Anda di halaman 1dari 14

Artikel : Rintihan Suara Warga Soal Tumpukan Sampah Cikapundung

Baban Gandapurnama - detikNews

Foto: Baban Gandapurnama

Bandung - Lagi-lagi sampah menumpuk di Sungai Cikapundung yang melintasi


Kampung Cijagra dan Leuwibandung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Aksi bebersih
dan angkut berkubik-kubik limbah oleh aparat gabungan nampaknya belum
menuntaskan masalah. Rintihan salah satu warga Cijagra, Desa Bojongsoang,
Kecamatan Bojongsoang, ini setidaknya mewakili suara masyarakat setempat soal
permasalahan horor sampah di lokasi tersebut.
Asep Rahmat (36) kesal lantaran sampah terus-terusan menggenangi aliran
Cikapundung. Ragam sampah mayoritas limbah rumah tangga ini menggunduk di
bawah Jembatan Cijagra.
"Aksi bersih-bersih tumpukan sampah oleh aparat gabungan pada pekan lalu
seperti percuma. Upaya begitu, menurut saya bukan solusi. Nyatanya hari ini sampah
masih menumpuk," ucap Asep saat ditemui di jembatan Citarum, Kecamatan
Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Rabu (30/3/2016).
Arus Cikapundung di perkampungan tersebut nantinya bermuara ke Sungai
Citarum. Keberadaan sampah yang berhari-hari dibiarkan menumpuk membuat warga
berada di bantaran Cikapundung tidak nyaman. Bau menyengat menyeruak dari
gundukan aneka sampah. Aromanya tak sedap.
Sampah-sampah sulit terseret arus Cikapundung lantaran nyangkut di bawah
Jembatan Cijagra. Kondisi makin parah karena limbah dari hulu sungai datang
bergelombang menuju jembatan lalu tertahan lajunya sehingga volume sampah
bertambah.
"Jangan salahkan pemimpin pemerintahan. Lalu jangan saling menyalahkan.
Sudah saatnya mengubah pola pikir masyarakat, ya jangan buang sampah seenaknya
saja ke sungai," tutur Asep.
Pria berkumis ini menilai solusi apapun yang digulirkan pemerintah berkaitan
penanganan sampah di Sungai Cikapundung bakal sulit berhasil jika masyarakat masih
tetap membuang limbah ke sungai. Menurut dia, kesadaran dan kecintaan masyarakat
terhadap sungai agar bersih seharusnya tertanam dalam benak.
"Okelah sampah diangkut, terus bersih. Enggak lama, sampah kembali datang.
Percuma kan. Makanya, mari ubah pola pikir, jangan membuang sampah jenis apapun
ke sungai," ujar bapak dua anak ini.
Warga setempat, sambung Asep, wajar kebingungan mengatasi sampah-sampah
menutup Cikapundung. Bingung karena siapa yang nanti mengangkut sampah setelah
dikumpulkan warga di atas sungai.
Akhirnya, dia melanjutkan, warga sengaja menghanyutkan sampah setelah
kondisi air sungai surut. "Sampah-sampah dihanyutkan itu bukan solusi. Memang
menyelesaikan masalah di titik tumpukan sampah, tapi membuat masalah baru di aliran
sungai lain," ucap Asep.
(bbn/ern)
Latar Belakang

“Membuang sampah sembarangan”


Perilaku tersebut mungkin sudah tidak asing lagi di telingan kita sebagai orang
“Indonesia”, membuang sampah sembarangan sudah menjadi hal yang lazim untuk saat
ini, padahal kita tahu efek dari itu semua sangatlah tidak baik bagi kesehatan maupun
lingkungan. Seolah-olah hal yang biasa kita seakan-akan mengabaikan efek negative
dari membuang sampah sembarangan itu. Jadi apa apakah kita akan terus seperti itu ?
Tentunya tidak. Pelanggaran etika tersebut tentunya akan teratasi apabila kita
membiasakan untuk bertanggung jawab dari hal kecil seperti membuang sampah pada
tempatnya.
Membuang sampah sembarangan merupakan salah satu pelanggaran etika yang
sering kita jumpai dan tanpa kita sadari kita yang melakukannya sendiri, ada banyak
dampak negative yang ditimbulkan dari membuang sampah sembarangan yaitu seperti
banjir, wabah penyakit dan tentunya kerusakan lingkungan yang lainnya.
Gambar di atas adalah contoh dari pelanggaran etika yaitu membuang sampah
sembarangan ke sungai, mungkin terlihat bukan permasalahan yang besar, tetapi kalau
kita pikir secara luas maka itulah awal dari efek negative yang kemudian merugikan
masyarakat luas
Salah satu penyebab rusaknya lingkungan pada saat ini adalah suatu kebiasaan
yang kecil tapi berdampak besar bagi suatu lingkungan adalah suatu budaya membuang
sampah. Sampah yang tidak bisa diolah yaitu sampah plastik. Karena dalam hal ini
sampah plastik tidak bisa diuraikan oleh organisme dan melekat pada tanah. Dalam hal
ini plastik mengandung banyak kandungan bahan kimia, banyak darinya yang tidak
berwarna, berasa dan berbau, namun potensial menimbulkan bahaya kesehatan.
Sebagian besar dampak yang diakibatkannya memang berdampak jangka panjang,
seperti kanker, kerusakan saraf, gangguan reproduksi dan lain-lain. Sifat racun sintetis
yang tidak berbau dan berwarna, dan dampak kesehatannya yang berjangka panjang,
membuatnya lepas dari perhatian kita. Kita lebih risau dengan gangguan yang langsung
bisa dirasakan oleh panca indera kita. Hal ini terlebih dalam kasus sampah, di mana
gangguan bau yang menusuk dan pemandangan (keindahan/kebersihan) sangat menarik
perhatian panca indera kita. Begitu dominannya gangguan bau dan pemandangan dari
sampah inilah yang telah mengalihkan kita dari bahaya racun dari sampah, yang lebih
mengancam kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita.

Apa sih yang di maksud dengan sampah?

Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik
bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi
dan dibuang kelingkungan.
Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :
1. Sampah dari pemukiman penduduk, pada suatu pemukiman biasanya
sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau
asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa
makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.
2. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan, tempat-tempat
umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan
melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup
besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti
pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa
makanan, sayuran busuk, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-
kaleng serta sampah lainnya.

Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian kecil
saja dari sumber- sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari sampah.

Penyebab perilaku membuang sampah sembarangan

Penyebab utama bagaimana perilaku membuang sampah sembarangan ini bisa


terbentuk dan bertahan kuat di dalam perilaku kita adalah:
1. Sistem kepercayaan masyarakat terhadap perilaku membuang sampah.
Kemungkinan di dalam pikiran alam bawah sadar, masyarakat menganggap
bahwa membuang sampah sembarangan ini bukan sesuatu hal yang salah dan
wajar untuk dilakukan. Sangatlah mungkin masyarakat merasa bahwa perilaku
membuang sampah sembarangan ini bukan suatu hal yang salah dan tidak
berdosa.
2. Norma dari lingkungan sekitar seperti keluarga, tetangga, sekolah,
lingkungan kampus, atau bahkan di tempat-tempat pekerjaan. Pengaruh
lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam munculnya suatu perilaku.
Perilaku membuang sampah sembarangan ini tentu tidak akan pernah lepas dari
pengaruh lingkungan sekitar. Saat ini, dalam menangggapi masalah
pembuangan sampah sembarangan sudah menjadi pola perilaku di masyarakat
yang “biasa” atau legal karena semua orang melakukannya. Secara tidak sadar
maka perilaku membuang sampah sembarangan akan menjadi suatu bentukan
perilaku yang terinternalisasi di dalam pikiran bahwa membuang sampah
sembarangan bukanlah hal yang salah. Perlu diingat, cara seseorang manusia
belajar yang paling mudah adalah dengan imitasi dan sebagain besar masyarakat
belajar suatu perilaku adalah dengan imitasi.
3. Kontrol perilaku yang dirasakan seseorang akan melakukan suatu tindakan
yang dirasa lebih mudah untuk dilakukannya karena tersedianya sumber daya.
Jadi, orang tidak akan membuang sampah sembarangan bila tersedia banyak
tempat sampah di pinggir jalan.

Permasalahan Sampah di Kota Bandung

Sampah yang menumpuk di Sungai Cikapundung yang melintasi Kampung Cijagra


dan Leuwibandung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat kembali menggunung. Aksi
bebersih dan angkut berkubik-kubik limbah oleh aparat gabungan nampaknya belum
menuntaskan masalah.
Warga sekitar menjadi kesal lantaran sampah terus-terusan menggenangi aliran
Cikapundung. Ragam sampah mayoritas limbah rumah tangga ini menggunduk di
bawah Jembatan Cijagra. Aksi bersih-bersih tumpukan sampah oleh aparat gabungan
pada pekan lalu seperti percuma. Karena beberapa hari kemudian sampah telah
menumpuk lagi.
Arus Cikapundung di perkampungan tersebut nantinya bermuara ke Sungai
Citarum. Keberadaan sampah yang berhari-hari dibiarkan menumpuk membuat warga
berada di bantaran Cikapundung tidak nyaman. Bau menyengat menyeruak dari
gundukan aneka sampah. Aromanya tak sedap. Sampah-sampah sulit terseret arus
Cikapundung lantaran tersangkut di bawah Jembatan Cijagra. Kondisi makin parah
karena limbah dari hulu sungai datang bergelombang menuju jembatan lalu tertahan
lajunya sehingga volume sampah bertambah.
Solusinya adalah kesadaran dan kecintaan masyarakat terhadap sungai agar bersih
seharusnya tertanam dalam benak. Warga hendaknya merubah pola pikir, jangan
membuang sampah jenis apapun ke sungai.

Apa sih Dampak yang Ditimbulkam Sampah bagi Kesehatan dan


Lingkungan?

a. Dampak bagi kesehatan


Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang
tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik
bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
 Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit
demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
 Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
 Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah.
 Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg).
Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
memproduksi baterai dan akumulator.

b. Dampak Terhadap Lingkungan


Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan
gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi
tinggi dapat meledak.
Sampah yang dibuang ke lingkungan menimbulkan dampak bagi manusia dan
lingkungan. Dampak terhadap manusia terutama menurunnya tingkat kesehatan.
Disamping itu, sampah juga mengurangi estetika, menimbulkan bau tidak sedap.
Sampah juga berdampak terhadap lingkungan, baik ekosistem perairan maupun
ekosistem darat.
Sampah yang dibuang dari berbagai sumber dapat dibedakan menjadi sampah
organik dan anorganik. Pada satu sisi sampah organik dapat menjadi makanan bagi ikan
dan makhluk hidup lainnya, tetapi pada sisi lain juga dapat sampah juga dapat
mengurangi kadar oksigen dalam lingkungan perairan. Sampah anorganik dapat
mengurangi sinar matahari yang masuk ke dalam lingkungan perairan. Akibatnya,
proses esensial dalam ekosistem seperti fotosintesis menjadi terganggu.
Sampah organik maupun anorganik juga membuat air menjadi keruh. Kondisi ini
akan mengurangi organisme yang dapat hidup dalam kondisi tersebut. Akibatnya
populasi hewan maupun tumbuhan tertentu berkurang
Sampah yang dibuang ke dalam ekosistem darat dapat mengundang organisma
tertentu untuk datang dan berkembangbiak. Organisma yang biasanya memanfaatkan
sampah, terutama sampah organik, adalah tikus, lalat, kecoa dan lain-lain. Populasi
hewan tersebut dapat meningkat tajam karena musuh alami mereka tidak sudang sangat
jarang.

Lantas bagaimana solusi untuk mengurangi jumlah sampah?

Ada beberapa hal yang bisa kita dilakukan oleh masyarakat untuk meminimalkan
timbunan sampah yang dihasilkan, yaitu:
1. Mengurangi pola konsumsi / belanja yang berlebihan.
2. Mengusahakan untuk tidak membungkus makanan dan membawa pulang
kerumah.
3. Menggunakan produk dengan sistem refill (isi ulang).
4. Melakukan pemilahan sampah. Sediakan tempat khusus untuk sampah
plastik/kertas/kaca/kaleng yang mungkin masih bernilai ekonomis yang
nantinya bisa anda jual.
5. Memanfaatkan kembali barang bekas. Misal, botol kaca bekas syrup bisa
digunakan untuk tempat air atau mungkin anda bisa melakukan hal-hal kreatif
terhadap barang tersebut.
6. Sebisa mungkin melakukan komposting terhadap sampah kebun dan sampah
basah sehingga bisa digunakan sebagai pupuk untuk kebun/taman sendiri atau
dijual.
7. Jangan pernah bosan mengingatkan diri sendiri, teman, dan keluarga untuk
melakukan hal-hal diatas.
Jangan pernah merasa bahwa apa yang anda lakukan ini sia-sia. Memang
dampak bagi anda mungkin kecil, tapi jika setiap orang melakukan hal ini, maka
bisa jadi apa yang kita lakukan diatas dapat mengurangi jumlah sampah yang
harus dibuang ke TPA. Tanpa mengubah persepsi tentang sampah maka peran
serta masyarakat dalam menanggulangi masalah sampah akan terbatas

Membuang Sampah Sembarangan dari Segi Etika

Membuang sampah sembarangan merupakan salah satu pelanggaran etika yang


sering di jumpai dan tanpa kita sadari kita yang melakukannya sendiri, ada banyak
dampak negative yang ditimbulkan dari membuang sampah sembarangan yaitu seperti
banjir, wabah penyakit dan tentunya kerusakan lingkungan yang lainnya.
Membuang sampah sembarangan ke sungai, mungkin terlihat bukan permasalahan
yang besar, tetapi kalau kita pikir secara luas maka itulah awal dari efek negative yang
akan kita rasakan dari pelanggaran etika tersebut, seperti yang telah di paparkan diatas
tentang dampak dari membuang sampah sembarangan.
Dari topik pembahasan kita kali ini yaitu tentang pelanggaran etika “Membuang
sampah sembarangan” . Masalah sampah yang dibuang tidak pada tempatnya menjadi
boomerang bagi umat manusia. Kesadaran yang sangat penuh dari tiap-tiap insan
terkadang jarang tercermin dari kesehariannya. Oleh karena itulah, belakangan ini
banyak grup, lembaga pemerintahan maupun non pemerintahan bahkan pribadi-pribadi
yang “ringan tangan” dan “ramah” mulai menggerakkan komunitasnya untuk turun
secara aktif membersihkan sampah. Caranya bermacam-macam, mulai dari orang yang
diam-diam mengelola sampah pribadi di rumah maupun ketika dimana saja, sampai
teriakan lantang dan sapaan ramah penggiat lingkungan memberikan selebaran untuk
dibaca orang banyak. Mirisnya, hal itu belum menyentuh semua lapisan masyarakat.
Racun dari sampah saat ini telah banyak berubah. Setengah abad yang lalu
masyarakat belum banyak mengenal plastik. Mereka lebih banyak menggunakan
berbagai jenis bahan organis. Di awal dasawarsa 1980, orang masih menggunakan tas
belanja dan membungkus daging dengan daun jati. Sedangkan sekarang kita
berhadapan dengan sampah-sampah jenis baru, khususnya berbagai jenis plastik. Sifat
plastik dan bahan organis sangat berbeda. Bahan organis mengandung bahan-bahan
alami yang bisa diuraikan oleh alam dengan berbagai cara, bahkan hasil penguraiannya
berguna untuk berbagai aspek kehidupan. Sampah plastik dibuat dari bahan sintetis,
umumnya menggunakan minyak bumi sebagai bahan dasar, ditambah bahan-bahan
tambahan yang umumnya merupakan logam berat (kadnium, timbal, nikel) atau bahan
beracun lainnya seperti Chlor. Racun dari plastik ini terlepas pada saat terurai atau
terbakar. Penguraian plastik akan melepaskan berbagai jenis logam berat dan bahan
kimia lain yang dikandungnya. Bahan kimia ini terlarut dalam air atau terikat di tanah,
dan kemudian masuk ke tubuh kita melalui makanan dan minuman.

Membuang Sampah Sembarangan dari Segi Hukum


Dalam rangka penegakan hukum lingkungan tentang sampah secara umum memiliki tiga
sarana penegakan hukum yaitu, hukum administrasi, hukum pidana dan hukum perdata.
1. Hukum Administratif
Dalam hukum administrasi, penggunaan sanksi administrasi merupakan penerapan
kewenangan pemerintahan. Sanksi administrasi adalah sanksi yang muncul dari
hubungan antara pemerintah dengan warga Negara dan yang dilaksanakan tanpa
perantara pihak ketiga, yaitu tanpa perantara kekuasaan peradilan, tetapi dapat
secara langsung dilaksanakan oleh administrasi sendiri.

Dikota Bandung sanksi administrasi terhadap pelanggaran sampah diatur dalam :


 PERDA K3 No 03 Tahun 2005
Setiap orang yang melanggar ketentuan pasal 6, Pasal 7, Pasal 14 ayat (2), Pasal
22, Pasal 23 ayat (1), Pasal 24 ayat (1), Pasal 25 ayat (3), Pasal 26, Pasal 30,
Pasal 31, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, serta Pasal 41
dikenakan pembebanan biaya Paksaan Penegakan Hukum.
 UU No 18 Tahun 2008
Bupati/walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada pengelola
sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan.
Maka sanksi Administrasinya dapat berupa: Paksaan pemerintahan; Uang paksa;
dan/atau, Pencabutan izin.
 UUPPLH No 32 Tahun 2009
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administrative
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan. Maka sanksi administrasi nya
dapat berupa ; Teguran tertulis, Paksaan pemerintah, dapat berupa ; Penghentian
sementara kegiatan produksi; Pemindahan sarana produksi; Penutupan saluran
pembuangan air limbah atau emisi;Pembongkaran; Penyitaan terhadap barang
atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaran; Penghentian sementara
seluruh kegiatan; atau Tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan
pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup. Pembekuan
izin lingkungan; atau Pencabutan izin lingkungan
Pengenaan sanksi administratif Dalam pembekuan dan pencabutan izin
lingkungan dilakukan apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak
melaksanakan paksaan pemerintah

2. Penegakan Hukum Pidana


Penegakan hukum pidana dalam UUPPLH diatur mulai dari Pasal 94-Pasal 120
adalah delik material yang menyangkut penyiapan alat bukti dan penentuan hubungan
kausal antara perbuatan pencemar dan tercemar, serta ketentuan sanksinya. Tata cara
penindakannya tunduk pada UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).
Sanksi pidana terhadap pencemaran sampah antara lain diatur dalam Pasal Pasal 98:
 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau
kriteria baku kerusakan lingkunganhidup dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
 Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang
luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling
sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak
Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
 Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang
luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

Untuk pelanggaran sampah penegakan hukumnya sudah diatur secara khusus diatur
dalam Pasal 40 UU No. 18 Tahun 2008 yaitu :
 Pengelola sampah yang secara melawan hukum dan dengan sengaja melakukan
kegiatan pengelolaan sampah dengan tidak memperhatikan norma, standar,
prosedur, atau kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
masyarakat, gangguan keamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan
lingkungan diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang
mati atau luka berat, pengelola sampah diancam dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
sedikit Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000
(lima miliar rupiah).

Sedangkan khusus untuk penegakan hukum pidana atas pelanggaran sampah di


Kota Bandung diatur dalam Pasal 49 Perda K3 No. 3 Tahun 2005 tentang
penyelenggaraan ketertiban , kebersihan dan keindahan yaitu :
 Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 6 , Pasal 7, Pasal 14 ayat
(2), Pasal 22 , Pasal 23, Pasal 24 ayat (1), Pasal 25 ayat (3),Pasal 26, Pasal 30,
Pasal 31, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40 serta Pasal 41 diancam
dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan/ataudenda paling banyak
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

3. Penegakan Hukum Perdata


Secara umum penegakan hukum atas terjadinya pelanggaran sampah secara hukum
perdata adalah berupa tanggung jawab yaitu ganti kerugian berupa materi yang tunduk
pada ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam UUPPLH penegakan
hukum perdata diatur dalam pasal 87 ayat (1) yaitu :
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan
melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti
rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

Dalam UU No. 18 Tahun 2008 diatur dalam Pasal 35 yaitu :


 Penyelesaian sengketa persampahan di dalam pengadilan dilakukan melalui
gugatan perbuatan melawan hukum.
 Gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mensyaratkan penggugat membuktikan unsur-unsur kesalahan, kerugian, dan
hubungan sebab akibat antara perbuatan dan kerugian yang ditimbulkan.
 Tuntutan dalam gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat berwujud ganti kerugian dan/atau tindakan tertentu.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pejelasan-penjelasan diatas adalah sampah
merupakan hasil akhir atau konsekuensi yang ada karena aktifitas manusia. Akan tetapi,
manusia tidak menyadari bahwa setiap hari manusia menghasilkan sampah baik organik
maupun anorganik. Kebanyakan orang tidak mau untuk mengolah sampah yang telah
mereka hasilkan tersebut, karena mereka menganggap bahwa hal itu sah-sah saja untuk
dilakukan. Oleh karena itu, peran serta setiap orang sangat diperlukan dalam mengatasi
masalah sampah yang tak ada hentinya ini. Kita sebagai generasi muda diharapkan
untuk dapat mengolah sampah dengan baik dan benar agar tidak mencemari
lingkungan. Kita sebagai manusia mempunyai akal, budi, pikiran yang baik dan lebih
tinggi daripada hewan, maka dari itu, manusia harus memanfaatkan pemberian yang
maha kuasa tersebut dengan baik dan benar dan tidak menggunakannya dengan hal
yang sia-sia, dengan hal itu sebagai manusia harus berfikir ke depan untuk hidup dan
tidak memikirkan diri sendiri demi kepentingan, kita di dunia ini diciptakan untuk
menghargai sesama makhluk dan merawat lingkungan yang ada di sekitar kita. Untuk
menghadapi masalah yang ditimbulkan saat ini dalam rangka penegakan hukum
lingkungan tentang sampah secara umum memiliki tiga sarana penegakan hukum yaitu,
hukum administrasi, hukum pidana dan hukum perdata.

“BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA !!!“


Daftar Pustaka
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3176027/rintihan-suara-warga-soal-tumpukan-
sampah-cikapundung diakses pada 7 Desember 2016 pukul 13.46 WIB
http://www.kajianpustaka.com/2015/02/pengertian-jenis-dan-dampak-sampah.html diakses
pada 7 Desember 2016 pukul 14.01 WIB

http://proposalsampah.blogspot.co.id/ diakses pada 7 Desember 2016 pukul 14.55 WIB

https://fajarhidayat513.wordpress.com/2015/06/11/pelanggaran-etika-membuang-sampah-
sembarangan/ diakses pada 7 Desember 2016 pukul 15.01 WIB
http://pajarrahmatuloh.blogspot.co.id/2015/04/sampah-dari-segi-hukum-lingkungan.html
diakses pada 7 Desember 2016 pukul 15.05 WIB
http://pitrotentacle.blogspot.co.id/2015/01/artikel-tentang-sampah.html diakses pada 7
Desember 2016 pukul 15.10 WIB

http://www.psychologymania.com/2012/09/dampak-sampah-bagi-manusia-dan.html diakses
pada 7 Desember 2016 pukul 15.16 WIB

Anda mungkin juga menyukai