Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH

ETIKA DAN KEPRIBADIAN


DOSEN : HJ. NOFIAWATY, S.E., M.M

NAMA : MUHAMAMMAD AZIZ AL PALIMBANY


NIM : 01011282227137

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PENTINGNYA ETIKA MENGANTRI DI INDONESIA

Apakah kamu pernah melihat antrian dalam aktivitas sehari-hari? Pasti kamu pernah melihat
banyak sekali kejadian dimana pelanggan menunggu dan membentuk suatu antrian yang
panjang untuk dilayani oleh server. Kita tentunya pernah melihat antrian pelanggan yang
menunggu untuk dilayani di bank, antrian untuk membeli makanan di restoran, antrian untuk
masuk lift, antrian untuk mendapatkan resep obat di rumah sakit, dan masih banyak lagi. Jika
kita hitung waktu tunggu untuk dilayani, saya yakin tentunya akan membutuhkan banyak
waktu yang cukup lama. Ini bukan masalah baru yang baru-baru ini muncul, tapi masalah
lama yang sudah terjadi sejak dulu. Pelanggan dapat kita anggap sebagai nasabah bank,
pembeli di restoran, pekerja disuatu gedung, atau pasien di rumah sakit. Server dapat kita
anggap sebagai teller bank, kasir, lift, atau staf medis. Sistem antrian juga dapat membangun
jaringan antrian. Kita dapat menggunakan jaringan antrian untuk mengoptimalkan layanan di
banyak area layanan dan akan berguna dalam memecahkan sistem masalah dunia nyata.

TEORI ANTRIAN
Antrian adalah aktivitas dengan beberapa orang atau barang yang membentuk suatu garis
tunggu menunggu untuk dilayani oleh server. Teori antrian pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1909 oleh A.K Erlang. Sistem antrian dapat sebagai kedatangan pelanggan untuk suatu
pelayanan, menunggu untuk mendapatkan pelayanan, dan meninggalkan sistem setelah
mendapat pelayanan1. Peristiwa antrian muncul karena kebutuhan akan layanan di luar
kapasitas dari layanan atau fasilitas layanan, sehingga memungkinkan nasabah (pelanggan)
yang datang tidak bisa segera mendapatkan layanan.
Komponen dasar dari antrian yang perlu dipertimbangkan dalam sistem antrian adalah
kedatangan, pelayanan, dan antrian. Kedatangan dapat dikatakan sebagai proses input. Proses
input terdiri dari sumber kedatangan atau calling population dan cara terjadinya kedatangan
atau pola kedatangan di mana biasanya terjadi proses random. Pola kedatangan pelanggan
dapat dilihat dari waktu antar kedatangan dua pelanggan yang berurutan (interarrival time).
Pola kedatangan pelanggan dalam antrian dapat bersifat deterministik (pasti) ataupun
stokastik (acak). Pola kedatangan bersifat deterministik apabila pola kedatangan tetap/tidak
berubah dan dapat ditentukan interarrival time serta menghasilkan panjang antrian yang tetap
pula. Pelayanan atau mekanisme pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih fasilitas
pelayanan. Inti dari suatu proses antrian yaitu terdapat pada terjadinya antri itu sendiri.

Ada dua hubungan antara pola kedatangan terhadap waktu, stasioner dan nonstasioner.
Stasioner adalah distribusi kedatangan yang tidak tergantung waktu. Nonstasioner adalah
distribusi kedatangan yang tergantung waktu2.
       Proses kedatangan seorang pelanggan dalam suatu sistem layanan memiliki beberapa
karakteristik, yaitu:
1. Ukuran sumber kedatangan
Ukuran kedatangan pelanggan bisa berasal dari populasi yang terbatas atau dari populasi
yang tidak terbatas. Pada populasi terbatas, jumlah kedatangan pelanggan yang masuk dalam
sistem dapat diketahui karena menyesuaikan kapasitas pelayanan yang ada. Sedangkan pada
populasi tidak terbatas, jumlah kedatangan pelanggan yang masuk dalam sistem tidak dapat
diketahui secara pasti3
1. Pola kedatangan
Pola kedatangan merupakan salah satu karakteristik dari sumber input yang mendatangkan
sebuah pelanggan. Pola kedatangan menggambarkan bagaimana distribusi pelanggan
memasuki sistem antrian. Distribusi kedatangan dibagi menjadi dua yaitu constant
arrival distribution dan arrival pattern random. Constant arrival distribution adalah
pelanggan yang datang setiap periode tertentu. Arrival pattern random adalah
pelanggan yang datang secara acak
       Selain karakteristik pada kedatangan pelanggan, terdapat juga karakteristik dari
pelayanan, yaitu:
1. Desain pelayanan
Pelayanan dapat dilakukan oleh satu atau lebih fasilitas pelayanan di mana masing-
masing dapat memiliki satu atau lebih saluran pelayanan yang disebut dengan server.
1. Pola pelayanan
Pola pelayanan memiliki keadaan yang sama seperti dengan pola kedatangan, yaitu
dapat dalam keadaan konstan maupun acak. Pada waktu pealyanan konstan maka
waktu pelayanan yang diberikan yaitu sama. Sedangkan jika waktu pelayanan acak
maka waktu pelayanan yang diberikan acak atau tidak sama (Ruswandi, 2006).

Kebiasaan mengantri memiliki implikasi luas dan berjangka panjang.


Dalam dunia pendidikan, budaya mengantri menunjukkan tingkat kesadaran sosial yang tinggi pada anak-
anak. Sebuah kesadaran tentang betapa pentingnya menghargai hak orang lain dalam
kehidupan sosial. Ada banyak manfaat yang dapat kita petik dari budaya mengantri
diantaranya:
1. Kita belajar mengatur waktu. Jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan
persiapan lebih awal. Manajemen waktu ini sangat penting ditanamkan terutama
dinegara kita yang masih banyak menganut waktu karet (ngaret). Janji jam delapan
hadir jam sembilan.

2. Kita belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling
belakang. Di negara kita sering terjadi saling dorong, saling injak bahkan saling pukul
bisa terjadi kapan saja demi mendapat giliran pertama. Dengan kesabaran yang
terlatih sejak dini diharakpan kejadian seperti diatas tidak terulang lagi.

3. Kita belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih
awal

4. kita belajar untuk disiplin dan tidak menyerobot hak orang lain. Begitu juga dalam
kehidupan sehari-hari kita dapat menerima dengan senang hati apa yang telah
diperoleh oleh orang lain, tanpa ada rasa dengki dan iri sedikitpun.

5. Kita belajar disiplin, dimana kedisiplinan ini akan menentukan kesuksesan kita di
masa mendatang.

6. Kita belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk
mengatasi kebosanan saat mengantri (di Jepang biasanya orang akan membaca buku
saat mengantri). Kita dapat memanfaatkan waktu menunggu giliran untuk berzikir,
membaca Al-Quran, dan membaca buku-buku yang bermanfaat.

7. Kita bisa belajar bersilaturrahmi, menyapa dan mengobrol dengan orang lain di
antrian. Dalam agama islam silaturrahim merupakan akhlak mulia dan orang yang
selalu bersilaturrahin akan mendapat syurga Allah SWT.

8. Kita belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuan. Kita lebih
menghargai proses daripada hasil, sehingga budaya instan (ingin cepat memperoleh
hasil tanpa menempuh proses), Rasulullah shallahu’alaihi wassalam memberi kita
bimbingan “ Barang siapa yang terus berlatih bersabar maka Allah akan
menjadikannya penyabar”. (Muttafaqun’alaih).

9. Kita belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima
konsekuensinya di antrian belakang. Kita belajar disiplin, teratur dan kerapihan. Kita
belajar memiliki rasa malu, jika menyerobot antrian dan menyerobot hak orang lain.

10. Kita belajar bekerjasama dengan orang-orang yang ada di dekat kita jika di saat
mengantri kita harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.

11. Kita belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain. Nilai-nilai kejujuran
belakangan mulai terkikis oleh kepentingan. Orang gampang sekali berbohong demi
kepentingan pribadi. Semoga budaya antri, budaya tertib ini, menjadi pelajaran
berharga bagi diri saya pribadi dan bagi kita semua.

Hal ini penting agar kita segera menyadari bahwa mengantri adalah pelajaran sederhana
namun sangat penting karena terkait dengan pembiasaan. Mari kita generasi muda untuk
mengantri, demi Indonesia yang lebih baik.

Di Indonesia sering kali masih banyak orang yang mengabaikan etika mengantri, kalau kita
pikir-pikir lagi sebenarnya mengantri bukan lah hal yang berat untuk kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Padahal jika semua warga negara di indonesia memiliki kebiasaan
disiplin akan hal mengantri akan memberikan aura positif bagi masyarakat sekitar.

Etika budaya seharusnya ditanamkan sejak kecil dari lingkungan keluarga, lingkungan
bermasyarakat, serta di lingkungan sekolah. Karena jika kita memiliki kebiasaan beretika
sejak kecil kita mampu membedakan mana yang baik atau buruk, serta hak dan kewajiban
setiap orang. Dimana pun kapan pun setiap manusia dituntut untuk menggunakan etika dalam
bergaul termasuk dalam hal mengantri.

Sebagai generasi penerus bangsa marilah kita terapkan kebiasaan akan hal kecil budaya
mengantri untuk mewujudkan ketertiban dan keharmonisan bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai