Anda di halaman 1dari 29

PENYULIT PADA FLEBOTOMI

dr. IDA AYU PUTRI WIRAWATI, Sp.PK(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I


PROGRAM STUDI ILMU PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena saya

dapat menyelesaikan makalah dengan judul Penyulit Pada Flebotomi dengan

baik. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu. Saya

menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dari segi penyusunan

materi dan bahasa, oleh karena itu saya mengharapkan masukan untuk dapat

menyempurnakan tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Terima Kasih.

Denpasar, 10 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

TUTOR FLEBOTOMI............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II PENYULIT PADA FLEBOTOMI............................................................. 2
2.1. Definisi ..................................................................................................... 2
2.2. Prosedur Pengumpulan Darah .................................................................. 2
2.2.1 Pengambilan Darah Vena dengan Syringe............................................... 6
2.2.2 Pengambilan Darah Vena dengan Tabung Vakum ................................. 8
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi .................................................................... 12
2.4. Penyulit pada Flebotomi ......................................................................... 14
2.4.1 Pengambilan Spesimen Pada Pediatri ................................................... 14
2.4.2 Pengambilan Spesimen Pada Geriatri ................................................... 15
2.4.3 Pasien Luka Bakar, Jaringan Parut, dan Tattoo .................................... 16
2.4.4 Edema ................................................................................................... 17
2.4.5 Hematoma ............................................................................................. 17
2.4.6 Post Mastektomi ................................................................................... 18
2.4.7 Pasien terpasang Infus .......................................................................... 19
2.4.8 Pasien dengan Riwayat Pengobatan ..................................................... 20
2.4.8 Kemoterapi....................................................................................... 20
2.4.8 Antikoagulan .................................................................................... 20
2.4.8 Pasien Tidak Sadar................................................................................ 21
BAB III RINGKASAN ................................................................................. ........ 22
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………24

iii
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Vena Superfisial pada Regio Antecubiti. .................................................... 3


Gambar 2.2. Contoh Tabung Pengumpulan Darah….. ... ……………………….....6
Gambar 2.3. Persiapan Alat Pungsi Vena............................................................................ 9
Gambar 2.4. Pengambilan Darah dengan Tabung vakum.………..…………...…11
Gambar 2.5. Winged Needle .................................................................................................. 15
Gambar 2.7. Hematoma…………………..………………….. ….……………...18
Gambar 2.6. Penekanan Lokasi Penusukan …………..……….……………………21
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Urutan Warna Tabung Pengambilan Darah ………………..……5

v
1

BAB I

PENDAHULUAN

Pengumpulan spesimen darah dengan pungsi vena adalah prosedur yang

umum dikerjakan oleh tenaga kesehatan pada proses pemeriksaan penunjang

pasien. Hasil dari analisis spesimen darah ini sangat penting mempengaruhi

keputusan klinis, mulai dari diagnosis, penatalaksanaan, kontrol respon terapi

sampai dengan prognosis pasien. Kesalahan prosedur dalam proses pengambilan

spesimen darah dapat menyebabkan pengambilan sampel berulang dan

keterlambatan diagnosis dan dapat membahayakan keamanan pasien. (Bolenius,

et.al, 2014)

Pada beberapa kondisi pasien dengan penyulit seperti kelompok pasien

pediatri, pasien geriatri, pasien luka bakar, pasien edema, pasien hematoma, pasien

terpasang infus, pasien dengan riwayat mastektomi, pasien dengan kemoterapi, pasien

dengan antioagulan dan pasien tidak sadar, dibutuhkan pendekatan yang khusus untuk

menghindari cidera, kesalahan dan kegagalan dalam pengumpulan spesimen. Dengan

teknik yang baik diharapkan spesimen yang dikumpulkan oleh flebotomis

memberikan hasil akurat dan tidak menimbulkan cidera pada pasien. Dalam tutor ini

akan dibahas mengenai proses pengumpulan sampel darah yang benar baik pada

pasien normal maupun dengan penyulit. (McCall, 2011)


BAB II

PENYULIT PADA FLEBOTOMI

2.1. Definisi

Flebotomi berarti adalah tindakan pengumpulan darah. Kata flebotomi

berasal dari bahasa Yunani, yaitu phlebo- dan -tomy. Phlebo- berarti pembuluh

darah vena dan -tomy berarti mengiris/memotong. Flebotomis (orang yang

melakukan tindakan flebotomi) merupakan profesi kuno yang sudah ada sejak

3500 tahun yang lalu. Pada zaman dahulu, kegiatan flebotomi dilakukan dengan

tujuan untuk menyembuhkan suau penyakit atau menyeimbangkan keadaan tubuh

agar seseorang tetap sehat. Saat ini flebotomis adalah seorang tenaga medis yang

telah mendapatkan pelatihan untuk mengeluarkan dan menampung spesimen

darah dari pembuluh darah vena, arteri atau kapiler. Tindakan flebotomi tersebut

pada zaman sekarang dilakukan utamanya untuk membantu klinisi dalam proses

penegakan diagnosis dan kontrol pasien. (Warekois and Robinson, 2016)

2.2. Prosedur Pengumpulan Darah

Prosedur pengumpulan darah bisa dilakukan dari pembuluh darah vena,

arteri maupun kapiler. Untuk pembuluh vena, terdapat 3 pembuluh vena yang

paling mudah ditemukan pada regio antecubiti dengan cara melihat atau dengan

cara perabaan/palpasi. Pembuluh vena yang disarankan pada tindakan flebotomi

yaitu vena mediana cubiti, vena basilika, dan vena sefalika mediana. Vena

mediana cubiti secara umum berada ditengah daerah antecubiti. Vena sefalika

berada di lateral dan vena basilika berada di medial. (WHO, 2011)

2
3

Gambar 2.1. Vena superfisial pada regio antecubiti. (Ernst, 2005)

Pemilihan vena berdasarkan beberapa alasan, yaitu : (Booth, 2009)

1. Dekat (vena mediana paling dekat dengan permukaan kulit, sehingga

mudah diakses).

2. Tidak bergerak/terfiksasi (vena mediana cubiti merupakan vena yang

paling tidak bergerak ketika jarum menusuk sehingga tusukan dapat

berhasil dengan baik).

3. Aman (tusukan pada vena mediana lebih aman dari risiko terkena saraf)

4. Nyaman (vena mediana cubiti tidak terlalu membuat rasa tidak nyaman

saat ditusuk).
4

Pada mayoritas pasien, pengambilan spesimen pada daerah antecubiti tidak

memungkinkan untuk beberapa sebab, antara lain :

a) Kegagalan saat menentukan vena yang dicari

b) Infus terpasang distal daerah antecubiti

c) Daerah antecubiti memar berlebihan akibat prosedur tusukan yang

sebelumnya

d) Adanya edema pada daerah antecubiti

e) Jaringan parut yang berlebihan

f) Kondisi kulit seperti ruam, infeksi, luka bakar

g) Mastektomi

Beberapa tempat alternatif selain daerah antecubiti adalah bagian dorsal

tangan, bagian lateral pergelangan tangan, kaki, dan tumit, vena kulit kepala, dan

femoralis. Saat akan dilakukan flebotomi, sebaiknya pasien diminta mengambil posisi

yang nyaman. Pasien sebaiknya duduk pada kursi yang dirancang khusus dengan

ketinggian dan sandaran yang bisa diatur untuk menciptakan suasana rileks bagi

pasien selama proses pengambilan darah dilakukan. Sebelum prosedur dimulai, semua

alat yang akan dipakai sudah harus tersedia diatas meja kerja, siap untuk dipakai dan

diletakkan sedemikian rupa sehingga posisinya mudah dijangkau oleh flebotomis.

Pemilihan ukuran semprit, jarum dan tabung pengumpulan harus sesuai dengan jenis

tes laboratorium yang diminta. Demikian juga urutan tipe tabung perlu dilakukan

guna menghindari terjadinya kontaminasi silang antar tabung pengumpulan sampel.

Berikut urutan yang dianjurkan oleh WHO:


5

Tabel. 2.1. Urutan Warna Tabung Pengambilan Darah (WHO, 2011)

WARNA TUTUP ISI TABUNG PENGGUNAAN

Hitam/Kuning
Broth mixture Mikrobiologi/kultur
dengan garis hitam

Biru Muda Sodium Sitrat Tes Koagulasi (Faal Hemostasis)

Merah Clot activator Bank darah (cross-match)

Emas/Merah-Abu Gel Separator Kimia rutin, imunologi, serologi

Sodium Heparin/ Lithium


Hijau Tua Ammonia, Lithium
Heparin

Lithium Heparin dan


Hijau muda Kimia
Gel separator

Ungu EDTA Hematologi

Kuning Muda Acid – Citrate – Dextrose Tes Paternitas, Pemeriksaan DNA

Sodium Fluoride dan


Abu-abu Glukosa
potassium oxalate
6

Gambar. 2.2. Contoh tabung pengumpulan darah. (Davis, 2010)

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara

vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syringe),

sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum. (Davis, 2010)

2.2.1 Pengambilan Darah Vena dengan Syringe

Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syringe)

merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan

tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston

sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum.

Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai

dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan

syringe ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang

rapuh atau kecil. (WHO, 2011)

Prosedur :

a) Persiapkan alat-alat yang diperlukan : handschoen (sarung tangan), syringe,

perlak/alas, kapas alkohol 70%, tali pembendung (tourniquet), plester,


7

tabung dan pendokumentasian. Untuk pemilihan syring, pilihlah

ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih

ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat.

b) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien

senyaman mungkin.

c) Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.

d) Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila

pasien minum obat tertentu, atau tidak puasa.

e) Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan

aktifitas.

f) Minta pasien mengepalkan tangan.

g) Pasang tali pembendung (tourniquet) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.

h) Pilih bagian vena mediana cubiti atau sefalika. Lakukan perabaan (palpasi)

untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil,

elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan

pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5

menit daerah lengan.

i) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70%

dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

j) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika

jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam

semprit.
8

k) Setelah volume darah dianggap cukup, lepaskan tourniquet sebelum

menarik jarum.

l) Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan

kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik

jarum sebelum tourniquet dibuka.

m) Rapikan pasien dan lakukan pendokumentasian

2.2.2 Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum

Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan BD (Becton-

Dickinson) di bawah nama dagang vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung

reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan

pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir

ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Jarum yang digunakan terdiri dari

dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi

anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan

pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat

mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk

melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong

tabung menancap pada jarum posterior. (Davis, 2010)

Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah tidak perlu

membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan,

dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes

yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus
9

karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi

media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel

pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari. (Davis, 2010)

Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau

jika vena kecil, rapuh, atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa

digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum bersayap atau sering juga

dinamakan jarum kupu-kupu (butterfly needle) hampir sama dengan jarum vacutainer

seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan

posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang

yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai

vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash). (Davis, 2010)

Gambar 2.3. Persiapan Alat Pungsi Vena (Booth, 2009)


10

Prosedur :

a) Persiapkan alat-alat yang diperlukan : handschoen, jarum, kapas alkohol

70%, tali pembendung (tourniquet), plester, tabung vakum,

pendokumentasian.

b) Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.

c) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien

senyaman mungkin.

d) Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.

e) Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila

pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.

f) Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan

aktifitas.

g) Minta pasien mengepalkan tangan.

h) Pasang tali pembendung (tourniquet) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.

i) Pilih bagian vena mediana cubiti atau sefalika. Lakukan perabaan (palpasi)

untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil,

elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan

pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5

menit daerah lengan.

j) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70%

dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

k) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.

Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian


11

posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke

dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan

beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan

tabung kedua, begitu seterusnya.

l) Lepas tourniquet sebelum menarik jarum dari lokasi penusukan. Volume

darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang

diperlukan untuk pemeriksaan.

m) Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan

kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik

jarum sebelum tourniquet dibuka.

n) Segera rapikan pasien dan lakukan pendokumentasian.

Gambar 2.4. Pengambilan Darah dengan Tabung Vakum. (Phillips et.al, 2011)
12

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena

adalah : (Gandasoebrata, 2013)

a) Pemasangan tourniquet (tali pembendung) pemasangan dalam waktu lama

dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai

hematokrit/PCV), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi,

kolesterol, lipid total) melepas tourniquet sesudah jarum dilepas dapat

menyebabkan hematoma.

b) Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga

mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah

merah.

c) Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan

sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang

berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.

d) Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan

darah bocor dengan akibat hematoma

e) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis

sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang

berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi dilakukannya pengambilan darah vena: . (McCall, 2011)

a) Apabila pengambilan darah dilakukan untuk pemeriksaan yang

memerlukan spesimen darah lebih dari 0,5 cc.


13

b) Bila terdapat pemeriksaan yang memerlukan serum, plasma, atau

wholeblood dalam volume yang besar.

c) Pada pengambilan darah vena dengan winged needle.

d) Pada pengambilan darah dengan sistem tabung vakum Digunakan untuk

vena yang besar.

Kontra indikasi dilakukannya pengambilan darah vena: (McCall, 2011)

a) Pengambilan darah vena pada sebelah tangan yang mengalami gangguan

sirkulasi darah pada pasien dengan mastektomi (operasi pengangkatan

payudara)

b) Daerah edema.

c) Hematom.

d) Daerah dimana darah sedang ditransfusikan

e) Daerah bekas luka atau terdapat tanda tanda infeksi, infiltrasi, atau

thrombosis pada tempat penusukan.

f) Daerah bekas cangkokan vaskular (AV shunt) pada penderita gangguan

ginjal.

g) Daerah jalur intravena. Pengambilan darah pada daerah ini dapat

menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau

menurunkan kadar zat tertentu.

h) Lengan yang mengalami gangguan atau kelumpuhan (kelumpuhan otot

dan saraf).

i) Lengan dengan gangguan sirkulasi ataupun neurologi.


14

2.4 Penyulit pada Flebotomi

Pada beberapa kondisi pasien dengan penyulit seperti pasien luka bakar,

pasien edema, pasien terpasang infus, pasien dengan riwayat mastektomi, pasien

geriatri, pasien hematoma, dan keadaan lainnya, dibutuhkan pendekatan yang

khusus untuk menghindari cidera, kesalahan dan kegagalan dalam pengumpulan

spesimen.

2.4.1 Pengambilan Spesimen Pada Pediatri

Pada kelompok pediatri perlu dikelompokkan lagi atas bayi dan anak-anak.

Idealnya untuk anak dengan usia kurang dari 2 tahun, prosedur pengambilan

darahnya menggunakan metode pungsi dermal. Untuk anak yang lebih besar

dengan vena juga sudah relatif besar dan mudah terlihat, prosedurnya sama

dengan tusukan vena pada orang dewasa. Saat melakukan pengambilan spesimen

pada kelompok pediatri, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. Persiapan diri Flebotomis – Perlu kesiapan khusus karena pasien yang

akan dihadapi belum tentu kooperatif.

b. Mempersiapkan anak dan orang tua merupakan salah satu poin penting

adalah meyakinkan orang tuanya bahwa tindakan yang akan dilakukan

benar-benar diperlukan dalam rangka diagnostik dan terapi yang tepat.

c. Prosedur flebotomi pediatri – Jelaskan secara sederhana teknik yang akan

digunakan. Bila perlu dijelaskan bahwa kemungkinan ditusuk bisah lebih

dari satu kali karena pembuluh darahnya masih halus/ kecil. Prosedur
15

flebotomi yang akan digunakan sangat tergantung pada usia dan besar/

kecilnya anak.

Pembuluh darah vena pada kelompok umur ini belum berkembang dengan

sempurna. Pengambilan melalui vena harus dilakukan dengan jarum yang kecil

atau winged needle. Bantuan asisten (orang tua, perawat atau tenaga medis

lainnya) dibutuhkan untuk membantu stabilitasi lengan atau tangan anak-anak.

(Lorenzo and Strasinger, 2011)

Gambar 2.5. Winged Needle. (Lorenzo and Strasinger, 2010)

2.4.2. Pengambilan Spesimen Pada Geriatri

Pada pasien geriatri (lanjut usia) tidak diperlukan teknik atau metode khusus

untuk mendapatkan spesimen darah. Yang menjadi bahan pertimbangan adalah

adanya penurunan fungsi-fungsi organ akibat proses penuaan. Metode penusukan


16

kulit/kapiler, winged needle maupun dengan tabung vakum biasa merupakan

alternatif pilihan tergantung kondisi fisiknya. (McCall, 2011)

Pengambilan darah pada geriatri lebih sulit karena terjadi penipisan dan

penurunan elastisitas/kelenturan kulit. Keadaan tersebut mengakibatkan

pengambilan spesimen lebih sulit karena vena menjadi lebih mudah bergerak

(mobile) pada saat dilakukan penusukan. Elastisitas kulit yang menurun juga

menyebabkan mudah terjadi pendarahan atau hematom. Pada kelompok geriatri,

ada pula pembuluh darah yang juga mengalami aterosklerosis (pengerasan)

sehingga relatif lebih sulit pada saat tusukan vena.

Pengambilan spesimen tidak boleh dilakukan pada pembuluh vena yang

melebar (varises). Darah yang diperoleh pada varises tidak menggambarkan

biokimiawi tubuh yang sebenarnya karena darah yang diperoleh adalah darah

yang mengalami stasis. Risiko lainnya adalah kecendrungan untuk terjadi

komplikasi pendarahan dan infeksi. (Lorenzo and Strasinger, 2011)

2.4.3 Pasien Luka Bakar, Jaringan Parut dan Tattoo

Pada pasien dengan luka bakar, biasanya vena lebih sulit diraba. Selain itu

pasien tersebut juga lebih mudah terkena infeksi karena epidermis sebagai

pelindung telah rusak. Sebaiknya gunakan sisi lain yang tidak terbakar atau

melalui pembuluh darah kapiler. Pada daerah luka bakar yang sudah sembuh dan

membentuk jaringan parut juga biasanya sulit dipalpasi dan juga relatif lebih keras

kulitnya. Sebaiknya dipilih lokasi lain yang tidak terdapat jaringan parut.

Sedangkan kulit yang terdapat tattoo akan sulit diidentifikasi pembuluh venanya,
17

lebih rentan terhadap infeksi dan tinta pewarna pada tattoo bisa mengganggu

akurasi hasil. Disarankan untuk menghindari kulit yang terdapat tattoo untuk

pengambilan spesimen. Jika tidak memungkinkan, sebaiknya tusuk pada bagian

kulit yang tidak terdapat tinta pewarna tattoo. (Lorenzo and Strasinger, 2011)

2.4.4 Edema

Edema adalah pembengkakan yang disebabkan oleh akumulasi cairan

abnormal pada jaringan. Hal ini seringkali diakibatkan oleh cairan intravena yang

merembes (infiltrasi) ke jaringan sekitarnya pada pasien yang terpasang infus

intravena. Spesimen yang dikumpulkan dari daerah edema bisa memberikan hasil

yang tidak akurat akibat kontaminasi cairan jaringan atau komposisi darah yang

berubah akibat bengkak. Selain itu, pembuluh vena juga lebih sulit untuk

diidentifikasi, serta jaringan biasanya lebih mudah terluka akibat pemasangan

tourniquet dan proses penyembuhan luka bekas tusukan lebih lama pada daerah

tersebut. Disarankan untuk memilih lokasi lain yang tidak edema untuk

pengumpulan spesimen jika memungkinkan. (McCall, 2011)

2.4.5 Hematoma

Hematoma adalah pembengkakan atau kumpulan darah yang disebabkan oleh

darah yang merembes keluar dari pembuluh darah saat prosedur penusukan vena atau

prosedur sebelumnya. Memar yang luas bisa menyebar pada sekitar lokasi penusukan,

Prosedur pungsi vena pada lokasi yang mengalami hematoma bisa sangat nyeri dan

spesimennya terkontaminasi oleh darah yang terhemolisis dari


18

pembuluh vena luar dan tidak cocok untuk dilakukan pemeriksaan. Selain itu,

obstruksi aliran darah karena hematoma dan gangguan proses koagulasi bisa

mengakibatkan hasil analisis yang tidak akurat. Disarankan pada pasien dengan

hematoma untuk mencari lokasi lain untuk pengambilan spesimen. Jika tidak

memungkinan, coba tusuk pembuluh darah yang lebih distal dari lokasi hematoma

untuk mendapatkan aliran darah yang lebih baik. (McCall, 2011)

Gambar. 2.6. Hematoma (McCall, 2011)

2.4.6 Post Mastektomi

Pengambilan darah sebaiknya tidak dilakukan pada lokasi yang sama dengan

lokasi mastektomi (operasi pengangkatan payudara). Pada saat prosedur mastektomi,

biasanya jaringan limfa disekitar payudara juga ikut diangkat. Hal tersebut bisa

menimbulkan limfostasis (obstruksi atau penghentian dari aliran limfa yang normal).

Aliran limfa yang terganggu sangat rentan terhadap pembengkakan


19

(limfa edema) dan infeksi. Penggunaan tourniquet pada daerah tersebut juga bisa

menimbulkan luka. Limfostasis juga bisa mengakibatkan perubahan kompisis

darah yang berakibat hasil yang tidak akurat. Disarankan untuk mengambil darah

pada lokasi/bagian tubuh yang tidak dilakukan mastektomi. Jika dilakukan

mastektomi pada kedua payudara sebaiknya konsultasikan dengan dokter yang

menangani untuk menentukan lokasi yang lebih cocok. Secara umum, lokasi yang

paling baru dilakukan mastektomi harus dihindari. (McCall, 2011)

2.4.7 Terpasang Infus

Pada pasien yang menjalani rawat inap, umumnya sudah terpasang infus pada

lengan pasien. Lengan/tungkai yang terpasang infus sebaiknya tidak digunakan untuk

pungsi vena karena kontaminasi spesimen yang diambil atau darah terdilusi oleh

cairan intravena. Pada pasien yang terpasang infus, sebaiknya gunakan lengan atau

tempat lain untuk pungsi vena. Jika tidak ada alternatif lain tempat lain disarankan

untuk menghentikan dulu aliran infusnya selama 2 menit kemudian baru diambil

darahnya dari daerah distal sisi infus. Buang darah yang diambil pertama kali (3-10

cc), lalu darah yang diambil kedua kalinya yang dipakai untuk pemeriksaan. Setelah

selesai pungsi vena, alirkan kembali infus tersebut sesuai tetesan sebelumnya dan

sebaiknya jenis cairan infus yang digunakan oleh psien dicatat. Selain itu pada pasien

post terpasang infus 24-48 jam, juga disarankan tidak dilakukan pengambilan

spesimen darah pada lokasi tersebut. (McCall, 2011)


20

2.4.8 Pasien Dengan Pengobatan Khusus

2.4.8.1 Kemoterapi

Pasien yang sedang atau telah menjalani proses kemoterapi misalnya akibat

penyakit kanker memiliki tingkat kesulitan dalam pengambilan darah cukup tinggi.

Obat-obatan kemoterapi yang digunakan seringkali membuat pembuluh darah

menyempit, rapuh, skelrosis, mudah kolaps dan mudah bergerak (mobile). Pada

pasien dengan riwayat kemoterapi ini lebih disarankan menggunakan jarum yang

kecil atau winged needle pada proses pengumpulan darahnya untuk mencegah

pembuluh darah pecah atau kolaps ketika pengambilan darah. (McCall, 2011)

2.4.8.2 Antikoagulan

Pasien yang memiliki gangguan koagulasi darah biasanya mendapatkan

terapi dengan obat pengencer darah, misalnya pada pasien dengan riwayat

gangguan jantung atau stroke. Pasien dengan riwayat penggunaan obat

antikoagulan ini berisiko mengalami hematom dan perdarahan yang sulit

terkontrol pada lokasi penusukan. Flebotomis harus memastikan telah

memberikan tekanan yang cukup pada lokasi bekas penusukan hingga perdarahan

berhenti. Jika pasien tidak dapat melakukannya, flebotomis harus membantu

menekan lokasi tersebut beberapa saat. Namun, jangan menekan terlalu kencang

karena berisiko menimbulkan luka atau memar. Apabila perdarahan tidak berhenti

juga bisa konsultasikan dengan dokter penanggung jawab yang menangani pasien.

(McCall, 2011)
21

Gambar 2.7. Penekanan Lokasi Penusukan. (Lorenzo and Strasinger, 2011)

2.4.9 Pasien Tidak Sadar

Pada pasien tidak sadar, prosedur pengambilan darah dapat dilakukan dengan

prosedur seperti biasanya (tetap menyapa, memperkenalkan diri dan meminta izin

pasien untuk melakukan tindakan). Yang harus lebih diperhatikan adalah pada pasien

tidak sadar atau dengan kesadaran yang menurun tetap bisa merasakan nyeri atau sakit

pada saat penusukan jarum. Saat timbul rangsangan nyeri, bisa timbul refleks pasien

untuk menarik atau menjauhkan jarum dari lokasi penusukan. Oleh sebab itu

disarankan untuk mengajak asisten (bisa penunggu pasien, perawat, atau tenaga

kesehatan lain) untuk membantu memegang dan mengawasi pasien ketika flebotomis

mengumpulkan sampel darah. (McCall, 2011)


22

BAB III

RINGKASAN

Flebotomi berarti adalah tindakan pengumpulan darah. Kata flebotomi

berasal dari bahasa Yunani, yaitu phlebo- dan -tomy. Phlebo- berarti pembuluh

darah vena dan -tomy berarti mengiris/memotong. Pembuluh vena yang

disarankan pada tindakan flebotomi yaitu vena mediana cubiti, vena basilica, dan

vena sefalika mediana. Pemilihan ukuran semprit, jarum dan tabung pengumpulan

harus sesuai dengan jenis tes laboratorium yang diminta. Demikian juga urutan

tipe tabung perlu dilakukan guna menghindari terjadinya kontaminasi silang antar

tabung pengumpulan sampel.

Pada beberapa kondisi pasien dengan penyulit seperti kelompok pasien

pediatri, pasien geriatri, pasien luka bakar, pasien edema, pasien hematoma,

pasien terpasang infus, pasien dengan riwayat mastektomi, pasien dengan

kemoterapi, pasien dengan antioagulan dan pasien tidak sadar, dibutuhkan

pendekatan yang khusus untuk menghindari cidera, kesalahan dan kegagalan

dalam pengumpulan spesimen. Idealnya untuk anak dengan usia kurang dari 2

tahun, prosedur pengambilan darahnya menggunakan metode pungsi dermal.

Untuk anak yang lebih besar dengan vena juga sudah relatif besar dan mudah

terlihat, prosedurnya sama dengan tusukan vena pada orang dewasa. Pengambilan

darah pada kelompok geriatri lebih sulit karena terjadi penipisan dan penurunan

elastisitas/kelenturan kulit. Dibutuhkan fiksasi yang baik dengan metode

penusukan kulit/ kapiler, winged needle maupun dengan tabung vakum.


23

Pada pasien dengan luka bakar, biasanya vena lebih sulit diraba. Sebaiknya

gunakan sisi lain yang tidak terbakar atau melalui pembuluh darah kapiler. Pada

pasien edema disarankan untuk memilih lokasi lain yang tidak bengkak untuk

pengumpulan spesimen jika memungkinkan. Pada pasien dengan hematoma

disarankan untuk mencari lokasi lain untuk pengambilan spesimen. Jika tidak

memungkinan, coba tusuk pembuluh darah yang lebih distal dari lokasi hematoma

untuk mendapatkan aliran darah yang lebih baik. Pada pasien dengan riwayat

mastektomi disarankan untuk mengambil darah pada lokasi/bagian tubuh yang

tidak dilakukan mastektomi. Jika dilakukan mastektomi pada kedua payudara

sebaiknya konsultasikan dengan dokter yang menangani untuk menentukan lokasi

yang lebih cocok. Secara umum, lokasi yang paling baru dilakukan mastektomi

harus dihindari.

Pada pasien dengan riwayat kemoterapi lebih disarankan menggunakan

jarum yang kecil atau winged needle pada proses pengumpulan darahnya untuk

mencegah pembuluh darah pecah atau kolaps ketika pengambilan darah. Pada

pasien dengan riwayat konsumsi obat antikoagulan, flebotomis harus memastikan

telah memberikan tekanan yang cukup pada lokasi bekas penusukan hingga

perdarahan berhenti. Namun, jangan menekan terlalu kencang karena berisiko

menimbulkan luka atau memar. Pada pasien yang tidak sadar, bisa tetap timbul

refleks pasien untuk menarik atau menjauhkan jarum dari lokasi penusukan. Oleh

sebab itu disarankan untuk mengajak asisten (bisa penunggu pasien, perawat, atau

tenaga kesehatan lain) untuk membantu memegang dan mengawasi pasien ketika

flebotomis mengumpulkan spesimen darah.


24

DAFTAR PUSTAKA

Bolenius, K., Brulin C., Granenheim , U.H. 2014. Personnel’s Experiences of


Phlebotomy Practices after Participating in an Educational Intervention
Programme. Hindawi Publishing Corporation. Sweden. 2014:1-9.

Booth, K.H., Wallace, A.C., Fitzgerald, D.T., 2009. Performing Venipuncture and
Dermal Punture. In: Booth, K.H., Wallace, A.C., Fitzgerald, D.T.
nd
Phlebotomy for Healthcare Personnal. 2 Ed. New York: McGraw Hill.
p. 90-130 .

Davis, B.K. 2011. Collection by Routine Venipuncture. In : Davis, B.K.


rd
Phlebotomy from Student to Professional. 3 Ed. New York: Cengage
Learning. p. 99-114.

Gandasoebrata, R. 2013. Hematologi. In : Gandasoebrata, R. Penuntun


th
Laboratorium Klinik. 15 Ed. Jakarta: Dian Rakyat. p. 1-11.

Lorenzo, M.S.D., Strasinger, S.K. 2010. Complication and Additional


Techniques. In : Lorenzo, M.S.D., Strasinger, S.K. Blood Collection A
nd
Short Course. 2 Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company. p. 63-76.

Lorenzo, M.S.D., Strasinger, S.K. 2011. Routine Venipuncture. In : Lorenzo,


rd
M.S.D., Strasinger, S.K. The Phlebotomy Textbook. 3 Ed. Philadelphia:
F.A. Davis Company. p. 128-145.

McCall, R.E., Tankersley, C.M. 2012. Venipuncture Procedure. In : McCall, R.E.,


th
Tankersley, C.M. Phlebotomy Essentials. 5 Ed. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins. p. 225-282.

Phillips, S. Collins, M. Dougherty, L. 2011. Procedure for Venepuncture and


Cannulation. In: Verteuil, AD. Venepuncture and Cannulation. Chichester:
Blackwell Publishing. p. 131-174.

Warekois, R.S., Robinson, R. 2016. Introduction to Phlebotomy. In : Warekois,


R.S., Robinson, R. Phlebotomy Worktext and Procedures Manual.
Missouri: Elsevier. p. 1-38.

WHO. 2011. WHO Guidelines in Drawing Blood: best practices in phlebotomy.


Geneva: WHO Press. p. 1-55

Anda mungkin juga menyukai