetap bersih.

1. Peranan Swasta

 Diperlukan peran serta swasta dalam pengelolaan sampah (pengumpulan/pengangkutan,


incinerator, daur ulang, landfill, dll) yang dilakukan dengan  professional, transparan
danaccountable.
 Diperlukan perangkat kebijakan dalam pengelolaan sampah oleh swasta seperti
kemudahan dalam memenuhi ketentuan dan adanya intensif yang menarik dari
pemerintah terhadap swasta yang melakukan bisnis pengolahan sampah.

9) Peningkatan Kapasitas Peraturan

Peraturan yang dibuat oleh Pemerintah yang berkaitan dengan ketentuan pengelolaan sampah
harus realistis, sistematis dan menjadi acuan dalam pelaksanaan penanganan sampah di lapangan
baik oleh pihak pengelola maupun masyarakat.Seperti Undang-Undang no 18 tahun 2008 tentang
pengelolaan persampahan secara resmi sudah diundangkan, tercatat sebagai Lembaran Negara RI
Tahun 2008, Nomor 69.
Dengan begitu, undang-undang itu sudah efektif berlaku. Ada banyak hal yang perlu difahami
dari undang-undang dimaksud. Kali ini salah satu subyek yang akan dikupas adalah asas nilai
ekonomi sampah.

Pasal 3 UU 18/2008 berbunyi selengkapnya: “Pengelolaan sampah diselenggarakan


berdasarkan asas tanggung jawab, asas keberlanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas
kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi”.

Adapun Manfaat pengelolaan sampah yaitu :

1. Penghematan sumber daya alam


2. Penghematan energi
3. Penghematan lahan TPA
4. Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman)
5. Mengurangi pencemaran
Dampak Membuang Sampah Sembarangan
24 April 2017 oleh Prelovers | Kategori Tips & Tricks, Trending | Tag majalah

Sampah adalah parasit yang selalu hadir setiap hari, tidak heran jika banyak tulisan yang
menyerukan jangan buang sampah sembarangan.  Namun sayang, seruan dari jangan buang
sampah sembarangan terkadang masih sering dilanggar oleh setiap orang. Padahal seruan jangan
membuang sampah sembarangan bukanlah larangan yang berupa hiasan saja, melainkan seruan
ini adalah rambu-rambu dan ajakan agar kita dapat tehindar dari dampak tumpukan sampah yang
ada di mana-mana. Kasian bukan jika bumi yang indah dan nyaman ini menjadi rusak dengan
adanya sampah yang berada di mana-mana dan tidak sesuai dengan tempatnya? Oleh sebab itu,
artikel ini akan memberikan beberapa dampak dari melanggar perintah jangan buang sampah
sembarangan agar anda berfikir berkali-kali dalam membuang sampah sembarangan.

Sampah yang menumpuk lama-lama akan mengakibatkan penyumbatan beberapa saluran


perairan sehingga air akan tergenang dan air pun akan meluap, kemudian dapat mengakibatkan
banjir di beberapa daerah. Walaupun sampah bukanlah satu-satunya faktor penyebab banjir,
tetapi sampah tidak menutup kemungkinan dalam mengakibatkan banjir. Nah, kembali ke
kesadaran kita bukan untuk lebih peduli dengan lingkungan sekitar dan memikirkan lagi jika kita
akan membuang sampah sembarang.

Sampah akan menimbulkan masalah kesehatan yang sangat mengganggu. Hal ini terjadi karena
sampah dibuang tidak pada tempatnya sehingga kuman pun dapat tumbuh dan berkembang biak
di mana saja. Kuman ini akan menarik berbagai serangga seperti lalat yang akan menyebarkan
kuman di tempat yang lebih luas. Kuman ini nantinya akan berkembang di sekitar kita dan
penyakitpun berdatangan dan membuat kita dengan mudah terserang. Lingkungan yang banyak
penyakit ini pun akan menjadi tidak sehat dan kenyamanan pun akan sulit untuk di dapatkan.

Selain penyakit, sampah akan memberikan pemandangan yang jelek dan merusak lingkungan.
Bahkan orang pun akan malas memandang lingkungan yang banyak sampahnya karena dirasa
lingkungan tersebut sangat kotor dan tidak akan nyaman untuk dibuat bersantai. Dalam
menangani pembuangan sampah ini memang diperlukan kedisiplinan dari setiap insan agar
menyadari betapa ruginya seseorang jika membuang sampah sembarangan.

Petugas kebersihan adalah petugas yang biasanya menyapu sampah-sampah atau guguran daun
yang ada di tempat umum. Mau sampah banyak atau sedikit hal itu adalah tanggung jawab
petugas kebersihan untuk membersihkan sampah yang berserakan dan menciptakan kebersihan
yang nyaman. Namun petugas kebersihan biasanya seseorang yang memiliki usia yang cukup
tua. Jika banyak sampah yang berserakan, apakah anda tega untuk membiarkan petugas
kebersihan tersebut membersihkan sampah sendirian? Apakah anda tega membiarkan petugas
kesehatan kelelahan dalam membersihkan lingkungan? nah, jika kalian tidak tega anda bisa
membantunya dengan tidak membuang sampah sembarang. Hal ini secara tidak langsung dapat
meringankan beban petugas kebersihan.

Pemanasan global hal yang sering kita dengar dan telah menjadi momok agar kita menjaga bumi
ini. Memang benar, dampak dari pemanasan global saat ini dapat dengan mudah kita rasakan.
Ternyata sampah yang dibuang sembarang dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
pemanasan global. Peningkatan suhu rata-rata pada umumnya disebabkan oleh sampah plastik
yang menumpuk di kehidupan sehari-hari dan sifat sampah plastik yang sulit terurai oleh bakteri
pengurai atau bahan kimia. Nah, selain membuang sampah pada tempatnya, kita juga dapat
mengurangi penggunaan plastik agar tidak banyak sampah plastik yang menumpuk.

Anda mungkin juga menyukai