Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF) DI RUANG CENDRAWASIH RSUD


WANGAYA DENPASAR TANGGAL 01 AGUSTUS 2016

1. Definisi Dengue Hemoragic Fever (DHF)


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Sp., yang ditandai dengan demam
mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hali,
disertai tanda-tanda perdarahan pada kulit berupa bintik perdarahan (petechiae), lebam
(ecchymosis) atau ruam (purpura), kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah,
kesadaran menurun atau rejatan/shock (Depkes.RI, 1992b).
Definisi kasus DHF menurut WHO (1997) harus memenuhi kriteria-kriteria dibawah ini :
(Hadinegoro SRH, dkk, 2004)
a. Panas atau riwayat panas akut selama 2 - 7 hari, atau kadang- kadang bersifat bifasik.

Gambar 1.1 Ciri demam DHF atau demam pelana kuda

b. Manifestasi pendarahan, sekurang- kurangnya salah satu dari :


1) Uji tourniquet positif
2) Petekie, ekimosis atau purpura
3) Pendarahan mukosa saluran cerna, bekas suntikan atau tempat lain
4) Hematemesis atau melena

c. Trombositopenia (< 100.000 /µL)


d. Bukti adanya kebocoran plasma karena meningkatnya permeabilitas vaskular, sekurang-
kurangnya salah satu dari :
1) Kenaikan hematokrit > 20 % diatas nilai rata- rata hematokrit untuk populasi sesuai
dengan umur dan jenis kelamin
2) Tanda- tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites dan hipoproteinemia.

2. Klasifikasi Dengue Hemoragic Fever (DHF)


Ada 4 derajat klasifikasi penyakit DHF menurut WHO (1997 ) : (Hassan R, Alatas H.
Dengue, 1985)
a) Derajat I
Demam tinggi yang disertai gejala klinis yang tak khas dan satu-satunya manifestasi
pendarahan adalah uji rumple leed positip.
b) Derajat II
Seperti derajat I tetapi disertai pendarahan spontan di kulit dan atau pendarahan nyata lain
(petekie, pendarahan gusi, pendarahan hidung, hematemesis, melena).
c) Derajat III
Seperti derajat II yang disertai tanda – tanda adanya kegagalan sirkulasi yaitu denyut nadi
yang cepat dan kecil, tekanan nadi menurun atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit
menjadi dingin dan lembab, penderita tampak gelisah.
d) Derajat IV
Sudah terjadi syok dimana nadi tak teraba dan tekanan darah tak terukur.

3. Epidemiologi
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dan menyebabkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara yang paling
ringan, demam dengue (DD), DBD dan demam dengue yang disertai renjatan atau dengue
shock syndrom (DSS), ditularkan nyamuk aedes aegypti dan albocpitus yang terinfeksi. Host
alami DBD adalah manusia, agennya adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili
flaviridae dan genus flavivirus terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4.
Dalam 50 tahun terakhir, kasus DHF meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi
geografis ke negara-negara baru dan, dalam dekade ini dari kota ke lokasi pedesaan.
Penderitanya banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia
Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan Karibia.
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di daerah
perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian lain Amerika
Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan sekitar
50-100 juta orang setengahnya dirawat di rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian
setiap tahun ; diperkirakan 2,5 Milyar orang atau hampir 40% populasi dunia, tinggal di
daerah epidemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk
setempat.
Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropis dan subtropis bahkan
cenderung terus meningkat dan banyak menimbulkan kematian pada anak 90% diantaranya
menyerang anak dibawah 15 tahun. Di Indonesia, setiap tahunnya terjadi KLB di beberapa
provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004. Dengan jumlah penderita 79.480 orang
dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun-tahun berikutnya umlah kasus terus
naik tapi jumlah kematian turun secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah
kasus tahun 2008 sebanyak 1.187 orang atau case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun
2009 sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang CFR 0,89%.
Penalaran virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk subgenus Stegomnya
yaitu nyamuk aedes aegypti dan Ae. Albocpitus sebagai vektor primer dan Ae. Polynesiensis,
Ae. Scutellaris serta Ae. (finlaya) niveus sebagai vektor sekunder, selain itu juga terjadi
penularan transexsual dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan serta
penularan transovarial dari induk nyamuk ke keturunannya. Ada juga penularan virus dengue
melalui transfusi darah seperti terjadi di Singapura pada tahun 2007 yang berasal dari
penderita Asimptomatik. Dari beberapa cara penularan virus dengue, yang paling tinggi
adalah melalui penularan gigitan nyamuk Ae. Aegypti. Masa inkubasi ekstrinsik (di dalam
tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan inkubasi intrinsik (di dalam tubuh
manusia) berkisar antara 4-6 hari dan diikuti dengan respon imun.
Penelitian di Jepara dan Ujung Pandang menunjukan bahwa nyamuk aedes spp. Berhubungan
dengan tinggi rendahnya infeksi virus dengue di masyarakat tetapi infeksi tersebut tidak
selalu menyebabkan DBD pada manusia karena masih tergantung pada faktor lain sperti
vector capacity, virulensi virus dengue, status kekebalan host, dll. Vector capacity
dipengaruhi oleh kepadatan nyamuk yang terpengaruh iklim mikro dan makro, frekuensi
gigitan per nyamuk/hari, lamanya siklus gonotropik, umur nyamuk dan lamanya inkubasi
ekstrinsik virus dengue serta pemilihan hospes. Frekuensi nyamuk menggigit manusia,
diantaranya dipengaruhi oleh aktivitas manusia orang yang diam (tidak bergerak), 3,3 kali
akan menjadi lebih banyak digigit nyamuk ae. Aegypti dibandingkan dengan orang yang
lebih aktif, dengan demikian orang yang kurang aktif akan lebih besar resikonya untuk
tertular virus dengue. Selain itu, frekuensi nyamuk mengigit manusia juga dipengaruhi
keberadaan atau kepadatan manusia sehingga diperkirakan nyamuk ae.aegypti rumah yang
padat penghuninya akan lebih tinggi frekuensi menggigitnya terhadap manusia dibanding
yang kurang padat. Kekebalan host terhadap infeksi dipengaruhi oleh bebrapa faktor, salah
satunya adalah usia dan status gizi. Penderita DBD yang tercatat selama ini, tertinggi adalah
pada kelompok umur <15 tahun (95%) dan mengalami pergeseran dengan adanya
peningkatan proporsi penderita pada kelompok umur 15-44 tahun, sedangkan proporsi
penderita DBD pada kelompok umur >45 tahun sangat rendah seperti yang terjadi di Jawa
Timur berkisar 3,64%.

4. Etiologi dan Cara Penularan Dengue Hemoragic Fever (DHF)


Dengue Hemoragic Fever (DHF) diketahui disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue
merupakan RNA virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul
lipid. Virus ini termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili Flaviviridae, genus
Flavivirus. Flavivirus merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm,
mempunyai RNA positif sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitive terhadap
inaktivasi oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70o C, famili Flaviviridae
dan genus Flavavirus (Hadinegoro SRH, dkk, 2004). Virus dengue mempunyai 4 serotipe,
yaitu DEN 1, DEN2, DEN3, DEN4. vektor penularan nyamuk ini adalah Aedes aegypti. Di
Indonesia virus ini telah berhasil diisolasi dari darah penderita. Di Jakarta, daerah endemis
tinggi, dari sebagian besar penderita DHF derajat berat maupun yang meninggal dapat
diisolasi virus dengue tipe 3 (Hadinegoro SRH, dkk, 1999).
Selain virus terdapat 2 faktor lain yang berperan pada penularan infeksi virus dengue yaitu
manusia dan vektor perantara. Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti
betina, disamping pula Aedes albopictus betina (Hadinegoro SRH, dkk, 2004).
Aedes Sp. telah lama dikenal sebagai penyebar virus Dengue penyebab penyakit demam
berdarah dengue. Nyamuk ini sekarang ditemukan di negara-negara yang terletak di antara
garis lintang 450 Lintang Utara dan garis 350 Lintang Selatan, kecuali di tempat-tempat
dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.
Nyamuk Aedes Sp. dalam siklus hidupnya mengalami metamorfosa lengkap, sebagaimana
serangga lainnya dalam ordo Diptera. Stadium yang dialami meliputi stadium telur, larva,
pupa dan dewasa (Gerald D. Schimt, 2001).

5. Faktor Predisposisi
Salah satu faktor resiko penularan DHF adalah pertumbuhan penduduk perkotaan yang
cepat, mobilisasi penduduk karena baiknya sarana dan prasarana transportasi dan
terganggu atau melemahnya pengendalian populasi sehingga memungkinkan terjadinya
KLB. Factor resiko lainnya adalah kemiskinan yang mengakibatkan orang tidak
mempunyai kemampuan untuk menyediakan rumah yang layak dan sehat, pasokan air
minum dan pembuangan sampah yang benar. Tetapi di lain pihak, DBD juga bias
menyerang penduduk yang lebih makmur terutama yang biasa bepergian. Dari penelitian
di Pekan Baru Provinsi Riau, diketahui factor yang berpengaruh terhadap kejadian DBD
adalah pendidikan dan pekerjaan masyarakat, jarak antar rumah, keberadaan tanaman
hias, pekarangan, serta mobilisasi penduduk sedangkan tata letak rumah dan keberadaan
jentik tidak menjadi faktor resiko.

Faktor resiko yang menyebabkan munculnya antibody IgM anti dengue yang merupakan
reaksi infeksi primer, berdasarkan hasil penelitian di wilayah Amazon, Brazil adalah
jenis kelamin laki-laki, kemiskinan dan migrasi. Sedangkan faktor resiko terjadinya
infeksi sekunder yang menyebabkan DHF adalah jenis kelamin laki-laki, riwayat pernah
terkena DHF pada periode sebelumnya serta migrasi ke daerah perkotaan. Lingkungan
tempat tinggal yang kurang bersih. Kurangnya informasi mengenai DHF atau tingkat
pengetahuan masyarakat tentang DHF

5. Patofisiologi Dengue Hemoragic Fever (DHF)


Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian
akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai
factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui
endotel dinding itu.Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan
hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan beratnya
penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi
secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila
tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.
5.1 Bagan Patofisiologi

Virus dengue masuk melalui


gigitan nyamuk aedes aegypty

Bereaksi dng antibody

Hipertermi
Terbentuk kompleks virus antibody

Mengaktivasi system komplemen Agregasi trombosit Aktivasi


koagulasi

Melepaskan anafilatoksin
C3a & C5a Trombosit
Melepaskan histamine Aktivasi factor
hancur
& serotonin Hageman (XII)
Permeabilitas dinding
pembuluh darah Trombositopenia
Plasma hilang

Koagulasi intravaskuler Aktivasi system


kinin
Shock hipovolemik
Perdarahan
Permeabilitas dinding
pembuluh darah
Tirah baring Hipertermi
PK hemoragic

Intoleransi aktivitas Kekurangan


vol cairan

Sumber : Modifikasi dari Hendarwanto, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 1996, Diagnosa Keperawatan NANDA,
2006.
6. Manifestasi Klinis Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Manifestasi klinis infeksi dengue amat bervariasi dari yang amat ringan, demam tanpa
sebab yang jelas, hingga yang sedang seperti DF sampai ke DHF dengan manifestasi demam
akut, pendarahan serta kecenderungan terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa
inkubasi dengue antara 3- 15 hari, rata-rata 5- 8 hari (Hendrawanto, dkk, 1996).

Gejala klinis DHF diawali dengan demam mendadak, disertai dengan muka kemerahan, dan
gejala klinis tidak khas yang menyerupai gejala DF, seperti anoreksia, muntah, sakit kepala, dan
nyeri pada otot dan sendi. Gejala lain yaitu perasaan tidak enak di daerah epigastrium, nyeri di
bawah lengkung iga kanan, kadang-kadang nyeri perut dapat dirasakan di seluruh perut.
Terdapat 4 gejala utama DHF yaitu demam tinggi, fenomena pendarahan, hepatomegali, dan
kegagalan sirkulasi (Silalahi L. Demam Berdarah 2004)

Penyakit ini didahului demam tinggi yang mendadak, berlangsung terus menerus 2-7 hari,
kemudian turun secara cepat. Jenis pendarahan terbanyak adalah pendarahan kulit. Selain
gejala–gejala tersebut diatas dapat pula ditemukan manifestasi klinis yang tak lazim pada
berbagai organ tubuh, antara lain : sakit kepala, kejang demam, encepalopati dengue, edema
paru, gagal ginjal akut dan gejala gastroenteritis akut (Waspadalah Demam Derdarah, Depsos RI
web sites.

- Hemokonsentrasi, peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20% atau lebih.


Dua kriteria klinis pertama, di tambah dengan trombositopenia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan jumlah hematokrit, sudah cukup untuk menetapkan diagnosis klinis DHF. Efusi
pleura ( tampak melalui rontgen dada ) dan / atau hipoalbuminemia menjadi bukti penunjang
adanya kebocoran plasma. Bukti ini sangat berguna terutama pada pasien yang anemia dan /
atau mengalami perdarahan berat. Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi dan
trombositipenia memperkuat diagnosis terjadinya DHF / DSS. ( WHO, 2005 : 19 )

Pemeriksaan fisik, terdiri dari :


Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien (inspeksi adanya
lesi pada kulit). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah ke
jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah
jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan
menggunakan stetoskop (auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus).
Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Keadaan umum :
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut :
1) Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda vital
dan nadi lemah.
2) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi lemah, kecil,
dan tidak teratur serta tensi menurun.
4) Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis.
b. Kepala dan leher.
1) Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotobia,
pergerakan bola mata nyeri.
2) Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadang-kadang)
sianosis.
3) Hidung : Epitaksis
4) Tenggorokan : Hiperemia
5) Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah servikal
posterior.

c. Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.
Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
d. Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi turgor kulit dapat
menurun, suffiing dulness, balote ment point (Stadium IV).
e. Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
f. Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari tangan
dan kaki.
6. Pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
a. Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
b. Trambositopenia (≤100.000/ml).
c. Leukopenia.
d. Ig.D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
f. Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.

Pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
a. Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
b. Trambositopenia (≤100.000/ml).
c. Leukopenia.
d. Ig.D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
f. Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
10. Prognosis
Dengan perawatan yang cepat dan agresif, kebanyakan pasien sembuh dari demam berdarah
dengue. Namun, setengah dari pasien yang tidak diobati dan telah mengalami syok tidak
dapat bertahan hidup.

11. Penanganan
a. Konsumsi jenis makanan yang sehat.
Jangan lewatkan menu makanan dengan buah-buahan dan sayuran segar. Sayuran berdaun
hijau, buah jeruk, tomat dan kiwi dapat membantu menaikkan trombosit.
b. Jauhi makanan tertentu yang tidak sehat.
Makanan ini termasuk makanan olahan, gula halus, dan junk food. Juga hindari alkohol
dan minuman berkafein. Karena makanan dan minuman tersebut dapat menyebabkan jumlah
trombosit menjadi lebih turun karena dapat menghambat produksi oleh sumsum tulang.
c. Konsumsi Makanan yang mengandung Vitamin B12 dan asam folat
Vitamin B12 dan asam folat berperan penting dalam produksi elemen darah termasuk
trombosit. Makanan seperti bayam, buah jeruk, dan kacang kering, mengandung asam folat
yang tinggi. Sementara telur, susu, keju, hati, dan daging kambing kaya akan vitamin B12.

d. Konsumsi makanan yang mengandung asam lemak omega-3


Contoh jenis makanan yang mengandung omega-3, diantaranya ikan, minyak ikan, minyak
biji rami, tuna, dan salmon liar. Makanan yang mengandung asam lemak omega-3 akan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh secara alami dan dapat meningkatkan trombosit.
e. Suplemen Vitamin dan Mineral
Ini adalah pilihan ideal jika Anda tidak doyan atau sulit memperoleh buah-buahan atau
sayuran tertentu pilih yang mengandung zat-zat vitamin seperti tersebut di atas. Selain itu
Ambil 1.000 IU vitamin C setiap hari. Vitamin ini larut dalam air, sehingga diserap ke dalam
tubuh segera. Suplemen ini bekerja untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh dan dapat
menaikkan trombosit secara alami.

f. Minum air hangat


Air dingin dapat memperlambat saluran pencernaan, yang dapat mempengaruhi cara tubuh
untuk menyerap nutrisi. Sel-sel darah terbuat dari air dan protein, jadi jika Anda minum lebih
banyak air, Anda akan menghasilkan lebih banyak sel darah termasuk meningkatkan
trombosit.
g. Istirahat dan tidur yang cukup
Tidur yang cukup itu, setidaknya 7 sampai 8 jam per malam. Istirahat (tidur) yang cukup
dapat membantu tubuh kembali fresh dan akan memproduksi lebih banyak trombosit.

h. Hindari Aktifitas yang dapat menyebabkan perdarahan


Aktifitas fisik yang dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan termasuk Olahraga
atau kegiatan yang dapat menimbulkan cedera (benturan, goresan, atau luka).
i. Hindari Obat Tertentu
Hindari obat pereda nyeri dan penurun panas (demam) yang dapat menghambat produksi
dan fungsi trombosit, yaitu Aspirin dan Ibuprofen. Obat-obat tersebut dijual bebas jadi harap
berhati-hati.

INTERVENSI.
Nanda (2009) dan Doenges (2000), menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan yang
dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.
Tujuan Rencana Rasional
Ø Mempertahankan suhu a. Ukur tanda-tanda a. Suhu 38,90C-41,10C
tubuh normal. vital (suhu). menunjukkan proses
Ø KH : b. Berikan kompres penyakit infeksi akut.
· Suhu tubuh antara hangat. b. Kompres hangat
36 – 370C. c. Tingkatkan intake akan terjadi perpindahan
· Membrane mukosa cairan. panas konduksi.
basah. c. Untuk mengganti
· Nyeri otot hilang. cairan tubuh yang hilang
akibat evaporasi.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


Tujuan Rencana Rasional
Ø Kebutuhan cairan a. Observasi tanda- a. Penurunan sirkulasi
terpenuhi. tanda vital paling sedikit darah dapat terjadi dari
Ø KH : setiap tiga jam. peningkatan kehilangan
· Mata tidak cekung. b. Observasi dan cata cairan mengakibatkan
· Membrane mukosa intake dan output. hipotensi dan takikardia.
tetap lembab. c. Timbang berat b. Menunjukkan status
· Turgor kulit baik. badan. volume sirkulasi, terjadinya
d. Monitor pemberian / perbaikan perpindahan
cairan melalui intravena cairan, dan respon terhadap
setiap jam. terapi.
c. Mengukur
keadekuatan penggantian
cairan sesuai fungsi ginjal.
d. Mempertahankan
keseimbangan
cairan/elektrolit.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan


untuk mencerna makanan.
Tujuan Rencana Rasional
Ø Kebutuhan nutrisi a. Berikan makanan a. Mengganti
adekuat. yang disertai dengan kehilangan vitamin karena
Ø KH : suplemen nutrisi untuk malnutrisi/anemia.
Berat badan stabil atau meningkatkan kualitas b. Porsi lebih kecil
meningkat. intake nutrisi. dapat meningkatkan
b. Anjurkan kepada masukan.
orang tua untuk c. Mengawasi
memberikan makanan penurunan berat badan.
dengan teknik porsi kecil d. Mulut yang bersih
tapi sering secara bertahap. meningkatkan selera
c. Timbang berat makan dan pemasukan
badan setiap hari pada oral.
waktu yang sama dan e. Jelaskan pentingnya
dengan skala yang sama. intake nutrisi yang adekuat
d. Pertahankan untuk penyembuhan
kebersihan mulut klien. penyakit.
e. Jelaskan pentingnya
intake nutrisi yang adekuat
untuk penyembuhan
penyakit.
4. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan Rencana Rasional
Ø Perfusi jaringan perifer a. Kaji dan catat tanda- a. Penurunan sirkulasi
adekuat. tanda vital. darah dapat terjadi dari
Ø KH : b. Nilai kemungkinan peningkatan kehilangan
· TTV stabil. terjadinya kematian cairan mengakibatkan
jaringan pada ekstremitas hipotensi.
seperti dingin, nyeri, b. Kondisi kulit
pembengkakan kaki. dipengaruhi oleh sirkulasi,
nutrisi, dan immobilisasi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi


Tujuan Rencana Rasional
Ø Klien mengerti dan a. Tentukan a. Adanya keinginan
memahami proses kemampuan dan kemauan untuk belajar
penyakit dan pengobatan. untuk belajar. memudahkan penerimaan
b. Jelaskan rasional informasi.
pengobatan, dosis, efek b. Dapat meningkatkan
samping dan pentingnya kerjasama dengan terapi
minum obat sesuai resep. obat dan mencegah
c. Beri pendidikan penghentian pada obat dan
kesehatan mengenai atau interkasi obat yang
penyakit DHF. merugikan.
c. Dapat meningkatkan
pengetahuan pasien dan
dapat mengurangi
kecemasan.

D. IMPLEMENTASI.
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005).
1. Tindakan Keperawatan Mandiri.
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri dilakukan
oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien
demam.
2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota perawatan
kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi
masalah klien.

E. EVALUASI.
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja
perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat
mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam
diagnosa keperawatan (Perry Potter, 2005).
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi
pada pasien. Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :
a. Suhu tubuh pasien normal (360C - 370C), pasien bebas dari demam.
b. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
d. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.
e. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
f. Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda
vital dalam batas normal.
g. Infeksi tidak terjadi.
h. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
i. Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang
proses penyakitnya.

Anda mungkin juga menyukai