Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN OBSERVASI

FENOMENA SOSIAL
“MENGANTRI”

Dosen Pengampu :
LUKMAN HAKIM , S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :
APRILIA DHIAZ KURNIANTI
(20090000205)

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


FAKULTAS PSIKOLOGI PROGRAM STUDI S-1 PSIKOLOGI
TAHUN 2021/2022
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fenomena bisa diartikan sebagai fakta sosial dalam kehidupan masyarakat yang dilakukan lantaran
adanya bentuk-bentuk perubahan sosial yang diakibatkan tindakan masyarakat itu sendiri. Tindakan
yang dilakukan beberapa anggota masyarakat kemudian memunculkan fenomena atau suatu kejadian
yang berkesan. Sehingga terjadinya berbagai fenomena ini akan memiliki dampak negatif akan tetapi
beberapa juga akan memiliki dampak positif.Segala bentuk kejadian nyata yang bisa dilihat secara
langsung dan kemudian terjadi hal serupa di daerah lain, kota lain, bahkan negara lain di seluruh dunia.
Maka sudah termasuk ke dalam contoh fenomena.
 Freddy Rangkuti
Oleh Freddy Rangkuti dalam bukunya juga dijelaskan, fenomena sosial adalah fakta sosial atau
kejadian sosial yang terlihat di lapangan. Sehingga segala kejadian yang terjadi secara langsung, bisa
dilihat, dan bisa dibuktikan merupakan sebuah fenomena sosial.Sebuah fenomena sosial akan memberi
dampak yang sangat luas, mempengaruhi masyarakat secara luas juga. Jadi, tidak semua kejadian di
lapangan bisa disebut sebagai fenomena. Kecuali dampaknya luas dan kemudian bisa terjadi berulang,
baik di lokasi yang sama maupun di lokasi lain.
 Soerjono Soekanto
Pendapat berikutnya datang dari Soerjono Soekanto. Beliau menjelaskan bahwa fenomena sosial adalah
suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial. Soerjono kemudian mendefinisikan fenomena sosial sebagai masalah sosial. Sehingga
suatu kejadian bisa disebut fenomena jika termasuk suatu masalah. Masalah yang memberi dampak
negatif, terjadi berulang, dan bisa menyebar dengan sangat mudah. Dijelaskan pula, fenomena sosial
bisa berarti sebagai gejala-gejala atau peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dalam kehidupan sosial.
Sehingga oleh Soerjono, fenomena sosial disebut juga dengan istilah gejala sosial dan masalah sosial.
Teori Terkait
Antrian adalah aktivitas dengan beberapa orang atau barang yang membentuk suatu garis tunggu
menunggu untuk dilayani oleh server. Teori antrian pertama kali diperkenalkan pada tahun 1909 oleh
A.K Erlang. Sistem antrian dapat sebagai kedatangan pelanggan untuk suatu pelayanan, menunggu
untuk mendapatkan pelayanan, dan meninggalkan sistem setelah mendapat pelayanan1. Peristiwa
antrian muncul karena kebutuhan akan layanan di luar kapasitas dari layanan atau fasilitas layanan,
sehingga memungkinkan nasabah (pelanggan) yang datang tidak bisa segera mendapatkan layanan.
Komponen dasar dari antrian yang perlu dipertimbangkan dalam sistem antrian adalah kedatangan,
pelayanan, dan antrian. Kedatangan dapat dikatakan sebagai proses input. Proses input terdiri dari
sumber kedatangan atau calling population dan cara terjadinya kedatangan atau pola kedatangan di
mana biasanya terjadi proses random. Pola kedatangan pelanggan dapat dilihat dari waktu antar
kedatangan dua pelanggan yang berurutan (interarrival time). Pola kedatangan pelanggan dalam antrian
dapat bersifat deterministik (pasti) ataupun stokastik (acak). Pola kedatangan bersifat deterministik
apabila pola kedatangan tetap/tidak berubah dan dapat ditentukan interarrival time serta menghasilkan
panjang antrian yang tetap pula. Pelayanan atau mekanisme pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih
fasilitas pelayanan. Inti dari suatu proses antrian yaitu terdapat pada terjadinya antri itu sendiri.
Ada dua hubungan antara pola kedatangan terhadap waktu, stasioner dan nonstasioner. Stasioner adalah
distribusi kedatangan yang tidak tergantung waktu. Nonstasioner adalah distribusi kedatangan yang
tergantung waktu2.
Proses kedatangan seorang pelanggan dalam suatu sistem layanan memiliki beberapa karakteristik,
yaitu:
1. Ukuran sumber kedatangan
Ukuran kedatangan pelanggan bisa berasal dari populasi yang terbatas atau dari populasi yang tidak
terbatas. Pada populasi terbatas, jumlah kedatangan pelanggan yang masuk dalam sistem dapat
diketahui karena menyesuaikan kapasitas pelayanan yang ada. Sedangkan pada populasi tidak terbatas,
jumlah kedatangan pelanggan yang masuk dalam sistem tidak dapat diketahui secara pasti3
2. Pola kedatangan
Pola kedatangan merupakan salah satu karakteristik dari sumber input yang mendatangkan sebuah
pelanggan. Pola kedatangan menggambarkan bagaimana distribusi pelanggan memasuki sistem antrian.
Distribusi kedatangan dibagi menjadi dua yaitu constant arrival distribution dan arrival pattern random.
Constant arrival distribution adalah pelanggan yang datang setiap periode tertentu. Arrival pattern
random adalah pelanggan yang datang secara acak
Selain karakteristik pada kedatangan pelanggan, terdapat juga karakteristik dari pelayanan, yaitu:
1. Desain pelayanan
Pelayanan dapat dilakukan oleh satu atau lebih fasilitas pelayanan di mana masing-masing dapat
memiliki satu atau lebih saluran pelayanan yang disebut dengan server.
2. Pola pelayanan
Pola pelayanan memiliki keadaan yang sama seperti dengan pola kedatangan, yaitu dapat dalam
keadaan konstan maupun acak. Pada waktu pealyanan konstan maka waktu pelayanan yang diberikan
yaitu sama. Sedangkan jika waktu pelayanan acak maka waktu pelayanan yang diberikan acak atau
tidak sama (Ruswandi, 2006).
B. Jenis Observasi : Non Partisipan
Dalam teknik pengumpulan data observasi non partisipan merupakan kebalikan dari teknik
pengumpulan data observasi berperan serta yaitu dimana dalam teknik pengumpulan data ini peneliti
tidak terlibat dalam setiap kegiatan obyek yang ditelitinya. Peneliti hanya sebagai pengamat dari obyek
yang ditelitinya. Misalkan dalam suku yang ingin diteliti, peneliti hanya akan mengamati bagaimana
perilaku masyarakat dari suku tersebut tanpa ikut dalam setiap kegiatan sehari-hari suku tersebut.
Peneliti hanya menganalisis dari setiap data yang dicatatnya atau dilihatnya dan kemudian membuat
kesimpulan tentang obyek yang ditelitinya. teknik pengumpulan data observasi non partisipan ini tidak
akan mendapatkan data yang mendalam seperti teknik pengumpulan data observasi berperan serta
karena peneliti hanya sebagai pengamat. Beda dengan teknik pengumpulan data observasi berperan
serta yang dimana peneliti ikut berinterkasi secara langsung dalam lingkungan obyek yang ditelitinya
sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan mendalam.
C. Tujuan Observasi
1. What (Perilaku Target) : Budaya antri yang di terapkan akan mempengaruhi perilaku dan moral
setiap orang sehingga dapat memperngaruhi pribadi dan orang lain untuk melakukan hal yang baik.
Dengan di terapkan budaya antri sejak dini akan membantu anak untuk memiliki attitude yang baik dan
dapat menolong orang lain untuk melakukan hal yang sama.
2. Who (subyek observasi, siapa, berapa orang) : Antrian yang terdapat di beberapa tempat berbeda.
3. Where (setting tempat) : Di tempat makan, di kamar mandi mall.
4. When waktu observasi (frekuensi, durasi) : frekuensi 2 kali, durasi sekitar 10 menit
5. How (Metode Pencatatan) : naratif

D.
Panduan Observasi
Nama Kegiatan : budaya mengantri
Subyek yang Terlibat : orang-orang yang berada pada antrian
Frekuensi : dua kali
Waktu : pengamatan 1 : 17.00 antrian kurang lebih 30 menit

Pengamatan 2 : 16.50 antrian kurang lebih 15 menit


Durasi : pengamatan 1 : kurang lebih 15 menit
Pengamatan 2 : kurang lebih 15 menit
Lokasi : tempat makan, dan kamar mandi pusat perbelanjaan

Observer : Aprilia Dhiaz Kurnianti

E. Hasil Pencatatan
Tempat 1 :
Antrian tempat makan
Pukul : 17. 15 (mengantri kurang lebih 30 menit)
Karena saya pergi ke tempat makan bertepatan dengan jam buka puasa, jadi harus menunggu terlebih
dahulu biasanya jika tidak saat jam buka puasa antrian normal. Banyak orang yang mengeluh karena
antrian panjang dan mereka belum membatalkan puasanya. Kebetulan saya tidak sedang menjalankan
puasa jadi tidak terlalu berpengaruh untuk saya. Ada sekitar 10 orang yang mengantri dan beberapa
orang memutuskan untuk meninggalkan barisan antrian. Pelayanan cukup baik jadi tidak rugi untuk
menunggu lama.
Tempat 2 :
Antrian kamar mandi pusat perbelanjaan
Pukul : 16.50 (mengantri kurang lebih 15 menit)
Antrian cukup panjang sekitar 12 orang, kamar mandi yang tersedia hanya 4 bilik. Antrian ini sangat
panjang sampai keluar kamar mandi perempuan. Menurut saya banyaknya antrian karena pada saat
perjalanan menuju tempat perbelanjaan ini hujan turun deras, mereka ingin membersihkan dulu
sebelum melanjutkan jalan-jalannya. Beberapa orang yang tidak sabar mereka meninggalkan antrian
yang panjang itu. Sebenarnya setiap lantai memiliki kamar mandinya biasanya antriannya tidak sampai
sepanjang ini. Hal tersebut tidak hanya pada antrian kamar mandi perempuan tapi pada kamar mandi
laki-laki juga tetapi tidak sepanjang kamar mandi peremupuan.
F. Kesimpulan Hasil
Teori antrian adalah teori model yang menyangkut studi matematis dari antrianantrian atau baris-baris
penungguan. Formasi baris-baris penungguan merupakan sesuatu yang biasa terjadi apabila kebutuhan
akan suatu pelayanan melebihi kapasitas yang tersedia untuk menyelengarakan pelayanan tersebut.
Fenomena menunggu merupakan hasil dari keacakan dalam operasional pelayanan fasilitas. Secara
umum, kedatangan konsumen dan waktu pelayanan tidak diketahui untuk waktu selanjutnya.
Sebaliknya fasilitas operasional dapat diatur sehingga dapat mengurangi antrian (Taha, 1997).Elemen
dasar yang terlibat pada situasi antrian adalah pelanggan (customer) dan pelayan (server). Sistem
antrian mencakup pelanggan yang datang dengan laju konstan atau bervariasi untuk mendapatkan
pelayanan, menunggu untuk dilayani jika fasilitas pelayanan (server) masih sibuk, mendapatkan
pelayanan dan kemudian meninggalkan sistem setelah dilayani. Contoh-contoh antrian panjang sering
terjadi di bank saat nasabah mengantri di teller untuk melakukan transaksi, di airport saat para calon
penumpang melakukan check-in, di supermarket saat para pembeli antri untuk melakukan pembayaran,
dan masih banyak contoh lainnya. Masalah antrian jika tidak dikelola dengan baik, maka akan
menyebabkan kebosanan, kelelahan dan ketidakpuasan konsumen.
Dalam teori queue culture, seseorang harus bersedia menekan egonya agar tercipta ketertiban ideal saat
mengantri, meski tidak ada pihak yang berwenang untuk mengawasi. Menurut David H. Maister
(2005), dalam sistem mengantri dikenal istilah FIFO atau singkatan dari first in, first out (siapa yang
datang pertama, maka dia yang terlebih dahulu dilayani). Hal ini sesuai dengan aturan norma yang
berlaku di banyak negara. Maka siapa pun yang datang belakangan, harus rela untuk dilayani lebih
lama. Meski demikian, pada situasi darurat, seperti di rumah sakit, orang yang datang belakangan boleh
saja memotong antrian dikarenakan kondisi kritis, hendak melahirkan atau kecelakaan. Dengan kata
lain, secara normatif orang-orang yang (beralasan) sibuk, waktunya sempit atau sedang terburu-buru
tidak memiliki hak untuk memotong antrian. Jika memang ingin dilayani cepat, maka harus datang
duluan. Ini merupakan konsekuensi logis dalam disiplin waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Wresni Anggraini 1, H. (2019). Teori antrian adalah teori model yang menyangkut studi matematis
dari antrian- antrian atau baris-baris penungguan . Formasi baris-baris penungguan merupakan
sesuatu yang biasa terjadi apabila kebutuhan akan suatu pelayanan melebihi kapasitas yang
tersedi. 433–439. http://hdl.handle.net/11617/4529

AlgoritmaTechnicalBlog.(2020, 27 April). Pengenalan Teori Antrian. Diakses pada 6 Mei 2022, dari
https://algotech.netlify.app/blog/pengenalan-teori-antrian/#:~:text=Antrian%20adalah%20aktivitas
%20dengan%20beberapa,tahun%201909%20oleh%20A.K%20Erlang.

Husnan, S. (1982). Teori Antrian. In Husnan, Suad (Vol. 2, Issue 3, pp. 277–287).
https://repository.unikom.ac.id

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai