Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BEDAH ONKOLOGI PAYUDARA

OLEH :

KELOMPOK 7

1. JIHANUNNASIHA ALSAKINAH ABDULLAH 201902065


2. HIMA S. KARIM 201902062
3. NI NENGAH SARINI 201902069
4. VIOLA SINTA 201902086
5. SITI HAJAR 201902080

PROGRAM STUDI DIII ILMU KEBIDANAN

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “BEDAH
ONKOLOGI PAYUDARA” dengan lancer

Kami berharap setelah membaca makalah “BEDAH ONKOLOGI


PAYUDARA” para pembaca dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang
lebih baik, sehingga dapat diaplikasikan untuk mengembangkan dalam bidang
kebidanan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak


kekurangan, untuk itu kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan mendatang.

Palu, 15 maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2

A. Proses Keperawatan Intraoperative Bedah Onkologi Payudara...............2


B. Proses Keperawatan Pascaoperatif Bedah Payudara................................4

BAB III PENUTUP....................................................................................................10

A. Kesimpulan..............................................................................................10
B. Saran.........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembedahan onkologi pada payudara merupakan indikasi dari adanya
kondisi kelainan akibat adanya pembesaran atau benjolan pada payudara,
sebagai modalitas asuhan keperawatan bedah onkologi payudara, perawat
perioperative perlu mengetahui ringkasan konsep (meliputi anatomi dan
fisiologi payudara), pengkajian keperawatan pembedahan onkologi payudara,
pengkajian diagnostik, diagnosis keperawatan prabedah, serta rencana
intervensi prabedah sampai masuk ke ruang prabedah.
Kelenjar mamaria atau payudara, terletak didalam fasia superfisia
dinding dada anterior. Payudara terletak di iga ke 2 sampai ke 6 dan dari batas
lateral sternum ke garis anterior, atau midaksilaris. Kelenjar ini dikelilingi
oleh jaringan ikat subkutis, jaringan lemak, dan terdapat didalam kantong
kulit berbentuk kerucut.
Setiap kelenjar mamaria terdiri atas 15-20 lobus yang mengandung
duktus, duktulus, dan satuan lobules alveolus (lobules yang mengandung sel-
sel sekretorik atau alveolus) yang dipisahkan oleh jaringan ikat fibrosa atau
septum, dan dikelilingi oleh jaringan ikat lemak, setiap lobus memancar
menjauhi putting payara disebuah duktus ara seperti jeruju. Setiap lobus
mamaria berakhir lirkan disebuah duktus laktiferosa yang mengalirkan
mengalirkan isinya melalui sebuah lubang kecil keputing payudara, putting
payudara dikelilingi oleh areola,yang berpigmen dan sedikit berkerut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses keperawatan intraoperative bedah onkologi payudara?
2. Bagaimna proses keperawatan pasca operatif bedah payudara?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses keperawatan intraoperatif bedah ankologi
payudara
2. Untuk mengetahui proses keperawatan pascaoperatif bedah payudara

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Keperawatan Intraoperative Bedah Onkologi Payudara

Keperawatan intraoperative pemberian anastesi pada bedah payudara


pada prinsinya sama dengan asuhan keperawatan padasaat pemberian anastesi
secara umum. Pasien yang dilakukan perawatan pembedahan akan melewati
berbagai prosedur. Prosedur pemeberian anastesi pengaturan posisi bedah, dan
manajemen asepsis, dan prosedur bedah payudara.

Efek anastesi umum akan memeberikan respon depresi atau iritabilitas


kardiovaskuler, depresi pernafasan, dan kerusakan hati serta ginjal. Penurunan
suhu tubuh akibat suhu diruangan oprasi yang rendah, infus dengan cairan
yang digin inhalisi gas-gas yang dingin, luka terbuka pada tubuh, aktifitas otot
yang menurun, usia yang lanjut, obat-obatan yang digunakan (fasodilator,
anastesi umum ), mengakibatkan penurunan laju metabolisme. Efek anastesi
akan memengaruhi mekanisme regulasi sirkulasi normal sehingga mempunyai
resiko terjadinya penurunan kemampua jantung dalam melakukan stroke
volume efektif yang berimplikasi pada penurunan curah jantung. Efek
interfensi bedah dengan adanya cedera faskuler dan banyaknya jumblah
volume darah yang keluar dari faskuler memberikan adalah penuranan perfusi
periver serta berbahan elektrolik dan metabolisme, karena terjadi mekanisme
konpensasi pengaliran suplay hanya untuk organ fital.

Respon pengaturan posisi bedah terlentang akan menimbulkan


peningkatan resiko cedera peregangan pleksus brakialis, tekanan berlebihan
pada tonjolan-tonjola tulang yang berbeda dibawa (bokong,scapula,
kalkaneus), tekanan pada vena femolaris atau abdomen, dan cedera otot

2
tungkai. Efek intervensi bedah onkologi payudara membuat suatu pintu masuk
kuman (port de entrée). Sehingga menimbulkan masalah resiko infeksi.

Pengkajian intraoperative bedah onkologi secar ringkas mengkaji hal-


hal yang berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya adalah validasi
identitas dan prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan, serta
komfirmasi kelengkapan data penunjang labolatorium dan radiologi.

a. Diagnosis keperawatan intraoperative bedah onkologi payudara yang


lazim adalah sebagai berikut:
1. Risiko cedera berhubungan dengan pengaturan posisi bedah dan
trauma prosedur pembedahan
2. Risiko infeksi berhubungan denga adanya port de entree luka
pembedahan dan penurunan imunitas sekunder efek anestesi.
b. Rencana interfensi
Tujuan utama keperawatan pada jenis pembedahan onkologi
payudara adalah menurunkan resiko cidera, mencegah kontminasi
intraoperative dan optimalisasi hasil pembedahan krikteria yang di
harapkan misalnya: pada saat masuk ruangan pemulihan kondisi ttv
dalam batas normal,tidak terdapat adanya cidera tekanan sekunder dari
pengaturan posisi bedah, dan luka pasca bedah tertutup kasa, rencana
yang di susun dan akan di laksanankan baik pada resiko cidera
maupun resiko infeksi adalah sebagai berikut:
1. Kaji ulang identitas pasien
2. Lakukan persiapan meja bedah dan sarana penunjang
3. Pasang hasil pemeriksaan radiologi atau CT scan pada tempat
lampu pemeriksaan
4. Siapkan alat cadangan dalam kondisi siap pakai
5. Siapkan obat- obatan untuk pemeriksaan anastesi umum.
6. Siapkan sarana scrub
7. Siapkan sarana pendukung pembedahan
8. Siapkan alat- alat intubasi endotrakeal
9. Siapkan obat dan peralatan emergensi
10. Beri dukungan praanestesi
11. Lakukan pemberian induksi anastesi secara intravena

3
12. Lakukan pemasangan kateter urine
13. Bantu ahli anastesi dalam pemasangan selang endotrakeal
14. Lakukan pemasangan manset tekanan darah dan monitor
dasar,oksimetri pada jari,dan pertahankan kelancaran intravena
15. Lakukan pemberian oksigenasi dan pemasangan endotrakeal
16. Lakukan manajement asepsis prabedah
17. Lakukan pengaturan posisi terlentang
18. Lakukan persiapan alat bedah secara scrub
19. Letakan alat insisi pada area bedah
20. Lakukan peran perawat sirkulasi dalam mendukung pembedahan
21. Bantu ahli bedah pada saat di mulainya insi
22. Bantu ahli bedah pada saatmembuka jaringan
23. Optimalisasi peran perawat sirkulasi
24. Bantu ahli bedah pada saat akses bedah untuk pengangkatan
massa pada payudara tercapai.
25. Bantu ahli bedah dalam penutupan jaringan
26. Lakukan penghitungan jumlah kasa dan instrument yang telah di
gunakan
27. Lakukan penutupan luka bedah
28. Jaga jalan nafas dan kontrol kondisi status respirasi
29. Rapikan dan bersihkan instrument
30. Lakukan dokumentasi intraoperasi.

B. Proses Keperawatan Pascaoperatif Bedah Payudara


Di ruang pulih sadar
Asuhan keperawatan pasca bedah payudara di ruang pulih sadar secara
umum sama dengan asuhan kebudanan pasca bedah dengan anastesi umum
lainya. Pengkajian pasca anastesi di lakukan sejak pasien mulai dipindahkan
dari kamar operasi ke ruang pemulihan. Pada saat memindahkan pasien yang
berada dii atas brankar, perawat mengkaji dan melakukan intervensi tentang
kondisi jalan nafas, tingkat kesadaran, status vascular, sirkulasi dan
pendarahan, serta suhu tubuh dan saturasi oksigen. Pengaturan posisi kepala
pada saat pemindahan sangat penting dengan tetap menjaga ketepatan jalan
nafas.
1. Patofisiologi ke masalah keperawatan pascabedah payudara
Pasien pascabedah akan mengalami perubahan fisiologi sebagai efek
dari anestesi dan intervensi bedah. Efek dari anestesi umum akan

4
memberikan respons pada sistem respirasi di mana akan terjadi repons
depresi pernapasan sekunder dari sisa anestesi inhalasi, penurunan
kemampuan terhadap kontrol kepatenan jalan napas dimana kemampuan
memposisikan lidah secara fisiologis masih belum optimal, sehingga
cenderung menutupi jalan napas dan juga penurunan kemampuan untuk
melakukan batuk efektif dan muntah masih belum optimal. Kondisi ini
memberikan manifestasi adanya masalah keperawatan jalan napas tidak
efektif dan resiko tinggi pola napas tidak efektif.
Efek anestesi akan mempengaruhi mekanisme regulasi sirkulasi
normal sehingga mempunyai risiko terjadinya penurunan kemampuan
jantung dalam melakukan stroke volume efektif yang memberikan
implikasi penurunan curah jantung. Efek intervensi bedah dengan adanya
cedera vascular dan banyaknya jumlah volume darah yang keluar dari
vaskuler memberikan dampak terjadinya penurunan perfusi perifer,
perubahan elektrolit dan metabolisme karena terjadi mekanisme
kompensasi pengaliran suplai hanya untuk organ vital. Efek anestesi juga
memmengaruhi pusat pengatur suhu tubuh sehingga kondisi pascabedah
pasien cenderung mengalami hipotermi.
Efek anestesi pada sistem saraf pusat akan memengaruhi penurunan
kontrol kesadaran dan kemampuan dalam orientasi pada lingkungan
sehingga pada pasien yang mulai sadar biasanya gelisah. Kondisi
penurunan reaksi anestetik akan bermanifestasi pada munculnya keluhan
nyeri akibat kerusakan neuromuscular pascabedah sehubungan dengan
ketidakmampuan dan penurunan kemampuan adaptasi normal.
Efek anestesi juga memengaruhi terhambatnya jaras aferan dan eferen
tehadap kontrol miksi, sehingga memberikan implikasi masalah gangguan
pemenuhan eliminasi urine.
Efek anestesi akan menimbulkan penurunan peristaltik usus dan
memberikan implikasi peningkatan resiko paralisis usus dengan distensi
otot-otot abdomen dan timbulnya gejala obtruksi gastrointestinal. Efek
anestesi juga memengaruhi penurunan kemampuan pengosongan
lambung, sehingga cenderung terjadinya refluks esophagus dan makanan
keluar ke kerongkongan yang berindikasi terjadinya aspirasi makanan ke
saluran napas.
Respons pengaturan posisi bedah akan menimbulkan peningkatan
risiko terjadinya tromboembosis, parastesia, dan cedera tekan pada
beberapa penonjolan tulang. Efek intervensi bedah dan meninggalkan

5
adanya kerusakan integritas jaringan dengan adanya luka pascabedah pada
sisi luka bedah. Efek anestesi akan memengaruhi penurunan kontrol otot
dan keseimbangan secara sadar sehingga pasien pascabedah mempunyai
resiko tinggi cedera.
2. Pengkajian focus
Pengkajian pasca operatif di lakukan secara sistematis mulai dari
pengkajian awal,saat penerimaan pasien,pengkajian status respirasi,status
sirkulasi ,status neurologi dan respons nyeri,status integritas kulit dan
status genitourinarius.
a. Pengkajian awal
Pengkajian awal pasca operasi adalah sebagai berikut:
1) Diagnosis medis dari jenis pembedahan yang di lakukan
2) Usia dan kondisi umum pasien,ketepatan jalan nafas,tanda-
tanda vital
3) Anastesi dan medikasi yang di gunakan
4) Segala masalah yang terrjadi di ruang operasi yang
memungkinkan pengaruh perawatan pada saat pasca
operasi
5) Patologi yang dihadapi (jika malignasi, apakah keluarga
sudah di beritahukan).
6) Cairan yang di berikan,kehilangan darah,dan penggantian
7) Segala selang, drain, kateter atau alat bantu pendukung
lainya
8) Informasi spesifik tentang siapa saja ahli bedah atau ahli
anastesi yang akan di beritahu.
b. Status respirasi
1. kontrol pernapasan
a) obat anestesi tertentu dapat menyebabkan depresi
pernapasan. Sehingga, perawat perlu waspada terhadap
adanya pernapasan dangkal dan lamban, serta batuk yang
lemah.
b) perawat mengkaji frekuensi, irama kedalaman ventilasi
pernapasa, kesimetrisan gerakan dinding dada ,bunyi nafas
dan warnamembesaran mukosa.
2. Kepatenan jalan napas
a) Jalan nafas oral airway masih di pasang untuk
mempertahankan ketepatan jalan nafas sampai tercapai

6
pernapasaan yang nyaman dengan kecepatan
normal,apabila fungsi pernapasan sudah normal,perawat
mengajarkan kepada pasien membersihkan jalan nefas
dengn cara meludah.
b) Salah satu ke khawatiran terbesar peraawat adalah obtruksi
jalan napas akibat aspirasi muntah, akumulasi sekresi
mukosa di faring, atau bengkaknya atau spasme faring
c. Status sirkulasi
1) Pasien beresiko mengalami komlikasi kerdiovaskular akaibat
kehilangan darah secara aktual atau resiko dari tempat
pembedahan, efek samping anastesi ketidak seimbangan
elektrolit dan depresi mekanisme regulasi sirkulasi normal.
2) Pengkajian kecepatan denyut dan irama jantung yang terlati
serta pengkajian tekanan darah menunjukan status
kerdiosvaskuler pasien.perawat membandingkan ttv pasien
degan pasca operatif.
d. Status neurologi
1) Perawat mengkaji tingkat kesadaran pasien dengn cara
memanggil namanya dengan suara sedang. Perawat
memperhatikan apakah pasien merespon dengan tepat atau
terlihat bingung dan disorientasi. Apabila pasien tetap tidur dan
tidak merespon, perawat mencoba mengkaji pasien dengan cara
menyentuhnya atau mengerakkan bagian tubuh pasien dengan
lembut, Perawat dapat memeriksa refleks pupil , refleks
muntah, mengkaji genggaman tangan serta pergerakan
ekstrimitas pasien. Kaji tingkat respons sensubilitas dengan
membandingkan peta dermatom untuk menilai kembalinya
fungsi sensasi taktil.
2) Mengkaji respon nyeri. Pengkajian skala nyeri merupakan
metode efektif bagi perawat untuk mengkaji nyeri pascaoperatif
bedah spina, mengevaluasi respons pasien terhadap pemberian

7
analgesic, dan mendokumentasikan beratnya nyeri secara
objektif. Pengkajian skala nyeri praoperatif digunakan sebagai
dasar bagi perawat untuk mengevaluasi efektifitas intervensi
selama pemulihan pasien.
e. Muskuloskletal
Kaji kondisi organ pada arean yang rentang mengalami cidera
posisi pasca bedah.
f. Diagnose keperawatan pascaoperatif
Perawat menentukan status masalah yang di definisikan dari
diagnasis keperawatan pra operatif dan pengelompokan data baru
yang relevan untuk mengidentifikasi diagnosa baru. Berdasarkan
pada data pengkaian diagnosa keperatan dapat mencangkup
beberapa diagnoa berikut:
1) Resiko tinggi pola jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penurunan kontrol pernapasan efek sekunder anestesi.
2) Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
kontrol kepatenan jalan napas ( lidah), penurunan kontrol batuk
efektif dan muntah efek sekunder anestesi, efek depresan dan
medikasi dan egens anestesi.
3) Penurunan perfusi perifer berhubungan dengna depresi
mekanisme regulasi sikulasi normal, perdarahan pascaoperatif
penurunan curah jantung, hipovolemia pengumpulan darah
perifer dan vasokontriksi.
4) Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan lunak bedah
urogenital, kerusakan neuromuskular pascabedah
5) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kerentanan
terhadap invasi bakteri
6) Kontifasi berhubungan dengan penurunan motilitas lambung
dan usus selama periode intraoperatif.

8
7) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan
aktivitas, efek medikasi, dan penurunan masukan cairan.
8) Kecemasan berhubungan dengan diagnosa pasca operatif,
kemungkinan perubahan dalam gaya hidup, perubahan dalam
konsep diri.
3. Evaluasi keperawatan pascaoperatif
Evaluasi yang di harapkan pada pasien pascaoperatif bedah payudara
adalah sebagai berikut:
a. Kembalinya fungsi fisiologi seluruh sistem secara normal
b. Tidak terjadi cidera pada korda
c. Todak terjadi komplikasi pascabedah
d. Dapat beristirahat dan memperoleh rasa nyaman
e. Hilangnya rasa cemas.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan intraoperative pemberian anastesi pada bedah payudara
pada prinsinya sama dengan asuhan keperawatan padasaat pemberian anastesi
secara umum. Pasien yang dilakukan perawatan pembedahan akan melewati
berbagai prosedur. Prosedur pemeberian anastesi pengaturan posisi bedah, dan
manajemen asepsis, dan prosedur bedah payudara.
Asuhan keperawatan pasca bedah payudara di ruang pulih sadar secara
umum sama dengan asuhan kebudanan pasca bedah dengan anastesi umum
lainya. Pengkajian pasca anastesi di lakukan sejak pasien mulai dipindahkan
dari kamar operasi ke ruang pemulihan.

B. Saran
Demikian Makalah ini kami buat, diharapkan pembaca bisa
memahami Bedah Onkologi Payudara. Dan terimakasih atas partisipasi dari
semua pihak yang telah membantu dalam menyusun Makalah ini. selaku
penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan yang kami
lakukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat bagi
kita semua. Aamiin.

10
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif, dan Kumala Sari. 2019. Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep,
Proses, dan Aplikasi. Jakarta: Salembang Medika

11

Anda mungkin juga menyukai