Anda di halaman 1dari 5

Makna Buanglah Sampah pada

Tempatnya
OPINI | 21 January 2014 | 21:32  Dibaca: 557     Komentar: 2     0

Sampah adalah salah satu masalah yang sampai sekarang tidak terpecahkan dan dapat dengan
mudah ditanggulangi. Pemerintah telah melakukan banyak cara untuk menanggulangi
sampah dengan memfasilitasi tempat pembuangan sampah disetiap sudut  jalan, memberi
himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya, serta memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang tanggung jawab terhadap membuang sampah. Ada banyak rumah-rumah
kreatif yang juga memilih sampah sebagai bahan daur ulang yang dapat diubah menjadi
sesuatu benda yang bernilai dan dapat memiliki fungsi kembali.

Sepertinya kesadaran untuk peduli terhadap sampah sangat minim. Tidak banyak kita temui
orang yang taat dan mematuhi untuk membuang sampah pada tempatnya. Kebanyakan
masyarakat menganggap dan tidak menyadari bahwa sampah yang kecil dapat menjadi
sebuah bencana yang besar dan membahayakan serta merugikan banyak orang. Dikota-kota
padat penduduk pasti berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dikeluarkan dan
dikumpulkan setiap harinya. Malah banyak masalah yang disebabkan oleh sampah timbulnya
di kota-kota besar seperti Jakarta, sebagian kota di provinsi Jawa Barat dan beberapa daerah
kota berkependudukan tinggi lainnya. Seharusnya orang-orang dikota besar yang pasti telah
mencicipi bangku pendidikan bisa lebih bijak dalam menyikapi sampah.

Kalau kita peduli, jeli dan sadar akan lingkungan, kita pasti bisa memahami makna kata
‘buanglah sampah pada tempatnya’. Kata ini seperti sebuah kata yang hanya ada untuk
menghias tempat-tempat sampah yang dilalaikan fungsinya itu. Secara tidak langsung,
banyak ajakan-ajakan yang tersirat dalam kata-kata yang bersifat menjaga itu. Pesan
komunikasi itu seperti sudah dianggap biasa dan tidak terlalu menjadi penghambat mata bagi
orang-orang yang membuang sampah sembarangan.

Lingkungan adalah alam yang harus kita jaga kelestariaannya. Kalau sekarang kita tidak bisa
menjaga lingkungan, apa yang akan kita terima ditahun-tahun berikutnya? Bencana apa yang
akan datang? Pasti semakin dan lebih membahayakan. Mulai sekarang tidak ada salahnya
untuk memperhatikan lingkungan dari yang terkecil terlebih dahulu, yaitu dengan membuang
sampah pada tempatnya. Kalau kita menjaga alam, alam pasti menjaga kita.

http://green.kompasiana.com/polusi/2014/01/21/makna-buanglah-sampah-pada-tempatnya-
628046.html

Jakarta (ANTARA News) - Membuang sampah pada tempatnya. Sangat sederhana dan mudah; tapi sulit sekali
dijadikan "budaya" bagi masyarakat kebanyakan, terutama di kota-kota besar. Sangat mudah menemukan
serakan dan tumpukan sampah berbagai rupa, di antaranya di Jakarta.

Sudah banyak produk perundangan, baik di tingkat nasional atau setempat melalui peraturan daerah,
diberlakukan untuk menggiring kebiasaan membuang sampah itu bisa konsisten dilakukan masyarakat.
Efektivitasnya masih menjadi tanda tanya besar dan bisa dibilang belum berarti secara signifikan.

Salah satu indikasinya adalah "perubahan peruntukan" sungai dan kali di kota-kota besar, yang menjadi "tempat
sampah besar" bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sungai atau kali-kali itu. Alhasil, banjir dan pencemaran
lingkungan menjadi paket hidup yang memperburuk kualitas hidup manusia.

Itulah sekelumit materi diskusi yang berkembang dalam CEO Breakfast, di Jakarta, Rabu. Hadir sejumlah
pemimpin puncak dan pemilik perusahaan besar dalam diskusi yang temanya berintikan penanggulangan
sampah dan pemanfaatan komunitas serta cara perusahaan dalam menunaikan tanggung jawab sosialnya
terkait sampah dan limbah.

CEO Breakfast digagas Indonesian Business Link, PT Danone Aqua, dan Kantor Berita ANTARA. Sudah sangat
jamak pada masa kini tiap perusahaan turut menganggap penting melestarikan bisnis dengan cara turut menjaga
kelestarian lingkungan dengan komunitas masyarakatnya. Ini juga menjadi paradigma baru bisnis yang sesuai
dengan konsep konservasi lingkungan dan memajukan masyarakat.

Sebetulnya, cara-cara menuju ke sana itu bisa dilakukan secara sederhana saja. Botol kemasan air mineral,
sebagai contoh kecil, dibuat memakai bahan plastik dengan formulasi baru yang lebih akrab lingkungan pula
lebih tipis tanpa mengurangi ketangguhan, sehingga bisa mengurangi biaya produksi.

Dari botol air mineral itu, jika isinya sudah dikonsumsi, bisa dimanfaatkan (lagi) untuk keperluan berbeda.
Misalnya untuk menyimpan bahan-bahan cair yang tidak melarutkan plastik penyusunnya. "Misalnya untuk
menyimpan air cadangan radiator mobil," kata seorang petinggi perusahaan yang hadir dalam gelaran itu.

Kembali ke cara membuang sampah. Kebanyakan tempat sampah di Indonesia masih sangat seadanya dan
tidak menggugah orang untuk mau membuang sampah di dalamnya, padahal pemerintah setempat telah
mengeluarkan biaya cukup besar untuk membeli tempat-tempat sampah itu. 

Kini ada RVM alias Reverse Vending Machine. Ini adalah mesin gabungan teknologi mekanis dan elektronika
yang dikemas dalam bentuk menarik untuk mencacah botol-botol bekas kemasan air mineral. Lebih canggih lagi,
bisa memberi "balas jasa" kepada orang yang membuang botol plastik bekas itu berupa uang logam!

Menurut pihak yang mendatangkan mesin ini --baru ada dua di Indonesia, yang satu lagi dipasang di Ruang
Diorama Monumen Nasional, Jakarta Pusat-- bentuk "balas jasa" itu bisa berupa-rupa. Cara memakai mesin ini
sangat mudah, botol bekas air kemasan itu dipindai di titik yang telah disediakan, setelah semuanya oke,
masukkan botol itu ke dalam mulut yang disediakan.

Tunggu sebentar, terdengar suara pelan, dan kemudian keluarlah "balas jasa" itu… Buang sampah pada
tempatnya bisa jadi menyenangkan, khan? (*)

http://www.ksdasulsel.org/artikel/68-artikel/309-buang-sampah-pada-tempatnya-itu-
menyenangkan

Sampah merupakan limbah padat baik mengandung zat organik dan zat anorganik yang sudah
tidak diperlukan lagi bagi manusia, namun harus diolah terlebih dahulu agar tidak
membahayakan lingkungan. Dari definisi sampah ini, tentunya kita dapat menilai bahwa sampah
dapat membahayakan lingkungan yang akan berdampak nantinya pada kesehatan manusia.

Dewasa ini, banyak masyarakat yang tidak tahu ataupun tidak mau tahu tentang dampak yang
ditimbulkan oleh sampah apabila dibuang begitu saja. Banyaknya “cara” manusia untuk
membuang sampah sesuka hati mereka seakan-akan bumi ini adalah “tong sampah raksasa”.
Sampah yang dibuang dipinggiran jalan mungkin sudah menjadi hal yang biasa di Indonesia.
Tanpa sengaja ataupun dengan sengaja, biasanya penikmat jalan menyumbangkan sampahnya
ke jalanan baik itu sampah botol minuman, kertas, bungkus permen, ataupun plastik
pembungkus makanan.

Tidak terdapatnya jumlah tong sampah yang memadai di pinggiran jalan juga mengakibatkan
masyarakat membuang sampah begitu saja ke jalanan. Budaya malas dan hidup tidak teratur
biasanya menjadi penyebab utama mengapa sampah dapat dibuang begitu saja sehingga dapat
merusak estetika kota. Sudah banyak pastinya dampak yang dialami manusia dari sampah,
seperti banjir, bau busuk dari penumpukkan sampah, serta pandangan mata yang tidak indah,
namun sangat disayangkan kesadaran dan niat dari masyarakat Indonesia untuk membuang
sampah pada tempatnya sangat kecil sekali.

Tidak jarang kita temui di sepanjang jalan tertulis spanduk dengan Undang-Undang sampah
serta sanksi yang akan diberikan apabila membuang sampah di daerah itu, namun tepat di
bawah spanduk itu bertumpuk sampah. Masyarakat seakan tidak mau tahu dengan adanya
peraturan ini, mereka tidak memikirkan bagaimana tempat lain akan menjadi kotor, yang
terpenting adalah asalkan jangan rumah saya yang kotor. Sifat ini tentunya tidak baik apabila
masih terus dipertahankan sampai generasi-generasi berikutnya.

Dulunya sampah tidak menjadi masalah namun semakin lama jumlah sampah semakin
meningkat dan mengakibatkan sampah menumpuk. Sebenarnya, lingkungan memiliki
kemampuan sendiri untuk mendaur ulang sampah-sampah yang ada, namun lamanya waktu
penguraian sampah itu tergantung dari komposisi sampah. Lamanya proses pendaur ulangan
alami yang dilakukan lingkungan mengakibatkan sampah menumpuk. Contohnya, sampah
plastik dapat diuraikan oleh lingkungan selama 50-80 tahun dengan bantuan mikroorganisme.
Selama 50 tahun sampah itu diuraikan tentunya ada sampah lain yang dihasilkan oleh manusia
sehingga mengakibatkan sampah-sampah tadi menjadi menumpuk.

Melihat permasalahan dan ancaman yang akan ditimbulkan oleh sampah, tentunya pemerintah
harus mampu menangani sampah. Adanya Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 yang mengatur
tentang pengolahan dan penanganan sampah menjadi salah satu upaya pemerintah Indonesia
untuk mengatasi masalah sampah yang ada. Hal ini didukung pula dengan adanya Perda pada
tiap-tiap provinsi di Indonesia. Hal ini merupakan kebijakan yang baik dari pemerintah, namun
sampai sekarang penegakannya belum terlihat sama sekali.

Pemerintah dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang dampak sampah baik bagi
kesehatan atau bencana alam. Pemerintah juga harus menjelaskan kepada masyarakat tentang
denda yang sudah diatur dalam Undang-Undang berkisar antara 100 ribu- 20 juta. Karena
terkadang masyarakat, terutama masyarkat yang berada jauh dari perkotaan tidak tau dengan
adanya Undang-Undang ini.

Masyarakat yang tahu ada peraturannya saja masih sering melanggarnya, apalagi yang tidak
tahu. Sosialisasi ini dapat pemerintah lakukan dengan membuat pemberitahuan di tv, ataupun
sosial media. Untuk menjangkau ke daerah-daerah yang terpencil dapat dilakukan secara
langsung seperti penyuluhan ataupun disisipkan sebagai pengumuman di pertemuan RT dan
RW. Pemerintah ataupun pihak berwajib tidak boleh ragu-ragu dalam menangkap ataupun
menghukum setiap oknum yang membuang sampah sembarangan. Berita penangkapan ini
dapat di sebar luaskan kepada masyarakat luas dan memberi rasa takut bagi masyarakat yang
membuang sampah sembarangan.

Penangkapan dan pemberian denda ataupun kurungan penjara tentunya akan membuat
masyarakat jera dan tidak melakukan perbuatannya yang salah. Untuk menjalankan hal ini
pemerintah perlu bekerja sama dengan instansi terkait ataupun membentuk suatu instansi baru
untuk mengawasi masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Penegakkan hukum tidak
“memandang bulu”, mengingat dampak-dampak dari sampah yang dibuang begitu saja oleh
masyarakat.

Pemerintah juga dapat melakukan gerakan-gerakan yang baru untuk mendukung masalah ini,
seperti memberikan hadiah kepada masyarakat yang melaporkan masyarakat lain yang
membuang sampah sembarangan. Pelaporan ini harus disertai dengan bukti seperti foto dan
sebagainya. Hal ini dapat memicu semangat masyarakat untuk tidak membuang sampah
mengingat dendanya yang tidak sedikit, dan juga masyarakat dapat memantau lingkungan
sekitarnya. Tentunya ini memberikan keuntungan sendiri bagi masyarakat yang melaporkan dan
memberikan jera bagi masyarakat yang membuang sampah sembarangan.

Pemerintah juga harus memperbaiki sistem pengolahan sampah agar lebih teratur, seperti pola
pengangkutan dan  pembuangan akhir. Truk-truk pengangkut sampah sebaiknya tertutup agar
sampah yang diangkut tidak dapat diterbangkan oleh angin dan mengganggu pengguna jalan
lain dan tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.

Apabila dari diri masyarakat sendiri sudah tertib untuk membuang sampah pada tempatnya, dan
pemerintah dapat lebih tegas dalam menegakkan hukum, negara kita bisa sama dengan negara
tetangga seperti Malaysia dan Singapura dengan kota yang bersih dan indah. Negara yang
bersih tentunya menjadi daya tarik sendiri untuk wisatawan mengunjunginya, mengingat
Indonesia negara yang indah dan ditambah bebas dari sampah.

http://writing-contest.bisnis.com/artikel/read/20140401/380/216597/penegakan-hukum-terhadap-
pembuangan-sampah-sembarangan

Mudah namun sulit diterapkan. Kalimat singkat ini mungkin bisa menggambarkan  kepedulian kita terhadap
pelestarian lingkungan hidup. Membangun kesadaran masyarakat yang mempunyai wawasan lingkungan luas
merupakan “pilar” dalam menjaga kondisi lingkungan benar-benar jauh dari berbagai sumber kerusakan dan
pencemaran. Pada dasarnya masalah lingkungan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan disebabkan oleh
tangan-tangan manusia sendiri. Seperti dikemukakan Dr. M Bahri Ghazali (2007) bahwa kesadaran lingkungan
merupakan syarat mutlak bagi pengembangan lingkungan secara efektif. Artinya tanpa adanya kesadaran
tentang lingkungan hidup bagi manusia maka tentu pengembangan lingkungan ke arah yang bermanfaat tidak
akan tercapai. Tantangan lingkungan paling berat yang dialami umat manusia di muka bumi dewasa ini adalah
terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan global diakibatkan pembakaran bahan bakar
fosil, terutama batubara, minyak bumi, dan gas alam yang berlebihan. Belum lagi permasalahan sampah,
ditambah dengan kerusakan alam yang menyebabkan pengurangan penyerapan emisi karbon dari hutan. Hal ini
seharusnya dapat menumbuhkan kesadaran pada diri akan lingkungan hidup, berupa pemanfaatan dan
pengembangannya.

Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mengetahui pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Namun
pada kenyataannya hanya sebagian kecil saja dari masyarakat  kita yang memiliki pengetahuan tersebut mau
dan mampu melakukan kegiatan penyelamatan lingkungan sebagai suatu kebiasaan, budaya dan gaya hidup
sehari-hari. Masyarakat kita pada umumnya menyadari bahwa membuang sampah sembarangan dapat
mengakibatkan bencana banjir. Membabat hutan dapat menyebabkan bencana tanah longsor, kekeringan dan
sebagainya. Namun sekedar sadar saja tentu tidak cukup dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup kita.
Dibutuhkan banyak kader atau agen perubahan terutama kepada generasi muda untuk mendorong program
peduli lingkungan menjadi suatu kebiasaan yang membudaya di masyarakat. Hingga saat ini jumlah manusia
yang peduli dengan lingkungan tidak sebanding dengan jumlah manusia yang tidak peduli dengan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai