Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingan nya dan teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………....………………………………………...... i
DAFTAR ISI……...............…………….…..………….......…………………………...….... ii
BAB I PENDAHULUAN……………………...…………………..……………………...... 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….……….... 3
2.1 FLEBOTOMI................................................................................................................ 3
2.2 VENIPUNCTURE...................................................................................................... 13
2.3 TERAPI INTRAVENA (INFUS)............................................................................... 14
2.4 TRANSFUSI DARAH................................................................................................ 20
3.1 KESIMPULAN............................................................................................................ 27
3.2 SARAN........................................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal manusia dan
menjadi bagian dari pengobatan pasien. Teknik pengeluaran darah yang pertama(tahun 100
SM) dilakukan oleh dokter-dokter dari Syria dengan menggunakan lintah. Sebelum dikenal
Hippocrates dengan sebutan”Bapak Ilmu Kedokteran”(abad 5 SM), seni pengambilan darah
banyak mengalami perubahan demikian pula berbagai alat untuk keperluan pengambilan dan
penampunngan bahan darah. Lanset untuk pengambilan darah digunakan pertama kali
sebelum abad ke 5 SM dengan tetap mengacu kepada lintah sebagai bentuk dasar. Dengan
lanset ini seorang dokter (practitioner) melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa
lubang. Menjelang akhir abad 19 barulah teknologi mengambil alih memproduksi “lintah
artificial”. Kini telah dikenal beragam alat pengambilan darah dan mudah diperoleh di
pasaran.
Kebanyakan pengambilan specimen darah pasien saat ini masih dilaksanakan oleh
teknisi/analis laboratorium baik diruang laboratorium maupun diruang perawatan; padahal
jabatan dan kandungan tugas seorang teknisi atau analis laboratorium tidak sejalan dengan
tannggung jawab dan kegiatan/aktivitas seorang pengambil specimen darah(dalam hal ini
seorang flebotomis). Obyek yang dihadapi oleh teknisi/analis laboratorium adalah peralatan
pemeriksaan sedang obyek yang dihadapi oleh flebotomis adal pasien(atau orang sehat) yang
dilekati oleh banyak hal: sifat,perilaku,masalah intern/pribadi dan lain-lain. Hal-hal ini sedikit
banyaknya bias menjadi penghalang dalam kelancaran proses pengambilan specimen darah
dan hal-hal ini pula yang harus bias dihadapi dan diatasi seorang flebotomis.
System pelayanan kesehatan yang berkembang akhir-akhir ini untuk tujuan
kesejahteraan pasien mengacu kepada pelayanan kesehatan oleh tim(team oriented). Dengan
sendirinya, pelayanan laboratorium akan selalu menjadi bagian integral dari pelayanan
kesehatan menyeluruh dan seorang flebotomis menjadi orang yang sangat penting(crucial)
karena menempati posisi awal dalam rangkaian. proses pemeriksaan tes laboratorium. Posisi
awal ini berada dalam penngawasan program pemantapan mutu(fase pra-analitik) hasil
laboratorium sehingga salah benarnya flebotomis melaksanakan tugasnya akan
mempengaruhi mutu hasil tes.
1
1.2 TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Flebotomi
Flebotomi (bahasa inggris: phlebotomy) berasal dari kata Yunani phleb dan tomia.
Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris/memotong (“cutting”). Dulu
dikenal istilah vena sectie (Bld), venesection atau veni section(Ing). Sedangkan Flebotomist
adalah seorang tenaga medik yang telah mendapat latihan untuk mengeluarkan dan
menampung specimen darah dari pembuluh darah vena, arteri atau kapiler. Teknik flebotomi
merupakan suatu cara pengambilan darah (sampling) untuk tujuan tes laboratorium atau bisa
juga pengumpulan darah untuk didonorkan.
a. Sarung tangan
Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah terjadi infeksi, tetapi
harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien yang lainnnya untuk mencegah
kontaminasi silang. Sarung tangan harus dipakai kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi
dan eksresi (kecuali keringat). Petugas kesehatan (Plebotomis) menggunakan sarung tangan
untuk tiga alasan, yaitu:
3
b. Masker
Masker digunakan untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah berbicara, batuk, bersin, dan juga mencegah ciprtan darah atau cairan tubuh
yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut petugas kesehatan.
c. Spuit
Adalah alat yang digunakan untuk pengambilan darah atau pemberian injeksi
intravena dengan volume tertentu. Spuit mempunyai skala yang dapat digunakan untuk
mengukur jumlah darah yang akan diambil, volume spuit bervariasi dari 1ml, 3ml, 5ml
bahkan ada yang sampai 50ml yang biasanya digunakan untuk pemberian cairan sonde atau
syring pump.
d. Tourniquet
Adalah alat yang digunakan untuk pengambilan darah atau pemberian injeksi
intravena dengan volume tertentu. Spuit mempunyai skala yang dapatdigunakan untuk
mengukur jumlah darah yang akan diambil, volume spuit bervariasi dari 1ml, 3ml, 5ml
bahkan ada yang sampai 50ml yang biasanyadigunakan untuk pemberian cairan sonde atau
syring pump. Tourniquet merupakan bahan mekanis yang fleksibel, biasanya terbuat dari
karetsintetis yang bisa merenggang. Digunakan untuk pengebat atau pembendung pembuluh
darah pada organ yang akan dilakukan penusukan plebotomy. Adapun tujuan pembendungan
ini adalah untuk fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga untuk menambah
tekanan vena yang akan diambil, sehingga akanmempermudah proses penyedotan darah
kedalam spuit.
e. Kapas alkohol
Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap dan dibasahidengan
antiseptic berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan
kotoran yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area
penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan.
4
f. Needle, Wing Needle
Ialah ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk pengambilan secara vakum.
Needle ini bersifat non fixed atau mobile sehingga mudah dilepas dari spuitserta container
vacuum. Penggantian needle dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan besarnya vena yang
akan diambil atau untuk kenyamanan pasien yang menghendaki pengambilan dengan jarum
kecil.
g. Vacuum Tube
Tabung vakum pertama kali dipasarkan dengan nama dagang Vacutainer. Jenis
tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika
tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti
mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai
h. Blood Container
Tabung tempat penampungan darah yang tidak bersifat vakum udara. Ini biasa
digunakan untuk pemeriksaan manual, dan dengan keperluan tertentumisalnya pembuatan
tampungan sendiri untuk efisiensi biaya.
i. Plester
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga membantu
proses penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat
penusukan.
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena
median cubital , pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku).Vena ini terletak dekat dengan
permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.
Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan
dengan arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak
bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan
tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum
yang ukurannya lebih kecil. Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
dalam vakum-vakum khusus yg sudah terisi oleh antikogulagen sesuai pemeriksaan dan
mempunyai system urutan pengambilan darah pemeriksaan. Urutan pengambilan sampel
(vacutainer):
1. Kultur darah
2. Tabung antara
3. Koagulasi
4. Serum kimia
5. Plasma separator gel tubes hematologi crossmacth
6. Glucose (oxalate) atau bank darah
1. Syncope
Cara mengatasi :
Cara Pencegahan
Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan. Pasien yang akan dirawat
syncope sebaiknya dianjurkan berbaring pada waktu pengambilan darah. Kursi pasien
mempunyai sandaran dan tempat/ sandaran tangan.
2. Rasa Nyeri
Rasa nyeri berlangsung tidak lama sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Nyeri
bisa timbul akibat alkosol yang belum kering atau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat
Cara pencegahan
Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mengering sebelum
pengambilan darah dilakukan.
Penarikan jarum tidak terlalu kuat
Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya (memberi contoh )
3. Hematoma
Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam Hal Flebotomi :
jaringan dibawah kulit ) sebagai akibat robeknya pembuluh darah. Faktor penyebab terletak
pada teknik pengambilan darah :
8
Cara mengatasi
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan
jarum segera :
4. Pendarahan
Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan darah alteri. Pengambilan
darah kapiler lebih kurang resikonya.Pendarahan yang berlebihan ( atau sukar berhenti )
terjadi karena terganggunya system kouglasi darah pasien. Hal ini bisa terjadi karena :
Cara Mengatasi :
Cara pencegahan
9
5. Allergi
Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam flebotomi, misalnya
terhadap zat antiseptic/ desinfektan, latex yang adapada sarung tangan, turniket atau
plester.Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis,radang selaput mata;
kadang-kadang bahkan bisa (shock)\
Cara mengatasi :
Cara pencegahan
6. Trombosis
Terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempat yang sama sehingga
menimbulkan kerusakan dan peradangan setempat dan berakibat dengan penutupan
( occlusion ) pembuluh darah. Hal ini juga terlihat pada kelompok pengguna obat ( narcotics )
yang memakai pembuluh darah vena.
Cara pencegahan
7. Komplikasi neuologis
10
Penanganan :
a. Pasien yang mengalami serangan saat pengambilan darah harus dilindungi dari
perlukaan.
b. Hentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala miringkan ke satu sisi,
bebaskan jalan nafas, hindari agar lidah tidak tergigit.
c. Segera mungkin aktifkan perlengkapan keselamatan, hubungi dokter
d. Lakukan penekanan secukupnya di daerah penusukan sambil membatasi pergerakan
pasien.
Puasa sebelum cek darah dilakukan untuk menjaga validitas hasil pemeriksaan.
Terutama untuk memastikan agar hasil pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh konsumsi
makanan terakhir dan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh dokter. Sebab tanpa disadari,
kandungan gizi dalam makanan dan minuman yang kamu konsumsi sebelum cek darah akan
diserap ke dalam aliran darah dan berdampak langsung pada glukosa darah, lemak, dan zat
besi sesaat setelah kamu makan.
11
pemeriksaan, dan bukan gambaran dari kondisi tubuhmu sebenarnya. Agar hasilnya
maksimal, maka diperlukan pemeriksaan ulang. Kecuali jika kamu memang memiliki
pantangan tertentu yang membuat kamu tidak bisa berpuasa.
Tes Kesehatan yang Perlu Puasa Sebelumnya
Bagi kamu yang akan melakukan tes kesehatan, yuk cek terlebih dulu apakah tes kesehatan
tersebut memerlukan puasa sebelumnya.
Tes darah
Tidak semua tes darah perlu puasa sebelumnya. Tes darah yang membuatmu perlu
puasa 8-16 jam antara lain yang berperan untuk memeriksa: kadar gula darah, trigliserida,
fungsi hati, kolesterol, lipoprotein, high-density lipoprotein (HDL) dan low-density
lipoprotein (LDL). Pada tes kadar gula darah, umumnya diminta untuk puasa 8-10 jam
sebelum tes. Sementara untuk tes zat besi maupun kolesterol dalam darah, kamu perlu puasa
sekitar 12 jam sebelum tes. Selain itu, ada pula tes darah yang mensyaratkan untuk
menghindari beberapa jenis makanan tertentu atau obat-obatan.
Gastroskopi
Kamu perlu puasa 6 jam sebelum melakukan gastroskopi. Selain memudahkan dokter
melihat isi lambung, puasa juga berguna untuk mengurangi risiko muntah dan tersedak
karena isi lambung masuk ke saluran pernapasan.
Kolonoskopi
Sehari sebelum menjalani kolonoskopi, kamu hanya dapat minum air putih dan perlu
makan makanan berserat 2-3 hari sebelumnya. Beberapa jam sebelumnya kamu perlu puasa
dan minum obat pencahar untuk mengosongkan usus.
Anestesi
Begitu juga bila kamu akan menjalani pemeriksaan yang memerlukan pembiusan
(anestesi umum atau total), kamu perlu puasa beberapa jam sebelumnya.
12
2. karena jarum kurang dalam.
3. Jarum terlalu dalam/tembus, lubang jarum menempel didinding pembuluh darah, vena
kolap atau tabung tidak vakum. Vena kolaps dapatterjadi bila menarik penghisap
dengan cepat, menggunakan tabung yangterlalu besar atau jarum terlalu kecil.
2.2 Venipuncture
Peralatan yang digunakan selama uji venipuncture dapat bervariasi, tetapi berikut ini yang
paling umum digunakan untuk venipuncture rutin:
1) Tabung koleksi
2) Jarum
3) Turniket
4) Tisu / Penyeka
5) Kain kasa
6) Perban
7) Sarung tangan
8) Unit pembuangan
Mari kita lihat dengan cepat, tingkat tinggi pada prosedur venipuncture. Untuk perincian
13
mendetail dari setiap langkah uji venipungsi sebagai berikut :
1) Area tempat pengambilan darah pertama kali dibersihkan dengan larutan pembunuh
kuman.
2) Kemudian teknisi medis atau phlebotomist akan membungkus pita fleksibel di bagian
atas lengan untuk memberikan tekanan pada area tersebut sehingga vena membesar
dengan darah. Sebuah jarum kemudian dengan lembut dimasukkan ke dalam vena.
3) Darah dikumpulkan ke dalam botol atau tabung terpasang yang kedap udara dan pita
fleksibel kemudian dilepaskan dari lengan. Jika beberapa sampel darah akan diambil,
phlebotomist harus berhati-hati untuk mengikuti urutan pengambilan yang benar.
4) Akhirnya, ketika darah yang diperlukan diambil, jarum akan dikeluarkan dan dibuang
dengan benar ke dalam wadah benda tajam dan tempat tusukan akan ditutup untuk
menghentikan pendarahan.
Terapi Intravena (IV) adalah menempatkan cairan steril melalui jarum, langsung ke
vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium),
nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat (Brunner & Sudarth, 2002). Terapi intravena
adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh
vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari
tubuh (Darmadi,2010). Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika
pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang
dirperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan
untuk metabolisme dan memberikan medikasi (Perry & Potter, 2006).
14
memonitor tekanan vena sentral (CVP), memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan
mengalami gangguan (Perry & Potter, 2006).
Menurut Perry & Potter (2006) vena-vena tempat pemasangan infus: Vena
Metakarpal, vena sefalika, vena basilica, vena sefalika mediana, vena basilika mediana, vena
antebrakial mediana.
Menurut Perry & Potter (2006) banyak tempat bisa digunakan untuk terapi intravena,
tetapi kemudahan akses dan potensi bahaya berbeda di antara tempat-tempat ini.
Pertimbangan perawat dalam memilih vena adalah sebagai berikut: Usia klien (usia dewasa
biasanya menggunakan vena di lengan, sedangkan infant biasanya menggunakan vena di
kepala dan kaki), lamanya pemasangan infus (terapi jangka panjang memerlukan pengukuran
untuk memelihara vena), type larutan yang akan diberikan, kondisi vena klien, kontraindikasi
vena-vena tertentu yang tidak boleh dipungsi, aktivitas pasien (misal bergerak, tidak
bergerak, perubahan tingkat kesadaran, gelisah), terapi IV sebelumnya (flebitis sebelumnya
membuat vena menjadi tidak baik untuk digunakan), tempat insersi/pungsi vena yang umum
digunakan adalah tangan dan lengan. Namun vena-vena superfisial di kaki dapat digunakan
jika klien dalam kondisi tidak memungkinkan dipasang di daerah tangan. Apabila
memungkinkan, semua klien sebaiknya menggunakan ekstremitas yang tidak dominan.
Menurut Perry & Potter (2006) indikasi pada pemberian terapi intravena: pada
seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam
jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis).
Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering
terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius,
rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral
(dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di rumah sakit dengan infeksi
bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi
kemudahan administrasi rumah sakit, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.
15
Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas darah jika dimasukkan
melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam intravena (sebagai obat suntik).
Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan
sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga
sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada
sumbatan di saluran cerna atas).
Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti
rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular
(disuntikkan di otot). Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedakobat masuk
ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan. Kadar puncak obat
dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan
langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai,
misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada
penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika
melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki
bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk
membunuh bakteri.
16
misalnya pada pasien cuci darah 17 (dialysis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Tekanan osmotic adalah gaya yg diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut
yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Membran semipermiabel adalah suatu
selaput yang dapat dilalui molekul-molekul pelarut & tidak dapat dilalui oleh zat terlarut.
Cairan yg digunakan dalam IV harus mempunyai tekanan osmotic yg kira-kira sama dengan
tekanan osmotic dalam sel darah. Karena, jika konsentrasi cairan tidak sesuai dapat
mengakibatkan krenasi (pengerutan sel) dan hemolisis (sel darah merah pecah). (Perry &
Potter, 2006)
a. Cairan Kristaloid : bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan
(volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu 18 yang singkat, dan berguna
pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
17
b. Cairan Koloid : ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan
keluar dari membrane kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya
hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin
dan steroid (Perry & Potter, 2006).
Larutan Nacl (berisi air dan elektrolit (Na+, cl-), Larutan dextrose (berisi air atau
garam dan kalori), Ringer laktat, berisi air (Na+ , K+ , cl- , ca ++, laktat), Balans isotonic
berisi (air, elektrolit, kalori ( Na+ , K+ , Mg++, cl- , HCO, glukonat), Whole blood (darah
lengkap) dan komponen darah, Plasma expanders (berisi albumin, dextran, fraksi protein
plasma 5%, hespan yang dapat meningkatkan tekanan osmotic, menarik cairan dari
intertisiall, kedalam sirkulasi dan meningkatkan volume darah sementara), Hiperelimentasi
parenteral (berisi cairan, elektrolit, asam amino, dan kalori) (Smeltzer & Bare, 2002).
Pertama atur kecepatan tetesan pada tabung IV. Tabung makrodrip dapat meneteskan
10 atau 15 tetes per 1 ml. Tabung mikrodrip meneteskan 60 tetes per 1 ml. Jumlah tetesan
yang diperlukan untuk 1 ml disebut faktor tetes. Atur jumlah mililiter cairan yang akan
diberikan dengan jumlah total cairan yang akan diberikan dengan jumlah jam infus yang
berlangsung. Kemudian kalikan hasil tersebut dengan faktor tetes. Untuk menentukan berapa
banyak tetesan yang 19 akan diberikan permenit, bagi dengan 60. Hitung jumlah tetesan
permenit yang akan diinfuskan. Jika kecepatan alirannya tidak tepat, sesuaikan dengan
kecepatan tetesan (Smeltzer & Bare, 2002).
18
Natrium Clorida (Nacl) 0,9% digunakan untuk menggantikan garam (cairan isotonik) yang
hilang, diberikan dengan komponen darah, atau untuk pasien dalam kondisi syok
hemodinamik. Hati-hati terhadap kelebihan volume isotonik (misalnya: gagal jantung dan
gagal ginjal). Ringer laktat digunakan untuk menggantikan cairan isotonik yang hilang,
elektrolit tertentu, dan untuk mengatasi asidosis metabolik tingkat sedang. (Perry & Potter,
2006).
Intravena (IV) push (IV bolus) adalah memberikan obat dari jarum suntik secara
langsung kedalam saluran/jalan infus. Indikasi: pada keadaan emergency resusitasi jantung
paru, memungkinkan pemberian obat langsung kedalam intravena, Untuk mendapat respon
yang cepat terhadap pemberian obat (furosemid dan digoksin), Untuk memasukkan dosis obat
dalam jumlah besar secara terus menerus melalui infus (lidocain, xilocain), Untuk
menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan akan injeksi, Untuk
mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat yang dicampur. Continous
Infusion (infus berlanjut) dapat diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung,
dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra arteri, dan intra
thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus yang ditanam maupun
eksternal.
Hal yang perlu dipertimbangkan yatu: Keuntungan: mampu untuk mengimpus cairan
dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat, adanya alarm menandakan adanya masalah
seperti adanya udara di selang infus atau adanya penyumbatan, mengurangi waktu perawatan
untuk memastikan kecepatan aliran infus. Kerugian: memerlukan selang yang khusus dan
biaya lebih mahal Intermitten Infusion (Infus Sementara) dapat diberikan melalui heparin
lock, “piggy bag” untuk infus yang kontiniu, atau untuk terapi jangka panjang melalui
perangkat infus. (Perry & Potter, 2006).
Menurut Darmadi (2010) beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan
infus:
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu
orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis
seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak
berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Pemberian transfusi darah diberikan dokter
sesuai dengan indikasi medis. Berikut beberapa manfaat transfusi darah :
20
Melakukan donor darah secara rutin terbukti dapat memberikan beragam manfaat bagi
kesehatan tubuh orang yang melakukananya. Lakukan donor darah secara rutin pada: Setiap 3
bulan sekali (laki-laki) Setiap 4 bulan sekali (perempuan). Manfaat yg dimaksud adalah:
1. Menurunkan risiko penyakit jantung
2. Membuang zat besi yg berlebhan
3. Menurunkan risiko kanker
4. Menurunkan berat badan
5. Pemeriksaan kesehatan gratis
Autotransfusion
2.4.2 Indikasi
1) Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar, perdarahan
postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit kekurangan kadar Hb atau
penyakit kelainan darah).
2) Pasien dengan syok hemoragi
3) Penderita anemia, perdarahan saat melahirkan, kehilangan plasma darah misalnya
pada luka bakar, dan penderita thalassemia.
2.4.3 Kontraindikasi
1. Standar infuse
2. Set transfuse
3. Botol berisi NaCl 0,9%
4. Produk darah yang benar sesuai program medis
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alcohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kasa steril
11. Betadine
12. Sarung tangan
13). Hubungkan selang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengatur bawah
24
14). Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama ,
dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
Sebagian besar jarang terjadi, simak beberapa komplikasi dan efek samping transfusi
darah ini:
1. Demam
Demam sebenarnya tidak dianggap berbahaya jika dialami pasien 1-6 jam setelah
transfusi. Namun, apabila demam diiringi dengan mual dan sakit di dada, pasien harus
menghubungi dokter dengan segera karena dapat mengindikasikan kondisi yang serius.
2. Reaksi alergi
Ya, reaksi alergi tetap mungkin terjadi walau pasien menerima darah dengan tipe
yang cocok. Gejala reaksi alergi yang bisa dirasakan pasien yaitu gatal-gatal dan biduran.
Reaksi alergi tersebut bisa terjadi saat proses transfusi sedang berlangsung atau setelahnya.
3. Reaksi hemolitik imun akut
Komplikasi ini jarang terjadi, namun sifatnya bisa gawat darurat jika dialami pasien.
Reaksi hemolitik imun akut terjadi ketika tubuh menyerang sel darah merah yang berasal dari
darah donor. Reaksi dapat terjadi saat proses transfuse atau sesudahnya. Reaksi hemolitik
imun akut menimbulkan beberapa gejala, seperti demam, menggigil, mual, serta nyeri di dada
atau punggung bagian bawah, urine menjadi gelap.
25
4. Reaksi hemolitik tertunda
Reaksi hemolitik tertunda sebenarnya mirip dengan reaksi hemolitik akut. Namun,
reaksi ini terjadi secara perlahan.
5. Reaksi anafilaktik
Reaksi anafilaktik ini terjadi saat pasien baru memulai transfusi dan berisiko
mengancam nyawa. Resipien atau penerima donor akan menunjukkan gejala seperti
pembengkakan di wajah dan tenggorokan, napas pendek, serta tekanan darah rendah.
6. Cedera paru-paru akut terkait transfusi (TRALI)
Cedera paru-paru akut terkait transfusi (TRALI) merupakan reaksi yang langka
namun berisiko fatal jika terjadi. Sesuai namanya, reaksi ini terjadi ketika paru-paru menjadi
rusak yang bisa dipicu oleh antibodi atau zat yang terkandung dalam darah donor. TRALI
bisa mulai terjadi dalam beberapa jam setelah dimulainya transfuse di mana pasien
mengalami demam dan tekanan darah rendah.
7. Hemokromatosis
Hemokromatosis merupakan kondisi saat kadar zat besi terlalu tinggi di dalam darah –
yang berisiko terjadi jika pasien menerima beberapa transfusi. Kondisi ini berbahaya karena
dapat merusak jantung dan hati.
8. Graft versus host disease
Komplikasi ini terjadi ketika sel darah putih dari darah donor menyerang sumsum
tulang penerima. Komplikasi langka namun berisiko fatal ini lebih rentan terjadi apabila
resipien memiliki sistem imun yang lemah.
9. Infeksi
Darah dari donor sebenarnya sudah melewati tahap pemeriksaan patogen di bank
darah. Namun, pada kasus langka, donor darah mungkin masih mengandung virus, bakteri,
maupun parasit sehingga memicu infeksi pada penerimanya.
Dari penjelasan beberapa contoh efek samping yang dapat ditimbulkan ketika
melakukan transfusi darah maka efek samping tersebut tidak berlangsung selama 1 bulan.
Misalnya pada yang mengalami demam biasanya hanya berlangsung selama 1-6 jam saja dan
itu merupakan efek yang normal dan wajar terjadi, namun apabila melebihi dari batas waktu
yang ditentukan segera lah periksa kan ke dokter, bidan, atau tenaga medis lainnya karena
dapat menyebabkan masalah yang lebih serius.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Flebotomi (bahasa inggris: phlebotomy) berasal dari kata Yunani phleb dan tomia. Phleb
berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris/memotong (“cutting”). Teknik
flebotomi merupakan suatu cara pengambilan darah (sampling) untuk tujuan tes laboratorium
atau bisa juga pengumpulan darah untuk didonorkan.
3. Terapi Intravena (IV) adalah menempatkan cairan steril melalui jarum, langsung ke vena
pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrient
(biasanya glukosa), vitamin atau obat (Brunner & Sudarth, 2002). Terapi intravena adalah
pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena
(pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh
(Darmadi,2010).
4. Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu
orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis
seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak
berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Pemberian transfusi darah diberikan dokter
sesuai dengan indikasi medis.
3.2 SARAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28