ABORTUS INKOMPLIT
Disusun Oleh :
Rama Asdi 1710070100030
Nike Safitri 1710070100063
Preseptor :
dr. Benny Oktora, Sp.OG
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
akibat adanya syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami abortus
inkomplit dapat mengalami guncangan psikis tidak hanya pada ibu namun juga
pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat menginginkan anak.6
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Kejadian abortus berdasarkan data yang dikumpulkan di rumah sakit pada
umumnya berkisar antara 15-20%. Namun angka kejadian abortus sebenarnya
diperkirakan dapat lebih tinggi lagi di masyarakat. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya kewajiban untuk melaporkan kejadian abortus pada pihak yang
berwenang. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004 diperkirakan
4,2 juta abortus terjadi setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian 1,3 juta
dilakukan di Vietnam dan Singapura, antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia,
antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina, antara 300.000 sampai 900.000 di
Thailand. Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus aborsi
di Indonesia. Ini artinya terdapat 23 kasus aborsi per 100 kelahiran hidup. Laporan
epidemiologis menyatakan bahwa di Amerika Serikat angka kejadian abortus
spontan berkisar antara 10-20% dari kehamilan.10
2.1.3 Etiologi
Pada masa awal kehamilan, ekspulsi spontan dari ovum yang sudah dibuahi
umumnya terjadi akibat terhentinya proses biologis pada embrio atau janin.
Penyebab terhentinya proses biologis tersebut merupakan penyebab abortus pada
kehamilan muda. Hal yang sebaliknya terjadi pada kehamilan lanjut, di mana
pengeluaran bayi lebih banyak diakibatkan oleh faktor lingkungan atau
eksternal sehingga saat dikeluarkan bayi-bayi tersebut masih dalam keadaan
hidup.3
Penyebab abortus dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu penyebabfetal,
3
penyebab maternal dan penyebab paternal. Faktor patologis dari pihak semua
(paternal) ini walaupun berhubungan tetapi pengaruhnya sangat kecil terhadap
kejadian abortus spontan.3
1. Faktor fetal
Faktor fetal yang menyebabkan abortus meliputi perkembangan zigot
abnormal dan kelainan kromosom. Delapan puluh persen kasus abortus spontan
terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu, setengah di antaranya disebabkan oleh
kelainan kromosom. Sembilan puluh lima persen kelainan kromosom padaabortus
spontan disebabkan oleh kegagalan gametogenesis. Abnormalitas dapat dimulai
dari pembelahan meiosis dari gamet, pesan ganda pada saat fertilisasi atau saat
pembelahan dini mitosis. Dari 1000 abortus spontan yang diteliti, ditemukan
setengahnya menunjukkan tidak adanya embrio atau disebut blighted ovum.3
2. Faktor Maternal
Selain cacat kromosom dari pihak ibu, abortus juga dapat terjadi akibat
adanya gangguan kesehatan atau penyakit sistemik pada ibu.
a. Usia ibu
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20
tahun, 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada
usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30
sampai 35 tahun.3
b. Paritas
Risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas ibu, hal ini
berkaitan dengan faktor dari jaringan parut pada uterus akibat kehamilan berulang.
Jaringan parut ini mengakibatkan tidak adekuatnya persedian darah ke plasenta
yang dapat pula berpengaruh pada janin.3
c. Infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma,Rubella,
Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan
abortus spontan berulang. Organisme-organisme yang sering diduga sebagai
4
penyebab antara lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus,
Listeria monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan
abortus spontan berulang masih belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebih
memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannya
diambil dari cairan pada servikal dan endometrial.3
d. Anemia
Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin
karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula kadar oksigen
dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu dan janin
antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi dan
meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi.3
e. Imunitas
Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah
dibelakang ari- ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya
aliran darah dari ari-ari tersebut. Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan
dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain: antibodi
antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi cardiolipin. Adanya penanda ini
meskipun gejala klinis tidak tampak dapat menyebabkan abortus spontan yang
berulang. Inkompatibilitas golongandarah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi
dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan
vasodilatasi danpeningkatan fragilitas kapiler.3
f. Faktor endokrin
o Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20%
kasus.3
o Insufisiensi fase luteal (fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak
cukupnya produksi progesteron).3
o Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium
merupakan faktor kontribusi pada keguguran. Kenaikan insiden abortus bisa
disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetes melitus dan defisisensi
progesteron. Hipotiroidismus tampaknya tidak berkaitan dengan kenaikan
insiden abortus. Pengendalian glukosa yang tidak adekuat dapat menaikkan
5
insiden abortus.3
o Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari
korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden
abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi
hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi
dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.3
g. Kelainan anatomi uterus
Leiomioma uterus, bahkan yang besar dan multipel, biasanya tidak
menyebabkan abortus. Apabila menyebabkan abortus, lokasi leiomioma
tampaknya lebih penting daripada ukurannya. Sinekie uterus disebabkan oleh
destruksi endometrium luas akibat kuretase. Hal ini akhirnya menyebabkan
amenore dan abortus rekuren yang dipercaya disebabkan oleh kurang
memadainya endometrium untuk menunjang implantasi. Serviks inkompeten
ditandai oleh pembukaan serviks tanpa nyeri pada trimester kedua disertai prolaps
dan menggembungnya selaput ketuban pada vagina, diikuti oleh pecahnya
selaput ketuban dan ekspulsi janin imatur.3
h. Trauma fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali dilupakan.
Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan abortus. Namun,
sebagian besar abortus spontan terjadi beberapa waktu setelah kematian mudigah
atau janin.3
i. Faktor nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang
menyatakan bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan
merupakan suatu penyebab abortus yang penting.3
j. Penggunaan obat-obatan
Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan. Peranan penggunaan obat-
obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik harus dicari darianamnesa
seperti tembakau dan alkohol, yang berperan karena jika ada mungkin hal ini
merupakan salah satu yang berperan.3
6
3. Faktor Paternal
Faktor paternal Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah)
dalam terjadinya abortus spontan. Yang jelas, translokasi kromosom pada sperma
dapat menyebabkan abortus. Adenovirus atau virus herpes simpleks ditemukan
pada hamper 40% sampel semen yang diperoleh dari pria steril. Virus terdeteksi
dalam bentuk laten pada 60% sel, dan virus yang sama dijumpai pada abortus.3
2.1.4 Patofisiologi
Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai
komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses
terjadinya berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan
nekrosis jaringan diatasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi
terlepas dari dinding uterus. Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing
terhadap uterus sehingga akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa
waktu.13
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi korialies belum menembus desidua secara mendalam.
Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus
desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin,
disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk.13
2.1.5 Klasifikasi
Hingga saat ini terdapat berbagai klasifikasi abortus, berikut ini akan
disampaikan dua jenis klasifikasi abortus berdasarkan atas terjadinya/legalitas dan
klinis.9
Menurut mekanisme terjadinya, abortus dibagi menjadi 2 yaitu:9
1. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya, tanpa
provokasi dan intervensi.
2. Abortus buatan/ direncanakan adalah abortus yang terjadi karena
7
diprovokasi, yang dibedakan atas:
a. Abortus provokatus terapeutikus, yaitu abortus yang dilakukan atas
indikasi medis dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan ibu dan
atau janin.
b. Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan tanpa
indikasi medis.
Menurut klinis:
1. Abortus Iminens
Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan
tanpa adanya dilatasi servik.
2. Abortus insipiens.
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi sering dan
kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan
dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum.
8
Gambar 2: Abortus insipiens.9
3. Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba
dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum.
Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banya sekali, sehingga
menyebabkan syok dan perdarahan tidak berhenti sebelum sisa hasil konsepsi
dikeluarkan.
4. Abortus komplit
Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah dikerjakan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup dan uterus
sudah banyak mengecil.
9
Gambar 4: Abortus komplit.9
5. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut.
6. Abortus infeksiosus
Abortus yang disertai infeksi pada genitalia. Diagnosis ditegakkan dengan
adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti panas,
takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek,
serta nyeri tekan, dan leukositosis.
7. Missed abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
10
2.1.6 Gambaran Klinis
Gejala klinis pada abortus dapat dilihat pada table berikut :
2.1.7 Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
melalui anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan
kemungkinan diagnosis banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaan
abdomen, inspekulo dan vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus
inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan
penunjang berupa USG akan menunjukkan adanya sisa jaringan.11
Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat
pada kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan
spekulum akan memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan
keluarnya jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual palpasi
untuk menentukan besar dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai
tindakan evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran
sondase uterus juga penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang
sesuai.11
11
2.1.8 Penatalaksanaan
Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa
apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik pembedahan maupun medis. Teknik pembedahan
dapat dilakukan dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase
maupun aspirasi vakum. Induksi abortus dengan tindakan medis menggunakan
preparat antara lain : oksitosin intravenus, larutan hiperosmotik intraamnion
seperti larutan salin 20% atau urea 30%, prostaglandin E2, F2a dan analog
prostaglandin yang dapat berupa injeksi intraamnion, injeksi ekstraokuler, insersi
vagina, injeksi parenteral maupun per oral, antiprogesteron–RU 486 (mefepriston),
atau berbagai kombinasi tindakan tersebut diatas.11
Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan
kuretase sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang
tertinggal terletak secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari
ostium eksterna yang sudah terbuka dengan memakai forsep ovum atau forsep
cincin. Bila plasenta seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal di dalam uterus,
induksi medis ataupun tindakan kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut
diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut. Perdarahan pada abortus
inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang berakibat fatal. Evakuasi
jaringan sisa di dalam uterus untuk menghentikan perdarahan dilakukan dengan
cara:11
1. Evakuasi dapat dilakukan secar digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan berhenti, beri
ergometrin 0,2 mg intramuskular atau misoprostol 400 mcg/oral.
2. Evakuasi hasil konsepsi dengan:
· Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
· Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskular (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400
mcg/oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
12
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi terkait abortus adalah sebagai berikut:15
1. Perdarahan.
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan. Perdarahan
yang berlebihan sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni
uterus, laserasi cervikal, perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga
koagulopati.
2. Perforasi.
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalamposisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus
provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien
biasanya datang dengan syok hemoragik.
3. Syok.
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dan karena infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi
canalis sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh
dengan segera.
4. Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili, streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksiterbatas padsa desidua. Pada
abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium,
tuba, parametrium, dan peritonium.
13
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap
infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus,
Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus,
dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah
Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani.
Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk
gas.
2.1.10 Prognosis
Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi
memberikan prognosis yang baik terhadap ibu.11
14
BAB III
LAPORAN KASUS
Alamat : Pasaman
Tanggal Masuk : 24-Des-2022 (06:00 WIB)
No MR : 573507
3.2 Anamnesa
1. Keluhan Utama
Seorang pasien perempuan usia 30 tahun datang ke IGD Ponek RSAM
Bukittinggi pada tanggal 24 Desember 2022 pukul 06.00 WIB dengan
keluhan keluar darah yang banyak dari kemaluan sejak 3 jam SMRS.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
- Keluar darah yang banyak bergumpal berwarna merah kehitaman dari
kemaluan sejak 3 jam SMRS.
- Keluar jaringan seperti daging (+)
- Nyeri ari-ari yang menjalar kepinggang (+) sejak 5 jam SMRS.
- Keluar jaringan seperti gelembung mata ikan (-)
- Keputihan (-)
- Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan (-)
- Keluar air-air dari kemaluan (-)
- Nyeri ulu hati (-), nyeri kepala (-), pandangan kabur (-)
- Batuk (-), flu (-), demam (-)
- BAB dan BAK dalam batas normal
- Riwayat berhubungan suami istri sebelum terjadinya perdarahan (-)
- Tidak haid sejak ± 3 bulan yang lalu
- HPHT : 15 Oktober 2022 → TP : 22 Juli 2023
- ANC : 2x ke Bidan
15
- Riwayat trauma tidak ada
3. Riwayat Menstruasi
- Menarche : 13 tahun
- Siklus Haid : Teratur
- Panjang Siklus : 28 hari
- Durasi : 7 hari
- Ganti DUK : 2 x/hari
- Nyeri Haid : Ada
4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat diabetes mellitus (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat ginjal (-)
- Riwayat paru (-)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat diabetes mellitus (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat ginjal (-)
- Riwayat paru (-)
6. Riwayat Perkawinan : 1x, tahun 2019
7. Riwayat Kontrasepsi : Tidak ada
8. Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan/Hidup : 2/0/1/1
- 2020/laki-laki/Aterm/PN/2400 gr
- Kehamilan sekarang
16
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,5˚C
Tinggi Badan : 148 cm
Berat Badan : 43 kg
BMI : 19,63 kg/m2
Status Generalisatac
Kepala : Normochepal, rambut hitam tidak mudah
rontok Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Thorak : Paru dan Jantung dalam batas normal
Ekstermitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-)
Status ObstetrikAbdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi :
L1 : Tidak dapat dinilai
L2 : Tidak dapat dinilai
L3 : Tidak dapat dinilai
L4 : Tidak dapat dinilai
TFU : (-)
TBJ : (-)
His : (-)
Genitalia
Pemeriksaan luar : V/U tenang, PPV (+)
Pemeriksaan dalam : Inpekulo ; portio multipara, ostium uteri
externa terbuka, jaringan (+), fluksus (+) tampak daram merah kehitaman
merembes dari kanalis servikalis.
17
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 24 Desember 2022
Imunologi
Urinalisa
Pemeriksaan Ultrasonografi
Tampak sisa jaringan ukuran 3,99 cm x 2,39 cm
Kesan : Abortus Inkomplit
3.5 Diagnosis
G2P1A0H1 gravida 10-11 minggu + Abortus Inkomplit
18
3.6 Penatalaksanaan
Medikamentosa:
IVFD RL 20tpm drip oksitosin:metergin 1:1 amp
Inj. Cefriaxon 1 gr (IV)
Cefixime 2 x 200 mg (po)
Paracetamol 3 x 500 mg (po)
Vit C 2 x 1 tab (po)
SF 1 x 1 tab (po)
Rencana Selanjutnya:
Kuretase
Laporan Operasi
Pukul 09:10 WIB dilakukan tindakan Kuretase
Laporan Pembedahan :
- Pasien dibaringkan di atas meja operasi dengan posisi litotomi dan di
lakukan General anestesi
- Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptic
- Dipasang duk steril untuk memperkecil lapangan operasi
- Pengosongan kandung kemih
- Dipasang spekulum bawah dan di pegang oleh asisten
- Dipasang spekulum atas di jepit portio arah jam 11
- Dilakukan sondase untuk melihat arah dan panjang uterus
- Dilakukan pengeluaran konsepsi dengan sendok kuret secara sistematis,dan
dikeluarkan jaringan ± 40 gr dengan darah 80 cc
- Diberikan methyl ergonetrin 1 ampul
- Di kuret sampai kosong biasanya ditandai dengan adanya busa
- Perhatikan tanda perdarahan pada portio
- Spekulum bawah di lepas , dilakukan tindakan aseptic
- Operasi selesai
19
Diagnosa Pra Bedah :
G2P1A0H1 gravid 10-11 migggu + abortus inkomplit
Diagnosa Pasca Bedah :
P1A1H1 post kuretase a/i Abortus inkomplit
20
Follow Up
Tanggal Sabtu, 24 Desember 2022 (2 Jam Post Kuretase)
S
- Keluar darah dari kemaluan (+)
- Nyeri ari-ari menjalar kepinggang (-)
- Pusing (-)
- Mual muntah (-)
- Demam (-)
P
IVFD RL 20tpm
Inj. Cefriaxon 1 gr (IV)
Cefixime 2 x 200 mg (po)
Vit C 2 x 1 tab (po)
SF 1 x 1 tab (po)
Paracetamol 3 x 500 mg (po)
21
Tanggal Minggu, 25 Desember 2022
S
- Nyeri ari-ari menjalar kepinggang (-)
- Keluar darah dari kemaluan (-)
- Pusing (-)
- Mual muntah (-)
- Demam (-)
O
Tampak Sakit Sedang
Kes : CMC
TD : 120/85 mmHg
Nadi : 60 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,6 oC
PPV (-)
A
P1A1H1 post kuretase a/i abortus inkomplit
P
Cefixime 2x200 mg (po)
22
BAB IV
DISKUSI
23
BAB V
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
25
13. Henderson JT, Puri M, Blum M, Harper CC, Rana A, Gurung G. Effectsof
Abortion Legalization in Nepal, 2001-2010.
14. Cobb HK, Knutzen D, Tiu AY. Successive Spontaneous Abortions Caused By
A Whole-arm Translocation Between Chromosome 10 Homologs. Int J Case
Rep Images. 2017;8(2):112-115
15. Anonim. 2015. Kajian Teori Abortus Inkomplit. Badung: Universitas Udayana.
16. Gaufberg F, Abortion Treatened, Available at
http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview.
26