Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat,hidayah serta kesempatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Pemenuhan Kebutuhan cairan & elektrolit” ini tepat waktu.

Tidak lupa pula kami menyampaikan banyak-banyak terimakasih kepada Dosen pembimbing
kami yaitu yang telah membimbing serta mengajarkan kami. Makalah ini kami susun dari berbagai
sumber yang telah kami dapat sehingga diperoleh rangkuman mengenai kebutuhan cairan elektrolit
serta asam basa.

Seperti kata pepatah “Tiada gading yang Tak Retak”,demikian pula dengan makalah ini,tentu
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami sampaikan,semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses
pembelajaran bagi para siswa.

Denpasar, Mei 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1

1.3 Tujuan.................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Keseimbangan Cairan dan elektrolit ..................................................................... 2

2.2 Keseimbangan asam dan basa ............................................................................... 7

2.3 Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, asam, basa ...................................... 10

2.4 Faktor yang mempengaruhi ................................................................................. 12

2.5 Proses Keperawatan ............................................................................................ 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 19

3.2 Saran .................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh
dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu keseimbangan cairan dan elektrolit?
2. Apa itu keseimbangan asam basa?
3. Apa saja gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, asam dan basa?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit?
5. Bagaimana proses keperawatan dari ketidakseimbangan cairan, elektrolit, asam dan basa?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui keseimbangan asam basa
3. Mengetahui gangguan keseimbangan cairan, elektolit, asam dan basa
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Mengetahui proses keperawatan ketidakseimbangan cairan, elektrolit, asam dan basa

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memiliki fungsi fisiologis
tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini
dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan
kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun kira-kira 50%-60%
cairan.

Prosentase cairan tubuh tergantung beberapa hal antara lain :

1. Umur : Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.


2. Kondisi lemak tubuh : Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan
lemak tubuh.
3. Jenis Kelamin : Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding
pada pria, kerena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan
dengan pria.

Jumlah normal air pada tubuh manusia:

1. Bayi (baru lahir) : 75 % Berat Badan


2. Wanita dewasa (20-40 tahun) : 50 – 55% Berat Badan
3. Pria dewasa (20-40 tahun) : 55 – 60% Berat Badan
4. Usia lanjut : 45-50% Berat Badan

2
Fungsi Cairan

1. Pelarut universal
A. Senyawa bergerak lebih cepat dan mudah
B. Berperan dalam reaksi kimia. Contoh: Glukosa larut dalam darah dan masuk ke sel
C. Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel
D. Transport nutrient, membersihkan produk metabolisme dan substansi lain
2. Pengaturan suhu tubuh
A. Mampu menyerap panas dalam jumlah besar
B. Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas. Contoh: Otot-otot
selama exercise
3. Pelicin : Mengurangi gesekkan (sebagai pelumas)
4. Reaksi- d reaksi kimia
A. Pemecahan karbohidrat
B. Membentuk protein
5. Pelindung : Cairan Cerebro-spinal, cairan amniotic

Komposisi Cairan Tubuh

1. Oksigen yang berasal dari paru-paru


2. Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan
3. Produk metabolisme seperti karbondiokasida
4. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga elektrolit.
Seperti misalnya sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau sodium (Na+)
dan satu ion klorida (Cl–). Ion yang bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang
bermuatan negatif disebut anion

3
Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS) dan Cairan
Ektraselular (CES)

1. Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini
berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah
cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+,
sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3–,
SO42-, Cl–
2. Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari total
cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan dalam transport
nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil metabolisme untuk
kemudian dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas pada persendian dan
membran mukosa, penghancuran makanan dalam proses pencernaan.
A. Cairan interstisial
Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan
limfe, jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran
tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan
orang dewasa.
B. Cairan intavaskuler
Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah
misalnya plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini
belum ada alat yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah seseorang, tetapi
jumlah darah tersebut dapat diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia,
komposisi darah terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari
komponen darah seperti sel darah merah, sel darah putih dan platelet.

4
C. Cairan transelular
Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti
cairan serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan
sekresi lambung, jumlahnya sekitar 1%-3%.

Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+,sedikit K+, Ca2+, Mg2+ serta
elektrolit anion terbanyak Cl– , HCO3–, protein pada plasma, sedikit HPO42-SO42-.

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya
disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya NaCl akan dipecah
menjadi Na+ dan Cl–. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat mengahantarkan
arus litrik. Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan.
Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq). Satu milliequivalent
adalah aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.

Ion-ion positif disebut kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium. Ion-ion negatif disebut anion. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan
fosfat.

Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit akan mempengaruhi
keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel. Elektrolit berperan
dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi enzim dan
transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat berpengaruh terhadap konsentrasi
cairan intasel dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.

1. Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)


Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan
dalam keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat
dari saluran pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan
ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan,

5
saluran pencernaan dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal,
jika konsentrasi natrium serum menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga
konsentrasi natrium akan meningkat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi
natrium serum maka akan merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal akan menahan air.
Jumlah normal 135-148 mEq/Lt
2. Keseimbangan kalium/potassium (K+)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada pada
cairan intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui
makanan seperti daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.
3. Keseimbangan Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan
fosfor membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi
usus dan reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan
disimpan dalam tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin
yang dihasilkan oleh kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah
maka hormon paratiroid dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada
tulang dan jika terjadi peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan
untuk menghambat reabsorpsi tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
4. Keseimbangan Magnesium (Mg2+)
Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam
metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya
didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari
usus halus, peningkatan absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5. Keseimbangan Fosfor (PO4–)
Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang,
otot rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia,
terutama fungsi otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat,
pembentukan tulang dan gigi, regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi
dari usus halus dan banyak ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan
reabsorpsi melalui ginjal. Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan

6
berhubungan dengan kadar kalsium. Jika kadar kalsium meningkat akan menurunkan
kadar fosfat demikian sebaliknya. Jumlah normal sekitar 2,5-4,5 mEq/Lt.
6. Keseimbangan Klorida (Cl–)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam pengaturan
osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa, berperan
dalam buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah. Disekresi
dan direabsorpsi bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron.
Kadar klorida yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
7. Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi
utama yaitu regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal.
Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk
menurunkan PH. Nilai normal sekitar 25-29mEq/Lt.

2.2 Keseimbangan Asam dan Basa

Disamping air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa, seperti asam karbonat ( ).
Keadaan asam dan basa ditentukan oleh adanya pH cairan tubuh. pH adalah sImbol dari adanya
ion hydrogen dalam larutan pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka disebut asam dan diatas 7
disebut basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah 7,35-7,45. Untuk memperthankan pH plasma
normal dalam tubuh terdapat buffer asam-basa yaitu larutan yang terdiri dari dua atau lebih zat
kimia untuk mencegah terjadinya perubahan ion hydrogen. Keseimbangan asam-basa ditentukan
oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal.

1. Sistem Buffer
Buffer membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan menetralisir
kelebihan asam melalui pemindahan atau pelepasan ion hydrogen. Jika terjadi kelebihan
ion hydrogen pada cairan tubuh maka buffer akan meningkat ion hydrogen sehingga
perubahan pH dapat diminimalisir. Sistem buffer utama pada cairan ekstraseluler adalah
bikarbonat ) dan asam karbonat ( ). Selain itu untuk mempertahankan keseimbangan pH
juga berperan plasma protein,hemoglobin,dan posfat.

7
2. Pengaturan pernapasan
Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara mengeluarkan
karbondioksida. Karbondioksida secara kuat menstimulasi pusat pernapasan. Ketika
karbondioksida dan asam bikarbonat dalam darah meningkat pusat pernapasan distimulasi
sehingga menjadi meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan asam karbonat menjadi
turun. Apabila bikarbonat berlabihan maka jumlah pernapasan akan diturunkan.
Pengaturan pernapasan dan ginjal saling bekerja sama dalam mempertahankan
keseimbangan asam basa. Di paru-paru karbondioksida bereaksi dengan air membentuk
asam karbonat, yang kemudian asam karbonat akan dipecah di ginjal menjadi hidrogen
dan bikarbonat.
Paru-Paru Ginjal

CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H + HCO3


(asam karbonat)

3. Pengaturan oleh Ginjal


Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh ginjal relative lebih lama dibandingkan dengan
pernapasan dan sistem buffer yaitu beberapa jam atau beberapa hari stelah adanya
ketidak-seimbangan asam-basa. Ginjal mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan
pengeluaran selektif bikarbonat dan ion hydrogen. Ketika kelebihan hydrogen terjadi dan
pH menjadi turun (asidosis) maka ginjal mereabsorpsi bikarbonat dan mengeluarkan ion
hydrogen. Pada keadaaan alkalosis atau pH tinggi,maka ginjal akan mengeluarkan
bikarbonat dan menahan ion hydrogen. Normalnya kadar serum bikarbonat 22-26 mEq/L.

Keseimbangan Asam dan Basa dalam darah

Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.

Satuan derajat keasaman adalah pH:

 pH 7,0 adalah netral


 pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
 pH dibawah 7,0 adalah asam.

8
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat
memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat
kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh menggunakan 3
mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:

1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah.
Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu
larutan. Penyangga pH yang paliing penting dalam darah menggunakan bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida
(suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka
akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih
banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di
paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak
mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan
dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksidadarah
menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida
darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan
kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah
menit demi menit.

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan
salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.

9
1. Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau
terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
2. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau
terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari
sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya
masalah metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau
respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik
disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh
ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-
paru atau kelainan pernafasan.

2.3 Gangguan Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Asam dan Basa

1. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


A. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah
yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/Lt, mual,
muntah dan diare.
B. Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi
yang ditandai dengan addanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan
permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi,
suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi
demikian dapat disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan
sedangkan asupan garamnya sedikit.
C. Hipokalemia
Hipoklemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang
mengalami diare yang berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi,

10
turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah
dan lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus,
kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mEq/L.
D. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi,
sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian
kalium yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual,
hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare,
adanya kecemasan dan irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma
mencapai lebih dari 5 mEq/L.
E. Hipokalsemia
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang
ditandai de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium
dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/L dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang
dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan
sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
F. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang
dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan
vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot,
batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
G. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai
dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi,
disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L

11
H. Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang
ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari
2,5 mEq/L.

2. Gangguan Keseimbangan Asam dan Basa


A. Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH
darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah
merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat
dan lebih dalam.
B. Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH
darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk
menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon
dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan
cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme
tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam,
sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
C. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam
darah menjadi rendah.

12
D. Alkalosis Metabolic
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.

2.4 Faktor yang mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :

1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal
atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh. Misalnya :

13
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
6. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.

14
2.5 Proses Keperawatan Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit

I. Pengkajian
 Riwayat keperawatan
 Factor resiko terjadinya ketidakseimbangan
a. Usia
b. Penyakit kronik : kanker, gagal jantung kongestif, DM, cushing sindrom,
malnutrisi, gagal ginjal progresif, penyakit paru obstruksi menahun
c. Trauma : cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, luka bakar
d. Terapi : diuretic, steroid, terapi intravena, nutrisi parenteral total
e. Kehilangan melalui saluran gastrointestinal : gastroenteritis, pengisapan
nasogastrik, fistula
 Penghitungan intake (asupan) dan output (haluaran)
Asupan oral meliputi semua cairan yang dikonsumsi melalui mulut, selang
nasogastrik atau jejunostomi, likuid yang diberikan melalui cairan intravena, dan
darah atau komponen-komponen darah. Haluaran cairan meliputi urine, feces,
muntah, pengisapan gaster, drainase dari selang pasca bedah. Pengukuran umumnya
dilakukan secara rutin pada klien : pasca pembedahan, kondisi yang tidak stabil,
demam, asupan cairan yang dibatasi, klien yang menerima terapi diuretic atau
intravena, klien dengan kardiopulmonar kronik atau penyakit ginjal, dan status
kesehatannya menurun. Rumus Menentukan keseimbangan cairan tubuh :
Keseimbangan cairan tubuh = asupan – haluaran
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan laboratorium
Kadar elektrlolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi, konsentrasi
elektrolit pada plasma darah, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit yang sering
diukur natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat. Hitung darah lengkap adalah suatu
penetapan jumlah dan tipe sel darah putih dan sel darah merah per millimeter kubik
darah. Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal Pemeriksaan
berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine. Pemeriksaan gas darah arteri

15
memberikan informasi tentang status keseimbangan asam-basa dan tentang
keefktifa fungsi ventilasi dalam mengakomodasi pertukaran oksigen-karbon
dioksida secara normal. pH untuk mengukur konsentrasi ion hydrogen, PaCO2
mengukur tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri, Bikarbonat serum
adalah komponen lain dari gas darah arteri.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan :
a. Kehilangan plasma yang berkaitan dengan luka bakar
b. Muntah
c. Kegagalan mekanisme pengaturan
2. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan :
a. Edema
3. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan :
a. Disritmia yang berkaitan dengan ketidakseimbangan elektrolit
III. Perencanaan
a. Rencana asuhan keperawatan bertujuan untuk :
 Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa
 Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi
 Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk
mengembalikan status keseimbangan
IV. Implementasi
a. Mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
 Penggantian cairan secara enteral
Oral : Penggantian cairan secara oral dapat dilakukan selama klien tidak
muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah besar, atau tidak
mengalami obstruksi mekanis dalam saluran gastrointestinal, kecuali jika
dikontraindikasikan.
 Selang pemberi makanan (NGT)
 Pembatasan cairan

16
 Penggantian cairan dan elektrolit secara parenteral
 Nutrisi Parenteral Total (NPT)
 Terapi Intravena (IV)
 Penggantian darah (Transfusi)
b. Mengoreksi ketidakseimbangan asam basa
 Pemeriksaan Gas Darah Arteri
V. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan perawatan yang telah diberikan pada klien dan respon klien
terhadap terapi.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keseimbangan Cairan, Elektrolit, asam dan basa dalam tubuh sangatlah penting. Apabila tidak
dijaga maka dapat menimbulkan ketidakseimbangan seperti asidosis, alkalosis, hipokalsemia,
hiperkalsemia, hipomagnesia, hipermagnesia, dll. Adapun faktor yang mempengaruhi
keseimbangan tersebut antara lain : stres, pengobatan, pembedahan, kondisi sakit, diet, iklim, dan
umur. Adapun proses keperawatannya terdiri dari 5 tahap yaitu pengkajian, diagnosis, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
3.2 Saran
Hendaknya kita memahami konsep keseimbangan cairan, elektrolit, asam dan basa sehingga
nantinya kita dapat menjaga keadaan homeostatis tubuh kita.

18
DAFTAR PUSTAKA
Sacharin,Rosa M. 1994. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Aris, Setiawan dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mhasiswa Kebidanan. Jakarta: TIM

Uliyah, Musrifatul dkk. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

19

Anda mungkin juga menyukai