net/publication/269705863
Hama Thrips
CITATIONS READS
0 6,667
1 author:
Wahyu Sylvitria
AGRO MANDIRI JAYA, pt.
8 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
JUN and Solomon teak clones multi-location trials in determining the clones recommended for each region View project
All content following this page was uploaded by Wahyu Sylvitria on 19 December 2014.
Bab I
KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI
1.1 KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Sub Kelas : Pterygota
Super Ordo : Exopterygota
Ordo : Thysanoptera (thysanos = umbai; pteron = sayap)
Sub Ordo : Terebrantia
Tubulifera
Famili : Thripidae
Genus : Thrips
Spesies : Thrips tabaci (thrips bawang)
Dorsalis scirtothrips
Thrips fuscipennis (thrips mawar)
Thrips palmi (thrips melon)
Frankliniella tritici
Thrips parvispinus (thrips cabai)
Frankliniella occidentalis (western flower thrips)
Frankliniella intonsa (the European flower thrips)
Aelothrips fasciatus
Ceratothrips ericae
Heliothrips haemorrhoidalis (thtips greenhouse)
Hercinothrips femoralis
Parthenothrips dracaenae
Thrips atratus
Thrips nigropilosus
Thrips simplex
Thrips trehernei
Thrips vulgatissimus
1.2 MORFOLOGI
Thrips adalah kelompok serangga berukuran kecil, bertubuh ramping,
yang termasuk ke dalam ordo Thysanoptera (thysanos = umbai;
pteron = sayap). Thrips adalah kata Yunani yang juga bisa berarti
kutu kayu. Jadi golongan ini terdiri dari serangga yang bersayap
umbai, yang menjadi salah satu ciri morfologis yang paling penting.
Hingga kini, 5000 spesies thrips telah diidentifikasi. Lima puluh
persen di antara spesies thrips tersebut makan jamur, baik pada hifa
maupun spora jamur, dan sisanya adalah pemakan tumbuhan dan
predator thrips yang lain.
Thrips bertubuh silindris memanjang, dengan panjang hanya 1 – 2 mm, meskipun
ada yang mencapai 13 mm, dan kebanyakan berwarna hitam. Thrips mempunyai alat
mulut yang bertipe pencucuk-pengisap, meskipun lebih tepat disebut sebagai
pemarut. Bentuknya pendek, buntak, tidak simetris. Thrips akan mengisap cairan
tumbuhan yang keluar dari jaringan yang terlebih dahulu dilukai dengan mulutnya.
Thrips adalah serangga yang mobilitasnya rendah;
meskipun mereka mempunyai sayap, mereka tidak
banyak menggunakannya untuk terbang. Oleh karena
itu, thrips mudah ditemukan secara berkelompok
menghuni sehelai daun bersama dengan telur dan
nimfanya.
Reproduksi thrips tergolong tinggi, dan beberapa di
antaranya mempunyai model reproduksi partenogenesis,
beberapa arrhenotoky (partenogenesis dengan telur
yang tidak dibuahi menjadi individu jantan haploid) dan
thelytoky (partenogenesis dengan telur yang tidak
dibuahi menjadi individu betina). Metamorfosis thrips di
antara tipe hemimetabola (sederhana) dan sempurna,
karena melewati masa prepupa dan pupa yang inaktif.
Jadi, dua tahap nimfa sifatnya aktif, diikuti oleh tahap
ketiga yang disebut prepupa, dan tahap keempat yang
berupa pupa.
Beberapa spesies tirip predator ditemukan di alam, misalnya spesies yang termasuk
ke dalam famili Aeolothripidae. Sementara itu, tirip dari famili Merothripidae makan
pada jamur yang tumbuh pada bagian tumbuhan yang sudah lapuk. Tirip juga
dibuktikan merupakan serangga penyerbuk, mungkin karena aktivitasnya pada
bunga secara tidak sengaja memindahkan serbuk sari.
Beberapa spesies thrips juga berbahaya karena menularkan patogen, misalnya virus
dari golongan Tospovirus. Nimfa instar satu dan awal instar dua Frankliniella
occidentalis (famili Thripidae) dapat menularkan Tomato spotted wilt virus (TSWV),
salah satu jenis penyakit berbahaya pada tomat.
Larva yang baru menetas segera memakan jaringan tanaman. Nimfa Mereka sangat
mobile dan sering berpindah ke bagian lain dari tanaman. Nimfa trips instar pertama
berbentuk seperti kumparan, berwarna putih jernih dan mempunyai 2 mata yang
sangat jelas berwarna merah, aktif bergerak memakan jaringan tanaman. Sebelum
memasuki instar kedua warnanya berubah menjadi kuning kehijauan, berukuran 0,4
mm, kemudian berganti kulit.
Pada instar kedua ini trips aktif bergerak mencari tempat yang terlindung, biasanya
dekat urat daun atau pada lekukan-lekukan di permukaan bawah daun. Trips instar
ke dua berwarna lebih kuning, panjang 0,9 mm dan aktifitas makannya meningkat.
Pada akhir instar ini, thrips turun ke tanah dan menjadi pupa pada atau di bawah
permukaan tanah. Dalam beberapa spesies tahap pre-pupa dan pupa tetap berada
pada tanaman. Tahap pupa tahan terhadap insektisida.
Pada stadium prapupa maupun pupa, ukuran trips lebih pendek dan muncul 2
pasang sayap dan antena, aktifitas makan berangsur berhenti
Fase dewasa (imago) adalah tahap reproduksi dan bersayap. Thrips adalah
penerbang yang buruk, tetapi sayap berumbai mereka memungkinkan mereka untuk
dengan mudah dibawa oleh angin.
Fase dewasa
Imago akan bergerak lebih cepat dibanding dengan nimfanya, telah memiliki sayap
yang ukurannya relatif panjang dan sempit, imago ini tubuhnya berwarna kuning pu-
cat sampai kehitam-hitaman. Serangga dewasa berukuran 1-2 mm. Imago betina
dapat bertelur sampai 80 butir yang diletakkannya ke dalam jaringan epidhermal
daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam. (Direktorat Perlindungan Tanaman,
1992).
Bab II
DAMPAK SERANGAN TERHADAP TANAMAN
lima jenis yang sering ditemui selama musim tanam dan termasuk thrips tembakau,
thrips bunga barat, thrips bunga, Frankliniella bispinosa (Morgan), dan Limothrips
cerealium Haliday (thrips gandum). Frankliniella fusca adalah spesies yang mendo-
minasi pada dedaunan, dan biasanya menyumbang lebih dari 90 persen dari semua
thrips dedaunan.
Pada tanaman tomat, TSWV terutama ditularkan oleh thrips bunga barat,
Frankliniella occidentalis (Pergande), dan thrips tembakau, Frankliniella fusca
(Hinds). Thrips tabaci (virus bawang) menularkan virus mozaik (virus kuning) pada
tanaman legum dan solanaceae. Tanaman yang sudah terserang virus mozaik
sangat sulit untuk disembuhkan dan bahkan harus dimusnahkan agar tidak menulari
tanaman lain. Virus mozaik membuat tanaman kerdil dan pertumbuhan terhenti,
sehingga tanaman menjadi tidak produktif.
Bab III
PENGENDALIAN
3.1 PENCEGAHAN
Pencegahan tanaman dari serangan thrips dapat dilakukan dengan cara:
Pemasangan mulsa plastik hitam-perak, selain berfungsi sebagai pengendali
gulma, mulsa plastik hitam-perak ini juga berfungsi memantulkan cahaya
matahari ke bagian permukaan bawah daun (tempat thrips bersembunyi). Selain
itu, mulsa plastik juga akan menghambat sebagian thrips untuk masuk ke dalam
tanah pada fase pupa.
Pengendalian kelembaban dan suhu. Thrips menyukai tempat yang lembab
dengan suhu sejuk. Oleh sebab itu, atur jarak tanam, lakukan perempalan/
pemangkasan pada tanaman agar sirkulasi udara lancar dan dapat mengurangi
kelembaban serta meningkatkan suhu di sekitar pertanaman.
Membuat pagar tanaman buffer (penyangga). Tanaman penyanga ini adalah
tanaman yang disukai oleh hama, sehingga pengendalian hama cukup dilakukan
pada tanaman penyangga. Contoh: Terung dan kacang panjang sebagai tanaman
penyangga untuk kebun cabai.
Bawang putih dapat digunakan sebagai penolak/pengusir thrips. Bawang putih
yang di haluskan dan disemprotkan ke tanaman akan masuk ke dalam jaringan
tanaman. Karena hama thrips ini tidak suka dengan bawang maka hama akan
kabur dari tempat persembunyiannya. Pegendalian ramah lingkungan ini bisa
dikombinasikan dengan insektisida kimia untuk thrips.
3.2 PENGENDALIAN
Sebagai indikator, pada saat ditemukan 10 nimfa/ daun atau kerusakan tanaman
mencapai 15 % pada tanaman padi dan sayuran, maka perlu dilakukan pengendalian
(eradikasi).
3.2.2.2 Parasit
Strategi lain yang efektif untuk mengendalikan thrips adalah insektisida biologis,
termasuk Beauveria bassiana atau Verticillium lecanii. Strategi ini menunjukkan efek
yang signifikan pada telur, larva dan thrips dewasa.
(a) Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin
Jamur Beauveria bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk
benang- benang halus (hifa). Kemudian hifa-hifa tadi membentuk koloni yang disebut
miselia. Jamur ini tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia
bersifat parasit terhadap serangga inangnya.
(b) Metarhizium anisopliae var anisopliae
Jamur M. anisopliae ini pertama kali ditemukan oleh Metschikoff pada tahun 1879,
jamur ini bersifat parasitik terhadap serangga termasuk kumbang kelapa. Jamur
ini biasanya disebut Green Muscardine Fungus dan tersebar diseluruh dunia. Jamur
ini pertama kali digunakan untuk mengendalikan hama kumbang kelapa lebih dari 85
tahun yang lalu, dan sejak itu digunakan dibeberapa Negara termasuk Indonesia
(Tanada dan Kaya, 1993).
DAFTAR PUSTAKA