Anda di halaman 1dari 4

PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN BAKAT DAN MINAT

ANAK TUNAGRAHITA

APRILIA DHIAZ KURNIANTI


UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
apriliadhiaz@gmail.com

Abstract
The development of talents and interests must be considered by everyone without exception, especially
mentally retarded children. Mentally retarded children are children with intellectual and cognitive
abilities that are below average. Although mentally retarded children have intellectual and cognitive
deficiencies, they must also be considered. So that his talents and interests can be useful for the future.
People around should be sensitive to their talents and interests. They must be directed so that their
talents and interests develop properly. And pay attention to what they need to support their talents and
interests.
Keywords : intellectual, cognitive, talents, interest, mentally retarded children

Abstrak

Pengembangan bakat dan minat harus diperhatikan oleh setiap orang tanpa pengecualian, terutama
anak tunagrahita.Anak tunagrahita adalah anak dengan kemampuan intelektual dan kognitif yang
berada di bawah rata-rata. Meskipun anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam hal intelektual dan
kognitif, mereka juga harus diperhatikan. Agar bakat dan minatnya dapat berguna untuk masa depan.
Orang sekitar harus peka akan bakat dan minatnya. Mereka harus diarahkan agar bakat dan minatnya
berkembang dengan baik. Dan memperhatikan apa yang mereka butuhkan untuk menunjang bakat dan
minatnya.
Kata kunci : intelektual, kognitif, bakat, minat, anak tunagrahita

Binet (1981) mengemukakan bahwa bakat adalah kondisi atau rangkaian karakter
yang dipandang sebagai gejala kemampuan yang bersifat khusus (special ability atau
special capacity) dari individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
serangkaian respon melalui latihan-latihan. Bakat merupakan kualitas yang dimiliki
individu menunjukan perbedaan tingkat individu yang satu dengan individu yang lain
dalam satu bidang tertentu. Heward menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus
adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya
tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang
termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat,
dan anak dengan gangguan kesehatan. Menurut Munzayanah (2000:13) anak tuna
grahita sebagai anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam perkembangan
daya fikir serta kepribadian, sehingga ia tidak mampu hidup dengan kekuatanya
sendiri dalam masyarakat meskipun dengan cara sederhana. Menurut Nunung
Apriyanto (2012:21) bahwasanya secara signifikan anak tunagrahita adalah anak yang
memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan
dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya. Mereka memiliki
keterlambatan dalam segala bidang dan rentang memori mereka pendek terutama
yang berhubungan dengan akademik, kurang dapat berpikir abstrak.

Metode

Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Metode deskriptif


ini bertujuan untuk memecahkan masalah dari data yang ada dan berkembang sampai
sekarang, berusaha menggambarkan apa adanya objek yang diteliti, menuturkan dan
menafsirkan data yang ada. Adapun peneliti disini adalah menggambarkan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta penelitian, pemenuhan kebutuhan
khusus bagi siswa penyandang tunagrahita sedang di SLB BHAKTI LUHUR

Pembahasan

Memberikan kesempatan yang sama kepada anak berkelainan untuk memperoleh


pendidikan dan pengajaran, berarti memperkecil kesenjangan angka partisipasi
pendidikan anak normal dengan anak berkelainan. Investasi jangka panjang, dengan
lahirnya para penyandang cacat yang terdidik dan terampil, secara tidak langsung
dapat mengurangi biaya pos perawatan dan pelayanan kebutuhan sehari-hari. Hal ini
juga memberikan efek psikologis, yaitu tumbuhnya motif berprestasi dan
meningkatnya harga diri anak berkelainan, yang nilainya jauh lebih penting dan dapat
melebihi nilai ekonomi. Kondisi yang konstruktif ini dapat memperkuat pembentukan
konsep diri anak berkelainan (Mohammad Efendi, 2006: 2). Anak berkelainan dapat
disebut juga dengan anak yang terlahir secara tidak sempurna seperti anak-anak lain
pada umumnya. Salah satu istilah anak berkelainan yang sering kita dengar adalah
Anak Tunagrahita. Kelainan mental yang dimiliki anak tunagrahita tergantung dari
gradasinya. Semakin berat gradasi ketunagrahitaan yang diderita seseorang, semakin
kompleks dampak yang mengiringinya (Mohammad Efendi, 2006: 87). Bakat dan
minat anak tunagrahita tertuang ke dalam keterampilan yang dihasilkan oleh anak
tunagrahita. Keterampilan yang dihasilkan oleh anak tunagrahita di pasarkan ke toko
ataupun outlet tertentu yang mau menampung hasil dari karya mereka. Toko ataupun
outlet tidak sembarang menerima hasil dari karya anak tunagrahita tersebut, sebab ada
beberapa toko maupun outlet yang meragukan hasil dari karya mereka. Akan tetapi,
SLB Bhakti Luhur Malang sendiri memiliki wadah ataupun tempat untuk menampung
dan menjual hasil dari karya mereka, yang nantinya hasil dari penjualan tersebut
ditabung dan dipergunakan untuk kebutuhan mereka sendiri. Keraguan akan hasil
karya anak tunagrahita mungkin sangat wajar,tetapi tidak untuk para guru di SLB
Bhakti Luhur. Guru adalah orang yang memiliki kemampuan merencanakan program
pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat
belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan untuk tingkat akhir
proses pendidikan. Guru berperan tidak hanya mendidik siswanya saja tetapi guru
orang yang membimbing, mengarahkan dan menuntut siswanya agar mau belajar.
Guru juga sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan kreatifitas serta
minat belajar siswa. Guru diharapkan bisa menjadi pendidik profesional karena secara
kode etik profesi, guru merupakan salah satu profesi pembentukan karakter peserta
didik . Oleh sebab itu guru harus dituntut bisa memiliki kompetensi khususnya
kompetensi kepribadian dan sosial. Guru SLB juga harus mengetahui kekurangan
yang dimiliki siswa disekolahnya, khususnya untuk anak tunagrahita. Menurut
Effendi (2006: 88) Tunagrahita adalah seseorang yang memiliki kecerdasan mental
dibawah normal, yang menunjukkan jika rendahnya kapabilitas mental pada anak
tunagrahita akan berpengaruh terhadap kemampuannya untuk menjalankan fungsi-
fungsi sosialnya. Rendahnya pola pikir dan adanya gangguan intelektual akan
membuat anak tunagrahita sulit untuk berinteraksi di lingkungannya. Pada saat proses
pembelajaran anak tunagrahita akan mengalami kesulitan-kesulitan pada tingkat
kemampuan tersebut maka suatu program pembelajaran yang khusus bagi anak
tunagrahita harus di terapkan di lingkungan sekolah. Serta guru harus mendidik dan
memberi pembelajaran secara bertahap dan berulang-ulang kepada anak
tunagrahita.Tidak hanya itu guru juga harus memiliki rasa peduli dan kasih sayang
kepada anak yang berkebutuhan khusus agar guru dapat mengajarkan dan membina
anak tersebut agar bisa mandiri untuk bisa mengelolah diri mereka secara bertahap.
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syaiful Bahri Djamarah). Bakat
atau kemampuan khusus sebagai potensi yang dimiliki peserta didik perlu sekali
digali agar tampil dan dapat diaplikasikan dengan tepat sesuai dengan bidangnya
(Mohammad Ali & Mohamad Asrori, 2006). Bakat yang dimiliki oleh seseorang
dalam bidang tertentu memungkinkannya mencapai prestasi pada bidangnya. Untuk
itu diperlukan adanya latihan, pengetahuan, dorongan asosiasi dan moral (so-cial and
moral support) dari lingkungan yang terdekat.Bakat yangada bersifat akademik dan
non-akademik.Bersifat akademik berhubungan dengan pelajaran dan bersifat non-
akademik berhubungan dengan bakat dalam bidang sosial, seni, olah raga, serta
kepemimpinan (Indah Ayu Anggraini, Wahyunidesti Utami, Salsa Bila Rahma, 2020).
Seorang guru wajib melaksanakan program atau ketentuan-ketentuan yang harus
diterapkan dalam penyelenggaraan layanan maupun pengembangan bakat yang
diberikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus dan seorang guru adalah unsur penting
di dalam keseluruhan sistem pendidikan. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang
yang mengajarkan sesuatu yang hal yang baru itu dapat dianggap sebagai seorang
guru sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah.

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Sebagai inisitor, di mana guru berperan dalam menemukan hal terbaik dalam
pengembangan bakat anak berkebutuhan khusus.
2. Sebagai organisator, yaitu guru telah mengelompokkan anak berdasarkan tingkat
kemampuan dan bakat yang dimilikinya.
3. Sebagai motivator, yaitu selalu memberikan motivsi kepada anak berkebutuhan
khusus agar selalu aktif dan kreatif dalam mengembangkan bakatnya.
4. Sebagai supervisor, yaitu memperhatikan kekurangan dan kelemahan anak
sehingga dapat diperbaiki secara langsung.
Daftar Pustaka

Marpaung, T. P., Putra, D. P., Studi, P., Dan, B., Tarbiyah, F., Ilmu, D., Agama, I.,
Negeri, I., & Bukittinggi, I. (2022). Peran Guru Dalam Mengembangkan Bakat
Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Luar Biasa Restu Ibu Bukittinggi. 6,
10034–10042.

Bintani, H., Alawiyah, L., Yuhandira, S., & Supena, A. (2020). Pembinaan Minat Dan
Bakat Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi Sdn Susukan 01 Pagi
Jakarta Timur. Jurnal ORTOPEDAGOGIA, 6(2), 94.
https://doi.org/10.17977/um031v6i22020p94-99

Anda mungkin juga menyukai