Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

PENELITIAN FUNDAMENTAL

KELIMPAHAN DAN FENOMENA SERANGAN Thrips palmi Karny


(Thysanoptera: Thripidae) SEBAGAI HAMA DAN VEKTOR VIRUS
DI PERTANAMAN SAYURAN WILAYAH JAMBI

TIM PENGUSUL

Dr. Asni Johari, M. Si: NIDN 0008116803


Dra. Muswita, M. Si: NIDN 0021096703

Dibiayai Oleh Program Pendidikan Tinggi, PKUPT Universitas Jambi


DIPA Tahun Anggaran 2014 Sesuai dengan Surat Perjanjian
Pelaksanaan Penelitian Hibah Fundamental Nomor: 46/UN21.6/PL/2014
Tanggal 12 Maret 2014

UNIVERSITAS JAMBI
Oktober, 2014
BAB I. PENDAHULUAN

Trips merupakan hama penting yang menyerang tanaman komersil. Serangan trips

pada tanaman sayuran dan tanaman lainnya cukup tinggi. Kerusakan akibat serangan trips

di kabupaten Bandung dan Bogor berkisar antara 10-46% (Prabaningrum 2002). Di

provinsi Jambi kerusakan oleh trips dapat mencapai 60% (DPTP 2010). Kerusakan akibat

serangan trips akan semakin besar jika diikuti oleh serangan virus yang terbawa oleh trips.

Diketahui ada 0,2% trips yang merupakan vektor virus kelompok Tospovirus (Ullman &

German 1995; Marullo & Mound 2002). Menurut Riley et al. (2011) ada 14 spesies trips

saat ini dilaporkan menularkan Tospovirus dan T. palmi merupakan salah satu spesies yang

dilaporkan sebagai vektor penyakit tanaman.

Kerusakan berat pada sayuran disebabkan oleh T. palmi tersebar luas di daerah

tropis dan sub-tropis di dunia. Penampilan pertama spesies ini di Jepang terjadi di Kyushu

pada tahun 1978. Sejak itu menjadi hama yang paling serius pada sayuran dan buah di

Jepang barat. Karakteristik yang menyebabkan hama ini penting yaitu: preferensi pada

jaringan muda tanaman, tingkat reproduksi tinggi, memiliki berbagai tanaman inang,

sensitivitas terhadap insektisida rendah. Menurut Miyazaki dan Kudo (1988) T. palmi

memiliki rentang tanaman inang yang sangat luas, ada 34 famili dan 117 spesies tanaman

inang yang tercatat di Jepang. Menurut Sastrosiswojo (1991) Trips tabaci Lind., T. palmi

dan T. parvispinus merupakan spesies yang menjadi hama utama pada tanaman sayuran di

Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi, mengidentifikasi dan menganalisis

kelimpahan dan fenomena serangan T. palmi di pertanaman sayuran di dataran rendah dan

di dataran tinggi di provinsi Jambi. Informasi ini sangat berguna sebagai informasi untuk

memberikan rekomendasi yang tepat dalam pengendalian hayati. Informasi yang diperoleh

akan sangat berguna dalam mengendalikan trips yang sesuai dengan kondisi dataran rendah

dan dataran tinggi wilayah Jambi, sehingga perlu diungkap dalam suatu penelitian.

Penelitian tentang kelimpahan dan fenomena serangan T. palmi pada pertanaman

sayuran masih terbatas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

tentang kelimpahan T. palmi pada pertanaman sayuran di dataran tinggi dan di daratan

rendah provinsi Jambi dan fenomena serangannya.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Thrips palmi

Thrips palmi (Thysanoptera: Tripidae) merupakan serangga kecil dan langsing,

panjang imago berkisar antara 1-2 mm. Tubuh terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen.

Bagian toraksnya dibagi lagi menjadi protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Bagian

abdomen terdiri dari 11 segmen. Alat mulut terdiri dari satu mandibular di sebelah kiri, dan

dua maksila yang berkembang dengan baik, labrum di depan, dan labium di belakangnya.

Warna tubuh imago kekuningan. Telur berbentuk ginjal dengan ukuran panjang ± 0,25

mm berwarna putih ( Lewis 1973 dan Kalshoven 1981 ).

Menurut Murai (2002) kerusakan berat pada sayuran disebabkan oleh trips tersebar

luas di daerah tropis dan sub-tropis di dunia. Penampilan pertama spesies ini di Jepang

terjadi di Kyushu pada tahun 1978. Sejak itu menjadi hama yang paling serius pada sayuran

dan buah di Jepang barat. Sejak akhir 1970-an, T. palmi telah tersebar luas di daerah tropis

dan sub-tropis, termasuk Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, Kepulauan Karibia dan

Amerika Selatan. Menurut Murai (2002) T. palmi ditemukan di Jepang pada tahun 1978

dan menjadi hama yang paling serius pada terong, mentimun dan lada manis baik di rumah

kaca dan di lapangan terbuka di bagian barat Jepang. Menurut Miyazaki & Kudo (1988) T.

palmi memiliki tanaman inang dengan rentang yang sangat luas yaitu 34 famili dan 117

spesies tanaman inang yang tercatat di Jepang.


Perkembangan T. palmi cepat dan memiliki taraf kenaikan populasi yang tinggi.

Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi T. palmi. Waktu generasi berkurang di

bawah temperatur yang lebih tinggi. Tingkat reproduksi mencapai maksimum pada 25 º C.

Populasi yang tinggi T. palmi terlihat pada mentimun, dan tingkat yang cukup tinggi terjadi

pada melon, terong dan labu. Menurut Kawai (1986) meskipun T. palmi merupakan hama

penting paprika, pertumbuhan populasi pada tanaman ini tidak tinggi. Kawai (1986)

menambahkan bahwa T. palmi tidak melengkapi siklus hidupnya pada tomat atau stroberi.

Menurut Murai (2002) populasi musim panas rentan terhadap paparan suhu rendah,

sedangkan musim dingin populasi lebih toleran terhadap suhu rendah.

Gejala Serangan

Childers dan Achor (1995) mengatakan serangan trips pada daun tanaman

menunjukkan gejala yang berbeda-beda. Gejala serangan trips pada daun tanaman

berbentuk bercak-bercak berwarna putih atau seperti perak pada permukaan daun. Letak

bercak berdekatan akan bersatu menyebabkan permukaan daun berwarna putih seperti

perak. Selanjutnya warna seperti perak berubah menjadi coklat dan akhirnya daun mati.

Pada serangan berat, pinggir daun akan menggulung ke atas. Kotoran trips akan menutupi

permukaan daun.

Menurut Kalshoven (1981) tanaman yang pertumbuhannya tidak baik sering

mendapat serangan trips, karena ketebalan epidermisnya tidak normal, sehingga

pembentukan bunga dan buahnya terhambat. Trips menyerang tanaman mulai dari stadia

nimfa sampai imago dengan cara menghisap cairan tanaman. Nimfa biasanya bergerak
lebih lambat daripada imago, hal ini dapat digunakan untuk membedakan antara imago

dengan nimfa. Trips meninggalkan kotoran berbentuk seperti tetes hitam menutupi

jaringan daun yang diserangnya (Kalshoven 1981).


BAB III. METODE PENELITIAN

Pengamatan Kelimpahan T. palmi

Penelitian dilakukan di pertanaman sayuran di dataran rendah dan di dataran tinggi

provinsi Jambi dengan ketinggian daerah 0 – 200 m di atas permukaan laut (mdpl) dan 800

– 1.750 mdpl. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode sampling

melalui survei dengan pengamatan langsung secara visual pada tanaman yang dikoloni dan

diserang oleh trips. Imago trips yang ditemukan dikoleksi selanjutnya dibawa ke

laboratorium untuk diidentifikasi. Identifikasi trips dilakukan di laboratorium Sistematik

Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB Bogor. Data yang diperoleh

dimasukkan ke dalam tabel untuk dianalisis.

Eksplorasi Trips

Eksplorasi trips dilakukan dengan survei pada daerah pertanaman cabai di dataran

tinggi dan dataran rendah, dengan mengumpulkan imago trips dari 100 tanaman di tiap

lokasi dengan menelusuri garis transek garis sepanjang 3 km. Apabila lokasi kurang dari

panjang tersebut, maka transek dibelokkan ke arah semula dengan jarak 1 m dari garis

transek pertama (Khan 2006; Palmer et al. 1989). Trips diambil dari tanaman pada tiap 20

m garis transek yang telah ditentukan titik terminalnya. Imago trips yang dikumpulkan

dimasukkan ke dalam vial plastik volume 50 ml. Selanjutnya dikoleksi dalam alkohol 70%

untuk persiapan identifikasi. Imago yang dikoleksi dibuat slide mikroskop untuk

diidentifikasi spesiesnya.
Identifikasi Trips

Sebelum melakukan identifikasi, trips yang sudah dikoleksi dikelompokkan

berdasarkan kesamaan morfologi antara lain warna tubuh, jumlah antena, warna sayap dan

pangkal sayap dengan menggunakan mikroskop binokuler stereo merek Olympus.

Selanjutnya identifikasi dilakukan dengan mengamati morfologi serangga seperti rumbai

sayap, antena, ocelli, warna, dan bagian-bagian penting lainnya dengan menggunakan

mikroskop binokuler compound dengan perbesaran 40x. Identifikasi dilakukan dengan

menggunakan kunci identifikasi yang dibuat oleh Palmer et al. (1989); Mound dan Kibby

(1998); Moritz et al. (2001); Mound (2006). Identifikasi dilakukan di laboratorium

Biosistematik Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB Bogor. Data yang

diperoleh dimasukkan ke dalam tabel kemudian dianalisis.

Menganalisis Kelimpahan

Imago yang telah diidentifikasi dicatat dan dihitung jumlah T. palmi yang diperoleh

untuk tiap lokasi pertanaman sayuran di dataran rendah dan di dataran tinggi provinsi

Jambi. Data T. palmi yang diperoleh dianalisis kelimpahannya secara statistik.

Menganalisis Fenomena Serangan Trips pada Tanaman

Untuk menganalisis fenomena serangan trips pada daun tanaman inang juga

dilakukan dengan observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati fenomena serangan

yang terjadi akibat serangan trips. Fenomena serangan diamati dengan menanam 100

tanaman cabai dalam polibag, kemudian masing-masing polibag dimasukkan dalam


kurungan plastik mika dan kain kassa halus. Ke dalam masing-masing kurungan tersebut

dilepaskan imago trips. Selanjutnya diamati fenomena serangan yang terjadi pada daun

cabai. Pengamatan dan analisis:

(a) Fenomena yang diamati meliputi: bagian tanaman yang diserang, warna,

bentuk, dan lokasi serangan pada tanaman. Data yang diperoleh dicatat dan

didokumentasikan. Data yang diperoleh ditampilkan secara deskriptif dan

dalam bentuk gambar hasil pemotretan,

(b) analisis kuantitatif kandungan klorofil daun cabai yang terserang trips dengan

menggunakan klorofil meter (SPAD),

(c) analisis kandungan senyawa primer daun yang terserang trips. Kandungan yang

dianalisis yaitu kandungan nitrogen, lemak dan kandungan karbohidrat,

(d) analisis pengamatan secara histologis daun yang terserang trips, dan

(e) uji Elisa terhadap daun yang terserang trips.


IV. HASIL PENELITIAN

Pengamatan Kelimpahan Thrips palmi Karny

Penelitian mulai dilakukan pada bulan April 2014 pada pertanaman sayuran di

dataran rendah dan dataran tinggi Provinsi Jambi. Lokasi penelitian memiliki suhu rata-rata

27oC di dataran rendah dan 22oC di dataran tinggi, kelembaban nisbi udara berkisar antara

60–98% di dataran rendah, 58–95% di dataran tinggi.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode sampling melalui survei

dengan pengamatan langsung secara visual pada tanaman sayuran yang dikoloni dan

diserang oleh trips. Survei dilakukan di pertanaman sayuran di dataran rendah dan dataran

tinggi Provinsi Jambi (Gambar 3.1). Imago trips yang ditemukan dikoleksi selanjutnya

dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.

a b c d

e f g h

Gambar 3.1. Lokasi survei di Provinsi Jambi (a) Palmerah, (b) Bohok, (c) Kota karang, (d)
Lopak Olai (Dataran rendah), (e) Kersik Tuo, (f) Batang sangir, (g) Kayu
Aro, dan (h) Sungai Lintang (dataran tinggi).
Secara rinci daerah-daerah yang dijadikan sebagai lokasi survei di dataran rendah dan di

dataran tinggi berikut ketinggiannya disajikan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Lokasi survei dan ketinggiannya di dataran rendah dan di dataran tinggi Jambi

Nama Lokasi Kecamatan/Kabupaten Ketinggian (mdpl)


Dataran Rendah
Bohok Jambi Luar Kota 36
Palmerah Jambi Luar Kota 34
Lopak Olai Kumpeh Hulu 26
Buluran Kota Jambi 50
Kota Karang Kumpeh Hulu 26
Mendalo Muaro Jambi 60
Kasang Pudak Kota Jambi 26
Kasang Olak Olai Muaro Jambi 26
Simpang Gereja Muaro Jambi 54
Pal X1 Kota Jambi 56
Pudak Muaro Jambi 25
Lorong Ibrahim Kota Jambi 50
Dataran Tinggi
Kebun Lima Kerinci 1.615
Sungai Lintang Kerinci 1.615
Sungai Lintang Dua Kerinci 1.615
Kersik Tuo Kerinci 1.535
Batang Sangir Kerinci 1.535
Kayu Aro Kerinci 1.535
Giri Mulyo Kerinci 1.445
Tangkil Kerinci 1.471
Pauh Tinggi Kerinci 1.476
Muara Jaya Sungai Penuh 837
Kumun Sungai Penuh 825
Koto Lebu Sungai Penuh 810
.

Dari Tabel 3.1 tampak bahwa ketinggian terendah di dataran rendah adalah 25

mdpl, dan ketinggian tertinggi 60 mdpl. Di dataran tinggi, ketinggian terendah adalah 1.445

mdpl, dan tertinggi 1.615 mdpl. Survei dilakukan untuk tiap lokasi pertanaman sayuran
yang saat itu terdapat tanaman tersebut. Untuk jenis tanaman yang disurvei tiap lokasi dapat

dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Jenis tanaman sayuran yang ada di pertanaman saat survei di dataran rendah dan
di dataran tinggi

No Jenis Tanaman Nama Ilmiah Dataran Dataran


Rendah Tinggi
1 Kacang buncis Phaseolus vulgaris v v
2 Kacang tanah Arachis hypogea v v
3 Kacang panjang Vigna sinensis v v
4 Mentimun Cucumis sativus v v
5 Pare Momordica charanta v v
6 Terung Solanum melongena v v
7 Ubi kayu Manihot utilissima v v
8 Rimbang Salanum ferrogium v v
9 Sawi Brassica juncea v v
10 Kangkung Ipomoea aquatica v v
11 Papaya Carica papaya v v
12 Gambas Luffa acutangula v v
13 Labu kuning Cucurbita moschata v v
14 Timun suri Cucumis sativus v -
15 Bayam Amaranthus hybridus v v
16 Cabai Capsicum annuum L. v v
17 Genjer Limnocharis flava v -
18 Bengkoang Pachyrhizus hirtus v -
19 Jagung Zea mays v v
20 Labu siam Sechium edule v v
21 Wortel Daucus carota - v
22 Kentang Solanum tuberosum - v
23 semangka Citrullus lanatus v -
24 Teh Camellia sinensis - v
25 Kopi Coffea arabica - v
26 Kacang belimbing Psophocarpus tetragonolobus - v
27 Kacang tunggak Vigna unguiculata - v

Dari Tabel 3.2 tampak bahwa jenis tanaman teh, kopi, wortel, dan kentang tidak

ditemukan di dataran rendah saat survei dilakukan.


Hasil identifikasi dari spesies Thrips sp yang ditemukan pada tiap jenis tanaman

dihitung kelimpahannya. Kelimpahan spesies Thrips palmi yang ditemukan pada tanaman

yang disurvei dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan 3.4 berikut.

Tabel 3.3. Kelimpahan Thrips palmi pada tanaman sayuran di dataran rendah Jambi

Jenis tanaman Kelimpahan (ekor)


T. palmi T. parvispinus Tubulifera Thrips sp. T. jantan Larva
Kacang buncis - 44 - 344 8 80
Pare 2 112 3 37 75 33
Terung 120 111 - 273 429 226
Mentimun 26 143 1 18 60 70
Ubu kayu - 5 2 6 7 14
Rimbang - 29 - 1 2 5
Kcg. Panjang 3 148 1 761 106 203
Kcg. Tanah - 2 - 379 - 160
Sawi - 28 - 4 1 20
kangkung - 9 - 2 1 4
pepaya 1 13 1 4 5 8
Gambas 3 48 - 15 14 24
Labu kuning - 2 - - 2 3,
Timun suri 16 11 - 27 23 77
Bayam 3 1 5 - 2 7
Cabai - 5 - - 1 3
Genjer - 18 - 1 5 7
Bengkoang - 20 - 13 - 2

Dari Tabel 3.3 tampak bahwa T. palmi terdapat tidak pada semua jenis sayuran yang

disurvei. T. palmi banyak ditemukan secara berturut-turut adalah pada tanaman terung,

timun, timun suri, kacang panjang, gambas, bayam, dan pare. Spesies T. parvispinus

ditemukan pada semua jenis tanaman sayuran yang disurvei.


Tabel 3.4. Kelimpahan Thrips palmi pada tanaman sayuran di dataran tinggi Wilayah Jambi

Jenis tanaman Kelimpahan (ekor)


T. palmi T. parvispinus Tubulifera Thrips sp. T. jantan Larva
Kacang buncis 4 173 5 30 30 148
Pare - 18 - - 5 5
Terung 45 29 5 58 89 133
Mentimun 4 68 - - 18 98
Ubu kayu - 12 - - - -
Rimbang - 90 1 - 50 59
Kcg. Panjang 22 - 45 4 41
Kentang 18 15 1 - 38 138
Jagung - 5 2 1 4
Cabai - 17 7 1 2 17
Sawi - 6 - 5 - 5
Wortel - 2 1 - 1 7
Teh - 5 10 16 7 87
Labu siam 7 6 1 16 9 49
Labu kuning 1 1 - - - -
Kangkung 1 4 - - 9 2
Pepaya 1 1 - 33 19 -
Kcg belimbing - 4 - 33 2 4
Kcng tunggak 13 18 - 4 16 9

Dari Tabel 3.4 menunjukkan bahwa T. palmi ditemukan secara berurutan pada

terung, mentimun, dan kacang buncis. Jumlah T. palmi yang terbanyak ditemukan pada

tanaman terung. Jumlah individu T. palmi di dataran rendah tertinggi juga ditemukan pada

tanaman terung. Kelimpahan populasi Thrips palmi di dataran rendah dan di dataran tinggi

dalam persen (%) dapat dilihat pada tabel 3.5 dan 3.6.
Tabel 3.5. Kelimpahan (%) Thrips palmi di dataran rendah

Tanaman Kelimpahan (%) di Dataran Rendah


T. palmi T. parvispinus Thrips sp. Tubulifer
Momordica charanta 1,30 72,7 24,0 1,90
Solanum melongena 23,8 22,0 20,2 0,00
Cucumis sativus 13,8 76,1 9,60 0,50
Vigna sinensis 0,30 16,2 83,4 0,10
Carica papaya 5,30 68,4 21,1 5,30
Luffa acutangula 4,50 72,7 22,7 0,00
Cucumis sativus * 29,6 20,4 50,0 0,00
Amaranthus hybridus 33,3 11,1 0,00 55,5
*Timun suri

Dari Tabel 3.5 nampak bahwa pada tanaman Solanum melongena kelimpahan Thrips palmi

(%) lebih tinggi diperoleh di dataran rendah dibandingkan dengan spesies trips lainnya.

Selanjutnya diikuti oleh timun suri.

Tabel 3.6. Kelimpahan (%) Thrips palmi di dataran tinggi

Tanaman Kelimpahan (%) di Dataran Rendah


T. palmi T. parvispinus Thrips sp. Tubulifer
Phaseolus vulgaris 1,90 81,6 14,2 2,40
Solanum melongena 32,8 21,2 22,3 3,70
Cucumis sativus 5,60 94,4 0,00 00,0
Solanum tuberosum 52,9 44,1 00,0 2,90
Sechium edule 23,3 20,0 53,3 3,30
Cucurbita moschata 50,0 50,0 0,00 0,00
Ipomoea aquatica 20,0 80,0 0,00 0,00
Carica papaya 2,90 2,90 94,3 0,00
Vigna unguiculata 37,1 51,4 11,4 0,00

Dari Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa pada tanaman Solanum tuberosum (kentang)

kelimpahan Thrips palmi (%) lebih tinggi diperoleh di dataran tinggi dibandingkan dengan

spesies trips lainnya. Selanjutnya diikuti oleh Solanum melongena.


Morfologi Thrips palmi

Thips sp. yang diperoleh di pertanaman sayuran dikoleksi dalam alkohol 70%.

Selanjutnya dibuat slide mikroskopis. Selanjutnya slide mikroskopis itu digunakan untuk

mengidentifikasi spesies thrips. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan kunci

identifikasi yang dibuat oleh Palmer et al. (1989); Mound dan Kibby (1998); Moritz et al.

(2001); Mound (2006). Karakteristik Thrips palmi Karny adalah sebagai berikut:

1. Tubuh kuning cerah tanpa daerah gelap pada kepala, dada atau perut.

2. Segmen antena I dan II pucat, III kuning dengan apex berbayang, IV sampai VII

coklat tetapi biasanya dengan dasar IV-V kuning;

3. Sayap depan seragam sedikit berbayang, setae gelap menonjol

4. Antena selalu tujuh tersegmentasi

5. Postocular setae II dan IV jauh lebih kecil daripada setae lainnya

6. Seta ocellar III berdiri hanya di luar segitiga ocellar, atau menyentuh garis singgung

yang menghubungkan ocellus anterior dan masing-masing ocelli posterior

7. Metascutum dengan konvergen posterior; sepasang setae median di belakang batas

anterior;

8. Memeiliki campaniform sensilla.

9. Sayap depan lebih dulu vena dengan tiga (kadang-kadang dua) setae distal

10. Tergite II (pada abdomen) dengan empat setae marjinal lateralis

11. Tergites III sampai IV (pada abdomen) dengan setae S2 gelap dan subequal ke S3

12. Tergite VIII (abdomen) dengan sisir posteromarginal secara lengkap pada betina,

pada yang jantan di posterior.


13. Tergite IX (pada abdomen) biasanya dengan dua pasang campaniform sensilla

(pori-pori)

14. Sternites (pada abdomen) tanpa setae discal atau Ciliata microtrichia

15. Pleurotergites perut tanpa setae discal

16. Jantan: sternites III-VII masing-masing dengan luas kelenjar melintang yang sempit.

Berikut ini gambar morfologi Thrips palmi.

a b

Gambar 3.2. Imago spesies Thrips palmi dibawah mikroskop binokuler (a) stereo (b)
compound

Morfologi dari segmen antena, seta oceli, sensila campaniform pada metanotum dan comb

(sisir) dapat dilihat pada Gambar 3.3.


a b

c d

Gambar 3.3. Morfologi Thrips palmi (a) antenna, (b) seta oseli (c) metanotum (d) comb

Serangan Thrips sp. pada Tanaman Cabai

Gejala Serangan Thrips sp.

Serangan Thrips sp. pada tanaman sayuran diamati pada tanaman cabai. Tanaman

cabai yang sudah memasuki fase mulai berbunga dikurung dalam wadah plastik mika

berukuran 50 cm x 15 cm. Bagian bawah dan bagian atas wadah tersebut ditutup dengan

kain kasa (Gambar 3.4).


a b

Gambar 3.4. Pengamatan serangan Thrips sp. pada tanaman cabai dalam kurungan

Selanjutnya dimasukkan imago Thrips sp. ke dalam kurungan tersebut. Thrips sp.

diperoleh dari tanaman terung (Solanum melongena). Hal ini didasarkan pada hasil

penelitian sebelumnya bahwa Thrips palmi yang ditemukan kelimpahannya paling tinggi

terdapat pada tanaman terung. Setelah itu, diamati serangannya dimulai hari pertama

hingga hari ke 21. Data Dokumentasi dikumpulkan selanjutnya dilakukan analisis

deskriptis terhadap serangan tersebut. Hasil yang diperoleh selama pengamatan

didokumentasikan dengan kamera menggunakan micro lens. Hasilnya dipaparkan pada

uraian sebagai berikut:

(1). Lokasi serangan Thrips sp. sebahagian besar terjadi pada bagian daun muda, dan ada

beberapa yang menyerang pada bagian pucuk daun (Gambar 3.5).

a b
c d e

Gambar 3.5. Serangan Thrips sp. pada bagian pucuk (a-b) dan daun muda tanaman cabai
(c-e).

(2). Serangan Thrips sp. terjadi pada permukaan daun bagian atas (Gambar 3.6),

a b c

Gambar 3.6. Serangan Thrips sp. pada permukaan cabai bagian atas (a-c)

(3). Serangan Thrips sp. Dimulai dari serangan ringan hingga serangan berat. Serangan

Thrips sp. berwarna putih keperakan, selanjutnya serangan tersebut lama kelamaan berubah

menjadi berwarna kecoklatan (Gambar 3.7).


a b c

d e f g

Gambar 3.7. Serangan awal Thrips sp. berwarna putih keperakan (a-c) dan berubah
menjadi berwarna coklat (d-g).

(4). Bentuk serangan Thrips sp. bervariasi, ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang, dan

berbentuk angka 8 (Gambar 3.8),

a b c d e

Gambar 3.8. Variasi serangan Thrips sp. pada daun tanaman cabai. a). bulat b). oval, c).
memanjang d). angka 8

(5). Thrips sp. menyerang daun tanaman cabai bagian permukaan atas dengan cara meraut

dan mengisap, dan hasil rautan tersebut berserakan di sekitar trips makan, (6). Selanjutnya
trips mengisap jaringan dengan cara membenamkan tubuh di dalam serbuk-serbuk hasil

rautan tersebut (Gambar 3.9)

a b c

e
d

b
Gambar 3.9. Imago dan nimfa trips yang sedang meraut permukaan daun cabai. Imago
membungkukkan kepala dalam serbuk rautan (a-e).

(7). Pengamatan terhadap populasi trips makan pada daun yang sama dapat secara individu

maupun secara berkelompok (Gambar 3.10).

a b c
d e f

Gambar 3.10. Populasi Thrips sp. makan pada daun tanaman cabai. a). individu b).
berkelompok

(8). Lokasi serangan trips pada daun tanaman dapat terjadi pada ujung, tengah, maupun

pangkal daun (Gambar 3.11).

a b c d e

Gambar 3.11. Lokasi serangan Thrips sp. pada daun tanaman cabai. a). ujung, b dan c).
tengah, d). pangkal, e). pinggir

(9). Pengamatan dengan menggunakan micro lens pada penampang daun yang terserang

trips, terjadi perubahan warna. Warna daun yang terserang dimulai dari permukaan atas

hingga permukaan bawah menjadi berwarna kecoklatan (3.12).


a b

Gambar 3.12. Penampang melintang daun cabai yang terkena serangan trips. Tidak
terserang (a) serangan dari permukaan atas hingga permukaan bawah (b).

Pada Gambar 3.5 dan 3.6 di atas dapat dilihat bahwa trips umumnya menyerang

daun tanaman cabai bagian atas atau daun muda. Hal ini berkaitan dengan kandungan

nitrogen yang terkandung pada tanaman tersebut. Makanan terutama unsur nitrogen sangat

berperan dalam perkembangbiakan serangga, terutama berpengaruh terhadap keperidian

serangga betina (Blum 1985). Pada temuan ini trips lebih banyak menyerang daun bagian

atas daripada pucuk, karena daun atas mampu menampung populasi nimfa yang lebih

banyak dibandingkan dengan daun pucuk, ukuran daun atas lebih luas dari daun pucuk.

Pada Gambar 3.7 di atas diketahui bahwa serangan trips pada daun tanaman cabai

ditandai dengan warna putih keperakan, kemudian lama kelamaan berubah menjadi coklat.

Untuk memenuhi nutrisi, trips mengisap cairan sel yang mengakibatkan sel menjadi rusak

dan hancur (Kirk 1997). Lewis (1997) melaporkan serangan trips mengakibatkan

permukaan daun berwarna putih keperakan, selanjutnya daun mengering dan berubah

warna menjadi coklat dan akhirnya rontok.

Pada Gambar 3.8 dapat dilihat bahwa bentuk serangan trips pada daun tanaman

cabai bervariasi. Serangan tersebut berbentuk bulat, oval, memanjang, dan ada yang

berbentuk angka 8. Bentuk lubang bervariasi tergantung pada ketebalan daun yang diamati.
Stilet mandibula membantu dengan menusuk lubang pertama, stilet maksila melebarkan

lubang di permukaan sehingga meninggalkan lubang berbentuk angka 8 (Kirk 1997).

Uji Kimia Serangan Thrips sp. pada Tanaman Cabai

Kandungan Nitrogen, Karbohidrat dan Lemak Daun Cabai Terserang Trips

Daun tanaman cabai yang terserang trips dianalisis kandungan nitrogen,

karbohidrat, dan lemaknya. Daun cabai yang dianalisis adalah daun yang terserang trips

lebih dari 50%. Hasil analisis kadar nitrogen, lemak, dan karbohidrat dalam daun yang

terserang disajikan pada Tabel 7.1.

Tabel 3.7. Kandungan nitrogen, karbohidrat, dan lemak pada daun tanaman cabai yang
terserang trips dalam 1000 mg
__________________________________________________________________
Kandungan Daun terserang Daun kontrol
__________________________________________________________________
Nitrogen (N) 140,014 141,09*tn
Lemak 154,030 159,78*tn
Karbohidrat 263,124 269,72*tn
Keterangan: *tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Hasil analisis kadar nitrogen, lemak dan karbohidrat dilakukan uji t pada taraf 5%.

Hasil uji t menunjukkan bahwa kadar nitrogen, lemak dan karbohidrat tidak berbeda nyata

antara daun yang terserang dengan daun yang tidak terserang.

Kadar Klorofil Daun Cabai yang Terserang Trips

Kadar klorofil daun yang terserang trips diukur dengan klorofil meter merek SPAD-

502 Plus. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil pengukuran kadar

klorofil diketahui bahwa kadar klorofil daun yang terserang trips lebih rendah dari daun

yang tidak terserang (Tabel 3.7).


Tabel 3.7. Kadar klorofil daun cabai sebelum dan sesudah serangan trips

Indikator Statistik Kadar Klorofil (mg/L)


Sebelum terserang Sesudah terserang
Rata rata 42.67 39.53*
Standar deviasi 5.02 5.05
Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5%

Dari Tabel 3.7 di atas dapat diketahui bahwa kadar klorofil daun cabai yang

terserang trips lebih rendah dari kadar klorofil daun sebelum terserang. Hasil uji t pada

taraf 5% menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan kadar klorofil daun cabai yang

terserang trips dengan yang tidak terserang. Untuk mendapatkan nutrisi trips menusukkan

stiletnya ke dalam jaringan daun dan mengisap cairan epidermis, palisade yang

mengandung klorofil, dan sel mesofil (Kirk 1997). Kolb et al. (1991) melaporkan lima

trips dewasa per tunas pada kurungan akan menyebabkan klorosis. Kerusakan akibat trips

makan menyebabkan tingkat kehilangan air tinggi. Daun yang terserang trips cenderung

mengalami stres air dan mengurangi tingkat fotosintesis pada kondisi ketersediaan air yang

rendah (Kolb et al. 1991). Serangan trips dapat mengurangi laju fotosintesis hingga 20%

(Ellsworth et al. 1995).

Uji Elisa Daun Tanaman Cabai yang Diserang Trips

Untuk mengetahui serangan trips pada daun tanaman cabai mengandung virus atau

tidak dilakukan uji Elisa. Hasil uji Elisa diperoleh hasil negatif untuk semua sampel daun

yang terserang trips (Gambar 3.13).

Dari Gambar 3.13 dapat dilihat hasil uji Elisa daun terserang trips yang diperoleh

dari pertanaman cabai adalah negatif. Artinya pada serangan tersebut tidak terkandung

Tospovirus. Dari hasil uji tersebut dapat dikatakan bahwa Thrips sp. tidak menularkan
Tospovirus. TSWV satu-satunya anggota kelompok spotted wilt virus tomat dari virus

tanaman dan hanya ditularkan oleh trips dan T. parvispinus tidak menularkan Tospovirus

(Ullman et al. 1995).

a b

Gambar 3.13. Hasil uji Elisa daun yang terserang trips. (a) serangan trips dari tanaman
inang (Solanum melongena). Warna sampel yang diuji tidak berwarna,
reaksi negatif. (b) reaksi positif (Clark & Adam 1977).

Beberapa spesies trips yang berperan sebagai vektor Tospovirus yaitu T. tabaci, F.

occidentalis, F. schultzei dan F. fusca (Wijkamp et al. 1995). Selanjutnya menurut Riley

et al. (2011) Tospovirus hanya ditularkan oleh trips famili Thripidae dan sub famili

Thripinae. Riley et al. (2011) menambahkan dari 1.710 spesies Thripidae hanya 14 spesies

trips saat ini dilaporkan menularkan Tospovirus. T. Parvispinus tidak termasuk kedalam 14

spesies tersebut.

Dari Gambar 3.13 juga diketahui bahwa serangan trips yang diperoleh dari tanaman

inang terung tidak mengandung Tospovirus. Hasil identifikasi trips yang ada pada tanaman

terung saat dilakukan perlakuan yaitu ditemukan T. parvispinus, dan T. palmi. Hal ini
mengindikasikan bahwa di Provinsi Jambi tidak ditemukan Tospovirus. Saat ini status

spesies T. palmi sebagai trips vektor belum jelas (Riley et al. 2011).
V. KESIMPULAN

Dari data sementara yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Spesies T. palmi tidak ditemukan pada semua jenis tanaman sayuran. T. palmi

ditemukan pada tanaman terung, mentimun, timun suri, gambas, bayam, dan kacang

buncis.

2. Kelimpahan tertinggi T. palmi ditemukan di dataran rendah pada tanaman solanum

melongena, dan di dataran tinggi pada tanaman solanum tuberosum.

3. Spesies T. parvispinus ditemukan di setiap tanaman sayuran pada semua lokasi

survei, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi.

4. Serangan trips pada daun tanaman cabai terjadi pada permukaan daun bagian atas di

bagian pangkal, tengah, atau di pinggir daun. Trips yang menginvestasi daun

tanaman cabai terjadi secara individu, atau berkelompok.

5. Serangan trips pada daun tanaman cabai berbentuk bulat, oval, memanjang dan

berbentuk angka delapan dengan warna serangan berwarna keperakan, selanjutnya

berubah warna menjadi kecoklatan.

6. Serangan trips pada daun tanaman cabai dapat mengurangi kandungan klorofil dan

merusak struktur sel daun cabai. Kadar nitrogen, lemak, dan karbohidrat daun cabai

yang terserang trips tidak berbeda nyata dengan daun yang tidak terserang pada

taraf 5%.

7. Hasil uji Elisa terhadap daun cabai yang diserang trips tidak mengandung

Tospovirus.
Saran

Budidaya cabai dilakukan di lahan yang terbebas dari tumbuhan inang yang menjadi

sumber invasi trips.


DAFTAR PUSTAKA

Blum MS. 1985. Fundamentals of Insect Physiology. John Wiley & Sons. New York. P.
598.

Childers CC & Achor DS. 1995. Thrips feeding and oviposition injuries to economic
plants, subsequent damage and host responses to infestation. In B.L. Parker, M.
Skinner and T. Lewis.Thrips Biology and Management. p. 3-19. NATO ASI Series.
Series A: Life Sciences Vol 276. New York.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2010. Data Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Provinsi Jambi.p. 78-88

Ellswort DS, MT Tyree, BL Parker and M Skinner. 1995. Impact of pear thrips damage on
sugar maple physiology: A whole – tree experiment. In B.L. Parker, M. Skinner and
T. Lewis.Thrips Biology and Management. p. 53-58. NATO ASI Series. Series A:
Life Sciences Vol 276. Plenum Press, New York.

Kalshoven LGE. 1981. The pests of crops in Indonesia (revised by P.A. Van der Laan.PT.
Ichtiar Baru-van Hoeve. Jakarta. p.83-88.

Khan I., Din S, Khalil SK, Rafi MA. 2006. Survey of predatory coccinellids
(Coleoptera:Coccinellidae) in the Chitral, District, Pakistan. Journal of Insect
Science 7 (7): 13-21

Kawai A.1986. Studies on population ecology of Thrips palmi Karny. Analysis of damage
on cucumber. Jpn. J. Appl. Entomol. Zool. 30, l2-l6.
Kirk WDJ. 1997. Feeding. In. T. Lewis. Thrips as Crops Pest. p.119-162. CAB
International University Press. Cambridge
Kolb TE, LH McCormick & DL Shumway. 1991. Physiological responses of pear thrips-
damaged sugar maples to light and water stress. Tree Physiology. 9:401-413

Lewis T. 1973. Thrips.Their biology, ecology, and economic importance.Academic Press,


London and New York. p.349

Lewis T. 1997. Thrips as Crop Pests. CAB International. International University Press.
p.15-65.
.
Marullo R. and L. Mound. 2002. Trips and Tospovirus. Proceedings of the international
symposium on Thysanoptera. Australian national insect collection. Canberra. p.391

Miyazaki M and I Kudo. 1988. Bib1iography and host plant catalogue of thysanoptera of
Japan. Misc. Publ. Natl. Inst. Agro-Environ. Sci. 3, 1-246.

Moritz G, D Morris, and L Mound. 2001. Trips ID. Pest Trips of the world. An interactive
identification and information system.CSIRO Publishing Canberra.

Mound L. 2006. Thysanoptera Biology and Identification. CSIRO Entomology Canberra


Australia

Mound LA & Kibby G. 1998. Thysanoptera. An Identification Guide. CSIRO Entomology,


Canberra Australia; Natural Hystory Museum, London, UK. CAB International.

Murai T. 2002. The pest and vector from the East: Thrips palmi. Trips and tospoviruses:
Proceedings of the 7th international symposium on Thysanoptera. Australian
National Insect Collection, Canberra. p. 19-32.

Palmer JM, L.Mound and GJ du Heaume. 1989. CIE guides to insect of importance to man
2.Thysanoptera. C.R. Betts. CAB International Inst. British Museum Natural
History p.72

Prabaningrum L, TK Moekasan, dan S Sastrosiswojo. 2002. Studi Pendasaran Usahatani


Paprika di Jawa Barat sebagai Suatu Landasan Pengembangan Pengendalian Hama
Terpadu. P.11

Riley DG, Shimat V Joseph, R Srinivasan, and S Diffie. 2011. Thrips Vectors of
Tospoviruses. J.of Integrated Pest management. 1 (2): p. 1-10

Sastrosiswojo S. 1991. Trips on vegetables in Indonesia. In : N.S. Talekar. Trips in


Southeast Asia. Proc. Regional Consultation Workshop Bangkok, Thailand, 13
March 1991. AVRDC, Taiwan, ROC. p 12-17.

Ullman DE, German TL, Sherwood JL, & Westcot DM 1995. Trips transmission of
tospoviruses: Future possibilities for management. In B.L. Parker, M. Skinner and
T. Lewis.Trips Biology and Management. p. 3-16. NATO ASI Series. Series A:
Life Sciences Vol 276. Plenum Press, New York.

Wijkamp I, N Almarza, R Goldbach and D Peters. 1995. Distinct levels of specificity in


thrips transmission of tospoviruses. Phytopathology 85:1069–1074.

Anda mungkin juga menyukai