Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS BUDI LUHUR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 1
KONSEP DASAR NILAI
KEBUDILUHURAN DAN
SISTEM PERPAJAKAN DI
INDONESIA
1. Mahasiswa dapat memahami dan mampu
Capaian Pembelajaran :
menjelaskan tentang konsep dasar nilai
kebudiluhuran yang meliputi cinta kasih, welas
asih, simpati dan empati
2. Mahasiswa memahami konsep dasar perpajakan
yakni latar belakang kebijaksanaan perpajakan
baru di Indonesia, sumber penerimaan negara,
pengertian pajak dan fungsi pajak.

Sub Pokok Bahasan : 1.1 Latar belakang kebudiluhuran


1.2 Pemahaman Nilai-Nilai Kebudiluhuran
1.3 Visi, misi dan tujuan tentang aspek
kebudiluhuran
1.4 Definisi Pajak
1.5 Kebijakan perpajakan di Indonesia
1.6 Fungsi Pajak
1.7 Sumber Penerimaan Pajak
1.8 Pengelompokan Pajak

1
Daftar Pustaka : 1. HS, Djaetun. 2017. Memahami Hakikat Budi
Luhur. Jakarta: Yayasan Pendidikan Budi Luhur
Cakti.
2. HS, Djaetun. 2017. Budi Luhur – Sebuah
Autobiografi Spiritual. Jakarta: Yayasan
Pendidikan Budi Luhur Cakti.
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan
4. Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011.
Jogjakarta. Andi Offset.

2
1.1 Latar belakang kebudiluhuran
Budi luhur bisa dianggap sebagai rangkuman dari segala apa yang dianggap watak
utama oleh orang Jawa. Siapa saja yang berbudi luhur seakan-akan dalam diri manusia
itu menyinarkan kehadiran Tuhan kepada sesama dan lingkungannya. (Magnis-Suseno,
1984). Budi pekerti berasal dari kata ”budi” dan “pekerti”. Kata “budi” berarti kesadaran
mulia, yang diejawantahkan berupa etika atau norma kehidupan. Kata “pekerti”
diturunkan dari akar kata Sanskerta ”kr” yang berarti bertindak (Yatmana, 2000). Dari
pengertian tersebut dapat diketengahkan budi luhur adalah hal ihwal yang dicita-citakan,
dimimpikan, bersifat abstrak, dan akan diwujudkan ke dalam kehidupan dalam bentuk
budi pekerti.
Budi pekerti adalah etos pekerti atau bingkai tindakan yang membentuk etika
kehidupan. Budi adalah sikap mental. Sikap mental dapat dilihat dari ucapan, sifat/tingkah
laku dan perbuatannya. Luhur adalah ukuran sikap mental yang berarti tinggi sekali yang
tidak ada yang melebihi tingginya. Budi luhur adalah sikap mental seseorang yang sangat
tinggi (bagus sekali), sehingga tidak ada yang melebihi.
Mengapa kita harus berbudi luhur? Karena pertama; manusia sebagai makluk
sosial, memerlukan berkelompok, agar diterima dan menerima orang lain, sehingga
hidupnya bermanfaat. Kedua; karena dengan berbudi luhur manusia secara individu
maupun kelompok akan saling menerima dan pada akhirnya menjadi
kelompok/masyarakat yang hidup damai, aman dan sejahtera baik lahir dan batin. Ketiga;
Jika tidak berbudi luhur akan ditolak oleh kelompoknya.

1.2 Pemahaman Nilai-Nilai Kebudiluhuran


1.2.1. Nilai Nilai Kebudiluhuran
 Sabar Mensyukuri (Sabar narimo)
 Cinta Kasih (Welas asih)
 Suka Menolong (Seneng tetulung mring sapodo)
 Jujur (Temen)
 Tanggung Jawab
 Rendah Hati

3
 Toleransi
 Kerjasama
 Sopan Santun

1.2.2. Syarat untuk menjadi manusia berbudi luhur


 Temen - Jujur, jujurlah pada diri sendiri dan orang lain niscaya hidup ini akan
nyaman.
 Tumemen - Sungguh-sungguh, kerjakanlah segala sesuatu dengan sungguh-
sungguh, penuh semangat, niscaya hasilnya akan baik.
 Mituhu - Taat, taatilah aturan-aturan dari Tuhan, guru, pembimbing, pemimpin.
Mereka tidak akan menjerumuskan kita. Bila taat, niscaya apa yang kita cita-
citakan tercapai

1.2.3. Ciri manusia berbudi luhur


 Adil
• Memberikan kepada orang lain apa yang memang menjadi haknya pada
saat yang telah disepakati
• Memperlakukan orang lain secara sama tidak membedakan mereka
berdasarkan senang atau tidaknya
• Mempertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran bukan sekedar perasaan
dan berdasarkan semua aspek yang terkait
• Dalam memutusakan hal-hal yang berisifat konflik, mempertimbangkan
informasi dan kepentingan dari semua pihak yang bersengketa
 Bersyukur: Mengungkapkan perasaan terhadap semua karunia yang diterima dari
Tuhan Yang Maha Pengasih. Perasaan ini dinyatakan dengan sikap hidup hemat
dan memanfaatkan apa yang diterima dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
tujuan adanya.
 Disiplin: Sikap yang yang menunjukkan ketaatan pada suatu hal yang telah
menjadi kesepakatan atau yang diniatkan. Hal yang telah menjadi kesepakatan
adalah: norma, nilai, dan aturan yang berlaku di masyarakat.

4
 Tidak Egois: Sikap yang tidak mengutamakan kepentingan sendiri tetapi harus
memperhatikan apakah perilakunya menimbulkan manfaat pada orang lain.
 Empati: Mampu memahami perasaan dan keinginan orang lain dan mampu
menempatkan diri pada posisi orang lain.
 Jujur: Selalu berkata/berbuat sesuai dengan fakta dan obyektif sehingga dapat
dipercaya
 Melaksanakan kewajiban: Selalu melaksanakan apa yang menjadi tanggung
jawabnya dengan sungguh-sungguh tanpa menghitung apa yang menjadi haknya.
 Membantu orang lain: Selalu memberi bantuan pada orang yang memerlukan
dengan perasaan bahagia
 Menepati janji: Selalu melaksanakan apa yang telah diikrarkan, disanggupi, dan
disepakati
 Menghargai orang lain: Selalu menghargai pendapat dan karya orang lain atau
menghargai profesi
 Menghargai ciptaan Tuhan: Selalu menghargai dan memelihara semua ciptaan
Tuhan dengan tidak merusak tanpa alasan yang dapat dibenarkan, bahkan
berusaha untuk memelihara lingkungan
 Menghindari Konflik: Menghindari konflik dengan melakukan selalu berlaku sabar,
tidak emosional, menghargai pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak,
dapat menerima perbedaan pendapat dan berusaha memecahkan masalah
dengan musyawarah.
 Menghindari larangan: Larangan dibuat dibuat untuk menghindari hal-hal yang
berakibat buruk atau tidak menyenangkan.
 Menghormati hak asasi manusia: Menghormati hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia, misalnya hak hidup layak dan hak melaksanakan ajaran agamanya.
 Menghormati hak orang lain: Memberikan kepada orang lain apa yang menjadi
hak mereka dan tidak menunda pemberian hak yang harus disampaikan kepada
orang lain serta memeberi kesempatan kepada orang lain agar tidak tidak saling
berubut dan ada yang mengalah.

5
 Mengingat kebaikan orang lain: Mengingat kebajikan yang telah diberikan oleh
orang lain dan berusaha untuk selalu membalasnya, tetapi selalu melupakan
kebajikan yang telah diperbuatnya untuk orang lain dan tidak berharap
membalasnya.
 Menjaga martabat: Menjaga martabat dapat dilakukan dengan selalu bersikap,
bertutur kata, berperilaku, dan berpenampilan yang pantas sesuai dengan norma
yang belaku, serta tidak mengundang orang lain untuk berpikir dan berbuat yang
tidak sopan.
 Tidak menyakiti oran lain: Menjaga perilaku dari sikap menimbulkan sakit hati pada
orang lain
 Peduli terhadap lingkungan: Kepedulian terhadap lingkungan akan menjaga
tempat dimana manusia hidup serta melestarikan kenyamanan hidup manusia
disamping dapat mencegah kerusakan alam.
 Rendah hati: Sifat yang tidak menonjolkan diri sendiri serta dapat menerima dan
mengakui kelebihan orang lain dan kekurangan diri sendiri.
 Rukun: Kondisi harmonis dalam masyarakat dimana anggota masyarakat saling
membantu, gotong royong, saling menghormati, menyelesaikan masalah secara
musyawarah, dan menghindari konflik.
 Peduli terhadap lingkungan: Kepedulian terhadap lingkungan akan menjaga
tempat dimana manusia hidup serta melestarikan kenyamanan hidup manusia
disamping dapat mencegah kerusakan alam.
 Rendah hati: Sifat yang tidak menonjolkan diri sendiri serta dapat menerima dan
mengakui kelebihan orang lain dan kekurangan diri sendiri.
 Rukun: Kondisi harmonis dalam masyarakat dimana anggota masyarakat saling
membantu, gotong royong, saling menghormati, menyelesaikan masalah secara
musyawarah, dan menghindari konflik.
 Sabar: Sifat yang selalu dapat mengendalikan diri secara emosional.
 Sederhana: Sikap hidup yang tidak mengutamakan hal-hal yang bersifat duniawi,
tidak suka pamer, tidak boros dan berlebihan, tidak mudah merasa kekurangan
agar hidupnya tenang.

6
 Sopan: Selalu menjaga sikap, tutur kata, perilaku dan penampilan di depan orang
lain, tidak membuat sakit hati orang lain, dan menghargai orang lain.
 Obyektif: Seseorang yang mengemukakan pendapat selalu dilandasi fakat dan
alasan yang masuk akal dan bukan pendapat pribadi.
 Teladan: Berbuat baik dan mendorong orang lain juga untuk berbuat baik.
 Wewenang: Wewenang diperoleh dari pihak lain untuk mengimbangi tugas dan
kewajiban yang harus diemban. Manusia berbudi luhur akan menghindari
penyalahgunaan wewenang
1.3 Visi, misi dan tujuan tentang aspek kebudiluhuran
Hakikat manusia adalah sebagai mahluk sosial, Manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Manusia merupakan makhluk multi dimensional, berbeda dengan makhluk lain,
khususnya binatang. Beberapa dimensi yang membedakan manusia dengan makhluk lain
misalnya bahwa manusia merupakan makhluk yang berakal, berperasaan, beriman,
berbudaya, berbahasa, dan bekerja. Sebaliknya binatang tidak memiliki dimensi-dimensi
tersebut.
Jika seekor induk sapi mau menyusui anaknya, hal tersebut bukan karena
perasaan kasih sayang kepada anak-anaknya tetapi karena naluri belaka. Tidak demikian
dengan manusia, seorang ibu memberikan ASI kepada bayinya karena didorong oleh rasa
kasih sayang agar anaknya sehat dan kuat.
Berbeda dengan manusia yang dapat mengeluarkan berbagai jenis suara yang
masing-masing memiliki arti yang berbeda. Manusia dapat berdoa (iman kepada Sang
Pencipta), mengagumi keindahan (berbudaya), yang tidak dilakukan oleh binatang.
Demikian pula manusia selalu bekerja untuk mencapai hal-hal yang lebih bermanfaat
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi kepentingan diri sendiri maupun untuk
orang lain.

7
Sebaliknya binatang tidak bekerja secara khusus. Seekor ayam mengais sampah
untuk mencari makan yang terbuang bersama sampah, tetapi tidak pernah menyiapkan
makanannya secara khusus. Demikian pula seekor kijang mengembara mencari rumput
untuk makan tetapi tidak pernah mencoba menanamnya.
Berdasarkan pemaparan diatas diharapkan mahasiswa Universitas Budi Luhur
menjadi manusia yang cerdas dan berbudi luhur. Cerdas artinya mampu menggunakan
akal untuk menciptakan hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupan. Berbudi luhur selalu
berbuat baik dan mulia untuk hal-hal yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain.
Cerdas tanpa budi luhur: Dapat berbuat apa saja tanpa peduli akibatnya terhadap orang
lain. Berbudi luhur tanpa kecerdasan: Menjadi korban orang lain
Yayasan Pendidikan Budi Luhur Cakti ingin menghasilkan manusia cerdas yg selalu
berperilaku baik dan mulia dengan menggunakan kecerdasannya untuk hal-hal yg
bermanfaat dan tidak merugikan masyarakat dan ingin semua alumni berbahagia dalam
hidupnya dan menjadi insan penyebar nilai-nilai kebudiluhuran

1.4 Definisi Pajak


Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No 16, 2009). Wajib pajak pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, dll.

1.5 Kebijakan Perpajakan di Indonesia


Instrumen kebijakan Perpajakan
 Kebijakan Perpajakan:
 Penetapan basis pajak

8
 Penetapan tarif pajak
 Kriteria Perpajakan:
 Efisien (Distorsi minimum)
 Cukup (Dapat memenuhi kebutuhan spending)
 Adil (horizontal equity terpenuhi)
 Elastis (potensi memadai)
 Political acceptibility (resistensi rendah)

1.6 Fungsi Pajak


 Fungsi budgeter yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluarannya
 Fungsi mengatur (regulerend) yaitu sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan keijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

1.7 Sumber Penerimaan Pajak


Sumber-sumber pendapatan negara secara umum dibagi menjadi dua sumber
yaitu pendapatan pajak dan pendapatan non pajak. Pendapatan pajak adalah
pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang diatur dalam undang-undang
tanpa balas jasa secara langsung. Pendapatan pajak berasal dari pajak pusat dan pajak
daerah.
Pajak-pajak pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi:
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
4. Bea Meterai
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tertentu (PBB Perkebunan, Perhutanan,
Pertambangan)

Pajak daerah meliputi:


1. Pajak Kendaraan Bermotor

9
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Rokok
5. Pajak Air Permukaan
6. Pajak Hotel
7. Pajak Restoran
8. Pajak Hiburan
9. Pajak Reklame
10. Pajak Penerangan Jalan
11. Pajak Parkir
12. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
13. Pajak Air Tanah
14. Pajak sarang burung walet
15. PBB perdesaan dan perkotaan
16. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

1.8 Pengelompokan Pajak:


1.8.1. Pajak Menurut Golongannya
a. Pajak langsung yaitu pajak yang harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan
tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain (contohnya Pajak
Penghasilan, PBB),
b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain, contohnya Pajak Pertambahan Nilai
1.8.2. Pajak Menurut sifatnya:
a. Pajak Subyektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subyeknya (orangnya) yaitu memperhatikan keadaan Wajib Pajak, contoh:
Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Obyektif, yaitu pajak yang berpangkal dan menitikberatkan pada
obyeknya dan lebih tidak memperhatikan subyeknya. Contoh Pajak Bumi dan
Bangunan, PPN.

10
1.8.3. Pajak Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat/Pajak Negara; yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat,
contoh: PPh, PPN dan PPnBM, dan Bea Materai
b. Pajak Daerah; yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah, dibagi
menjadi dua yaitu pajak Propinsi seperti pajak kendaraan bermotor, dan pajak
Kabupaten/Kota seperti pajak restoran, pajak hotel dll.
1.8.4. Pajak Menurut Jenis Tarifnya
a. Tarif proporsional (sebanding);  Prosentase tetap. Contoh : PPN dengan
tarif 10%, PBB
b. Tarif tetap;  jumlah yang tetap (sama) terhadap beberapa jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang tertang tetap. Contoh : Bea
Materai
c. Tarif Progresif;  prosentasenya semakin besar apabila jumlah
penghasilannya semakin besar. Contoh : Pajak Penghasilan. Menurut kenaikan
prosentasenya dibagi tiga yaitu :
 Tarif progresif progresif : kenaikan prosentasenya semakin besar
 Tarif progresif tetap : kenaikan prosentasenya tetap
 Tarif progresif degresif : kenaikan prosentasenya semakin kecil,
d. Tarif degresif;  prosentase tarif semakin kecil apabila jumlah yang
dikenakan pajak semakin besar.

Rangkuman
Budi pekerti berasal dari kata ”budi” dan “pekerti”. Kata “budi” berarti kesadaran
mulia, yang diejawantahkan berupa etika atau norma kehidupan. Kata “pekerti”
diturunkan dari akar kata Sanskerta ”kr” yang berarti bertindak (Yatmana, 2000). Dari
pengertian tersebut dapat diketengahkan budi luhur adalah hal ihwal yang dicita-citakan,
dimimpikan, bersifat abstrak, dan akan diwujudkan ke dalam kehidupan dalam bentuk
budi pekerti.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

11
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Fungsi Pajaksebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya dan sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan keijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Latihan
1. Apakah pengertian dari pajak?
2. Sebut dan jelaskan dua fungsi utama pajak!
3. Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi berapa, jelaskan!
4. Menurut golongannya pajak dibagi menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung.
Jelaskan apa yang dimaksud pajak tidak langsung dan beri contohnya!
Bagaimana penghitungan pajak dengan menggunakan tarif tetap!

12

Anda mungkin juga menyukai