Oleh :
Ratnalia, S.Kep. Ners.
DEFINISI
Konsep Diri adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui oleh
individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. (Stuart &
Sundeen, 1998)
Konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh, baik fisikal,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual
(William & Rawlin, 1997)
KARAKTER INDIVIDU DENGAN KONSEP
DIRIYANG POSITIF
Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai
teman dan gampang bersahabat
Mampu berfikir dan membuat keputusan
Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan
Adaptif Maladaptif
1. Teori Perkembangan
Konsep diri belum ada saat lahir, kemudian berkembang secara bertahap
sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang
lain
2. Significant Other (Orang Yang Terpenting atau Terdekat)
Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,
belajar diri sendiri melalui cermin orang lain
3. Self Perception (Persepsi Diri Sendiri)
Persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu
KOMPONEN KONSEP DIRI
1. Gambaran diri
adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari
meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran, bentuk, fungsi,
penampilan dan potensi tubuh.
2. Ideal Diri
adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan
standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu
3. Harga Diri
adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis
seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya
4. Peran
adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh
masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosialnya
5. Identitas Diri
adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian
yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu
kesatuan yang utuh
TANDA GEJALA
1. Gambaran Diri
- Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
- Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan
terjadi
- Menolak penjelasan perubahan tubuh
- Persepsi negatif pada tubuh
- Mengungkapkan keputusasaannya
- Mengungkapkan ketakutan
2. Ideal Diri
- Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya
- Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
3. Harga Diri
- Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat tindakan terhadap penyakit
- Rasa bersalah pada diri sendiri
- Merendahkan martabat
- Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
- Kurang percaya diri
- Mencederai diri akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram
4. Peran
- Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
- Ketidakpuasan peran
- Kegagalan menjalankan peran yang baru
- Ketegangan menjalankan peran baru
- Kurang tanggung jawab
- Apatis, bosan dan putus asa
- Identitas diri
5. Identitas Diri
- Tidak ada percaya diri
- Sulit mengambil keputusan
- Ketergantungan
- Masalah dalam hubungan interpersonal
- Ragu atau tidak yakin terhadap keinginan
- Projeksi / menyalahkan orang lain
PENGKAJIAN
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal
b. Faktor Presipitasi
1. Trauma
2. Ketegangang Peran
- Transisi peran perkembangan perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan
- Transisi peran situasi bertambah/berkurangnya aggota
keluarga
- Transisi peran sehat sakit pergeseran dari sehat ke sakit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
by
Ratnalia
Hubungan terapeutik P-K :
hubungan kerjasama yang ditandai dengan
tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan
pengalaman dalam membina hubungan intim
yang terapeutik.
pengalaman belajar bersama dan pengalaman
untuk memperbaiki emosi klien
Proses Hubungan Terapeutik P-
K :
PERAWAT PERLU
ASKEP MENGENALI DIRINYA :
BERKUALITAS - perilaku
& - perasaan
MENGUNTUNGKAN - pikiran
KLIEN - Nilai
Perangkat pembantu utama yang dapat
digunakan oleh perawat jiwa dalam praktik
adalah dirinya.
analisis diri merupakan aspek penting pada
asuhan keperawatan yang terapeutik.
Ratnalia, S.Kep.,Ners.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi Terapeutik
Pengertian
Adalah, kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi
gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan
dengan orang lain
Merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan
klien. Dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki
pengalaman emosional klien
Adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk
tujuan terapi. Seorang penolong (helper) atau perawat dapat
membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya
melalui komunikasi
Tujuan
Realisasi diri dan peningkatan diri. Diharapkan terjadi
perubahan dalam diri klien
Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak
superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.
Diharapkan klien belajar bagaimana menerima dan diterima
oleh orang lain
Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistik
Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas
diri. Diharapkan dapat membantu klien meningkatkan
integritas dan identitas yang jelas
Pinsip Dasar Komunikasi
Terapeutik
Ratnalia, S.Kep.Ners
Mengembangkan “Helping
Relationship”
Hubungan “a human to human relationship”
Hubungan ini difokuskan pada tujuan utama
untuk membantu memenuhi kebutuhan klien
Peran utama perawat adalah meyakinkan bahwa
kebutuhan fisiologis klien dengan benar-benar
terpenuhi
Hubungan mutualis dan sebagai sarana agar
kebutuhan-kebutuhan klien terpenuhi
Helping relationship antara perawat-klien harus
dibangun secara cermat dalam melakukan teknik
komunikasi yang terapeutik
3 Faktor dasar dalam mengembangkan
hubungan yang saling membantu
(Helping Relationship)
1. Genuineness (keikhlasan)
Perawat harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang
dimiliki klien
Tidak menyalahkan atau menghukum klien
Tidak mengancam
2. Empathy (empati)
Merupakan pemahaman dan penerimaan perawat terhadap perasaan
yang dialami klien
Kemampuan merasakan dunia pribadi klien
Merupakan sesuatu yang jujur, sensitif dn tidak dibuat-buat
Empati merupakan kunci sukses dalam berkomunikasi dan ikut
memberikan dukungan tentang apa yang sedang dirasakan klien
Harus berusaha keras untuk mengetahui secara pasti apa yang
dipikirkan dan dialami klien
3. Warmth (kehangatan)
Dilakukan untuk memberikan kesempatan klien
mengeluarkan “unek-unek” secara bebas
Mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide dan
menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut
dimaki atau dikonfrontasi
1. Dimensi Respon
Keikhlasan
- Keterbukaan
- Kejujuran
- Ketulusan
- Tidak berpura-pura
Menghargai
- Menerima klien apa adanya
- Tidak menghakimi
- Tidak mengejek atau menghina
Empati
Merupakan kemampuan masuk dalam kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran
dan perasaannya
Konkrit
- Jelas dan nyata bukan abstrak
- Sikap ini mempunyai 3 kegunaan, yaitu :
1. Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien
2. Memberi penjelasan yang akurat oleh perawat
3. Mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik
2. Dimensi Tindakan
Konfrontasi
- Ketidak sesuaian antara konsep diri klien dan ideal diri klien
- Ketidak sesuaian antara eksprei non verbal dan perilaku klien
- Ketidak sesuaian antara pengalaman klien dan pengalaman perawat
Kesegeraan
- Interaksi saat ini
- Sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan segera membantu
- Segera berespon terhadap keluhan klien
Keterbukaan
- Terbuka dalam memberikan informasi terhadap dirinya
- Terbuka tentang pengalaman yang berguna untuk terapi klien
Emotional Chatarsis
- Terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang sangat mengganggu dirinya
Bermain Peran
- Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu
- Berguna untuk meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan
kemampuan melihat situasi dari pandangan orang lain
Tehnik Komunikasi Terpeutik
1. Mendengar (Listening)
2. Pertanyaan terbuka (Broad Opening)
3. Mengulang (Restarting)
4. Klarifikasi
5. Refleksi
6. Memfokuskan
7. Membagi persepsi
8. Identifikasi Tema
9. Diam (Silence)
10. Informing
11. Saran
Komunikasi Non Terapeutik
1. Kesadaran diri
2. Klarifikasi nilai
3. Eksplorasi perasaan
4. Panggilan jiwa
5. kemampuan menjadi model
6. Etika & rasa tanggung jawab
Kesadaran Interpersonal dalam
hubungan Interpersonal Perawat-klien
1. KESADARAN DIRI
“ Siapakah saya ? ”
Jahari Window
5. Panggilan Jiwa
Seorang penolong yang efektif adalah yang tertarik
untuk merawat penuh cinta atas dasar kemanusiaan
I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
DO :
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Keperawatan
4. Tindakan Keperawatan
II. Strategi Komunikasi Terapeutik
1. Orientasi
- Salam Terapeutik
- Memperkenalkan diri/validasi identitas perawat
- Membuka pembicaraan dengan topik umum
- Evaluasi / validasi tindak lanjut pada pertemuan sebelumnya
- Membuat / validasi kontrak : * Topik
* Waktu
* Tempat
2. Kerja
3. Terminasi
- Evaluasi perasaan klien
- Evaluasi isi materi
- Tindak lanjut
- Kontrak yang akan datang
* Topik
* Waktu
* Tempat
Contoh SPTK
SP 1
I. Proses Keperawatan
Kondisi Klien :
DS : ” Saya mendengar suara DO : Kontak mata
– suara yang mengatakan
harus wudhu.”
ada
” Suara – suara itu sering Klien kooperatif
datang, setiap menit.”
” Saya mendengar suara –
Verbal jelas
suara itu waktu saya mandi Bicara nyambung
dan duduk”
” Perasaan saya biasa – biasa Konsentrasi
saja, karena perintahnya mudah dialihkan
baik.”
4. Tindakan Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan Bantu klien mengenal halusinasi
Gangguan Sensori (isi, waktu terjadinya, frekuensi,
Persepsi : Halusinasi situasi pencetus, perasaan saat
terjadi halusinasi)
Pendengaran
Latih mengontrol halusinasi
3. Tujuan Khusus dengan cara menghardik
Setelah 1x pertemuan, Tahapan tindakannya meliputi :
pasien dapat Jelaskan cara menghardik
halusinasi
menyebutkan :
Peragakan cara menghardik
Isi, waktu, frekuensi, Minta klien memperagakan
situasi, pencetus, ulang
perasaan Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
Mampu memperagakan
Masukkan dalam jadwal
cara dalam mengontrol kegiatan klien
halusinasi
Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan
1. Fase Orientasi
”Assalamu’alaikum, pak. Saya perawat yang akan
merawat bapak, nama saya Ratnalia biasa di panggil
lia. Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan
bapak saat ini?”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap – cakap
tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi
tak tampak wujudnya? Dimana kita duduk? Berapa
lama? Bagaimana kalau 15 menit?”
2. Fase Kerja
“Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang
dikatakan suara itu?”
“Apakah terus menerus terdengar? Atau sewaktu – waktu? Kapan yang
paling sering bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara
itu suara – suara tersebut hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara – cara
untuk mencegah suara – suara itu muncul?”
”Bapak, ada empat cara untuk mencegah suara – suara itu muncul.
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik?”
”caranya sebagai berikut, saat suara – suara itu muncul, langsung bapak
bilang pergi saya tidak mau dengar, ... saya tidak mau dengar. Kamu suara
palsu. Begitu diulang – ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba
bapak peragakan! Nah begitu, ... bagus ! coba lagi ! iya bagus, bapak sudah
bisa.”
3. Fase Terminasi
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan
latihan tadi?” Kalau suara – suara itu muncul lagi,
silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita
buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya.”
”Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar
dan latihan mengendalikan suara – suara dengan
cara yang kedua. Jam berapa, pak ? Bagaimana
kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?
Dimana tempatnya.”
”Baiklah, sampai jumpa lagi. Assalamua’laikum.”
Terima Kasih