Anda di halaman 1dari 4

Pengaruh Status Sosial Ekonomi pada Kesehatan

Status sosial ekonomi dianggap sangat membawa pengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
Faktor yang dapat diukur dalam status ekonomi sosial adalah pendapatan keluarga, pendidikan orang tua
atau diri sendiri, dan status profesional orang tua atau dirisendiri. Status kesehatan terkait dengan status
sosial ekonomi. Pendidikan juga sangat berhubungan dengan kesehatan menuju yang lebih
baik, pendidikan bisa merubah hasil kesehatan dan meningkatkan umur panjang, dengan
mendorong untuk berperilaku memberikan perlindungan diri terhadap penyakit. Dan demikian juga
untuk mengurangi tingkah laku yang menempatkan individu terhadap risiko terkena penyakit. Pendidikan
dengan level yang lebih tinggi ditambah dengan peningkatan kekayaan dapat menyediakan sumber daya
yang lebih besar, dapat meningkatkan akses perawatan medis yang lebih baik dan menyediakan
kemampuan yang lebih besar untuk melindungi diri terhadap risiko penyakit.Individu-individu dari status
sosial ekonomi yang lebih rendah , lebih mungkin terkena bahaya kesehatan di tempat kerja dan di
lingkungan melalui udara yang beracun yang mereka hirup, air yang mereka minum, dan makanan yang
mereka makan . Berikut penjelasan lengkap factor factor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan
masyarakat :

1. PENDIDIKAN
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007:17) mengatakan bahwa yang paling
mempengaruhi kesehatan seseorang adalah perilaku dan faktor non perilaku. Perilaku sendiri
terbentuk karena adanya proses pendidikan sebelumnya yang melalui beberapa tahap hingga
kemudian terbentuk pola perilakunya. Hal itu menunjukkan bahwa secara tidak langsung
pendidikan juga berpengaruh terhadap kesehatan seseorang.
Hasil dari pendidikan terkait kesehatan adalah dalam bentuk kesadaran kesehatan. Kesadaran
adalah keadaan dimana seseorang dalam keadaan siap dari segi fisik dan pikiran untuk menerima
atau melakukan hal-hal tertentu. Kesadaran merupakan keadaan yang optimal pada seseorang
dimana orang tersebut dalam keadaan tersebut mampu menyerap segala hal yang diberikan dengan
baik dan maksimal.
Jadi dari sini dapat disimpulkan bahwa kesadaran kesehatan merupakan keadaan optimal pada
seseorang dimana di situ terdapat pemahaman mengenai kesehatan pada diri seseorang. Kesadaran
kesehatan menjadi titik yang menentukan sejauh mana seseorang mengerti dan memahami
mengenai kesehatan. Pemahaman itu bisa berbentuk tindakan, pengetahuan, maupun upaya
pencegahan untuk tetap m enjaga kesehatan pada dirinya agar tetap optimal.
Kesadaran kesehatan sendiri terdiri dari beberapa hal yaitu :
(1) kesadaran tentang penyebab penyakit, gejala-gejala, cara-cara pengobatan atau kemana
mencari pengobatan, cara penularan, dan juga cara pencegahan.
(2) kesadaran tentang cara-cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat seperti kesadaran
pentin gnya olahraga, makan bergizi, bahaya merokok, dll.
(3) kesadaran tentang kesehatan lingkungan seperti manfaat air bersih, cara-cara pembuangan
limbah dan sampah alibat populasi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005:56).
Kesadaran kesehatan perlu ditanamkan pada seseorang sejak ia kecil agar nantinya ia dapat tumbuh
menjadi individu yang sadar sehat. Sebenarnya pemahaman mengenai istilah pengetahuan
kesehatan dan kesadaran kesehatan hampirlah sama. Bahkan tidak ada bedanya dalam segi konsep.
Hanya saja kesadaran lebih karena pengaruh lingkungan sekitar individu yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi pola perilaku individu dalam hal kesehatan. Pengaruh itu
bisa dari lingkungan pendidikan, budaya, masyarakat, maupun hal-hal lainnya. Jadi di sini secara
garis besar dapat dikatakan bahwa ada kesamaan pengertian antara pengetahuan kesehatan dan
kesadaran sehingga pada nantinya tidak membingungkan.
2. PENDAPATAN

Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan corak permintaan
terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan terhadap
permintaan berbagai jenis barang.
Ada hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan
pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern. Jika pendapatan
meningkat maka garis pendapatan akan bergeser kekanan sehingga jumlah barang dan jasa
kesehatan meningkat. Pada masyarakat berpendapatan rendah, akan mencukupi kebutuhan barang
terlebih dahulu, setelah kebutuhan akan barang tercukupi akan mengkonsumsi kesehatan
(Andersen et al, 1975; Santerre & Neun, 2000 dalam Andhika 2010; Mills & Gilson,1990).

Sebagian besar pelayanan kesehatan merupakan barang normal di mana kenaikan


pendapatan keluarga akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan. Akan tetapi ada
kecenderungan mereka yang berpendapatan tinggi tidak menyukai pelayanan kesehatan yang
menghabiskan banyak waktu. Hal ini diantisipasi oleh rumah sakit-rumah sakit yang
menginginkan pasien dari golongan mampu. Masa tunggu dan antrean untuk mendapatkan
pelayanan medis harus dikurangi (Palutturi, 2005).

Kerangka teori yang mendasari penelitian ini adalah teori konsumsi dan ekonomi
kesejahteraan merurut Pindyck dan Rubinfeld (1998). Untuk mecapai kesejahteraan tertentu
individu akan mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa, yang dalam hal ini konsumsi jasa
ditekankan dalam bentuk pelayanan kesehatan. Kurva kepuasan konsumsi barang dan kesehatan
menjelaskan bahwa kepuasan seseorang ditentukan oleh konsumsi kesehatan dan konsumsi barang
yang dibatasi oleh garis pendapatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan dan biaya pelayanan kesehatan akan
juga berpengaruh terhadap jumlah pelayanan kesehatan yang diminta. Jika pendapatan meningkat,
maka garis pendapatan akan bergeser ke kanan sehingga jumlah barang dan kesehatan meningkat.
Meningkatnya konsumsi barang dan kesehatan berimplikasi pada meningkatnya kesejahteraan
individu tersebut. Jadi dalam hal ini konsumsi kesehatan ditentukan oleh besarnya tingkat
pendapatan. Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan juga akan
mempengaruhi konsumsi kesehatan. Faktor tersebut antara lain biaya jasa kesehatan dan jarak
tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan serta jumlah tanggungan keluarga.

Faktor lainnya yang mempengaruhi konsumsi kesehatan sangat banyak, terutama yang
berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi, dan budaya seperti tingkat pendidikan,
pengetahuan, pengalaman dan kebiasaan. Besar kecilnya kekayaan dapat mempengaruhi konsumsi
kesehatan. Misalnya pada masyarakat yang berpendapatan rendah, akan mencukupi kebutuhan
barang lebih dulu, setelah kebutuhan akan barang tercukupi akan mengkonsumsi kesehatan. Faktor
yang berpengaruh langsung terhadap pendapatan, misalnya biaya yang terkait dengan jasa
pelayanan kesehatan, menjadikan biaya jasa pelayanan kesehatan naik. Keadaan ini menurunkan
konsumsi kesehatan, karena dengan naiknya biaya kesehatan akan menurukan pendapatan relatif,
yaitu pendapatan tetap sementara biaya kesehatan naik.

Menurut Miler dan Meineres (1997), Engel sebagai pelopor dalam penelitian tentang
pengeluaran rumah tangga. Penelitian Engel melahirkan empat butir kesimpulan, yang kemudian
dikenal dengan Hukum Engel. Keempat butir kesimpulannya yang dirumuskan tersebut adalah
jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin kecil,
persentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat
pendapatan, persentase pengeluaran untuk konsumsi keperluan rumah relatif tetap dan tidak
tergantung pada tingkat pendapatan dan jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran
untuk pendidikan, kesehatan, rekreasi, barang mewah dan tabungan semakin meningkat.

3. BUDAYA

Budaya mengartikan apa yang baik dan buruk, serta apa yang sehat dan tidak sehat.Secara
langsung budaya mempengaruhi kebiasaan sehari-hari. Berikut merupakan cara budaya
memengaruhi kesehatan, yaitu :
a. Budaya berhubungan dengan kebiasaan atau praktik sosial yang diambil
dalam penambahan atau pengurangan risiko.Contoh: dalam pemilihan makanan (ada
vegetarian, gaya diet mediteranian),metode dalam memasak, mutilasi kelamin wanita, dan
sejarah pengikatan kaki di China.
b. Budaya berhubungan dengan tipe intervensi yang dapat diterima.Contoh: variasi kadar
penerimaan pengobatan tradisional barat, termasuk ketergantungan terhadap penyembuhan
diri sendiri dan penyembuhan tradisonal.
c. Budaya berhubungan dengan respon terhadap penyakit dan intervensinya Contoh:
perbedaan budaya dalam tindak lanjut, kepatuhan terhadap pengobatan, penerimaan
terhadap hasil yang merugikan.
d. Budaya berkaitan dengan respons terhadap gejala, seperti tingkat urgensi mengenali gejala-
gejala, mencari perawatan, serta mengkomunikasikan gejala.Contoh: perbedaan budaya
dalam mencari perawatan.

Anda mungkin juga menyukai