Anda di halaman 1dari 56

KONSEP DIRI

Oleh :
Ratnalia, S.Kep. Ners.
DEFINISI
 Konsep Diri adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui oleh
individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. (Stuart &
Sundeen, 1998)
 Konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh, baik fisikal,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual
(William & Rawlin, 1997)
KARAKTER INDIVIDU DENGAN KONSEP
DIRIYANG POSITIF
 Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai
teman dan gampang bersahabat
 Mampu berfikir dan membuat keputusan
 Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan

KONSEP DIRI YANG NEGATIF DAPAT DILIHAT


DARI HUBUNGAN INDIVIDU DAN SOSIAL
YANG MALADAPTIF
RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kekacauan Depersona


Diri Positif Rendah Identitas lisasi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP
DIRI

1. Teori Perkembangan
Konsep diri belum ada saat lahir, kemudian berkembang secara bertahap
sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang
lain
2. Significant Other (Orang Yang Terpenting atau Terdekat)
Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,
belajar diri sendiri melalui cermin orang lain
3. Self Perception (Persepsi Diri Sendiri)
Persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu
KOMPONEN KONSEP DIRI
1. Gambaran diri
adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari
meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran, bentuk, fungsi,
penampilan dan potensi tubuh.
2. Ideal Diri
adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan
standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu
3. Harga Diri
adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis
seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya
4. Peran
adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh
masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosialnya
5. Identitas Diri
adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian
yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu
kesatuan yang utuh
TANDA GEJALA
1. Gambaran Diri
- Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
- Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan
terjadi
- Menolak penjelasan perubahan tubuh
- Persepsi negatif pada tubuh
- Mengungkapkan keputusasaannya
- Mengungkapkan ketakutan
2. Ideal Diri
- Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya
- Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
3. Harga Diri
- Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat tindakan terhadap penyakit
- Rasa bersalah pada diri sendiri
- Merendahkan martabat
- Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
- Kurang percaya diri
- Mencederai diri akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram
4. Peran
- Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
- Ketidakpuasan peran
- Kegagalan menjalankan peran yang baru
- Ketegangan menjalankan peran baru
- Kurang tanggung jawab
- Apatis, bosan dan putus asa
- Identitas diri
5. Identitas Diri
- Tidak ada percaya diri
- Sulit mengambil keputusan
- Ketergantungan
- Masalah dalam hubungan interpersonal
- Ragu atau tidak yakin terhadap keinginan
- Projeksi / menyalahkan orang lain
PENGKAJIAN
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal
b. Faktor Presipitasi
1. Trauma
2. Ketegangang Peran
- Transisi peran perkembangan perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan
- Transisi peran situasi bertambah/berkurangnya aggota
keluarga
- Transisi peran sehat sakit pergeseran dari sehat ke sakit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Konsep Diri : citra tubuh yang


berhubungan dengan kekhawatiran menjadi
gemuk
2. Harga Diri Rendah
3. Gangguan identitas diri
INTERVENSI

1. Identifikasi kemampuan yang dimiliki


2. Latih kemampuan yang dimiliki
3. Buat jadwal kegiatan hari-hari
4. Berikan pujian atas tindakan yang sudah
dilakukan
KEPRIBADIAN YANG SEHAT

1. Citra tubuh yang positif dan sesuai


2. Ideal diri yang realistik
3. Konsep diri yang positif
4. Harga diri yang tinggi
5. Penampilan peran yang memuaskan
6. Rasa identitas yang jelas
KONSEP DIRI
DALAM HUBUNGAN
PERAWAT – KLIEN

by
Ratnalia
Hubungan terapeutik P-K :
 hubungan kerjasama yang ditandai dengan
tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan
pengalaman dalam membina hubungan intim
yang terapeutik.
 pengalaman belajar bersama dan pengalaman
untuk memperbaiki emosi klien
Proses Hubungan Terapeutik P-
K :

 membina hubungan sesuai dengan tingkat


perkembangan klien  mendorong
perkembangan klien dalam menyadari dan
mengidentifikasi masalah  membantu
pemecahan masalah
 memakai diri sendiri dan teknik pendekatan yang
khusus dalam bekerja dengan klien untuk
memberi pengertian dan merubah perilaku klien.
 Secara umum tujuan hubungan terapeutik adalah
untuk perkembangan klien ( Stuart dan Sundeen,
1987.h.96) yaitu:
1. kesadaran diri, penerimaan diri, dan penghargaan diri
meningkat.
2. pengertian yang jelas tentang identitas diri dan
integrasi diri ditingkatkan.
3. kemampuan untuk membina hubungan intim,
interdependen, pribadi dengan kecakapan menerima
dan memberi kasih sayang.
4. menigkatkan fungsi kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan pribadi yang realistis
PERAWAT
MEMBANTU KIEN
SEBAGAI
TERAPEUTIK

PERAWAT PERLU
ASKEP MENGENALI DIRINYA :
BERKUALITAS - perilaku
& - perasaan
MENGUNTUNGKAN - pikiran
KLIEN - Nilai
 Perangkat pembantu utama yang dapat
digunakan oleh perawat jiwa dalam praktik
adalah dirinya.
 analisis diri merupakan aspek penting pada
asuhan keperawatan yang terapeutik.
Ratnalia, S.Kep.,Ners.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi Terapeutik

Pengertian
 Adalah, kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi
gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan
dengan orang lain
 Merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan
klien. Dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki
pengalaman emosional klien
 Adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk
tujuan terapi. Seorang penolong (helper) atau perawat dapat
membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya
melalui komunikasi
Tujuan
 Realisasi diri dan peningkatan diri. Diharapkan terjadi
perubahan dalam diri klien
 Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak
superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.
Diharapkan klien belajar bagaimana menerima dan diterima
oleh orang lain
 Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistik
 Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas
diri. Diharapkan dapat membantu klien meningkatkan
integritas dan identitas yang jelas
Pinsip Dasar Komunikasi
Terapeutik

 Hubungan terpeutik yang saling menguntungkan,


hubungan antar manusia yang bermartabat
 Menghargai keunikan klien
 Harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan, perawat harus mampu menjaga
harga dirinya dan harga diri klien
 Tumbuhnya hubungan saling percaya harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali
permasalahan dan memberikan pemecahan
masalah
KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PERAWAT

Ratnalia, S.Kep.Ners
Mengembangkan “Helping
Relationship”
 Hubungan “a human to human relationship”
 Hubungan ini difokuskan pada tujuan utama
untuk membantu memenuhi kebutuhan klien
 Peran utama perawat adalah meyakinkan bahwa
kebutuhan fisiologis klien dengan benar-benar
terpenuhi
 Hubungan mutualis dan sebagai sarana agar
kebutuhan-kebutuhan klien terpenuhi
 Helping relationship antara perawat-klien harus
dibangun secara cermat dalam melakukan teknik
komunikasi yang terapeutik
3 Faktor dasar dalam mengembangkan
hubungan yang saling membantu
(Helping Relationship)

1. Pembantu harus benar-benar ikhlas dan


memahami tentang dirinya
2. Pembantu harus menunjukkan rasa simpati
3. Individu yang dibantu harus merasa bebas
untuk mengeluarkan segala sesuatu tentang
dirinya dalam menjalin hubungan
Hal mendasar dalam mengembangkan Helping
Relationship, yaitu :

1. Genuineness (keikhlasan)
 Perawat harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang
dimiliki klien
 Tidak menyalahkan atau menghukum klien
 Tidak mengancam

2. Empathy (empati)
 Merupakan pemahaman dan penerimaan perawat terhadap perasaan
yang dialami klien
 Kemampuan merasakan dunia pribadi klien
 Merupakan sesuatu yang jujur, sensitif dn tidak dibuat-buat
 Empati merupakan kunci sukses dalam berkomunikasi dan ikut
memberikan dukungan tentang apa yang sedang dirasakan klien
 Harus berusaha keras untuk mengetahui secara pasti apa yang
dipikirkan dan dialami klien
3. Warmth (kehangatan)
 Dilakukan untuk memberikan kesempatan klien
mengeluarkan “unek-unek” secara bebas
 Mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide dan
menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut
dimaki atau dikonfrontasi

Kehangatan juga dapat dikomunikasikan secara non verbal,


yaitu :
- Penampilan yang tenang
- Suara yang meyakinkan
- Pegangan tangan yang halus
Prinsip Komunikasi Terapeutik

1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri


2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima,
saling percaya dan saling menghargai
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut
oleh klien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik
fisik maupunj mental
5. Perawat harus memiliki motivasi untuk mengubah dirinya
baik sikap maupun tingkah laku
6. Peraawat harus mampu menguasai perasaan sendiri
7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat
mempertahankan konsistensinya
8. Simpati bukan tindakan terapeutik
9. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari
hubungan terapeutik
10. Mampu sebagai Rule Model
11. Mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu
12. Harus menciptakan suasana agar klien bebas berkembang
tanpa rasa takut
13. Altruisme mendapatkan kepuasan dengan menolong orang
lain secara manusiawi
14. Berpegang pada etika dengan mngambil keputusan
berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia
15. Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan dan
tentang apa yang dikomunikasikan
Sikap Perawat dalam Berkomunikasi

A. Kehadiran diri secara fisik


 Berhadapan “saya siap membantu mengatasi masalah
anda”
 Mempertahankan kontak mata
 Membungkuk ke arah klien
 Mempertahankan sikap terbuka
 Tetap relaks

Beberapa perilaku non verbal yang perlu diketahui dalam


merawat anak adalah:
- Gerakan mata
- Ekspresi muka
- Sentuhan
B. Kehadiran diri secara Psikologis

1. Dimensi Respon
 Keikhlasan
- Keterbukaan
- Kejujuran
- Ketulusan
- Tidak berpura-pura
 Menghargai
- Menerima klien apa adanya
- Tidak menghakimi
- Tidak mengejek atau menghina
 Empati
Merupakan kemampuan masuk dalam kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran
dan perasaannya
 Konkrit
- Jelas dan nyata bukan abstrak
- Sikap ini mempunyai 3 kegunaan, yaitu :
1. Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien
2. Memberi penjelasan yang akurat oleh perawat
3. Mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik
2. Dimensi Tindakan
 Konfrontasi
- Ketidak sesuaian antara konsep diri klien dan ideal diri klien
- Ketidak sesuaian antara eksprei non verbal dan perilaku klien
- Ketidak sesuaian antara pengalaman klien dan pengalaman perawat
 Kesegeraan
- Interaksi saat ini
- Sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan segera membantu
- Segera berespon terhadap keluhan klien
 Keterbukaan
- Terbuka dalam memberikan informasi terhadap dirinya
- Terbuka tentang pengalaman yang berguna untuk terapi klien
 Emotional Chatarsis
- Terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang sangat mengganggu dirinya
 Bermain Peran
- Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu
- Berguna untuk meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan
kemampuan melihat situasi dari pandangan orang lain
Tehnik Komunikasi Terpeutik

1. Mendengar (Listening)
2. Pertanyaan terbuka (Broad Opening)
3. Mengulang (Restarting)
4. Klarifikasi
5. Refleksi
6. Memfokuskan
7. Membagi persepsi
8. Identifikasi Tema
9. Diam (Silence)
10. Informing
11. Saran
Komunikasi Non Terapeutik

Merupakan komunikasi yang dapat merintangi atau merusak


profesionalisme hubungan
1. Menanyakan pertanyaan pribadi
2. Memberikan pendapat pribadi
3. Mengganti subjek
4. Respon otomatis
5. Penentraman hati yang keliru
6. Simpati
7. Meminta penjelasan
8. Respon bertahan
9. Respon agresif atau pasif
10. membantah
DASAR UTAMA DALAM MEMBERIKAN
ASKEP YG BERKUALITAS
Analisa diri perawat
 Perawat merupakan profesi yang menolong
manusia untuk beradaptasi secara positif
terhadap stres yang dialami.
 Pertolongan yang diberikan harus bersifat
terapeutik.
Fokus analisa diri

1. Kesadaran diri
2. Klarifikasi nilai
3. Eksplorasi perasaan
4. Panggilan jiwa
5. kemampuan menjadi model
6. Etika & rasa tanggung jawab
Kesadaran Interpersonal dalam
hubungan Interpersonal Perawat-klien
1. KESADARAN DIRI
“ Siapakah saya ? ”
Jahari Window

1. Dirinya tahu 2. Hanya orang lain


Orang lain tahu yang tahu
3. Hanya dirinya 4. Dirinya dan orang
yang tahu lain tidak tahu

Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui :


1. Mempelajari diri sendiri
2. Belajar dari orang lain
3. Mengembangkan sikap terbuka
 Kuadran 1 adalah kuadran yang terdiri dari
perilaku,pikiran dan perasaaan yang diketahui
oleh individu dan orang lain disekitarnya.
 Kuadran 2 sering disebut kuadran buta karena
hanya diketahui oleh orang lain.
 Kuadran 3 disebut rahasia karena hanya
diketahui oleh individu.
Ada 3 prinsip yang dapat diambil dari Johari
Window yaitu:
1. perubahan satu kuadran akan mempengaruhi
kuadran yang lain
2. jika kuadran 1 yang paling kecil berarti
komunikasinya buruk atau kesadaran dirinya
kurang.
3. kuadran 1 paling besar pada individu yang
mempunyai kesadaran diri yang tinggi.
Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga
cara, yaitu:
 mempelajari diri sendiri.
 belajar dari orang lain
 membuka diri
 
2. Klarifikasi Nilai
Dengan menyadari sistem nilai yang dimiliki, perawat
akan siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan
dengan sistem nilai yang dimiliki

3. Kemampuan menjadi model


Perawat yang bisa menjadi model adalah perawat yang
dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan
pribadinya serta tidak didominasi oleh konflik, distress
atau pengingkaran
4. Eksplorasi Perasaan
Mengkaji atau menggali perasaan-perasaan yang
muncul sebelum dan sesudah berinteraksi dengan
orang lain

5. Panggilan Jiwa
Seorang penolong yang efektif adalah yang tertarik
untuk merawat penuh cinta atas dasar kemanusiaan

6. Etika dan Tanggung jawab


Bertanggung jawab atas perilakunya dan mampu
mengatasi semua kelemahannya
Menghadirkan diri dalam komunikasi
terapeutik
 Fisik
1. Berhadapan
2. Mempertahankan kontak mata
3. Membungkuk ke arah klien
4. Mempertahankan sikap terbuka
5. Tetap rileks
 Psikologis
Mendengar secara aktif, memperhatikan perilaku
klien serta memberikan tanggapan yang tepat
TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Fase Pra Interaksi


2. Fase Orientasi
3. Fase Kerja
4. Fase Terminasi
1. Fase Pra Interaksi
 fase sebelum kontak pertama antara P – K.
 Tugas perawat pada fase ini adalah :
 ekplorasi diri
 Harapannya
 Kecemasannya
 menganalisa kekuatan dan kelemahan
profesionalnya
 menyimpulkan data klien sebanyak mungkin
 merencanakan pertemuan pertama dengan klien
2. Fase Orientasi

 interaksi yang terjadi antara P – K ketika


pertama kali bertemu
 Tugas perawat adalah :
 mencari tahu mengapa klien dirawat
 menerima komunikasi terbuka bersama klien
 membuat kontrak
 mengekplorasi perasaan
 pikiran dan tindakan klien
 mengidentifikasi masalah klien
 menentukan tujuan bersama klien.
3. Fase Kerja
 adalah dimana P dan K mengekplorasi stressor
yang berhubungan dan meningkatkan
pengetahuan klien dengan menyatukan persepi,
pikiran, perasaan dan tindakan.
 Perawat membantu klien yang memiliki kecemasan
 meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab
 mengembangkan mekanisme koping yang
konstruktif.
4. Fase Terminasi
 merupakan fase final dari interaksi dan fase
yang paling sulit namun penting.
 Tugas perawat pada fase ini adalah :
 menyiapkan klien untuk berpisah
dengan perawat yang menetapkan
waktu atau saat dimana hubungan
akan berakhir
 mengkaji atau review proses
perawatan yang telah dilalui
 kemajuan terapi dan pencapaian tujua
 bersama klien saling menggali rasa
penolakan, sedih, marah.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(SPTK)

I. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien
DS :
DO :
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Keperawatan
4. Tindakan Keperawatan
II. Strategi Komunikasi Terapeutik
1. Orientasi
- Salam Terapeutik
- Memperkenalkan diri/validasi identitas perawat
- Membuka pembicaraan dengan topik umum
- Evaluasi / validasi tindak lanjut pada pertemuan sebelumnya
- Membuat / validasi kontrak : * Topik
* Waktu
* Tempat

2. Kerja

3. Terminasi
- Evaluasi perasaan klien
- Evaluasi isi materi
- Tindak lanjut
- Kontrak yang akan datang
* Topik
* Waktu
* Tempat
Contoh SPTK
 SP 1
I. Proses Keperawatan
Kondisi Klien :
 DS : ” Saya mendengar suara  DO : Kontak mata
– suara yang mengatakan
harus wudhu.”
ada
” Suara – suara itu sering Klien kooperatif
datang, setiap menit.”
” Saya mendengar suara –
Verbal jelas
suara itu waktu saya mandi Bicara nyambung
dan duduk”
” Perasaan saya biasa – biasa Konsentrasi
saja, karena perintahnya mudah dialihkan
baik.”
4. Tindakan Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan  Bantu klien mengenal halusinasi
 Gangguan Sensori (isi, waktu terjadinya, frekuensi,
Persepsi : Halusinasi situasi pencetus, perasaan saat
terjadi halusinasi)
Pendengaran
 Latih mengontrol halusinasi
3. Tujuan Khusus dengan cara menghardik
Setelah 1x pertemuan, Tahapan tindakannya meliputi :
pasien dapat  Jelaskan cara menghardik
halusinasi
menyebutkan :
 Peragakan cara menghardik
 Isi, waktu, frekuensi,  Minta klien memperagakan
situasi, pencetus, ulang
perasaan  Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
 Mampu memperagakan
 Masukkan dalam jadwal
cara dalam mengontrol kegiatan klien
halusinasi
Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan

1. Fase Orientasi
 ”Assalamu’alaikum, pak. Saya perawat yang akan
merawat bapak, nama saya Ratnalia biasa di panggil
lia. Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
 ”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan
bapak saat ini?”
 ”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap – cakap
tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi
tak tampak wujudnya? Dimana kita duduk? Berapa
lama? Bagaimana kalau 15 menit?”
2. Fase Kerja
 “Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang
dikatakan suara itu?”
 “Apakah terus menerus terdengar? Atau sewaktu – waktu? Kapan yang
paling sering bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
 “Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
 ”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara
itu suara – suara tersebut hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara – cara
untuk mencegah suara – suara itu muncul?”
 ”Bapak, ada empat cara untuk mencegah suara – suara itu muncul.
 “Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik?”
 ”caranya sebagai berikut, saat suara – suara itu muncul, langsung bapak
bilang pergi saya tidak mau dengar, ... saya tidak mau dengar. Kamu suara
palsu. Begitu diulang – ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba
bapak peragakan! Nah begitu, ... bagus ! coba lagi ! iya bagus, bapak sudah
bisa.”
3. Fase Terminasi
 ”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan
latihan tadi?” Kalau suara – suara itu muncul lagi,
silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita
buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya.”
 ”Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar
dan latihan mengendalikan suara – suara dengan
cara yang kedua. Jam berapa, pak ? Bagaimana
kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?
Dimana tempatnya.”
 ”Baiklah, sampai jumpa lagi. Assalamua’laikum.”
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai