Anda di halaman 1dari 17

BAB VII

KALIMAT EFEKTIF

A. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara
tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Kalimat efektif memiliki ciri-ciri, antara lain (1)
kalimat lengkap, (2) kalimat logis, (3) kalimat serasi (struktur pararel), (4) padu, (5) kalimat
hemat, (6) kalimat cermat, (7) kalimat tidak taksa (tidak ambigu), (8) Kalimat rancu, (9) kalimat
bervariasi, dan (10) kalimat bergaya.

1. KALIMAT LENGKAP

Kalimat lengkap adalah kalimat yang unsur subjek dan predikatnya ada.

1. *Pada upacara itu dihadiri oleh para dosen.


1.i.Upacara itu dihadiri oleh para dosen.

2. *Tentang usul Saudara sudah disetujui.


2.i Usul Saudara sudah disetujui.

3. *Bagi pengusaha wajib membayar pajak.


3.i Pengusaha wajib membayar pajak.

4. Jika merokok itu tidak baik bagi kesehatan.


4.i Merokok itu tidak baik bagi kesehatan.

Kalimat (1, 2, 3 dan 4) subjeknya tidak ada. Subjek dapat dimunculkan dengan
menghilangkan preposisi, seperti kata pada, untuk, bagi, tentang, dan jika—kalimat 1.i,2.i.3.i
dan 4.i).

5.i. *Mengharapkan dengan hormat kesediaan Bapak/Ibu untuk menguji skripsi


mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi, yang akan dilaksanakan pada ….

ii. Kami mengharapkan dengan hormat kesediaan Bapak/Ibu untuk menguji skripsi
mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi yang akan dilaksanakan pada ….

iii. Kami harap dengan hormat kesediaan Bapak/Ibu untuk menguji skripsi
mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi yang akan dilaksanakan pada ….

Kalimat pembuka surat (5.i) tidak bersubjek. Subjek kalimat (5.i) dapat dimunculkan
dengan dua cara. Pertama, menambahkan subjek di kiri verba predikat ‘mengharapkan’,
contoh pada kalimat (5.ii). Kedua, mengubah verba predikat aktif menjadi pasif ‘Kami harap’,
seperti contoh pada kalimat (5.iii).

6.i. * gedung ini // untuk menampung mahasiswa baru.


S Ket
ii. gedung ini // digunakan //
S P
iii. Gedung ini // dibangun // untuk menampung mahasiswa baru.
S P Ket

Pada kalimat (6.l) terdiri atas subjek dan keterangan tujuan; tidak berpredikat. Predikat
dapat dimunculkan dengan dua cara, yaitu (1) menambahkan predikat, seperti contoh pada
kalimat (6.ii) dan (2) mengubah frasa yang mengisi subjek menjadi konstruksi predikatif,
contoh pada kalimat (6.iii).

83
7.i. *Pelatihan ini // untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa.
S Ket
ii. Pelatihan ini // bertujuan // untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa.
S P Ket

Predikat kalimat (7.i) dimunculkan dengan mengubah frasa yang berfungsi sebagai
subjek menjadi konstruksi predikatif (7.ii).

8.i.* Bahasa Indonesia // sebagai bahasa negara.


S Ket
ii. Bahasa Indonesia // adalah bahasa negara.
S P
iii. Bahasa Indonesia // menjadi bahasa negara.
S P
iv. Bahasa Indonesia // berkedudukan // sebagai bahasa negara.
S P Ket

Konjungsi ‘sebagai ‘ pada kalimat (8.i) tidak dapat menjadi predikat. Kata ‘sebagai ‘
dapat diganti dengan kata ‘adalah’,‘menjadi ‘, atau ‘berkedudukan’ yang dapat mengisi fungsi
predikat, pada kalimat 8 (ii,iii,dan iv).

9. i * Kata ‘jagung’ yang terletak langsung dibelakang verba taktransitif


S
bertanam // yang tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Ket
ii. Kata ‘jagung’ yang terletak langsung dibelakang verba taktransitif
S
bertanam//tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
P
Kalimat (9.i) tidak lengkap karena predikatnya tidak ada. Sebenarnya, predikatnya ada,
yaitu tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Predikat tersebut berubah menjadi
keterangan disebabkan oleh hadirnya kata yang di kiri predikat itu. Perlu dipahami bahwa
predikat tidak dapat didahului kata yang. Kata yang hanya dipakai sebagai pengantar
keterangan subjek atau objek, seperti contoh pada kalimat (10.i,ii.) dan (11.i).

10.i. Gadis yang duduk di bawah pohon // adik saya.


S P
ii. Kita // harus memilih // pemimpin yang mementingkan rakyat kecil.
S P O
11.i. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa negara yang menempatkan
bahasa itu sebagai bahasa resmi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
bahasa pengantar pendidikan serta bahasa dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi //
S
yang memerlukan pengembangan kosakata dan istilah dalam berbagai ilmu.
Ket

ii. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang menempatkan bahasa itu
sebagai bahasa resmi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan bahasa
pengantar pendidikan serta bahasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi //
S

84
Memerlukan pengembangan kosakata dan istilah
P
dalam berbagai ilmu.

2) KALIMAT LOGIS

Kalimat logis adalah kalimat yang berhubungan unsur-unsurnya mempunyai hubungan


yang bernalar (masuk akal).

12.i. * Waktu kami persilakan! ii. Bapak Presiden kami persilakan!

Yang dipersilakan untuk memberikan sambutan adalah orang, yaitu Bapak Presiden ,
Bapak Rektor, Saudara Ketua, atau Ibu Menteri Kesehatan; bukan waktu.
Waktu tidak mungkin dipersilakan untuk berpidato/berkhotbah, tampak contoh (12.a)
merupakan kalimatsalah.
13.i. * Kita berkewajiban mengentaskan kemiskinan di negeri ini.
ii. Kita berkewajiban mengatasi/menanggulangi kemiskinan di negeri ini.
iii. Kita berkewajiban mengentaskan orang-orang miskin itu dari penderitaan.

Yang kita entaskan adalah orang-orang miskin, bukan kemiskinan.Kemiskinan harus


kita atasi, kita tanggulangi, atau kita berantas.Jadi, pada kalimat (13.a) hubungan predikat
dengan objek tidak logis.

14.i. * Arema harus mengejar ketinggalannya.


ii. Arema harus mengatasi ketinggalannya.
iii. Arema harus mengejar kemajuanlawannya.

15.i. * Dokter berusaha menyembuhkan penyakit pasiennya.


ii. Dokter berusahamenyembuhkan pasiennya.
iii. Dokter berusahamembasmi penyakit pasiennya.

16.i. * Polisi sibuk mengatur kemacetan lalu lintas.


ii. Polisi sibuk mengatur kelancaran lalu lintas.
iii. Polisi sibuk mengatasi kemacetan lalu lintas.

17.i. * Bu Guru menugaskan kami pekerjaan itu.


ii. Bu Guru menugasi kami pekerjaan itu.
iii. Bu Guru menugaskan pekerjaan itu kepada kami.

Dalam soal bentuk pilihan digunakan kalimat perintah sebagai berikut!

18.i. Pilihlah kalimat yang paling benar dari antara tiga kalimat berikut!
A. Saya sudah baca buku ini.
B. Buku ini sudah saya baca.
C. Buku ini saya sudah baca.

ii. Pilihlah kalimat yang benar dari antara tiga kalimat berikut!

Penggunaan kata paling pada kalimat (18.i.) tidak logis. Kata ‘paling’ mengacu pada
kesuperalatifan yang mutlak, dalam arti bahwa pada konstruksi paling benar tidak ada yang
lebih benar lagi. Jika kalimat A,B, dan C itu ketiganya benar, kalimat pertanyaannya adalah,
Manakah yang paling benar? Dari ketiga pilihan itu yang benar hanya satu. Dengan demikian,

85
penggunaan kata ‘paling’ pada kalimat (18.i.) tidak logis. Kalimat yang logis adalah kalimat
(18.ii).

19. Pilihlah kalimat yang paling halus dari antara tiga kalimat berikut!

A. Cobalah kirimkan surat ini sekarang saja!


B. Coba surat ini dikirimkan sekarang saja!
C. Tolong surat ini dikirimkan sekarang saja!

Kata ‘paling’ dapat digunakan pada kalimat (19) karena kalimat A, B, dan C ketiganya
benar, tetapi tidak ada yang paling benar. Kalimat A, B, dan C ketiganya halus dan ada yang
paling halus, yaitu C.

20.i. * Atas perhatiannya, diucapkan terima kasih.


Saudara
ii. Atas perhatian Bapa , kami ucapkan terima kasih.
Ibu

kami
iii. Atas bantuan Bapak, ucapkan terima kasih.
saya

Pronomina-nya mengacu pada orang ketiga, penggunaan –nya pada penutup surat,
kalimat (20.ii dan iii) sudah tepat. Begitu juga kalimat (21).

21. Pak Darmawan selalu membantu saya. Atas bantuannya, saya dapat
melanjutkan kuliah ke Universitas Budi Luhur.

3) KALIMAT SERASI (struktur paralel),

Kalimat serasi adalah kalimat yang unsur-unsurnya baik bentuk maupun maknanya
memiliki keserasian/kesesuaian.

22. i. * Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah memahami, menghayati, dan


pengamalan.
ii. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah memahami, menghayati, dan
mengamalkan.
iii. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan.

Gagasan yang sederajat pada kalimat (22.ii dan iii). Agar kalimat itu menjadi efektif,
gagasan- gagasan yang sederajat itu harus dinyatakan dengan bentuk kata yang sama. Jika
dalam sebuah kalimat satu gagasan dinyatakan dengan verba berawalan me-, gagasan
berikutnya harus dinyatakan dengan verba berawalanme- juga. Demikian pula, jika satu
gagasan dinyatakan dengan nomina berimbuhan pe-an/per-an/ke-an, gagasan berikutnya
harus dinyatakan dengan nomina berimbuhan pe-an/per-an/ke-an. Contoh kalimat berikut ini.

23.i.*Setelah memahami dan menghayati Pancasila, Pancasila harus diamalkan.


ii.Setelahmemahami dan menghayati Pancasila, kita wajib mengamalkannya.
iii. Setelah dipahami dan dihayati, Pancasila wajib diamalkan.
iv. Setelah kitapahami dan kita hayati, Pancasila wajib kita amalkan.

86
v. * Setelah kitapahami dan kita hayati, Pancasila wajib diamalkan.

Kalimat (23. i dan v) bentuk tidak gramatikal atau bentuk tidak berterima.

24.i. * Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan


barang, busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan di dalam bagasi
tiba-tiba mati.

ii. Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan


barang, kebusukan makanan, dan jika hewan yang diletakkan di dalam bagasi
tiba-tiba mati.

Pada kalimat (24.i.), terdapat kata-kata yang tidak paralel dan harus disejajarkan,
contoh pada kalimat (24.ii).
Selain keserasian bentuk, dalam bahasa Indonesia ada keserasian makna antara
subjek dan predikat, seperti contoh kalimat berikut ini.
saya
25. i. * Karena akan hujan, dia berlarian pulang.
Nita

mereka
ii . Karena akan hujan, anak-anak itu berlarian pulang.
penonton

Verba predikat berlarian (juga verba berkejaran, berhamburan, bertaburan, dan


berserakan) mensyaratkan subjek jamak (kalimat 25.ii) , bukan subjek tunggal (saya, dia,
dan Nita [kalimat 25.i]). Berikut ini kalimat keserasian bentuk dan makna.

26.a. i. Akbar mengejar Ikbal.


ii. Ikbar mengejar Akbar.

kejar-mengejar.
b. Akbar dan Ikbar
saling mengejar.

Mereka

c. berkejaran/berkejar-kejaran.
Anak-anak itu

Pada contoh di atas subjek tunggal (kalimat 26.a), subjek ganda (kalimat 26.b), subjek
jamak (kalimat 26.c) memiliki keserasian dengan verba predikatnya masing-masing.
Keserasian yang dicontohkan pada kalimat (26.b.) dan kalimat (26.a, b, dan c) adalah
keserasian antara verba predikat dan subjek. Selain itu, ada verba predikat dan preposisi yang
mengikutinya, seperti contoh berikut ini.

di
27. a. Nenek saya tinggal * ke desa.
* dari

* di
b. Mahasiswa itu pergi ke desa.
dari

87
di
c. Saya datang ke desa.
dari

Pada kalimat (27.a) hanya preposisi di yang tepat digunakan sebab verba tinggal
beraspek diam di tempat; pada kalimat (27.b.) dapat digunakan preposisi ke dan dari sebab
verba pergi beraspek gerak, yang menyatakan menuju ke atau meninggalkan suatu tempat
; sedangkan pada kalimat (27.c.) dapat digunakan preposisi di , ke , dan dari sebab verba
datang dapat beraspek diam , searti dengan verba tiba dan dapat juga beraspek gerak searti
dengan verba pergi, intinya, datang di sama artinya dengan tiba di dan datang ke sama
artinya dengan pergi ke.

4) KALIMAT PADU

Kalimat padu adalah kalimat yang fungsi unsur-unsurnya bertautan secara utuh dan
jelas.
28. a. x Merokok, menurut dokter Darmawan, dapat menyebabkan serangan jantung
dan kanker. (salah)
b. Menurut dokter Darmawan, merokok dapat menyebabkan serangan jantung
dan paru-paru. (benar)

29.a. x Paragraf, berdasarkan letak kalimat topiknya, ada tiga macam, yaitu deduktif,
induktif, dan campuran. (salah)

b. Berdasarkan letak kalimat topiknya, paragraf ada tiga macam, yaitu deduktif,
induktif, dan campuran. (benar)
30.a. x Pelengkap, seperti telah dijelaskan pada 2.3.3, tidak dapat menjadi subjek
dalam kalimat pasif. (salah)

b. Seperti telah dijelaskan pada 2.3.3, pelengkap tidak dapat menjadi subjek
dalam kalimat pasif. (benar)

Kalimat (28.a) tidak padu sebab di antara subjek dan predikat disisipkan keterangan
yang diantar oleh ungkapan pengantar kalimat, yaitu kata menurut, berdasarkan , seperti .
Ungkapan pengantar kalimat tepatnya dituliskan pada awal kalimat, contoh pada kalimat
(28.b).

5) KALIMAT HEMAT

Kalimat hemat adalah kalimat yang unsur-unsurnya tidak ada yang mubazir
(berlebih).

31.a. *Para dosen-dosen dan mahasiswa-mahasiswa mengadakan diskusi setiap


hari Senin.
b.i. Para dosen dan mahasiswa mengadakan diskusi setiap hari Senin.
.
ii. dosen-dosen dan mahasiswa-mahasiswa mengadakan diskusi setiap hari
Senin.

Kata para (dan juga kaum, semua, segala, seluruh, beberapa, dan banyak)
merupakan bentuk leksikal yang menyatakan makna jamak . Oleh karena itu, kata tersebut
tidak diikuti oleh nomina dalam bentuk ulang, seperti * para dosen-dosen→ para dosen;
(*banyak buku-buku) → banyak buku atau buku-buku ; (*semua mahasiswa-mahasiswa) →
semua mahasiswa atau mahasiswa-mahasiswa, dan (*beberapa rumah-rumah) → beberapa

88
rumah atau rumah-rumah. Selain tidak boleh didahului oleh bentuk jamak leksikal, bentuk
jamak ulang juga tidak boleh didahului oleh kata saling.

kasih-mengasihi.
32.a. * Saya dan dia salingtolong-menolong.
sayang-menyayangi.

mengasihi.
b. i. Saya dan dia saling menolong.
menyayangi.

kasih-mengasihi.
ii. Saya dan dia tolong-menolong.
sayang-menyayangi.

33.a. ? Anak-anak TK pintar-pintar.


b. Anak TK pintar-pintar.

34.a? Pohon-pohon yang besar-besar dan tinggi-tinggi masih dapat kita temukan di
irian Jaya.
b. Pohon yang besar-besar dan tinggi-tinggi masih dapat kita temukan di irianJaya.

35.a. Bantuan itu seharusnya dibagi-bagikan kepada mereka-mereka yang tergolong


miskin.
b. Bantuan itu seharusnya dibagi-bagikan kepada mereka yang tergolong miskin.

36. ? Siapa lagi yang wajib membersihkan lingkungan ini kalau bukan kita-kita
yangtinggal di Rt 11.

Nomina (kata benda) yang mengandung makna jamak, seperti kata anak-anak,
pohon-pohon, kita-kita, dan mereka-mereka tidak perlu diulang, cukup dengan kata anak,
pohon, kita, dan mereka.

37. a.i. ?Bajunya berwarna merah. b.i. ? Saya suka makan buah apel.
ii .Bajunya merah. ii. Saya suka makan apel.

c. i. Rapat bulanan diadakan pada hari Rabu.d.i. Andre mengenakan baju jaket.
ii. Rapat bulanan diadakan pada Rabu.ii. Andre mengenakan jaket

Pada kalimat 37, kata merah (putih, kuning, biru, dsb.) adalah hiponim terhadap kata
warna; kata apel (jambu, mangga, anggur, jeruk, dsb.) adalah hiponim terhadap kata buah;
kata Rabu (Senin, Selasa, Rabu, dsb.) adalah hiponim terhadap kata hari; sedangkankata
jaket (rompi, blazer, jas, dsb.) adalah hiponim terhadap kata baju.
Kata merah mengandung makna dasar kelompok warna; kata apel mengandung makna dasar
kelompok buah; kata Rabu mengandung makna dasar kelompok hari; sedang kata jaket
mengandung makna dasar kelompok baju. Oleh karena itu, demi kehematan sebaiknya tidak
digunakan kata yang berhiponim.

38.a. ? Pengumpulan data ini dilakukan dengan wawancara langsung.


b. Data ini dikumpulkan dengan wawancara langsung.

39.a. ? Pemilihan Presiden// dilakukan secara luber.


S P
b. Presiden// dipilih secara luber.
S P
89
Pada kalimat (38.b) yang difokuskan adalah apanya (data ini), bukan, caranya
(pengumpulan = cara mengumpulkan). Predikat dilakukan, bentuknya tetap (pasif di-), tetapi
bentuk dasarnya (laku) diganti dengan bentuk dasar dari cara, yaitu (kumpul) menjadi
‘dikumpulkan’.

Boros kata Hemat kata

para tamu-tamu para tamu


beberapa orang-orang beberapa orang
para hadirin Hadirin
fakta-fakta Fakta
data-data Data
dengan maksud untuk Untuk
mengadakan penelitian Meneliti
disebabkan karena sebab atau karena
mengajukan saran Menyarankan
meninggalkan kesan yang sangat mengesankan
mendalam didapatkan hasil Menghasilkan
dengan menggunakan dengan atau menggunakan

40.i. Untuk memenuhi kekurangan ikan, perlu peningkatan produksi dengan jalan
meningkatkan usaha penangkapan ikan sehingga kekurangan ikan tersebut di
atas tadi dapat terpenuhi.
ii. Untuk memenuhi kebutuhan akan ikan, perlu peningkatan produksi melalui usaha
penangkapannya

Kalimat (40.i) tidak persuasif--yaitu salah satu ciri bahasa ilmiah -- akibat pemborosan
kata. Kalimat tersebut dapat disingkat -- pada kalimat ( 40. ii).

6) KALIMAT CERMAT
Kalimat cermat adalah kalimat yang strukturnya teratur dan sesuai dengan kaidah alat-
alat kalimat, yakni (1) urutan, (2) bentuk kata, (3) kata tugas, dan (4) intonasi.Kalimat cermat
bercirikan, antara lain, (1) tidak lebih, (2) tidak kurang, (3) tidak rancu, dan (4) bersifat
idiomatis.
meningkatkan, membahagiakan, mempersatukan,
untuk mencapai, menyatukan

demi peningkatan, kebahagiaan, persatuan, kesatuan, tercapainya.

Preposisi demi tepatnya diikuti oleh nomina, sedangkan preposisi untuk diikuti oleh
verba. Jika preposisi demi atau untuk dipertahankan, verba predikat aktif memerlukan
diubah menjadi pasif diperlukan, contoh pada kalimat 40 (i dan ii). Jika verba predikat

90
memerlukan dipertahankan, preposisi demi dan untuk harus dihilangkan sebab subjek tidak
boleh diawali oleh preposisi, contoh pada kalimat (41.iii).

41. i. Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukandana yang besar.


ii. Demi peningkatan mutu pendidikan diperlukan dana yang besar.
iii. Peningkatan mutu pendidikan memerlukan dana yang besar.

42.i . Di perpustakaan Universitas Budi Luhur tersedia buku-buku yang dibutuhkan


baik oleh mahasiswa maupun dosen.
ii. Di perpustakaan Universitas Budi Luhur tersedia buku-buku yang dibutuhkan
oleh mahasiswa ataupun dosen.

Pada kalimat (42.i.) kata maupun selalu dipakai berpasangan dengan kata baik,
sedangkan pada kalimat (42.ii) kata ataupun dapat hadir sendiri tanpa pasangan.
Konstruksi seperti baikA maupun B menyatakan makna ‘tambahan’, sedangan
konstruksi A ataupun B menyatakan makna ‘pilihan’. Konjungsi berpasanganbaik ... maupun
....terasa lebih tegas dibandingkan dengan konjungsi dan atau dan juga.

43. i. Mahasiswa dan dosen. iii. Baik mahasiswa maupun dosen.


ii. Mahasiswa dan juga dosen.

44. a. * Ada hubungan yang erat antara ibu dengan anak.


b.i. Ada hubungan yang erat antara ibu dan anak.
ii. Ada hubungan yang erat ibu dengan anak.

Preposisi antara lazimnya dipakai berpasangan dengan konjungsi dan, bukan dengan
preposisi dengan. Preposisi antara biasa muncul jika didahului kata-kata, seperti hubungan,
rangkaian, persamaan, dan perbedaan. Kata-kata ini, tanpa disertai kata antara, dapat juga
merangkaikan A dan B dengan dibantu oleh preposisi ‘dengan’ (contoh 44.b.ii).

45.a. * Antara A dan B berbeda.


b.i. A dan B berbeda.
ii. A berbeda dengan B.
iii. Ada perbedaan antara A dan B.
iv. Antara A dan B ada perbedaan.
v. Ada perbedaan Adengan B.

Preposisi ‘antara’ pada kalimat (45.a) tidak perlu digunakan sebab subjek A dan B tidak
boleh diawali oleh preposisi.

46.i. *Saya keberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa itu pada buku
perdana hasil karya sendiri karena berbagai pertimbangan.

ii. Saya berkeberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa itu pada buku
perdana hasil karya sendiri karena berbagai pertimbangan.

Pada kalimat (46.i) terdapat penanggalan awalan, yaitu ‘keberatan’, memiliki makna
beratnya suatu benda, tugas, perasaan, penyakit, dsb. Seharusnya ‘berkeberatan’, bermakna
kurang setuju (contoh 46.ii).

47.i. * Ia sangat menyintai ibunya sehingga menyiptakan puisi terindah.


ii. Ia sangat mencintai ibunya sehingga menyiptakan puisi terindah.

91
Peluluhan bunyi /c/ terdapat pada kalimat (47.i.), seharusnya bunyi /c/ tidak mengalami
peluluhan bunyi, (contoh 47.ii).

48.i. * Tanpa mengesampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan


Indonesia (KPI) berusaha memromosikan, dan mensosialisasikan Undang-
Undang Pencegah Kekerasan dalam Rumah Tangga.

ii. Tanpa menyampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan


Indonesia (KPI) berusaha mempromosikan, dan menyosialisasikan Undang-
Undang Pencegah Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Bunyi /s/,/p/ pada kalimat (48.i.) tidak luluh. Kaidah bunyi baku kata dasar yang bunyi
awal /s/,/p/, /t/, dan /k/ jika mendapat awalan meng- atau peng-harusluluh, seperti kata
sosialisasi apabila diberi berawalan meng-, kata ini menjadi ‘menyosialisasikan’, kata
‘samping’ apabila diberi berawalan meng-, kata ini menjadi‘menyampingkan‘. Kaidah
peluluhan bunyi /s/,/p/, /t/, dan /k/ tidak berlaku pada kata-kata yang dibentuk dengan gugus
konsonan, seperti kata ‘promosi’ apabila diberi awalan meng-, kata ini akan menjadi
‘mempromosikan’, kata ‘traktor’ apabila diberi awalan meng-, kata ini akan menjadi
‘mentraktor’, kata ‘proklamasi’, apabila diberi awalan meng-, kata ini akan menjadi
‘memproklamasikan’.

7) KALIMAT TAKSA (ambigu)


Kalimat taksa adalah kalimat yang bermakna lebih dari satu. Ketaksaan itu disebabkan
oleh, antara lain, (1) tidak hadirnya konjungsi atau preposisi, (2) urutanunsur-unsurnya
menyimpang dari urutan yang sudah lazim, (3) penggunaan katayang mengambigukan, dan
(4) intonasi/tekanan yang berbeda.
49.i. ? Toni tidak masuk kuliah, ibunya sakit.
karena
sejak
ii. Toni tidak masuk kuliah, setelah ibunya sakit.
selama
sehingga

Kalimat (49.i.) dapat ditafsirkan bermakna lebih dari satu disebabkan oleh tidak hadirnya
konjungsi yang menghubungkan induk kalimat dan anak kalimat. Tidak hadirnya konjungsi
dapat mengakibatkan sebuah kalimat menjadi tidak gramatikal. Kalimat (49.i.) dapat
diperbaiki, seperti pada kalimat (49.ii).

50.i. * Pencopet itu lari, melihat polisi datang.


ketika
ii. Pencopet itu lari setelah melihat polisi datang.
karena
iii. Melihat polisi datang, pencopet itu lari.

Kalimat (50.i.) dapat menjadi gramatikal jika urutannya dibalik, seperti contoh
kalimat (50.iii.)

92
51.i.* Uang itu sudah dikirimkan kakak.
oleh
ii. Uang itu sudah dikirimkan kakak.
Kepada

52.i. * Sudah lama saya tidak bertemu dia.


ii. Sudah lama saya tidak bertemu dengan dia.

53.i. * Dia belum tahu hal itu.


ii. Dia belum tahu tentang akan hal itu.

54.i. * Murid itu wajib hormat guru.


ii. Murid itu wajib hormatkepada guru.

Tidak dipakainya preposisi oleh atau kepada mengakibatkan kalimat (51.i) mendua
makna. Tidak dipakainya preposisi dapat mengakibatkan sebuah kalimat menjadi tidak
gramatikal.

55.i. * Rumah sang jutawan yang aneh itu akan segera dijual.
ii. Rumah aneh milik sang jutawan itu akan segera dijual.
iii. Rumah sang jutawan aneh itu akan segera dijual.

Frasa yang aneh pada kalimat (55.i.) menerangkan kata rumah atau frasa sang
jutawan? Jika frasa yang aneh menerangkan rumah, kata yang dapat dihilangkan dan kata
aneh didekatkan pada kata rumah, lalu ditambahkan kata milik di antara kata aneh dan frasa
sang jutawan, contoh pada kalimat (55.ii). Sementara itu, jika Jika frasa yang aneh itu
menerangkan frasa ‘sang jutawan’, kata ‘yang’ dapat dihilangkan sehingga makna kalimat
tersebut menjadi jelas, contoh pada kalimat (55.iii).

56. a.i. * Saya sudah mengetahui tentang hal itu.


ii. Saya sudah mengetahui hal itu.
b.i. * Murid wajib menghormati kepada guru.
ii. Murid wajib menghormati guru.

Pada kalimat (56), penggunaan preposisi yang mengikuti verba transitif dapat
menimbulkan kesalahan, seperti pada contoh kalimat (56.a.i dan 56.b.i).

8) KALIMAT RANCU
Kalimat rancu adalah kalimat yang terjadi dari penggabungan dua kalimat yang
masing-masing strukturnya benar menjadi satu kalimat yang strukturnya salah.
57.a. * Dengan usaha dapat mengumpulkan dana yang cukup besar. (salah)
b.i. Usaha koperasi dapat mengumpulkan dana yang cukup besar. (banar)
ii. Dengan usaha koperasi dapat dikumpulkan dana yang cukup besar. (banar)

Kalimat (57.a) terjadi dari perancuan kalimat aktif (b.i) dengan kalimat pasif (b.ii).Hal
tersebut mengakibatkan kalimat (57.a) tidak bersubjek.

58.a. * Berdasarkan UUD 1945 menyebutkan bahwa bahasa negara ialah bahasa
Indonesia.(salah)

b.i.Berdasarkan UUD 1945, bahasa negara ialah bahasa Indonesia. (benar)

93
ii. UUD 1945 menyebutkan bahwa bahasa negara ialah Bahasa
Indonesia.(benar)

Pada kalimat (58) ungkapan pengantar kalimat berdasarkan tidak diikuti oleh
ungkapan sejenis menyebutkan bahwa, contoh pada kalimat (58.b.i.) dan ungkapan
menyebutkan bahwa tidak didahului oleh ungkapan pengantar kalimat sejenis berdasarkan,
contoh pada kalimat (58.b.ii).

59.a. * Seperti kita ketahui bahwa merokok itu tidak baik bagi kesehatan.(salah)
b.i. Seperti kita ketahui, merokok itu tidak baik bagi kesehatan.(benar)
ii. kita ketahui bahwa merokok itu tidak baik bagi kesehatan.(benar)

Kalimat (59.a.) terjadi dari perancuan kalimat tunggal (b.i) dengan kalimat mejemuk
bertingkat (b.ii.). Ungkapan seperti/sebagaimana biasanya diikuti oleh verba pasif dan terasa
janggal jika diikuti oleh verba aktif, seperti pada kalimat (59.a).

mengetahui
iii.*Seperti/sebagaimana kita memahami, merokok itu tidak baik
menyadari bagi kesehatan.

mengetahui
iv. Kita memahami, merokok itu tidak baik bagi kesehatan.
menyadari

ketahui
v. Seperti/sebagaimana kita pahami, merokok itu tidak baik
sadari bagi kesehatan.

diketahui
vi.*Seperti/sebagaimana kita dipahami, merokok itu tidak baik bagi
disadari kesehatan.

Kata maka sering juga dirancukan dengan konjungsi yang lain, yaitu

1. Bila/apabila …,maka …. 5. Supaya …,maka ….


2. Jika …,maka… 6. Ketika …,maka ….
3. Kalau …,maka …. 7. Karena …,maka ….
4. Agar …,maka … .8. Karena ….sehingga …

Contoh kalimat.

60. i. Karena disiplin karyawan merupakan pangkal dan produktivitas dan efisiensi
kerja, maka Direktur mengharapkan agar disiplin selalu dijaga. (salah)
ii. Karena disiplin karyawan merupakan pangkal dan produktivitas dan efisiensi
kerja, Direktur mengharapkan agar disiplin selalu dijaga. (benar)
iii. Disiplin karyawan merupakan pangkal dan produktivitas dan efisiensi kerja,
maka Direktur mengharapkan agar disiplin selalu dijaga. (benar)

61. i . Dengan demikian, maka usaha sebesar apa pun akan sia-sia jika tidak
dibarengi oleh upaya pengamanannya. (salah)
ii. Dengan demikian, usaha sebesar apa pun akan sia-sia jika tidak dibarengi oleh
upaya pengamanannya. (benar)

94
62. i. Olah karena itu, maka peranan modal asing masih sangat diperlukan
olehsetiap negara berkembang seperti negara kita. (salah)
ii. Olah karena itu, peranan modal asing masih sangat diperlukan oleh setiap
negara berkembang, seperti negara kita. (benar)

63. i. Karena modal di bank sangat terbatas sehingga tidak semua nasabah
memperoleh kredit.(salah)
ii. Modal di bank sangat terbatas sehingga tidak semua nasabah memperoleh
kredit. (benar)
iii. Karena modal di bank sangat terbatas, tidak semua nasabah memperoleh
kredit. (benar)

9) KALIMAT BERVARIASI

Kalimat bervariasi adalah kalimat yang strukturnya berbeda, tetapi maknanya relatif
sama.

64.a. Rumah itu dibeli ayah. a.a.Rumah itu dibeli oleh ayah.
b.i Dibeli ayah rumah itu. b.i.Dibeli oleh ayah rumah itu.
ii * Dibeli rumah itu ayah. ii. Dibeli rumah itu oleh ayah.
iii * Ayah dibeli rumah itu. iii. Oleh ayah dibeli rumah itu.
iv * Ayah rumah itu dibeli. iv. Oleh ayah rumah itu dibeli.
v * Rumah itu ayah dibeli. v. Rumah itu oleh ayah dibeli.

Kalimat (64.a) hanya mempunyai satu variasi urutan, yaitu (b.i), sedangkan urutan
yang lainnya tidak gramatikal. Dengan dipakainya preposisi oleh, kalimat (64a.a) dapat
divariasikan urutannya menjadi lima. Pada kalimat (64a.a) variasi urutan inversi (b.i,ii,iii) dan
variasi urutan tidak inversi.

65. a. Saya sudah membaca buku itu. b. Sudah membaca buku itu/saya.
c. Membaca buku itu, saya sudah. d. Buku itu sudah saya baca.
e. * Buku itu saya sudah membaca. f. Buku itu saya sudah membacanya.
g. Sayalah yang sudah membaca buku itu.

66.a.i. Dengan ini kami memberitahukan bahwa surat lamaran Saudara sudah
kami terima dengan baik.
ii. Dengan ini kami beri tahukan bahwa surat lamaran Saudara sudah kami
terima dengan baik.
b. i. Atas perhatian Saudara, kami mengucapkan terima kasih.
ii. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

67. i. Hendaknya tugas ini Saudara laksanakan dengan sebaik-baiknya.


ii. Hendaknya tugas ini dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Pada kalimat (67.ii) bentuk pasif di- lebih sering digunakan karena suruhan itu terasa
lebih halus daripada secara langsung menggunakan kata penyapa Saudara.

68. i. Seperti telah dikemukakan pada 9.1, frasa preposisional dapat menduduki
predikat.
ii. Sebagaimana telah diuraikan pada Bab II, kalimat adalah konstruksi
sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih.
iii. Data penelitian dianalisis secara sinkronis-diakronis.

Dalam karya ilmiah penggunaan bentuk pasif di- pada kalimat 68 (i,ii,iii)
dimaksudkan untuk menghindari pemakaian bentuk pasif pesona saya analisis/kami analisis.

95
69. a. ?Setelah menyiapkan segalanya, acara itu dimulai.
b.i. Setelah menyiapkan segalanya, mereka memulai acara itu.
ii. Setelah disiapkan segalanya, acara itu dimulai.

Kalimat (69.a) bentuknya tidak sejajar karena anak kalimatnya berupa klausa aktif,
sedangkan induk kalimatnya berupa klausa pasif.Pada kalimat (b.i)(b.ii) bentuknya sejajar,
yakni aktif dan juga aktif. Pada kalimat (b.ii) bentuknya sejajar, yakni pasif dan juga pasif.

10) KALIMAT BERGAYA


Kalimat bergayaadalah kalimat yang memanfaatkan gaya bahasa, yakni penggunaan
bahasa secara khas untuk memperoleh efek yang sebesar-besarnya.Dengan gaya bahasa
daya guna bahasa dapat menjadi lebih jelas, tegas, hidup, dan menarik. Kalimat bergaya
ditandai, antara lain, oleh pilihan kata dan struktur kalimat, seperti pada contoh kalimat berikut
ini.

i. rumah c. i. Kita sekali merdeka,


70. a. Silakan singgah ke saya! kita tetap merdeka.
ii. gubuk ii. Sekali merdeka,
tetap merdeka.

i. menyedihkan.

. b. Ratap tangisnya d. Didik mau ke belakang, bu.

ii. menyayat hati.

Kalimat (70.a) gaya bahasa litotes, kalimat (70.b) gaya bahasa hiperbola, kalimat
(70.c) gaya bahasa elipsis, dan kalimat 70.d) gaya bahasa eufimisme.

1) Litotes, adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan


diperlunak/diperlemah/dikurangi, contoh kalimat yang lain.

e. i. Anak Ibu tidak bodoh, hanya memang kurang rajin.


ii. Hasil Timnas U-23 tidak mengecewakan.

2) Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengandilebih-lebihkan untuk


menarik perhatian, contoh kalimat yang lain.

f. i. Bandung selatan menjadi lautan api.


ii. Badannya kurus kering tinggal tulang belulang saja.
iii. Atas kebijaksanaan Bapak, saya ucapkan beribu-ribu terima kasih.

3) Elipsis adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menghilangkan bagian
unsur kalimat, contoh pada kalimat (70.c.ii).

4) eufimisme adalah gaya bahasa yang berupa ungkapan yang bernilai rasa halus/sopan
sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar/tidak menyenangkan.contoh kalimat yang lain.

g.i. Nenek saya sudah berpulang ke rahmatullah.


ii. Sayang sekali pendengaran beliau sudah sangat lemah.

96
5) Ironi adalah gaya bahasa yang berisi sindiran halus dengan menggunakan kata yang
maksudnya bertentangan dengan maksud yang sebenarnya, contoh:

h.i.Ah, untuk apa kamu payah-payah belajar, kamu’kan sudah pintar.


ii. Bukan main bersihnya kelas ini, bekas kaleng minuman dan sobekan kertas
berserakan di lantai.

B. KLIMAKS

Klimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa kata secara berturutan yang setiap
kali makin meningkat kepentingannya (intensitasnya).

Contoh: 71. Nasihat guru harus didengarkan baik-baik, diresapi dalam hati, dan diamalkan
secara ikhlas.

72.Dalam dunia perguruan tinggi yang dicengkam rasa takut dan rasa rendah
diri, tidak dapat diharapkanpembaharuan, kebanggaan akan hasil-hasil
pemikiran yang obyektifataukeberanian untuk mengungkapkan pendapat secara
bebas.

C. ANTI KLIMAKS

Antiklimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan gagasan-gagasannya diurutkan


dari yang terpenting berturut-turut kegagasan yang kurang penting.

Contoh: 73.i. Ketua pengadilan negeri itu adalah seorang yang kaya, pendiam, dan tidak
terkenal namanya. (mengandung ironi).

ii. Pembangunan lima tahun telah dilancarkan serentak di Ibu kota negara, ibu
kota-ibu kota propinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa di seluruh
Indonesia.

D. REPETISI

Repetisi adalah gaya bahasa yang berupa pengulangan kata yang sama secara
berturutan untuk menegaskan maksud.

Contoh: 74. orang harus belajar, belajar, dan sekali lagi belajar agar dapat mencapai cita-cita
yang tinggi dan mulia.

75. Jalanan tanjakan itu licin. Karena itu hati-hatilah, hati-hatilah, dan sekali lagi hati-
hatilah.

E. GRADASI

Gradasi adalah gaya bahasa yang terdiri atas beberapa gagasan yang dinyatakan
dengan kata-kata yang berturutan.Kata yang disebutkan pada akhir gagasan pertama disebut
ulang pada awal gagasan kedua; kata yang disebutkan pada akhir gagasan kedua disebut
ulang pada awal gagasan ketiga; dan begitulah seterusnya.Wujud gradasi sebagai berikut.
97
... C, C… X, X … S, S … =, = ….

Contoh kalimat.

76. Kita wajib menghormati guru, guru yang mendidik dan memberikan ilmu,
C C X
Ilmu nyata yang berguna bagi kehidupan, kehidupan yang tinggi dan
X S S =
mulia yang diridai oleh Tuhan Yang Maha Esa.
=

77. Korupsi itu memangmerupakan kejahatan,kejahatan yang


C C
Menumbuhkan ketidakadilan, ketidakadilan yang memperlebar jurang
X X
kemiskinan, kemiskinan yang memupuskan harapan, harapan untuk
S S = =
hidup yang aman dan tenteramdi negeri yang kaya raya ini.

Klimaks dangradasimerupakan dua gaya bahasa yang maknanya sejajar sebab


keduanya bertujuan menegaskan sesuatu.

LATIHAN DAN TUGAS

Kalimat berikut ini tidak efektif, tentukan kesalahannya dan perbaiki agar menjadi
kalimat efektif.

1. Di Indonesia melakukan berbagai pembenahan kebijakan bagi pembinaan ekonomi


lemah.
2. Karena sudah diketahui sebelumnya mahasiswa segera menjawab soal.
3. Kepada semua mahasiswa yang menghadapi masalah penulisan skripsi dapat
berkonsultasi dengan dosen pembimbing.
4. Dari penelitian membuktikan bahwa pembinaan ekonomi rakyat kurang intensif.
5. Adalah merupakan tanggung jawab kita semua untuk menciptakan rasa aman dan
tentram di masyarakat kita.
6. Jika diundangnya, saya tentu hadir pada pesta itu.
7. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
8. Ayah akanmempertinggikan pagar itu satu meter.
9. Karena kakinya sakit, maka Gani tidak ikut bermain.
10. Saya akanmembeli buku sastra baru.
11. Seminar hari ini membicarakan tentang pencemaran lingkungan.

98
12. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dari hasil analisis data
yang diperoleh Pusat Penelitian Bahasa.
13. Alumnus Universitas Budi Luhur akan mengadakan reuni.
14. Data-data itu sudah diperiksa oleh Depatemen Pendidikan.
15. Para hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang.

99

Anda mungkin juga menyukai