Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Konseling sering juga disebut juga dengan penyuluhan. Konseling merupakan suatu proses. Konseling
bukanlah suatu kejadian tunggal melainkan melibatkan tindakan-tindakan beruntun dan berlangsung
maju berkelanjutan kearah suatu tujuan.

Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam mana
konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya,
menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya
sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli
dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang
akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional
antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau
seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk
membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga
dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya. 

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa konseling adalah proses dengan berorientasi pada suatu
tujuan dan dilakukan antar individu ke individu yang lain atau dari teman keteman atau bahkan
melibatkan lebih dari satu orang.

Ada banyak kesempatan dimana konseling ditawarkan dalam konteks hubungan yang pada dasarnya
terfokus pada masalah  konseling. Misalnya seorang murid mungkin saja menggunakan guru sebagai
seorang yang dianggap untuk berbagi kecemasan dan kekhawatiran. Hal ini wajar karena murid
merasa guru adalah sebagai tempat yang nyaman, aman, ketika ingin berbagi tentang  masalah atau
ketakutan yang telah dialaminya, dan dari sinilah terjadi proses konseling.

Dalam makalah ini penulis sebagai konselor yang akan memberikan konseling kepada konseli terkait
dengan permasalahan yang dihadapi oleh konseli.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja teori yang berkaitan tentang konseling?


2. Sebutkan macam-macam teknik konseling?
3. Bagaimana konseling dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?
4. Apa saja macam-macam pendekatan konseling?
5. Sebutkan contoh kasus tentang konseling?

BAB II

PEMBAHASAN

I. Teori Konseling

1. Konseling Trait dan Factor (Wolter Bingham, John Darley, Donald G. Paterson, dan E. G.
Williemson)
Menurut teori ini, kepribadian merupakan suatu system sifat atau factor yang saling berkaitan satu
dengan yang lainnya seperti kecakapan,minat,sikap,dan tempramen.
2. Konseling Rational Emotive (Albert Ellis) dikenal dengan Rational Emotive Therapy (R.E.T)
Tujuan konseling Rasional-Emotif
1. Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan
klien yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri,
meningkatkan self actualizationnya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif dan afektif yang
positif.
2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti : rasa takut, rasa
bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, dan rasa marah. Konselor melatih dan mengajar
klien untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan,
nilai-nilai dan kemampuan diri sendiri.

3. Konseling Behavioral (D. Krumboltz, Carl E. Thoresen, Ray E. Hosfor , Bandura, Wolpe dll)
Konsep behavioral : perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan
memanipulasi dan mengkresi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan
suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar
dapat memecahkan masalahnya.

4. Konseling Psikoanalisa (Sigmund Freud, Carl Jung, Otto Rank, William Reich, Karen Honey,
Adler. Harry Stack Sullivan,dll)
Konsep Freud yang anti rasionalisme menekankan motivasi tidak sadar, konflik, dan simbolisme
sebagai konsep primer. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-
dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalan terhadap dorongan-
dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional dan tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya dan
orang lain. Energi psikis yang paling dasar disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang
terarah kepada pencapaian kesenangan.

5. Konseling Psikologi Individual (Alfred Adler, Rudolph Dreikurs, Martin Son Tesgard, dan Donal
Dinkmeyer)
Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu
kompensasi terhadap perasaan inferioritas (kurang harga diri). Istilah yang digunakan oleh Adler
adalah “inferiority complex” untuk menggambarkan keadaan perasaan harga diri kurang yang selalu
mendorong individu untuk melakukan kompensasi mencapai keunggulan. Perilaku merupakan suatu
upaya untuk mencapai keseimbangan.
Kompleks rasa rendah diri (inferiority complex) menurut Adler berasal dari tiga sumber :
1. Kekurangan dalam hal fisik
2. Anak yang dimanja
3. Anak yang mendapat penolakan

6. Konseling Analisis Transaksional (Eric Berne) pioner yang menerapkan analisa transaksional
dalam psikoterapi.
Dalam terapi ini hubungan konselor dan klien dipandang sebgai suatu transaksional (interaksi,
tindakan yang diambil, tanya jawab) dimana masing0masing partisipan berhubungan satu sama lain.
Sebagai fungsi tujuan tertentu. Transaksi menurut Berne merupakan manivestasi hubungan sosial.
Berne membagi psikoterapi konvensional menjadi dua kelompok
1. Kelompok yangh melibatkan sugesti, dukungan kembali (reassurence), dan fungsi parental lain.
2. Kelompok yang melibatkan pendekatan rasional, dengan menggunakan konfrontasi dan
interpretasi seperti terapi non direktif dan psiko analisa.

7. Konseling Client Centered (Berpusat Pada Klien)


(Carl R. Roger) menurut Roger Konseling dan Psikoterapi tidak mempunyai perbedaan. Konseling
yang berpusat pada klien sebagai konsep dan alat baru dalam terapi yang dapat diterapkan pada orang
dewasa, remaja, dan anak-anak.
Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang
penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang
menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian,dan hakekat
kecemasan. Menurut Roger konsep inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan
konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.

8. Konseling / Terapi Gestalt


(dikembangkan oleh Frederick S. Peris 1989-1970) terapi ini dikembangkan dari sumber dan
pengaruh tiga disiplin yang sangat berbeda yaitu :
1. Psikoanalisis terutama yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih
2. Fenomenolohi eksistensialisme Eropa dan
3. Psikologi Gestalt
Peris menyatakan bahwa individu, dalam hal ini manusia, selalu aktif sebagai keseluruhan, merupakan
koordinasi dari seluruh organ. Kesehatan merupakan keseimbangan yang layak. Pertentangan antara
keberadaan sosial dan biologis merupakan konsep dasar terapi Gestaslt.

II. Macam-macam Teknik Konseling


Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahapan-tahapan konseling
dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Untuk lebih jelasnya, di
bawah ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum, diantaranya :
1. Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata,
bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat :
 Meningkatkan harga diri klien.
 Menciptakan suasana yang aman
 Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.

2. Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir
bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku
attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
Terdapat dua macam empati, yaitu :

1. Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan
keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.Contoh ungkapan empati
primer :” Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”. ” Saya dapat memahami pikiran
Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”.
2. Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran
keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut
dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk
mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk
penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda
rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”.
3. Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis
refleksi, yaitu :

 Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya
yang Anda katakan adalah ….”
 Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai
hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.Contoh : ” Tampaknya yang Anda
katakan…”
 Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai
hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang
Anda katakan suatu…”
4. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting
dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu
mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa
rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik
eksplorasi, yaitu :

 Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan.
Contoh :” Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan ….”
 Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh : ”
Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja”.
 Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-
pengalaman klien. Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui Namun saya
ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan
Anda”
5. Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi ungkapan
klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan
sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons
klien terhadap konselor.
Tujuan paraphrasing adalah : (1) untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama
dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien; (2) mengendapkan apa yang
dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan ; (3) memberi arah wawancara konseling; dan (4)
pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien.

6. Pertanyaan Terbuka (Opened Question)


Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan
perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka (opened
question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa
sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-
sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.

Contoh : ” Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan?  ”

7. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)


Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu
dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan
kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk : (1) mengumpulkan informasi; (2) menjernihkan
atau memperjelas sesuatu; dan (3) menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang
jauh.

8. Dorongan minimal (Minimal Encouragement)


Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap
apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan : oh…, ya…., lalu…,
terus….dan…
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai
tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya
dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu
atas pembicaraan klien.

9. Interpretasi
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-
teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar
klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.

10. Mengarahkan (Directing)


Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien
untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.

11. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)


Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas.
Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk : (1) memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan; (2) menyimpulkan kemajuan hasil
pembicaraan secara bertahap; (3) meningkatkan kualitas diskusi; (4) mempertajam fokus pada
wawancara konseling.

III. Penerapan Konseling


1. Tak ada satu formula yang tepat bagi semua klien, sangat bersifat individu

2. Perlu belajar sambil menerapkan dan kemudian mengembangkannya

3. Perlu respon efektif dan inovatif akan kebutuhan psikososial klien

4. Pengembangan kemampuan konseling dari para petugas perlu terus ditingkatkan

5. Penguatan kemampuan kerja dapat dihimpun melalui jejaring pelayanan, kebijakan tempatkerja,
kebijakan nasional serta dukungan para stake holders

Keterampilan yang diperlukan dalam memberikan konseling adalah:


1. Mendengarkan aktif dan mengamat i(penuh perhatian)
2. Mengajukan pertanyaan dan menghayati (empati)
3. Merangkum dan menyimpulkan
4. Membaca dan merefleksikan perasaan
5. Membangun relasi dan persetujuan pelayanan
6. Menggali dan memahami masalah, penyebab dan kebutuhan
7. Mengenal alternatif penyelesaian masalah
8. Penyelesaian masalah, dapat memberikan solusi dan penguatan
9. Penyelesaian masalah, konsekuensi logis dan mengakhiri

Mereka yang memerlukan konseling:

1. Mereka yang sudah terinfeksi HIV/AIDS, dan keluarganya

2. Mereka yang ingin mengetahui status HIVnya (merasa telah melakukan tindakan berisiko)

3. Untuk kepentingan dinas/pekerjaan

4. Kelompok berisiko tinggi


IV. Macam-macam Pendekatan Konseling

I. Pendekatan Konseling Behavioral


Terapi Kognitif-Behavioral (TKB) atau Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) merupakan salah satu
bentuk konseling yang bertujuan membantu klien agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh
pengalaman yang memuaskan, dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu, dengan cara
memodifikasi pola pikir danperilaku tertentu. Pendekatan kognitif berusaha memfokuskan untuk
menempatkan suatu pikiran, keyakinan, atau bentuk pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain
(misalnya, hidup saya sengsara sehingga sulit untuk dapat menentukan tujuan hidup saya). Selain itu,
terapi juga memfokuskan pada upaya membelajarkan klien agar dapat memiliki cara berpikir yang
lebih positif dalam berbagai peristiwa kehidupan dan tidak hanya sekedar berupaya mengatasi
penyakit atau gangguan yang sedang dialaminya.. Dengan kata lain, konseling kognitif memfokuskan
pada kegiatan mengelola dan memonitor pola fikir klien sehingga dapat mengurangi pikiran negatif
dan mengubah isi pikiran agar dapat siperoleh emosi yang lebih positif.  Sedangkan Konseling
Behavioral memfokuskan pada kegiatan (tindakan) yang dilakukan  klien, menentukan bentuk
imbalan (rewards) yang dapat mendorong klien untuk melakukan tindakan tertentu, pemberian
konsekuensi yang tidak menyenangkan, guna mencegah klien melakukan tindakan yang tidak
dikehendaki.

II. Konseling Humanistik

A. Konsep Dasar:

 Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dan

yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap orang bertanggung

jawab atas segala tindakannya.

 Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu manusia

mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi diri

 Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan

fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self expression.

B. Asumsi Perilaku Bermasalah

Gangguan jiwa disebabkan karena individu yang bersangkutan tidak dapat mengembangkan

potensinya. Dengan perkataan lain, pengalamannya tertekan.


C. Tujuan Konseling

1. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut

apa adanya. Saya adalah saya

2. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-

pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu dapat

mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.

3. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses

aktualisasi dirinya.

4. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau

menurut kondisi dirinya.

D. Deskripsi Proses Konseling

1. Adanya hubungan yang akrab antara konselor dan konseli.

2. Adanya kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problem dan apa yang

diinginkannya.

3. Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku individu

dengan tanpa memberikan sanggahan.

4. Unsur menghargai dan menghormati keadaan diri individu dan keyakinan akan kemampuan

individu merupakan kunci atau dasar yang paling menentukan dalam hubungan konseling.

5. Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya beserta lingkungannya sangat diperlukan

oleh konselor.

E. Teknik-Teknik Konseling

Teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik client centered

counseling, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi: (1)acceptance (penerimaan);

(2) respect (rasa hormat); (3) understanding (pemahaman); (4) reassurance (menentramkan hati);

(5) encouragementlimited questioning(pertanyaan terbatas; dan (6) reflection (memantulkan

pernyataan dan perasaan). (memberi dorongan); (5)

Melalui penggunaan teknik-teknik tersebut diharapkan konseli dapat (1) memahami dan menerima

diri dan lingkungannya dengan baik; (2) mengambil keputusan yang tepat; (3) mengarahkan diri; (4)

mewujudkan dirinya.

III. Teknik Konseling Realitas


A. Konsep Dasar
Terapi Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan
bentuk bantuan langsung kepada konseli, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah
daam rangka mengembangkan dan membina kepribadian/kesehatan mental konseli secara sukses,
dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli yang bersangkutan.
Terapi Realitas berprinsip seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dari terapist
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan
siapapun.

Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak
sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana konseli
dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang.

Adalah William Glasser sebagai tokoh yang mengembangkan bentuk terapi ini. Menurutnya, bahwa
tentang hakikat manusia adalah:

1. Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh kehidupannya,
sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan dalam kepribadiannnya.
2. Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola
tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat menjadi seorang individu yang sukses.
3. Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha membangun
anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri
B. Ciri-Ciri Terapi Realitas
1. Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang ada adalah perilaku
tidak bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat.
2. Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang penuh optimisme.
3. Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang
mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak bisa diubah
tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga.
4. Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan. Konselor dalam
memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif yang dapat diwujudkan dalam perilaku
nyata dari berbagai problema yang dihadapi oleh konseli .
5. Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa
yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli . Tanggung jawab dan perilaku nyata yang
harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya.
6. Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang mengalami kegagalan.,
tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan disiplin yang disadari maknanya dan
dapat diwujudkan dalam perilaku nyata.
7. Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat berguna bagi dirinya dan bagi orang
lain melalui perwujudan perilaku nyata.
C. Tujuan Terapi
1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan
melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada,
sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang
dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.
D. Proses Konseling (Terapi)
Konselor berperan sebagai:

1. Motivator, yang mendorong konseli untuk: (a) menerima dan memperoleh keadaan nyata,
baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin dicapainya; dan (b) merangsang klien untuk
mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup selalu
dalam ketergantungan yang dapat menyulitkandirinya sendiri.
2. Penyalur tanggung jawab, sehingga: (a) keputusan terakhir berada di tangan konseli; (b)
konseli sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai perilakunya sendiri.
3. Moralist; yang memegang peranan untuk menetukan kedudukan nilai dari tingkah laku yang
dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi pujian apabila konseli bertanggung jawab atas
perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap
perilakunya.
4. Guru; yang berusaha mendidik konseli agar memperoleh berbagai pengalaman dalam
mencapai harapannya.
5. Pengikat janji (contractor); artinya peranan konselor punya batas-batas kewenangan, baik
berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan konseli yang dapat dijajagi maupun akibat yang
ditimbulkannya.
Teknik-Teknik dalam Konseling
1. Menggunakan role playing dengan konseli
2. Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks
3. Tidak menjanjikan kepada konseli maaf apapun, karena terlebih dahulu diadakan perjanjian
untuk melakukan perilaku tertentu yang sesuai dengan keberadaan klien.
4. Menolong konseli untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan dilakukannya.
5. Membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik.
6. Membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapinya
7. Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk mengkonfrontasikan
konseli dengan perilakunya yang tak pantas.
8. Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.

IV. PENDEKATAN KONSELING GESTALT

Konsep Dasar

1. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan 


2. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ
seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian
tersebut
3. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah
laku 
4. Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki
dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas
atau keutuhan pribadi. 
Hakikat manusia menurut Gestalt  : 
1. Hanya  dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya 
2. Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan
lingkungannya itu 
3. Aktor bukan reaktor 
4. Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya 
5. Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab 
6. Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif. 
Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia :
a. Tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”.
b. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan
kehidupan manusia adalah masa sekarang. 
Kecemasan : 
a. “kesenjangan antara saat sekarang dan  yang akan datang”
b. Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpukau pada masa depan,
maka mereka mengalami kecemasan.
Unfinished business (urusan yang tak selesai)
a. perasaan-perasaan yang tidak tersalurkan/terungkapkan seperti : dendam, kemarahan,
kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan
b. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan di ba-wa pada kehidupan
sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubung-an yang efektif dengan dirinya sendiri dan
orang lain
c. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia berani mengha-dapi dan
menangani/mengatasinya
ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH 
A.    Individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan
keberadaan “under dog”

a. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam


b. Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin
dimaklumi.

B.    Perkembangan  yang  terganggu  karena terjadi  ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus


(self-               image) dan apa-apa yang diinginkan (self)
C.     Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis

D.     Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya

E.     Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang

F.      Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi

Spektrum tingkah laku bermasalah :

a. Kepribadian kaku (rigid)


b. Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung
c. Menolak berhubungan dengan lingkungan
d. Memeliharan unfinished bussiness
e. Menolak kebutuhan diri sendiri
f. Melihat  diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih” 

TUJUAN KONSELING

Tujuan utama :

a. Membantu klien  berani menghadapi tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi 


b. Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap  lingkungan/orang lain menjadi percaya
pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya. 
c. Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara
penuh, ia baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya
d. Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkansebagian ini
dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.

Tujuan spesifik

a. Membantu klien agar dapat memper-oleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau
realitas, serta menda-patkan insight secara penuh
b. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
c. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke
mengatur diri sendiri (to be true to himself)
d. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip
Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat
diatasi dengan baik.
DESKRIPSI PROSES KONSELING

 Fokus utama konseling : bagaimana keadaan klien sekarang serta hambatan-hambatan apa


yang muncul dalam kesadarannya
 Tugas konselor : mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada
dirinya dan mau mencoba menghadapinya 
 Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif, menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau
membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang 
 Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya
untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat
 Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang dan
mampu menyingkirkan hambatan-hambatn yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri 
 Konselor membantu klien menghadapi transisi dari ketergantungannya terhadap faktor luar
menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka
ketersesatan atau kebuntuan klien. 
 Pada saat klien mengalami gejala kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya terhadap
lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh, atau gila 
 Konselor membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi
ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang lebih optimal. 
Deskripsi Fase-fase Proses Konseling :

Fase pertama

 konselor mengembangkan pertemuan konseling,agar tercapai situasi yang memungkinkan per
ubahan perubahan yang diharapkan pada klien 
 Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masingmasing klien   
mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah  ya
ng harus dipecahkan 
Fase kedua
Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah diteta
pkan sesuai dengan kondisi klien 
Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :

1. Membangkitkan motivasi klien :

 Memberi kesempatan klien untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya 


 Makin tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk
mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan
konselor. 
2. Mebangkitkan otonomi klien :
 Menekankan kepada klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat
mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab. 
Fase ketiga

 Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini. Klien


diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam
situasi di sini dan saat ini.
 Kadang-kadang klien diperbolahkan memproyeksikan dirinya kepada konselor 
 Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek
kepribadian yang hilang,  dari sini dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien.. 
Fase keempat
 Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah
lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling 
 Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan  integritas
kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi. 
 Klien telah memiliki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat
sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-
pikirannya dan tingkah lakunya. 
 Dalam situasi ini klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan”
diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya. 
TEKNIK KONSELING

Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestal 

Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu klien
tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab
atas tingkah lakunya. 

Orientasi Sekarang  dan Di Sini 

 Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan
keadaan sekarang.
 Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang.
 Konselor tidak bertanya dengan pertanyaan “mengapa”.

•Orientasi Eksperiensial

 konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingg
a klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya:
 klien mempergunakan kata ganti personal 
 klien mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan 
 klien mengambil peran dan tanggung jawab 
 klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau tingkah-lakunya

Teknik-teknik Konseling Gestal 

Permainan Dialog 

   

Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang
saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya :

Økecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak

ØKecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”

ØKecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh

ØKecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung

ØKecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah

Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan
mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko 

Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”. 

Latihan Saya Bertanggung Jawab 

Teknik untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada
memproyek-sikan perasaannya itu kepada orang lain. 

Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien
menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “...dan saya bertanggung jawab atas hal
itu”. Misalnya :

 “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu” 
 “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab
ketidaktahuan itu”. 
 “Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”. 

Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan
klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.•

Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang
dimilikinya 

Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan
hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain. 

Teknik Pembalikan 

Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-
dorongan yang mendasarinya 

Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan
perasaan-perasaan yang dikeluhkannya. Misalnya :

Konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien
pemalu yang berlebihan 

Tetap dengan Perasaan 

Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak
menyenangkan dan ia sangat ingin menghindarinya 

Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu. 

Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-
perasaan yang tidak menyenangkan 

Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan
perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam
tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu. 

Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru : 

a. tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin


dihindarinya 
b. membutuhkan keberanian dan pengalam-an untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang
ingin dihindarinya itu 

KETERBATASAN PENDEKATAN 

a. Pendekatan gestalt cenderung kurang memperhatikan faktor kognitif


b. Pendekatan gestalt menekankan tanggung jawab atas diri sendiri, tetapi mengabaikan
tanggung jawab pada orang lain
c. Menjadi tidak produktf bila penggunaan teknik-teknik gestalt dikembangkan secara mekanis
d. Dapat terjadi klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik gestalt karena merasa
dirinya dianggap anak kecil atau orang bodoh.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-dan-konseling/
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/15/teknik-umum-konseling/
http://eko13.wordpress.com/2008/03/18/ciri-ciri-teori-konseling/
http://www.healthefoundation.eu/engine?app=hiv&service=classmanager:9432&cmd=open&id=10
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/pendekatan-dan-teknik-konseling/
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/09/05/terapi-kognitif-behavioral/
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/14/konseling-humanistik/
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/14/terapi-realitas/
http://kajianpsikologi.blogspot.com/2012/01/pendekatan-konseling-gestalt.html

Anda mungkin juga menyukai