Anda di halaman 1dari 3

1.Mengapa konseling disebut sebagai hubungan membantu? Jelaskan!

2.Jelaskan aspek-aspek konselor dalam konseling yang dapat menopang tugas seorang
konselor agar konseling berjalan lancar dan efektif !
minimal 3 (tiga) aspek.
3.Bagaimana cara membuat konseli agar tidak mengalami ketergantungan kepada
konselor ?
4.Jelaskan perilaku bermasalah menurut pendekatan humanistic (Client centered) dan
berikan 1 contoh perilaku bermasalah.
5.Jelaskan perilaku bermasalah menurut pendekatan kognitif (REBT) dan berikan 1
contoh perilaku bermasalah.
Jawaban :
1. Pada hakekatnya hubungan dalam konseling itu bersifat membantu (helping
relationship). Hubungan membantu itu berbeda dengan memberi (giving) atau
mengambil alih pekerjaan orang lain. Membantu tetap memberi kepercayaan kepada
klien untuk bertanggungjawab dan menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya.
Hubungan konseling tidak bermaksud mengalihkan pekerjaan klien kepada konselor,
tetapi memotivasi klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
mengatasi masalahnya.
2. Aspek-aspek konselor dalam konseling yang dapat menopang tugas seorang
konselor :
 Penyayang: Selalu terpanggil untuk membantu orang yang mengalami kesulitan,
rela berkorban (pikiran, tenaga, materi) untuk orang lain, senang melihat orang
lain senang dan susah melihat orang lain susah
 Empati : Mampu memahami pikiran dan perasaan orang lain, mampu merasakan
apa yang diraskan orang lain, tetapi ia tidak hanyut dalam suasana orang lain,
mampu memberikan respons yang tepat (peduli) sesuai harapan otang yang
membutuhkannya
 Amanah : Mampu menyimpan dan merahasiakan sesuatu pada porsinya, jujur ,
melaksanakan tugas dengan sempurna, sabar dalam menjaga amanah,
bertanggung jawab - Menunaikan hak orang lain yang ada pada dirinya
 Kongruensi : Kongruensi adalah keadaan ketulusan dan integritas penuh, ketika
semua bagian kepribadian bekerja dalam satu ritme untuk mencapai satu tujuan.
 UNCONDITIONAL POSITIVE REGARD : keadaan dimana seseorang diakui
dan dipercaya memiliki kemampuan yang dapat ia kembangkan sehingga ia
dihargai hanya dengan menjadi dirinya sendiri (tak bersyarat).
3. Kita harus bisa menjaga jarak. Kita harus mengetahui tanda-tanda klien mulai
bergantung kepada kita. Jika itu sudah terjadi, kita bisa tidak objektif lagi. Kita akan
kesulitan dalam melihat masalah klien dan merefleksikan perasaannya ketika relasi
tersebut sudah menjadi terlalu personal. Jadi, relasi yang dibangun di antara konselor
dan klien haruslah bersifat terapeutik. Oleh sebab itu seorang konselor dalam
melakukan konseling pada klien harus benar-benar memahami etika dalam konseling.
Etika konseling berarti suatu aturan yang harus dilakukan oleh seorang konselor dan
hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang konselor. Ada empat etika yang
penting
4. Adanya ketidakseimbangan/ketidaksesuaian antara pengalaman organismik dan self
yang menyebabkan individu merasa dirinya rapuh dan mengalami suai. Contohnya
Dina adalah siswa SMA Negeri favorit di Jakarta. Dia anak yang cerdas dengan
kelebihan pada mata pelajaran eksakta yang diatas rata-rata, namun Dina memiliki
keterbatasan secara fisik, yakni kakinya tidak sempurna atau pincang. Kepincangan
kaki mawar akibat kecelakaan motor yang terjadi pada saat Dina SMP. Hal ini yang
mengusik cita-citanya untuk menjadi dokter di kemudian hari. Di lingkungan yang
baru ini (SMA), Dina seringkali mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari
teman-temannya, diolok-olok “pincang”, disakiti dan dijauhi. Dengan kondisi seperti
ini, Dina hanya mau bergaul dengan orang yang dianggapnya nyaman untuk dirinya
dan dengan orang-orang yang mau mendekatinya. Dari aspek kehidupan Dina,
keluarganya memiliki kondisi ekonomi yang pas-pasan. Ibunya penjual makanan
tradisional dari ketela pohon, ayahnya seorang buruh. Dina merupakan anak pertama
dari dua bersaudara, adiknya sekarang kelas VII SMP dan memiliki tubuh yang
normal. Kondisi yang dialami Dina dilingkungan sekolah menimbulkan rasa putus asa
terhadap kehidupannya, sehingga memberikan penilaian negative terhadap takdir
Rabbnya. Dengan berbagai permasalahan tersebut tentu sangat mempengaruhi
keadaan psikologis Dina yang sempat berencana untuk berhenti sekolah.

5. Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) sebelumnya disebut rational


therapy dan rational emotive therapy, merupakan terapi yang komprehensif, aktif-
direktif, filosofis dan empiris berdasarkan psikoterapi yang berfokus pada
penyelesaian masalah-masalah gangguan emosional dan perilaku, serta
menghantarkan individu untuk lebih bahagia dan hidup yang lebih bermakna
(fulfilling lives). Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapi (REBT)
memandang manusia sebagai individu yang didominasi oleh sistem berfikir dan
sistem perasaan yang berkaitan dalam sistem psikis individu. Keberfungsian individu
secara psikologis ditentukan oleh fikiran, perasaan dan tingkah laku.
Contoh berpikir tidak logis yang biasanya banyak menguasai individu adalah:
1. Saya harus sempurna.
2. Saya baru saja melakukan kesalahan, bodoh sekali!
3. Ini adalah bukti bahwa saya tidak sempurna, maka saya tidak sempurna

Anda mungkin juga menyukai