Anda di halaman 1dari 9

Subtema: Lingkungan

Judul Esai

Sampah Musuh atau Teman?

Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi

LOMBA ESAI INTERNAL STUDI

ILMIAH MAHASISWA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Diusulkan oleh: Javas Alfreda Belva Yoga Pratama

Matematika/2017

SURAKARTA

2017
Sampah Musuh atau Teman?

Apa yang kalian katakan setelah mendengar kata “sampah”? Pasti itu sesuatu
yang kotor, jorok, dan sudah tidak berguna lagi. Ketika kita berada di sebuah
kawasan kumuh selalu kita melihat tumpukan sampah di sana. Sungguh tidak
enak dipandang, bukan? Nah, apakah kalian tahu kalau sebenarnya kitalah yang
membuat sampah itu sendiri dan seharusnya kita juga yang bertanggungjawab jika
terdapat banyak sampah di lingkungan kita, terutama sampah plastik. Data di
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) tahun 2010 menyebutkan, volume rata-
rata sampah di Indonesia mencapai 200 ribu ton per hari. Daerah perkotaan
menyumbang sampah paling banyak. Hal ini disebabkan banyak faktor,
diantaranya pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi. Jika persoalan sampah
tidak segera ditangani maka pada tahun 2020 volume sampah di Indonesia akan
meningkat lima kali lipat. Berarti, sekitar 1 juta ton tumpukan sampah dalam
sehari. Peningkatan sampah dipicu oleh pertumbuhan jumlah penduduk. Hampir
semua Negara mengalami masalah sampah, namun di negara-negara maju yang
masyarakatnya telah sadar lingkungan serta didukung oleh teknologi modern,
telah berhasil mengatasi sampah. Termasuk pula ekspor limbah ke negara lain
sebagai salah satu langkah mengatasi sampah.

Menurut perkiraan dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah sampah pada tahun
2020 di 384 kota di Indonesia mencapai 80.235,87 ton tiap hari. Dari sampah
yang dihasilkan tersebut 37,6% dibakar, dibuang kesungai sebesar 4,9% dan tidak
tertangani sekitar 53,3%. Sungguh banyak sekali sampah yang berada di negeri
kita. Lalu apakah yang harus kita lakukan? Apakah kita akan diam saja? Tentu
saja tidak.

Sampah yang dibakar selain mencemari udara ternyata juga sangat berbahaya bagi
tubuh, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya karena adanya gas karbon
monoksida (CO) yang dihasilkan dari proses pembakaran tersebut. Kenapa gas ini

1
berbahaya? Karena karbon monoksida dalam jumlah banyak bisa membunuh
orang secara massal. Gas akan berikatan sangat kuat dengan hemoglobin darah
yang seharusnya mengangkut dan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Akibatnya, jalan hemoglobin akan terganggu lalu tubuh akan kekurangan oksigen
dan mengakibatkan kematian. Belum lagi jika yang dibakar adalah sampah
plastik. Sampah plastik yang dibakar akan membebaskan senyawa kimia dioksin
dan klorin. Semua senyawa beracun tersebut memiliki potensi yang cukup tinggi
untuk menyebabkan kanker. Dioksin sendiri bersifat terus-menerus dan
terakumulasi secara biologis. Selain itu, fosgen, gas beracun yang pernah
digunakan sebagai senjata pembunuh pada masa Perang Dunia pertama pun juga
bisa dihasilkan.

Alangkah lebih baiknya jika kita jangan membakar sampah-sampah tersebut,


namun bisa disimpan di bank sampah, sebuah tempat yang menyediakan
penampungan sampah. Selain kita bisa mendapatkan beberapa uang, jika kita
menaruhnya di bank sampah itu akan menjadi lebih berguna karena nantinya
sampah tersebut akan digunakan kembali atau didaur ulang oleh orang-orang yang
mempunyai kreativitas tinggi. Bisa juga dengan cara lain, yaitu dengan
menggunakan insinerator. Apa itu insinerator? Insinerator adalah alat yang
digunakan untuk mengubah sampah menjadi abu (ash), gas sisa pembakaran (fuel
gas), partikulat dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutan
sebelum dilepas ke lingkungan. Panas yang dihasilkan pun bisa dimanfaatkan
sebagai energi. Teknologi ini melibatkan unit plasma yang dapat menguraikan gas
buang yang beracun menjadi tidak beracun. Insinerator plasma ini menjadi solusi
yang terbaik dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Selain
mengolah sampah dengan cepat dalam jumlah banyak, insinerator plasma dapat
dibuat dalam skala kecil dan besar. Akan sangat bermanfaat jika insinerator
plasma skala kecil dapat ditempatkan pada depo sampah kecamatan maupun
kelurahan, sedangkan untuk yang skala besar ditempatkan pada tempat
pembuangan sementara terpadu (TPST) atau tempat pembuangan akhir (TPA).

2
Selain dibakar, manusia cenderung membuang sampah di air (sungai, laut). Jika
mereka sudah bingung mau diapakan sampah tersebut maka pilihan satu-satunya
di benak mereka adalah dengan membuangnya di air supaya sampah tersebut ikut
mengalir dan hilang dari pandangan mereka. Dalam sebuah rilis penelitian yang
diterbitkan tahun 2015, para peneliti dari Universitas Georgia yang dipimpin
oleh Jenna Jambeck membuat pemeringkatan negara-negara pembuang sampah
plastik terbanyak ke laut. Dari estimasi total 275 juta metrik ton (MT) sampah
plastik yang diproduksi dari 192 negara di seluruh dunia pada tahun 2010,
diperkirakan terdapat antara 4,8 – 12,7 juta MT masuk ke lautan lepas.

Indonesia dalam penelitian tersebut, berada dalam posisi nomor dua dibawah
Tiongkok dan berada satu peringkat di atas Filipina. Adapun ketiga negara ini
memiliki kesamaan, yaitu sama-sama negara berkembang di Asia, berpenduduk
urban padat, dan memiliki batas wilayah yang langsung berbatasan dengan laut.

Berbasiskan data 2010, Indonesia menjadi peringkat kedua negara “penyumbang”


sampah plastik terbesar di dunia yaitu sebesar 3,2 juta ton, setelah Tiongkok
sebesar 8,8 juta ton lalu disusul oleh Filipina diperingkat ketiga, yaitu sebesar 1,9
juta ton.

Namun sebenarnya ini justru sangat merugikan, baik bagi diri kita sendiri maupun
pada keseimbangan ekosistem di air itu sendiri. Bukannya kita menyelesaikan
masalah malah justru kita menambah masalah dengan mencemari perairan kita.
Tak heran jika di Indonesia sering terjadi banjir, selain karena tidak ada daerah
resapan air, banjir juga disebabkan karena adanya sampah itu sendiri.

Fakta membuktikan bahwa masyarakat yang tinggal di daerah dekat sungai sering
membuang sampah mereka di air. Kenapa hal itu bisa terjadi? Selain karena

3
kebiasaan masyarakat kita, ternyata ini juga ada hubungannya dengan tata letak
rumah/tempat tinggal masyarakat itu sendiri. Biasanya rumah mereka
membelakangi sungai, itulah yang memengaruhi psikologis mereka untuk
membuang sampah di sungai tersebut karena selain dekat dan cepat mereka juga
berpikir kalau sampah tersebut tidak akan terlihat oleh tetangga atau orang lain
karena sungainya tertutup oleh rumah mereka sendiri. Coba kalau tata letaknya
kita ubah dengan meletakkan rumah penduduk menghadap sungai, secara tidak
langsung ini akan memengaruhi psikologis mereka untuk tidak membuang
sampah di sungai tersebut karena mereka tidak mau kalau lingkungan depan
rumahnya kotor karena sampah mereka sendiri. Mereka akan merasa risih dan
malu jika hal tersebut terjadi.

Namun bagaimana jika sampah tersebut sudah terlanjur mengapung banyak di


sungai? Pasti akan sulit jika kita membersihkannya dengan cara konvensional dan
biasanya juga sangat jarang ada pembersihan sungai kecuali ketika ada
acara/event tertentu. Sebenarnya bisa dibersihkan dengan mudah dan efisien jika
kita menggunakan teknologi, salah satunya adalah dengan menggunakan jaring.
Bagaimana caranya? Yaitu dengan kita bersama-sama membuat inovasi yang baru
dengan membuat jaring yang bisa bergerak sendiri dengan digerakkan oleh mesin.
Jaring tersebut bisa kita buat sepanjang dengan lebar sungai yang akan kita
sterilkan. Bagaimana dengan ikan yang hidup di sungai tersebut? Apakah tidak
ikut terbawa oleh jaring tersebut? Jawabannya adalah tidak, karena jaring tersebut
tidak terlalu tinggi, cukup beberapa meter saja karena sampah yang ada di sungai
biasanya mengapung antara 0-2 meter dibawah permukaan laut. Nantinya ikan
yang hidup di air tidak perlu takut ikut terjaring karena mereka bisa berenang ke
bawah jaring tersebut. Nantinya jaring tersebut akan membawa sampah dari titik
tertentu sampai ke tempat yang kita inginkan dan nantinya sampah-sampah di
sepanjang sungai tersebut akan terbawa bersamaan dengan jaring ini.

4
Mesin
Pelampung Jaring

Sampah

Ikan

Selain itu sampah sebenarnya bisa didaur ulang, terutama sampah plastik dan
karet. Sudah mulai banyak tangan-tangan dingin para pengrajin yang membuat
kerajinan mereka dari bahan dasar sampah plastik/karet. Sebaiknya potensi
mereka dimaksimalkan karena bisa mengurangi sampah dan menghasilkan
pendapatan. Kita bisa membentuk semacam organisasi antar pengrajin kerajinan
sampah yang beranggotakan pengrajin yang ada di seluruh Indonesia dan nantinya
bisa dibuat website yang khusus untuk menjual barang-barang atau kerajinan yang
mereka hasilkan. Nantinya para pembeli yang ingin membeli kerajinan dari
sampah tidak perlu repot-repot datang jauh dan mencari para pengrajin sampah,
cukup dengan membuka web tersebut dan klik saja dan kerajinan akan dikirim
sampai tempat si pembeli. Kita juga bisa bekerja sama dengan bank-bank sampah
yang ada di seluruh Indonesia untuk ikut dan nantinya isi/stok yang ada di bank
sampah tersebut kita inputkan di web kita sehingga nantinya para pengrajin tidak
perlu kesulitan dalam mencari bahan untuk membuat kerajinan mereka. Mereka
hanya tinggal membuka lewat web maupun lewat gadget mereka.

Sebenarnya kita bisa meminimalisir penggunaan sampah terutama sampah plastik,


salah satu upayanya yaitu dengan membawa wadah sendiri saat berbelanja. Hal ini
bisa sangat mengurangi penggunaan plastik jika banyak masyarakat yang

5
mengerti akan hal itu. Namun sayangnya masih banyak masyarakat yang tidak
menghiraukan hal tersebut dan lebih memilih memakai plastik yang disediakan
oleh pemilik toko.

Kita harus sedikit melirik ke Amerika, mereka negara industri yang maju dengan
populasi manusia yang besar juga, tetapi mereka bisa mengelola sampahnya
dengan baik. Sudah selayaknya negara kita perlu berubah ke arah yang lebih baik,
yaitu dengan mengelola sampah sebaik mungkin dan ‘berteman’ dengan sampah
tersebut, jangan jadikan sampah itu musuh bagimu yang harus melulu dibakar dan
dibuang. Mereka yang menganggapnya ‘sampah’ adalah mereka yang akalnya
belum bisa berinovasi dan berkarya, jika mereka sudah bisa, maka mereka akan
menyebutnya dengan sebutan ‘berkah’. Negara yang bersih merupakan cerminan
dari penduduknya yang sehat dan mempunyai nilai moral yang tinggi dan mari
kita sukseskan upaya 4R (Reuse, Reduce, Recyle, dan Replace).

6
Daftar Pustaka
http://www.antaranews.com/berita/417287/produksi-sampah-plastik-indonesia-
54-juta-ton-per-tahun/ (Diakses pada 15 Oktober 2017 pukul 10:51 WIB)

http://www.mongabay.co.id/2016/03/30/mengapa-indonesia-masuk-salah-satu-
daftar-pembuang-sampah-plastik-terbanyak-ke-laut/ (Diakses pada 15 Oktober
2017 pukul 11:05 WIB)

http://www.scribd.com/mobile/doc/268782602/Data-Statistik-Sampah/ (Diakses
pada 15 Oktober 2017 pukul 13.09 WIB)

http://www.berandainovasi.com/insinerasi-mengubah-sampah-menjadi-energi/
(Diakses pada 15 Oktober 2017 pukul 14.05 WIB)

7
Lampiran
Javas Alfreda Belva Yoga Pratama lahir di Malang pada tanggal 22 Juli 1998.
Pendidikan SD diselesaikannya di Madiun sedangkan SMP, SMA ia selesaikan di
daerah Gombong, Kabupaten Kebumen. Penulis adalah mahasiswa aktif
Matematika FMIPA UNS. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara.
Hobi penulis antara lain adalah berolahraga dan membaca. Pengalaman
berorganisasi yang pernah dijalani antara lain adalah menjadi sekretaris di Dewan
Ambalan Pramuka dan sie humas di Rohis (Rohani Islam) saat di SMA. Penulis
baru menulis dua kali karya tulis ilmiah berupa esai, yang berjudul “Penjajahan
Season Dua: Serangan dari Jepang dan Korea” dan “Sampah Musuh atau
Teman?”

Anda mungkin juga menyukai