PENELITIAN FUNDAMENTAL
TIM PENGUSUL
UNIVERSITAS JAMBI
Oktober, 2014
BAB I. PENDAHULUAN
Trips merupakan hama penting yang menyerang tanaman komersil. Serangan trips
pada tanaman sayuran dan tanaman lainnya cukup tinggi. Kerusakan akibat serangan trips
provinsi Jambi kerusakan oleh trips dapat mencapai 60% (DPTP 2010). Kerusakan akibat
serangan trips akan semakin besar jika diikuti oleh serangan virus yang terbawa oleh trips.
Diketahui ada 0,2% trips yang merupakan vektor virus kelompok Tospovirus (Ullman &
German 1995; Marullo & Mound 2002). Menurut Riley et al. (2011) ada 14 spesies trips
saat ini dilaporkan menularkan Tospovirus dan T. palmi merupakan salah satu spesies yang
Kerusakan berat pada sayuran disebabkan oleh T. palmi tersebar luas di daerah
tropis dan sub-tropis di dunia. Penampilan pertama spesies ini di Jepang terjadi di Kyushu
pada tahun 1978. Sejak itu menjadi hama yang paling serius pada sayuran dan buah di
Jepang barat. Karakteristik yang menyebabkan hama ini penting yaitu: preferensi pada
jaringan muda tanaman, tingkat reproduksi tinggi, memiliki berbagai tanaman inang,
sensitivitas terhadap insektisida rendah. Menurut Miyazaki dan Kudo (1988) T. palmi
memiliki rentang tanaman inang yang sangat luas, ada 34 famili dan 117 spesies tanaman
inang yang tercatat di Jepang. Menurut Sastrosiswojo (1991) Trips tabaci Lind., T. palmi
dan T. parvispinus merupakan spesies yang menjadi hama utama pada tanaman sayuran di
Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi, mengidentifikasi dan menganalisis
kelimpahan dan fenomena serangan T. palmi di pertanaman sayuran di dataran rendah dan
di dataran tinggi di provinsi Jambi. Informasi ini sangat berguna sebagai informasi untuk
memberikan rekomendasi yang tepat dalam pengendalian hayati. Informasi yang diperoleh
akan sangat berguna dalam mengendalikan trips yang sesuai dengan kondisi dataran rendah
dan dataran tinggi wilayah Jambi, sehingga perlu diungkap dalam suatu penelitian.
sayuran masih terbatas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang kelimpahan T. palmi pada pertanaman sayuran di dataran tinggi dan di daratan
Thrips palmi
panjang imago berkisar antara 1-2 mm. Tubuh terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen.
Bagian toraksnya dibagi lagi menjadi protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Bagian
abdomen terdiri dari 11 segmen. Alat mulut terdiri dari satu mandibular di sebelah kiri, dan
dua maksila yang berkembang dengan baik, labrum di depan, dan labium di belakangnya.
Warna tubuh imago kekuningan. Telur berbentuk ginjal dengan ukuran panjang ± 0,25
Menurut Murai (2002) kerusakan berat pada sayuran disebabkan oleh trips tersebar
luas di daerah tropis dan sub-tropis di dunia. Penampilan pertama spesies ini di Jepang
terjadi di Kyushu pada tahun 1978. Sejak itu menjadi hama yang paling serius pada sayuran
dan buah di Jepang barat. Sejak akhir 1970-an, T. palmi telah tersebar luas di daerah tropis
dan sub-tropis, termasuk Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, Kepulauan Karibia dan
Amerika Selatan. Menurut Murai (2002) T. palmi ditemukan di Jepang pada tahun 1978
dan menjadi hama yang paling serius pada terong, mentimun dan lada manis baik di rumah
kaca dan di lapangan terbuka di bagian barat Jepang. Menurut Miyazaki & Kudo (1988) T.
palmi memiliki tanaman inang dengan rentang yang sangat luas yaitu 34 famili dan 117
bawah temperatur yang lebih tinggi. Tingkat reproduksi mencapai maksimum pada 25 º C.
Populasi yang tinggi T. palmi terlihat pada mentimun, dan tingkat yang cukup tinggi terjadi
pada melon, terong dan labu. Menurut Kawai (1986) meskipun T. palmi merupakan hama
penting paprika, pertumbuhan populasi pada tanaman ini tidak tinggi. Kawai (1986)
menambahkan bahwa T. palmi tidak melengkapi siklus hidupnya pada tomat atau stroberi.
Menurut Murai (2002) populasi musim panas rentan terhadap paparan suhu rendah,
Gejala Serangan
Childers dan Achor (1995) mengatakan serangan trips pada daun tanaman
menunjukkan gejala yang berbeda-beda. Gejala serangan trips pada daun tanaman
berbentuk bercak-bercak berwarna putih atau seperti perak pada permukaan daun. Letak
bercak berdekatan akan bersatu menyebabkan permukaan daun berwarna putih seperti
perak. Selanjutnya warna seperti perak berubah menjadi coklat dan akhirnya daun mati.
Pada serangan berat, pinggir daun akan menggulung ke atas. Kotoran trips akan menutupi
permukaan daun.
pembentukan bunga dan buahnya terhambat. Trips menyerang tanaman mulai dari stadia
nimfa sampai imago dengan cara menghisap cairan tanaman. Nimfa biasanya bergerak
lebih lambat daripada imago, hal ini dapat digunakan untuk membedakan antara imago
dengan nimfa. Trips meninggalkan kotoran berbentuk seperti tetes hitam menutupi
provinsi Jambi dengan ketinggian daerah 0 – 200 m di atas permukaan laut (mdpl) dan 800
– 1.750 mdpl. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode sampling
melalui survei dengan pengamatan langsung secara visual pada tanaman yang dikoloni dan
diserang oleh trips. Imago trips yang ditemukan dikoleksi selanjutnya dibawa ke
Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB Bogor. Data yang diperoleh
Eksplorasi Trips
Eksplorasi trips dilakukan dengan survei pada daerah pertanaman cabai di dataran
tinggi dan dataran rendah, dengan mengumpulkan imago trips dari 100 tanaman di tiap
lokasi dengan menelusuri garis transek garis sepanjang 3 km. Apabila lokasi kurang dari
panjang tersebut, maka transek dibelokkan ke arah semula dengan jarak 1 m dari garis
transek pertama (Khan 2006; Palmer et al. 1989). Trips diambil dari tanaman pada tiap 20
m garis transek yang telah ditentukan titik terminalnya. Imago trips yang dikumpulkan
dimasukkan ke dalam vial plastik volume 50 ml. Selanjutnya dikoleksi dalam alkohol 70%
untuk persiapan identifikasi. Imago yang dikoleksi dibuat slide mikroskop untuk
diidentifikasi spesiesnya.
Identifikasi Trips
berdasarkan kesamaan morfologi antara lain warna tubuh, jumlah antena, warna sayap dan
sayap, antena, ocelli, warna, dan bagian-bagian penting lainnya dengan menggunakan
menggunakan kunci identifikasi yang dibuat oleh Palmer et al. (1989); Mound dan Kibby
Biosistematik Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB Bogor. Data yang
Menganalisis Kelimpahan
Imago yang telah diidentifikasi dicatat dan dihitung jumlah T. palmi yang diperoleh
untuk tiap lokasi pertanaman sayuran di dataran rendah dan di dataran tinggi provinsi
Untuk menganalisis fenomena serangan trips pada daun tanaman inang juga
yang terjadi akibat serangan trips. Fenomena serangan diamati dengan menanam 100
dilepaskan imago trips. Selanjutnya diamati fenomena serangan yang terjadi pada daun
(a) Fenomena yang diamati meliputi: bagian tanaman yang diserang, warna,
bentuk, dan lokasi serangan pada tanaman. Data yang diperoleh dicatat dan
(b) analisis kuantitatif kandungan klorofil daun cabai yang terserang trips dengan
(c) analisis kandungan senyawa primer daun yang terserang trips. Kandungan yang
(d) analisis pengamatan secara histologis daun yang terserang trips, dan
Penelitian mulai dilakukan pada bulan April 2014 pada pertanaman sayuran di
dataran rendah dan dataran tinggi Provinsi Jambi. Lokasi penelitian memiliki suhu rata-rata
27oC di dataran rendah dan 22oC di dataran tinggi, kelembaban nisbi udara berkisar antara
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode sampling melalui survei
dengan pengamatan langsung secara visual pada tanaman sayuran yang dikoloni dan
diserang oleh trips. Survei dilakukan di pertanaman sayuran di dataran rendah dan dataran
tinggi Provinsi Jambi (Gambar 3.1). Imago trips yang ditemukan dikoleksi selanjutnya
a b c d
e f g h
Gambar 3.1. Lokasi survei di Provinsi Jambi (a) Palmerah, (b) Bohok, (c) Kota karang, (d)
Lopak Olai (Dataran rendah), (e) Kersik Tuo, (f) Batang sangir, (g) Kayu
Aro, dan (h) Sungai Lintang (dataran tinggi).
Secara rinci daerah-daerah yang dijadikan sebagai lokasi survei di dataran rendah dan di
Tabel 3.1. Lokasi survei dan ketinggiannya di dataran rendah dan di dataran tinggi Jambi
Dari Tabel 3.1 tampak bahwa ketinggian terendah di dataran rendah adalah 25
mdpl, dan ketinggian tertinggi 60 mdpl. Di dataran tinggi, ketinggian terendah adalah 1.445
mdpl, dan tertinggi 1.615 mdpl. Survei dilakukan untuk tiap lokasi pertanaman sayuran
yang saat itu terdapat tanaman tersebut. Untuk jenis tanaman yang disurvei tiap lokasi dapat
Tabel 3.2. Jenis tanaman sayuran yang ada di pertanaman saat survei di dataran rendah dan
di dataran tinggi
Dari Tabel 3.2 tampak bahwa jenis tanaman teh, kopi, wortel, dan kentang tidak
dihitung kelimpahannya. Kelimpahan spesies Thrips palmi yang ditemukan pada tanaman
yang disurvei dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan 3.4 berikut.
Tabel 3.3. Kelimpahan Thrips palmi pada tanaman sayuran di dataran rendah Jambi
Dari Tabel 3.3 tampak bahwa T. palmi terdapat tidak pada semua jenis sayuran yang
disurvei. T. palmi banyak ditemukan secara berturut-turut adalah pada tanaman terung,
timun, timun suri, kacang panjang, gambas, bayam, dan pare. Spesies T. parvispinus
Dari Tabel 3.4 menunjukkan bahwa T. palmi ditemukan secara berurutan pada
terung, mentimun, dan kacang buncis. Jumlah T. palmi yang terbanyak ditemukan pada
tanaman terung. Jumlah individu T. palmi di dataran rendah tertinggi juga ditemukan pada
tanaman terung. Kelimpahan populasi Thrips palmi di dataran rendah dan di dataran tinggi
dalam persen (%) dapat dilihat pada tabel 3.5 dan 3.6.
Tabel 3.5. Kelimpahan (%) Thrips palmi di dataran rendah
Dari Tabel 3.5 nampak bahwa pada tanaman Solanum melongena kelimpahan Thrips palmi
(%) lebih tinggi diperoleh di dataran rendah dibandingkan dengan spesies trips lainnya.
Dari Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa pada tanaman Solanum tuberosum (kentang)
kelimpahan Thrips palmi (%) lebih tinggi diperoleh di dataran tinggi dibandingkan dengan
Thips sp. yang diperoleh di pertanaman sayuran dikoleksi dalam alkohol 70%.
Selanjutnya dibuat slide mikroskopis. Selanjutnya slide mikroskopis itu digunakan untuk
identifikasi yang dibuat oleh Palmer et al. (1989); Mound dan Kibby (1998); Moritz et al.
(2001); Mound (2006). Karakteristik Thrips palmi Karny adalah sebagai berikut:
1. Tubuh kuning cerah tanpa daerah gelap pada kepala, dada atau perut.
2. Segmen antena I dan II pucat, III kuning dengan apex berbayang, IV sampai VII
6. Seta ocellar III berdiri hanya di luar segitiga ocellar, atau menyentuh garis singgung
anterior;
9. Sayap depan lebih dulu vena dengan tiga (kadang-kadang dua) setae distal
11. Tergites III sampai IV (pada abdomen) dengan setae S2 gelap dan subequal ke S3
12. Tergite VIII (abdomen) dengan sisir posteromarginal secara lengkap pada betina,
(pori-pori)
14. Sternites (pada abdomen) tanpa setae discal atau Ciliata microtrichia
16. Jantan: sternites III-VII masing-masing dengan luas kelenjar melintang yang sempit.
a b
Gambar 3.2. Imago spesies Thrips palmi dibawah mikroskop binokuler (a) stereo (b)
compound
Morfologi dari segmen antena, seta oceli, sensila campaniform pada metanotum dan comb
c d
Gambar 3.3. Morfologi Thrips palmi (a) antenna, (b) seta oseli (c) metanotum (d) comb
Serangan Thrips sp. pada tanaman sayuran diamati pada tanaman cabai. Tanaman
cabai yang sudah memasuki fase mulai berbunga dikurung dalam wadah plastik mika
berukuran 50 cm x 15 cm. Bagian bawah dan bagian atas wadah tersebut ditutup dengan
Gambar 3.4. Pengamatan serangan Thrips sp. pada tanaman cabai dalam kurungan
Selanjutnya dimasukkan imago Thrips sp. ke dalam kurungan tersebut. Thrips sp.
diperoleh dari tanaman terung (Solanum melongena). Hal ini didasarkan pada hasil
penelitian sebelumnya bahwa Thrips palmi yang ditemukan kelimpahannya paling tinggi
terdapat pada tanaman terung. Setelah itu, diamati serangannya dimulai hari pertama
(1). Lokasi serangan Thrips sp. sebahagian besar terjadi pada bagian daun muda, dan ada
a b
c d e
Gambar 3.5. Serangan Thrips sp. pada bagian pucuk (a-b) dan daun muda tanaman cabai
(c-e).
(2). Serangan Thrips sp. terjadi pada permukaan daun bagian atas (Gambar 3.6),
a b c
Gambar 3.6. Serangan Thrips sp. pada permukaan cabai bagian atas (a-c)
(3). Serangan Thrips sp. Dimulai dari serangan ringan hingga serangan berat. Serangan
Thrips sp. berwarna putih keperakan, selanjutnya serangan tersebut lama kelamaan berubah
d e f g
Gambar 3.7. Serangan awal Thrips sp. berwarna putih keperakan (a-c) dan berubah
menjadi berwarna coklat (d-g).
(4). Bentuk serangan Thrips sp. bervariasi, ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang, dan
a b c d e
Gambar 3.8. Variasi serangan Thrips sp. pada daun tanaman cabai. a). bulat b). oval, c).
memanjang d). angka 8
(5). Thrips sp. menyerang daun tanaman cabai bagian permukaan atas dengan cara meraut
dan mengisap, dan hasil rautan tersebut berserakan di sekitar trips makan, (6). Selanjutnya
trips mengisap jaringan dengan cara membenamkan tubuh di dalam serbuk-serbuk hasil
a b c
e
d
b
Gambar 3.9. Imago dan nimfa trips yang sedang meraut permukaan daun cabai. Imago
membungkukkan kepala dalam serbuk rautan (a-e).
(7). Pengamatan terhadap populasi trips makan pada daun yang sama dapat secara individu
a b c
d e f
Gambar 3.10. Populasi Thrips sp. makan pada daun tanaman cabai. a). individu b).
berkelompok
(8). Lokasi serangan trips pada daun tanaman dapat terjadi pada ujung, tengah, maupun
a b c d e
Gambar 3.11. Lokasi serangan Thrips sp. pada daun tanaman cabai. a). ujung, b dan c).
tengah, d). pangkal, e). pinggir
(9). Pengamatan dengan menggunakan micro lens pada penampang daun yang terserang
trips, terjadi perubahan warna. Warna daun yang terserang dimulai dari permukaan atas
Gambar 3.12. Penampang melintang daun cabai yang terkena serangan trips. Tidak
terserang (a) serangan dari permukaan atas hingga permukaan bawah (b).
Pada Gambar 3.5 dan 3.6 di atas dapat dilihat bahwa trips umumnya menyerang
daun tanaman cabai bagian atas atau daun muda. Hal ini berkaitan dengan kandungan
nitrogen yang terkandung pada tanaman tersebut. Makanan terutama unsur nitrogen sangat
serangga betina (Blum 1985). Pada temuan ini trips lebih banyak menyerang daun bagian
atas daripada pucuk, karena daun atas mampu menampung populasi nimfa yang lebih
banyak dibandingkan dengan daun pucuk, ukuran daun atas lebih luas dari daun pucuk.
Pada Gambar 3.7 di atas diketahui bahwa serangan trips pada daun tanaman cabai
ditandai dengan warna putih keperakan, kemudian lama kelamaan berubah menjadi coklat.
Untuk memenuhi nutrisi, trips mengisap cairan sel yang mengakibatkan sel menjadi rusak
dan hancur (Kirk 1997). Lewis (1997) melaporkan serangan trips mengakibatkan
permukaan daun berwarna putih keperakan, selanjutnya daun mengering dan berubah
Pada Gambar 3.8 dapat dilihat bahwa bentuk serangan trips pada daun tanaman
cabai bervariasi. Serangan tersebut berbentuk bulat, oval, memanjang, dan ada yang
berbentuk angka 8. Bentuk lubang bervariasi tergantung pada ketebalan daun yang diamati.
Stilet mandibula membantu dengan menusuk lubang pertama, stilet maksila melebarkan
karbohidrat, dan lemaknya. Daun cabai yang dianalisis adalah daun yang terserang trips
lebih dari 50%. Hasil analisis kadar nitrogen, lemak, dan karbohidrat dalam daun yang
Tabel 3.7. Kandungan nitrogen, karbohidrat, dan lemak pada daun tanaman cabai yang
terserang trips dalam 1000 mg
__________________________________________________________________
Kandungan Daun terserang Daun kontrol
__________________________________________________________________
Nitrogen (N) 140,014 141,09*tn
Lemak 154,030 159,78*tn
Karbohidrat 263,124 269,72*tn
Keterangan: *tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Hasil analisis kadar nitrogen, lemak dan karbohidrat dilakukan uji t pada taraf 5%.
Hasil uji t menunjukkan bahwa kadar nitrogen, lemak dan karbohidrat tidak berbeda nyata
Kadar klorofil daun yang terserang trips diukur dengan klorofil meter merek SPAD-
502 Plus. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil pengukuran kadar
klorofil diketahui bahwa kadar klorofil daun yang terserang trips lebih rendah dari daun
Dari Tabel 3.7 di atas dapat diketahui bahwa kadar klorofil daun cabai yang
terserang trips lebih rendah dari kadar klorofil daun sebelum terserang. Hasil uji t pada
taraf 5% menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan kadar klorofil daun cabai yang
terserang trips dengan yang tidak terserang. Untuk mendapatkan nutrisi trips menusukkan
stiletnya ke dalam jaringan daun dan mengisap cairan epidermis, palisade yang
mengandung klorofil, dan sel mesofil (Kirk 1997). Kolb et al. (1991) melaporkan lima
trips dewasa per tunas pada kurungan akan menyebabkan klorosis. Kerusakan akibat trips
makan menyebabkan tingkat kehilangan air tinggi. Daun yang terserang trips cenderung
mengalami stres air dan mengurangi tingkat fotosintesis pada kondisi ketersediaan air yang
rendah (Kolb et al. 1991). Serangan trips dapat mengurangi laju fotosintesis hingga 20%
Untuk mengetahui serangan trips pada daun tanaman cabai mengandung virus atau
tidak dilakukan uji Elisa. Hasil uji Elisa diperoleh hasil negatif untuk semua sampel daun
Dari Gambar 3.13 dapat dilihat hasil uji Elisa daun terserang trips yang diperoleh
dari pertanaman cabai adalah negatif. Artinya pada serangan tersebut tidak terkandung
Tospovirus. Dari hasil uji tersebut dapat dikatakan bahwa Thrips sp. tidak menularkan
Tospovirus. TSWV satu-satunya anggota kelompok spotted wilt virus tomat dari virus
tanaman dan hanya ditularkan oleh trips dan T. parvispinus tidak menularkan Tospovirus
a b
Gambar 3.13. Hasil uji Elisa daun yang terserang trips. (a) serangan trips dari tanaman
inang (Solanum melongena). Warna sampel yang diuji tidak berwarna,
reaksi negatif. (b) reaksi positif (Clark & Adam 1977).
Beberapa spesies trips yang berperan sebagai vektor Tospovirus yaitu T. tabaci, F.
occidentalis, F. schultzei dan F. fusca (Wijkamp et al. 1995). Selanjutnya menurut Riley
et al. (2011) Tospovirus hanya ditularkan oleh trips famili Thripidae dan sub famili
Thripinae. Riley et al. (2011) menambahkan dari 1.710 spesies Thripidae hanya 14 spesies
trips saat ini dilaporkan menularkan Tospovirus. T. Parvispinus tidak termasuk kedalam 14
spesies tersebut.
Dari Gambar 3.13 juga diketahui bahwa serangan trips yang diperoleh dari tanaman
inang terung tidak mengandung Tospovirus. Hasil identifikasi trips yang ada pada tanaman
terung saat dilakukan perlakuan yaitu ditemukan T. parvispinus, dan T. palmi. Hal ini
mengindikasikan bahwa di Provinsi Jambi tidak ditemukan Tospovirus. Saat ini status
spesies T. palmi sebagai trips vektor belum jelas (Riley et al. 2011).
V. KESIMPULAN
1. Spesies T. palmi tidak ditemukan pada semua jenis tanaman sayuran. T. palmi
ditemukan pada tanaman terung, mentimun, timun suri, gambas, bayam, dan kacang
buncis.
4. Serangan trips pada daun tanaman cabai terjadi pada permukaan daun bagian atas di
bagian pangkal, tengah, atau di pinggir daun. Trips yang menginvestasi daun
5. Serangan trips pada daun tanaman cabai berbentuk bulat, oval, memanjang dan
6. Serangan trips pada daun tanaman cabai dapat mengurangi kandungan klorofil dan
merusak struktur sel daun cabai. Kadar nitrogen, lemak, dan karbohidrat daun cabai
yang terserang trips tidak berbeda nyata dengan daun yang tidak terserang pada
taraf 5%.
7. Hasil uji Elisa terhadap daun cabai yang diserang trips tidak mengandung
Tospovirus.
Saran
Budidaya cabai dilakukan di lahan yang terbebas dari tumbuhan inang yang menjadi
Blum MS. 1985. Fundamentals of Insect Physiology. John Wiley & Sons. New York. P.
598.
Childers CC & Achor DS. 1995. Thrips feeding and oviposition injuries to economic
plants, subsequent damage and host responses to infestation. In B.L. Parker, M.
Skinner and T. Lewis.Thrips Biology and Management. p. 3-19. NATO ASI Series.
Series A: Life Sciences Vol 276. New York.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2010. Data Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Provinsi Jambi.p. 78-88
Ellswort DS, MT Tyree, BL Parker and M Skinner. 1995. Impact of pear thrips damage on
sugar maple physiology: A whole – tree experiment. In B.L. Parker, M. Skinner and
T. Lewis.Thrips Biology and Management. p. 53-58. NATO ASI Series. Series A:
Life Sciences Vol 276. Plenum Press, New York.
Kalshoven LGE. 1981. The pests of crops in Indonesia (revised by P.A. Van der Laan.PT.
Ichtiar Baru-van Hoeve. Jakarta. p.83-88.
Khan I., Din S, Khalil SK, Rafi MA. 2006. Survey of predatory coccinellids
(Coleoptera:Coccinellidae) in the Chitral, District, Pakistan. Journal of Insect
Science 7 (7): 13-21
Kawai A.1986. Studies on population ecology of Thrips palmi Karny. Analysis of damage
on cucumber. Jpn. J. Appl. Entomol. Zool. 30, l2-l6.
Kirk WDJ. 1997. Feeding. In. T. Lewis. Thrips as Crops Pest. p.119-162. CAB
International University Press. Cambridge
Kolb TE, LH McCormick & DL Shumway. 1991. Physiological responses of pear thrips-
damaged sugar maples to light and water stress. Tree Physiology. 9:401-413
Lewis T. 1997. Thrips as Crop Pests. CAB International. International University Press.
p.15-65.
.
Marullo R. and L. Mound. 2002. Trips and Tospovirus. Proceedings of the international
symposium on Thysanoptera. Australian national insect collection. Canberra. p.391
Miyazaki M and I Kudo. 1988. Bib1iography and host plant catalogue of thysanoptera of
Japan. Misc. Publ. Natl. Inst. Agro-Environ. Sci. 3, 1-246.
Moritz G, D Morris, and L Mound. 2001. Trips ID. Pest Trips of the world. An interactive
identification and information system.CSIRO Publishing Canberra.
Murai T. 2002. The pest and vector from the East: Thrips palmi. Trips and tospoviruses:
Proceedings of the 7th international symposium on Thysanoptera. Australian
National Insect Collection, Canberra. p. 19-32.
Palmer JM, L.Mound and GJ du Heaume. 1989. CIE guides to insect of importance to man
2.Thysanoptera. C.R. Betts. CAB International Inst. British Museum Natural
History p.72
Riley DG, Shimat V Joseph, R Srinivasan, and S Diffie. 2011. Thrips Vectors of
Tospoviruses. J.of Integrated Pest management. 1 (2): p. 1-10
Ullman DE, German TL, Sherwood JL, & Westcot DM 1995. Trips transmission of
tospoviruses: Future possibilities for management. In B.L. Parker, M. Skinner and
T. Lewis.Trips Biology and Management. p. 3-16. NATO ASI Series. Series A:
Life Sciences Vol 276. Plenum Press, New York.