Anda di halaman 1dari 91

EFEK SABUN CUCI WAJAH DAN GEL ALOE VERA TERHADAP

DERAJAT AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA KEDOKTERAN


ANGKATAN 2020 FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana pada Fakultas Kedokteran
Universitas Baiturrahmah

DOLLY HASBI RAHMAN


1710070100036

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Efek Sabun Cuci Wajah Dan Gel Aloe Vera Terhadap Derajat Akne
Vulgaris Pada Mahasiswa Kedokteran Angkatan 2020 Fakultas
Kedokteran Universitas Baiturrahmah

Disusun Oleh,
DOLLY HASBI RAHMAN
1710070100036

Telah disetujui

Padang, 22 Juli 2021

Pembimbing 1 Pembimbing 2

( dr. Ade Teti Vani, M.Biomed ) (dr. Letvi Mona, M.Ked (DV), Sp.DV)

Penguji 1 Penguji 2

( dr. Anita Darmayanti, Sp.An ) (dr. Febianne Eldrian, Sp.A, M.Biomed)

i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,


Nama : Dolly Hasbi Rahman
NIM : 1710070100036
Mahasiswa : Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Baiturrahmah, Padang.
Dengan ini menyatakan bahwa,
1. Karya tulis saya ini berupa skripsi dengan judul “Efek Sabun Cuci Wajah dan
Gel Aloe Vera Terhadap Derajat AV Pada Mahasiswa Kedokteran Angkatan
2020 Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah” adalah asli dan belum
dipublikasi atau diajukan untuk mendapatkan gelar akademik di Universitas
Baiturrahmah maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan orang lain, kecuali pembimbing dan pihak lain sepengetahuan
pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan judul
buku aslinya serta dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Apabila terdapat penyimpangan didalam pernyataan ini, saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karnena karya tulis ini, serta sanksi lain sesuai norma dan hukum yang
berlaku.

Padang,

Yang membuat pernyataan,

Dolly Hasbi Rahman

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas kehendak-Nya maka penelitian dan
penulisan skripsi dengan judul “Efek Sabun Cuci Wajah dan Gel Aloe Vera
Terhadap Derajat AV Pada Mahasiswa Kedokteran Angkatan 2020 Fakultas
Kedokteran Universitas Baiturrahmah”. Penulisan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran di
Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah. Penulis menyadari bahwa sangat sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak sejak penyusunan proposal sampai dengan terselesaikannya laporan
hasil skripsi ini. Bersama ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, MS selaku Rektor Univeritas Baiturrahmah
yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di
Universitas Baiturrahmah.
2. Prof. Dr. dr. Amirmuslim Malik, PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Baiturrahmah yang telah memberikan sarana dan prasarana dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. dr. Ade Teti Vani, M.Biomed selaku dosen pembimbing I yang telah begitu
sabar dalam memberikan waktu, pikiran, tenaga, saran, perhatian serta
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. dr. Letvi Mona, M.Ked (DV), Sp.DV selaku pembimbing II yang telah begitu
sabar dalam memberikan waktu, pikiran, tenaga, saran, perhatian serta
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. dr. Anita Darmayanti, Sp.An selaku dosen penguji I yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran agar
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
6. dr. Febianne Eldrian, Sp.A, M.Biomed selaku dosen penguji II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, perhatian
dan saran agar terselesaikannya penulisan skripsi ini.

iii
7. Teristimewa terima kasih kepada kedua orang tua tercinta ayah Poltak
Suryanto dan ibu Adelina Batubara, Elvi Khairiah sebagai kakak dan Nadila
Rizka sebagai adik, dan seluruh keluarga atas kasih sayang, dorongan moral
dan materil, terutama doa yang selalu meringankan langkah penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis dedikasikan untuk mereka.
8. Terima kasih penulis ucapkan kepada, bang Adan, bang Idal, bang Hafiz,
bang Sutan, Ahdanul Dwi Hernanda, Annissa Reformis, Yohana Fachrizal,
Siti Nuraini Mawaddah, Yoga Pratama, Muhammad Dodi, Setiawan Ade dan
para sahabat yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Serta pihak lain yang mungkin tidak dapat disebutkan satu-persatu atas
bantuan secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan laporan hasil skripsi ini, tentunya masih terdapat kekurangan
dalam penulisan karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis. Oleh karena itu, penulis berharap agar dapat diberikan masukan yang dapat
membangun untuk penulisan ini.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkahnya kepada
kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat serta dapat memberikan bumbangan
pemikiran yang berguna bagi semua pihak.

Padang,

Penulis

iv
ABSTRAK

EFEK SABUN CUCI WAJAH DAN GEL ALOE VERA TERHADAP


DERAJAT AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA KEDOKTERAN
ANGKATAN 2020 FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

Dolly Hasbi Rahman

Latar belakang: Akne vulgaris (AV) adalah penyakit peradangan kronis pada folikel
polisebasea, ditandai dengan adanya lesi polimorfik berupa komedo, papul, pustul,
nodul, dan kista di tempat predileksi. Prinsip penatalaksanaan AV adalah
menurunkan populasi Propionibacterium acnes dan menekan inflamasi.
Membersihkan wajah menggunakan sabun cuci wajah dapat mengangkat kotoran,
debu, minyak, mengangkat kulit mati yang ada dipermukaan kulit wajah, mengurangi
komedo, dan mengusahakan berkurangnya peradangan sehingga dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya AV. Aloe vera merupakan salah satu bahan alam yang dapat
berfungsi sebagai pelembab kulit, penyembuhan luka, antioksidan, antiinflamasi,
anti-aging, dan antiseptik.
Tujuan: Untuk mengetahui efek sabun cuci wajah dan gel aloe vera terhadap derajat
AV pada mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas
Baiturrahmah.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif Pre post test one
group only design dengan rancangan penelitian kohort. Penelitian ini dilakukan pada
Mahasiswa angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah yang
menderita AV berjumlah 10 sampel yang dipilih menggunakan teknik simple random
sampling.
Hasil: Derajat AV sebelum perlakuan paling banyak adalah derajat sedang sebanyak
8 orang (80%). Derajat AV sesudah perlakuan didapatkan derajat sedang sebanyak 5
orang (50%), derajat ringan sebanyak 4 orang (40%), dan tidak terdapat AV sebanyak
1 orang (10%). Hasil uji Wilcoxon menunjukkan terdapat efek sabun cuci wajah dan
gel aloe vera terhadap derajat AV dengan nilai p<0,05.
Kesimpulan: Derajat AV terbanyak sebelum pemberian sabun cuci wajah dan gel
aloe vera adalah derajat sedang. Derajat AV sesudah pemberian sabun cuci wajah dan
gel aloe vera adalah derajat sedang sebanyak 5 orang yang sebelumnya 8 orang,
derajat ringan sebanyak 4 orang yang sebelumnya 2 orang, dan tidak terdapat AV
sebanyak 1 orang. Terdapat efek sabun cuci wajah dan gel aloe vera terhadap derajat
AV.

Kata kunci: akne vulgaris, sabun cuci wajah, gel aloe vera

v
ABSTRACT

EFFECTS OF FACIAL WASH AND ALOE VERA GEL ON THE DEGREE OF


ACNE VULGARIS IN MEDICAL STUDENTS BATCH 2020 OF
BAITURRAHMAH UNIVERSITY

Dolly Hasbi Rahman

Background: Acne vulgaris (AV) is a chronic inflammatory disease of polysebaceous


follicles, characterized by the presence of polymorphic lesions in the form of
comedoes, papules, pustules, nodules, and cysts at predilection sites. The principle of
AV management is to reduce the population of Propionibacterium acnes and
suppress inflammation. Cleansing the face using face wash can remove dirt, dust, oil,
and dead skin on the surface of the face, reduce blackheads, and try to reduce
inflammation to minimize the possibility of AV. Aloe vera is one of the natural
ingredients that has function as skin moisturizer, wound healing, antioxidant, anti-
inflammatory, anti-aging, and antiseptic.

Objective: To determine the effect of face wash and aloe vera gel on the degrees of
AV in medical students batch 2020, Faculty of Medicine, Baiturrahmah University.

Methods: The type of research used is comparative analytic Pre post test one group
only design with a cohort study design. This research was conducted on 10 students
of the 2020 Faculty of Medicine, Baiturrahmah University who suffer from AV, with a
total of 10 samples selected using a simple random sampling technique.

Results: The most AV degrees before treatment were moderate degrees as many as 8
people (80%). The degree of AV after treatment obtained moderate degree of 5
people (50%), mild degree of 4 people (40%), and there was no AV as much as 1
person (10%). The results of the Wilcoxon test showed that there was an effect of face
wash and aloe vera gel on the AV degree with a p value <0.05.

Conclusion: The highest degree of AV before giving face wash and aloe vera gel was
moderate. The degree of AV after giving face wash and aloe vera gel was moderate
degree by 5 people, previously 8 people, mild degree by 4 people who previously
were 2 people, and there was no AV as much as 1 person. There is an effect of face
wash and aloe vera gel on the AV degree.

Keywords: acne vulgaris, face wash, aloe vera

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... i


PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
ABSTRAK................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii
DAFTAR ISTILAH ................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti .......................................................... 5
1.4.2 Manfaat Bagi Bidang Kesehatan .......................................... 5
1.4.3 Manfaat Bagi Mahasiswa dan Masyarakat ........................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6


2.1 Kulit ............................................................................................. 6
2.1.1 Struktur ............................................................................... 6
2.2 Akne Vulgaris .............................................................................. 10
2.2.1 Definisi ............................................................................... 10
2.2.2 Epidemiologi ....................................................................... 10
2.2.3 Etiopatogenesis .................................................................... 10
2.2.4 Faktor Risiko ....................................................................... 13
2.2.5 Gambaran Klinis .................................................................. 15
2.2.6 Gradasi AV ......................................................................... 16
2.2.7 Diagnosis ............................................................................. 17
2.2.8 Diagnosis Banding ............................................................... 17
2.2.9 Tata laksana ......................................................................... 18
2.3 Gel Aloe Vera ............................................................................... 20
2.3.1 Kandungan .......................................................................... 20
2.3.2 Manfaat Aloe Vera Terhadap AV ......................................... 20

BAB III. KERANGKA PENELITIAN .................................................... 22


3.1 Kerangka Teori ............................................................................ 22
3.2 Kerangka Konsep ......................................................................... 23

vii
3.3 Hipotesis. ....................................................................................... 23

BAB IV. METODE PENELITIAN .......................................................... 24


4.1 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 24
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 24
4.2.1 Waktu Penelitian ................................................................. 24
4.2.2 Tempat Penelitian ................................................................ 24
4.3 Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 24
4.4 Populasi dan Sampel .................................................................... 24
4.4.1 Populasi Target .................................................................... 24
4.4.2 Populasi Terjangkau ............................................................ 24
4.4.3 Sampel ................................................................................ 24
4.4.3.1 Kriteria Inklusi ......................................................... 25
4.4.3.2 Kriteria Eksklusi ...................................................... 25
4.5 Cara Sampling ............................................................................... 25
4.6 Besar Sample ............................................................................... 25
4.7 Variabel Penelitian ....................................................................... 26
4.7.1 Variabel Bebas ................................................................... 26
4.7.2 Variabel Terikat .................................................................. 26
4.8 Definisi Operasional ..................................................................... 27
4.9 Cara Pengumpulan Data ............................................................... 27
4.9.1 Bahan .................................................................................. 27
4.9.2 Alat ..................................................................................... 28
4.9.3 Jenis Data ............................................................................ 28
4.9.4 Cara Kerja ........................................................................... 28
4.10 Alur Penelitian ............................................................................ 29
4.11 Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................. 30
4.11.1 Pengolahan Data ............................................................... 30
4.11.2 Analisis Data ..................................................................... 31
4.12 Etika Penelitian ........................................................................... 31

BAB V. HASIL PENELITIAN. .................................................................. 32


5.1 Analisis Univariat. .......................................................................... 32
5.1.1 Derajat AV Sebelum Perlakuan. ........................................... 32
5.1.2 Derajat AV Sesudah Perlakuan. ........................................... 33
5.2 Analisis Bivariat. ............................................................................ 33
5.2.1 Efek Sabun Cuci Wajah dan Gel Aloe Vera Terhadap Derajat
AV Sebelum dan Sesudah Perlakuan. .................................... 33

BAB VI. PEMBAHASAN ........................................................................... 35


6.1 Analisis Univariat ........................................................................... 35
6.1.1 Derajat AV Sebelum Perlakuan ............................................. 35
6.1.2 Derajat AV Sesudah Perlakuan ............................................. 36

viii
6.2 Analisis Bivariat ............................................................................. 37
6.2.1 Efek Sabun Cuci Wajah dan Gel Aloe Vera Terhadap Derajat
AV ........................................................................................ 37

BAB VII. PENUTUP................................................................................... 41


7.1 Kesimpulan .................................................................................... 41
7.2 Saran .............................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 42
LAMPIRAN ................................................................................................ 45

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gradasi AV .................................................................................. 16


Tabel 2.2 Algoritme Tatalaksana AV ........................................................... 19
Tabel 4.1 Definisi Operasional ..................................................................... 27
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Derajat AV Sebelum Perlakuan Pada Mahasiswa
Angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah. .... 32
Tabel 5.2 Distibusi Frekuensi Derajat AV Sesudah Perlakuan Pada Mahasiswa
Angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah ..... 33
Tabel 5.3 Tes Uji Normalitas ........................................................................ 33
Tabel 5.4 Tes Uji Wilcoxon ........................................................................... 34

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 .................................................................................................. 6

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time Schedule ........................................................................... 45


Lampiran 2 Master Table .............................................................................. 46
Lampiran 3 Hasil Olah Data .......................................................................... 47
Lampiran 4 Surat Keterangan Lulus Kajian Etik ........................................... 61
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian .............................................................. 62
Lampiran 6 Biodata Penulis .......................................................................... 77

xii
DAFTAR ISTILAH

AV : Akne Vulgaris

BPO : Benzoyl Peroxide

DNA : Deoxyribonucleic Acid

GBD : Global Burden of Disease

PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia

RNA : Ribonucleic Acid

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Akne vulgaris (AV) adalah penyakit peradangan kronis pada folikel polisebasea,

ditandai dengan adanya lesi polimorfik berupa komedo, papul, pustul, nodul, dan

kista di tempat predileksi. Predileksi AV adalah di muka, leher, bahu, lengan atas,

dada atas dan punggung atas, meskipun AV dapat timbul di daerah lain yang

mengandung kelenjar sebasea misalnya paha dan bokong.1

AV merupakan penyakit kulit yang umum terjadi hampir pada semua orang di

seluruh dunia. Tingkat prevalensi AV di Amerika Serikat ialah 85% pada usia 12-24

tahun.2 AV di Indonesia ditemukan pada sekitar 80% remaja. Insiden AV pada

remaja bervariasi antara 30-60% dengan insiden terbanyak pada usia 14-17 tahun

pada perempuan dan 16-19 tahun pada laki-laki. 3 Data di Poliklinik RSUP Dr. M.

Djamil Padang pada tahun 2013-2015, terdapat 224 kasus baru AV dari 7819 total

kunjungan (2,86%), dengan jumlah pasien terbanyak ditemukan pada usia 15-24

tahun yaitu 171 pasien (76,34%). Kejadian AV berdasarkan jenis kelamin pada

perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah sebanyak 135

pasien (60,27%) sedangkan pada laki-laki sebanyak 89 pasien (39,73%).4

Etiopatogenesis AV terdiri dari empat teori, yaitu hiperproliferasi dari duktus

polisebasea, sekresi sebum yang berlebihan, bakteri Propionibacterium acnes, dan

inflamasi. Mikroorganisme yang berperan selain Propionibacterium acnes adalah

Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale.

Patogenesis mikroorganisme adalah memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas,

1
yang menyebabkan kolonisasi dan memicu peradangan melalui produksi mediator

pro-inflamasi (seperti IL-1, TNF-α, dan lipase lainnya).5

Gambaran klinis AV ditandai dengan lesi klinis yang beragam yang letaknya

terutama berada di wajah, punggung, dada, dan bahu. Lesi dapat berupa komedo

papul, pustul, nodul, dan kista. Semua tipe AV berpotensi meninggalkan sekuele.

Hampir semua lesi AV akan meninggalkan makula eritema yang bersifat sementara

setelah lesi sembuh. AV juga dapat menyebabkan terjadinya skar pada beberapa

individu.6,7

Prinsip tatalaksana AV sesuai dengan empat tahapan patofosiologinya, yaitu

mengurangi hiperproliferasi keratinosit folikular, menurunkan aktivitas kelenjar

sebasea, mengurangi populasi bakteri folikel, utamanya Propionibacterium acnes,

dan memunculkan efek antiinflamasi.8

Kebersihan kulit wajah merupakan hal yang penting dalam menunjang

keberhasilan pembersihan dan perawatan AV. Perilaku perawatan wajah yang dapat

mengurangi kejadian AV salah satunya yaitu dengan membersihkan wajah., sebagai

contoh mencuci wajah. Mencuci wajah yang baik yaitu tiga kali sehari, tidak

diperkenankan mencuci, menggosok, dan mengeringkan wajah dengan berlebihan

karena dapat menyebabkan hilangnya minyak alami secara berlebihan dan iritasi,

merangsang produksi minyak yang berlebihan, dan memperpanjang siklus AV.

Penelitian yang dilakukan oleh Hernowo dkk di SMK Negeri Tanjungsari Lampung

Selatan pada tahun 2020, membuktikan bahwa tingkat kebersihan kulit wajah yang

baik akan menurunkan produksi lemak kulit, mencegah bakteri masuk ke dalam

2
folikel polisebasea, dan berusaha mengurangi peradangan, sehingga mencegah

timbulnya AV.9

Aloe vera merupakan salah satu bahan alam yang dapat berfungsi sebagai

pelembab kulit, penyembuhan luka, antioksidan, antiinflamasi, anti-aging, dan

antiseptik.10 Secara kimiawi, komponen aloe vera 99,5% merupakan air. Total

padatan terlarut hanya 0,49%, lemak 0,06%, karbohidrat 0,043%, protein 0,038%,

vitamin A 4.594 IU, dan vitamin C 3.476 mg. Penelitian Suhaimi pada tahun 2018,

membuktikan bahwa aloe vera konsentrasi 50% memiliki efek anti bacterial terhadap

bakteri Propionibacterium acnes secara in vitro. Hal ini bisa terjadi karena aloe vera

mengandung agen antiseptik yang memliki aksi penghambatan pada jamur, bakteri,

dan virus. Aloe vera juga mampu menghambat dan mengurangi produksi

prostaglandin E2 dari asam arakidonat sehingga dapat meredakan inflamasi. 11

Prevalensi usia pada Mahasiswa Angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah memiliki rata-rata usia 17-19 tahun, dimana pada usia tersebut AV

dapat timbul dengan berbagai bentuk dan gambaran klinis. AV yang timbul pada

mahasiswa biasanya disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor genetik,

faktor hormonal, faktor kondisi kulit, faktor makanan, faktor kosmetik, dan berbagai

faktor lainnya. Perawatan yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa untuk mengatasi

AV biasanya berupa perawatan medikamentosa maupun non-medikamentosa.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Muhammad Silpi tentang Efek gel

aloe vera terhadap AV pada mahasiswa kedokteran angkatan 2019 Fakultas

Kedokteran Universitas Baiturrahmah, membuktikan bahwa terdapat perbedaan

bermakna pada AV sebelum dan sesudah diberikan gel aloe vera.12 Untuk itu peneliti

3
tertarik untuk mengembangkan penelitian sebelumnya tentang gel aloe vera terhadap

AV dengan menambahkan sabun cuci wajah, sehingga penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui efek sabun cuci wajah dan gel aloe vera terhadap derajat AV pada

mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat efek sabun cuci wajah dan gel aloe vera terhadap derajat AV

pada mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek sabun cuci wajah dan gel aloe vera terhadap derajat AV

pada mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi derajat AV pada mahasiswa sebelum

perlakuan.

2. Mengetahui distribusi frekuensi derajat AV pada mahasiswa sesudah

perlakuan.

3. Mengetahui efek sabun cuci wajah dan gel aloe vera terhadap derajat AV.

4
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah penetahuan, pengalaman, serta kemampuan menganalisis suatu

permasalahan dan menerapkan ilmu yang telah di peroleh selama mengikuti

perkuliahan.

1.4.2 Bagi Bidang Kesehatan

Sebagai landasan untuk memberikan informasi bahwa aloe vera mampu

membantu mengatasi masalah kulit berjerawat pada remaja dengan edukasi dan cara

penggunaan yang tepat.

1.4.3 Bagi Mahasiswa dan Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan masyarakat terhadap kandungan

yang ada pada lidah buaya (aloe vera) untuk kesehatan kulit, terutama kulit wajah.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

2.1.1 Struktur

Kulit terdiri dari dua lapisan utama, epidermis dan dermis. Epidermis merupakan

jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis merupakan jaringan

ikat yang cukup padat yang berasal dari mesoderm. Terdapat lapisan jaringan ikat

yang lepas di bawah dermis, yaitu jaringan subkutan, yang sebagian besar tersusun

dari jaringan lemak di beberapa tempat. 13

Gambar 2.1 Lapisan-lapisan dan apendiks kulit. Diagram lapisan kulit memperlihatkan saling hubung
dan lokasi apendiks dermal (folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea). Sumber: Mescher
AL, 2010.

6
1. Epidermis

Epidermis adalah lapisan kulit luar, terdiri dari epitel berlapis gepeng dan

lapisan tanduk. Epidermis hanya tersusun dari jaringan epitel, tanpa

pembuluh darah atau pembuluh limfatik, sehinga semua nutrisi dan oksigen

berasal dari kapiler di dermis.13

Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu; stratum basal, stratum spinosum,

stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum.

a. Stratum basal (lapisan basal, lapisan benih)

Lapisan ini terletak di lapisan paling dalam dan terdiri dari lapisan sel

yang tersusun dalam barisan di atas membran basal dan menempel pada

dermis di bawahnya. Selnya berbentuk kubus atau silindris.

Dibandingkan dengan ukuran sel, intinya lebih besar dan sitoplasma

bersifat basofilik. Pada lapisan ini terlihat gambaran mitotik sel,

proliferasi selnya berfungsi untuk regenerasi epitel. 13

b. Stratum spinosum (lapis taju)

Lapisan ini terdiri dari beberapa lapisan sel poligonal besar dengan

inti berbentuk elips. Sitoplasma berwarna biru. Jika diamati pada

pembesaran objektif 45x, dinding sel saling berdekatan. Pada tahap inilah

desmosom diposisikan dan menghubungkan satu sel ke sel lainnya. 13

c. Stratum granulosum (lapis berbenih)

Lapisan ini terdiri dari 2-4 lapis sel gepeng, yang mengandung

banyak partikel basofilik yang disebut partikel keratohialin, yang diamati

7
dengan mikroskop elektron, merupakan partikel amorf tanpa membran,

tetapi dikelilingi oleh ribosom.13

d. Stratum lusidum (lapis bening)

Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya

dan agak eosinofilik. Tidak ada inti atau organel di dalam sel pada lapisan

ini. Meskipun ada beberapa desmosom, adhesi pada lapisan ini rendah,

sehingga garis celah sering terlihat untuk memisahkan stratum korneum

dari lapisan bawahnya.13

e. Stratum korneum (lapis tanduk)

Lapisan ini terdiri dari lapisan besar sel mati, pipih, dan tidak berinti,

yang sitoplasma digantikan oleh keratin. Sebagian besar sel permukaan

adalah zat keratin yang mengalami dehidrasi bersisik yang terus-menerus

mengelupas.13

2. Dermis

Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara

kedua lapisan tidak tegas, serat diantaranya saling menjalin.

a. Stratum papilaris

Lapisan ini tersusun longgar dan dicirikan dengan adanya papilla

dermal yang jumlahnya bervariasi antara 50-250/mm2. Jumlah terbanyak

dan lebih dalam pada daerah dimana tekanan paling besar, seperti telapak

kaki. Sebagian papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler yang

memberi nutrisi pada epitel di atasnya. Papila lainnya mengandung badan

akhir saraf sensoris yaitu badan Meissner.13

8
b. Stratum retikularis

Lapisan ini lebih tebal dan lebih dalam. Kumpulan kolagen yang

tebal dan sedikit serat elastin membentuk jalinan yang padat dan tidak

teratur. Pada bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di

antaranya terisi jaringan lemak, kelenjar keringat dan sebasea, serta

folikel rambut. Pada kulit wajah dan leher, serat otot skelet menyusupi

jaringan ikat dermis. Otot-otot ini berperan untuk ekspresi wajah. Lapisan

retikuler melekat pada jaringan subkutan/fasia superfisial di bawahnya,

yang merupakan jaringan ikat longgar yang mengandung banyak sel

lemak.13

3. Hipodermis

Lapisan subkutan di bawah dermis retikuler disebut jaringan subkutan. Ini

adalah jaringan ikat longgar dengan serat kolagen yang sebagian besar sejajar

dengan permukaan kulit, beberapa di antaranya menempel pada permukaan

dermis. Di area tertentu, seperti punggung tangan, lapisan ini memungkinkan

kulit untuk bergerak di atas stuktur yang mendasarinya. Di daerah lain, lebih

banyak serat yang masuk ke dermis dan kulit relatif sulit digerakkan. Lemak

subkutan cenderung menumpuk di area tertentu. Tidak ada atau sangat sedikit

lemak yang ditemukan di jaringan subkutan kelopak mata atau penis, tetapi di

perut, paha dan bokong, ketebalan lemaknya biasa 3 cm atau lebih. Lapisan

lemak ini disebut pannikulus adoposus.13

9
2.2. Akne Vulgaris (AV)

2.2.1 Definisi

AV merupakan suatu kondisi inflamasi kronik pada kulit yang disebabkan

peningkatan produksi sebum yang diinduksi oleh hormon androgen, perubahan proses

keratinisasi, inflamasi, dan kolonisasi bakteri pada unit folikel polisebasea di area

seperti wajah, leher, dada, dan punggung oleh Propionibacterium acne.15

2.2.2 Epidemiologi

AV merupakan penyakit kulit yang banyak terjadi dan mengenai hampir 80-

100% populasi. Insiden tertinggi terjadi pada usia remaja laki-laki umur 16-19 tahun

dan perempuan 14-17 tahun. Studi Global Burden of Disease (GBD) menyebutkan

bahwa AV mengenai 85% orang dewasa muda berusia 12-25 tahun. Penelitian di

Jerman menemukan 64% usia 20-29 tahun dan 43% usia 30-39 tahun menderita AV.

Penelitian di India menjelaskan bahwa penyakit ini paling sering menyerang >80%

populasi dunia selama beberapa periode kehidupan dan 85% remaja di Negara maju.

Prevalensi AV di kawasan Asia Tenggara terdapat 40-80% kasus.6 Di Indonesia

sendiri AV ditemukan pada sekitar 80% remaja. Data di Poliklinik RSUP Dr. M.

Djamil Padang selama tahun 2013-2015, terdapat 2,86% kasus baru AV dari total

kunjungan, dengan jumlah pasien terbanyak pada usia 15-24 tahun yaitu 76,34%

pasien.4

2.2.3 Etiopatogenesis

Empat etiopatogenesis yang paling berpengaruh pada timbulnya AV, yaitu:

peningkatan produksi sebum, hiperkornifikasi duktus polisebasea, kolonisasi

mikroflora kulit, terutama Propionibacterium acnes dan proses inflamasi. Urutan

10
yang pasti dari ke-4 patogenesis tersebut dan bagaimana interaksi di antaranya masih

belum jelas.16

1. Peningkatan produksi sebum

Kulit, terutama kelenjar sebasea, adalah tempat terbentuknya hormon

androgen aktif. Hormon androgen mempengaruhi produksi sebum melalui

proliferasi dan diferensiasi sebosit. Hormon androgen berperan dalam

perubahan sebosit dan keratinosit folikel. Perubahan ini mengarah pada

pembentukan mikrokomedo yang akan berkembang menjadi komedo dan lesi

inflamasi.16

2. Hiperproliferasi duktus polisebasea

Dalam keadaan normal, sel keratinosit folikel akan dilepaskan satu

persatu ke dalam lumen dan kemudian di keluarkan dari tubuh. Dalam AV,

keratinosit berkembang biak secara berlebihan, dan sel tidak dilepaskan

sendiri seperti biasa. Perubahan pertama yang terjadi pada folikel polisebasea

adalah perubahan pola keratinisasi pada folikel. Sel stratum korneum

infrainfundibulum menjadi lebih banyak mengandung desmosom,

tonofilamen, butir keratohialin, dan lipid, tetapi mengandung lebih sedikit

butir-butir lamelar, sehinga stratum korneum lebih tebal dan lebih melekat.

Akibatnya terjadi penyumbatan saluran folikular yang akan menyebabkan

timbulnya mikrokomedo, yang merupakan prekursor komedo dan lesi

inflamasi pada AV. Proliferasi keratinosit folikel yang berlebihan

menyebabkan pembentukan lesi primer AV, mikrokomedo, lesi mikroskopis

yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Seiring waktu, folikel akan

11
dipenuhi oleh lipid, bakteri, dan fragmen-fragmen sel. Akhirnya terbentuk lesi

non-inflamasi (open/closed komedo) atau lesi inflamasi, jika

Propionibacterium acnes berkembang biak akan menghasilkan mediator-

mediator inflamasi.16

3. Kolonisasi mikroflora kulit, terutama Propionibacterium acnes

Propionibacterium acnes merupakan mikroorganisme utama yang di

temukan di daerah infrainfundibulum, dan dapat mencapai permukaan kulit

dengan mengikuti aliran sebum. Jumlah Propionibacterium acnes akan

meningkat dengan meningkatnya kandungan trigliserida pada sebum yang

merupakan nutrisi bagi Propionibacterium acnes. Dipercaya bahwa

Propionibacterium acnes mengubah trigliserida menjadi asam lemak bebas

dengan memproduksi kemokin dan lipase, yang berperan penting dalam

menyebabkan peradangan AV. Dinding sel Propionibacterium acnes

mengandung antigen karbohidrat yang dapat merangsang pembentukan

antibodi. Titer antibodi yang tinggi ditemukan pada pasien dengan AV berat.

Antibodi anti-Propionibacterium acnes akan meningkatkan respon inflamasi

melalui aktivasi komplemen, sehingga memicu hipersensitivitas tipe lambat,

produksi lipase, protease, hialuronidase, dan faktor kemotaktik.16

4. Proses inflamasi dan respon imun

Proses inflamasi yang dimediasi oleh imun mungkin melibatkan limfosit

CD4 dan makrofag, yang merangsang angiogenesis kelenjar polisebasea dan

menigkatkan hiperkeratinosis folikuler. Di bawah pengaruh hormon androgen

dan perubahan lipid sebum yang menginduksi sekresi interleukin I terjadi

12
kegagalan diferensiasi keratinosit terminal yang pada akhirnya memicu

pembentukan komedo.16

2.2.4 Faktor Risiko

a. Genetik

AV kemungkinan besar merupakan penyakit genetik dimana pada

penderita terdapat peningkatan respon unit folikel polisebasea terhadap kadar

normal androgen dalam darah. Sebuah penelitian membuktikan bahwa adanya

gen tertentu (CYP17-34C/C homozigot chinese men) dalam sel tubuh

manusia, yang meningkatkan terjadinya AV. 7

b. Faktor hormonal

Lesi AV pada 60-70% menjadi lebih aktif kurang lebih satu minggu

sebelum haid oleh karena hormon progesteron. Estrogen dalam kadar tertentu

dapat menekan pertumbuhan AV karena menurunkan kadar gonadotropin

yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek

menurunkan produksi sebum. Jumlah fisiologis progesteron tidak berpengaruh

pada fungsi kelenjar lemak. Produksi sebum masih ada sepanjang siklus

menstruasi, tetapi terkadang progesteron dapat menyebabkan acne

premenstrual.7

c. Makanan (diet)

Terdapat makanan tertentu yang memperberat AV, makanan tersebut

antara lain adalah makanan tinggi lemak (gorengan, kacang, susu, keju, dan

sejenisnya), makanan tinggi karbohidrat (makanan manis, coklat, dll),

13
alkohol, makanan pedas, dan makanan tinggi yodium (garam). Lemak dalam

makanan dapat mempertinggi kadar komposisi sebum. 7

d. Faktor kosmetik

Kosmetika dapat menyebabkan AV seperti bedak dasar (foundation),

pelembab (moisturizer), krim penahan sinar matahari (sunscreen), dan krim

malam, jika mengandung bahan-bahan komedogenik. Bahan-bahan

komedogenik seperti lanolin, petrolatum, minyak atsiri, dan bahan kimia

murni (asam oleik, butil stearat, lauril alkohol, bahan pewarna (D&C))

biasanya terdapat pada krim-krim wajah. Untuk jenis bedak yang sering

menyebabkan AV adalah bedak padat (compact powder).7

e. Faktor infeksi dan trauma

Peradangan dan infeksi di folikel polisebasea terjadi karena adanya

peningkatan jumlah dan aktivitas flora folikel yang terdiri dari

Propionibacterium acnes, Corynebacterium acnes, Pityrosporum ovale dan

Staphylococcus epidermidis. Bakteri-bakteri ini berperan dalam proses

kemotaksis inflamasi dan pembentukan enzim lipolitik yang mengubah fraksi

lipid sebum. Propionilbacterium acnes berperan dalam iritasi epitel folikel

dan mempermudah terjadinya acne. Selain itu adanya trauma fisik berupa

gesekan maupun tekanan dapat juga merangsang timbulnya AV. Keadaan

tersebut dikenal sebagai faktor mekanika, dimana faktor tersebut dapat berupa

gesekan, tekanan, peregangan, garukan, dan cubitan pada kulit. 7

14
f. Kondisi kulit

Kondisi kulit juga berpengaruh terhadap AV. Ada empat jenis kulit

wajah, yaitu:

a. Kulit normal, ciri-cirinya: tampak segar, sehat, bercahaya, berpori halus,

tidak berjerawat, tidak berpigmen, tidak berkomedo, tidak bernoda,

elastisitas baik.

b. Kulit berminyak, ciri-cirinya: mengkilat, tebal, kasar, berpigmen, berpori

besar.

c. Kulit kering, ciri-cirinya: Pori-pori tidak terlihat, kencang, keriput,

berpigmen.

d. Kulit kombinasi, ciri-cirinya: dahi, hidung, dagu berminyak, sedangkan

pipi normal/kering atau sebaliknya.

Jenis kulit yang berhubungan dengan AV adalah kulit berminyak. Kulit

berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel-sel kulit yang mati

yang tidak dilepaskan dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran kelenjar

sebasea dan dapat menimbulkan AV.7

g. Faktor pekerjaan

Penderita AV juga banyak di temukan pada karyawan-karyawan pabrik

dimana mereka selalu terpajan bahan-bahan kimia seperti oli dan debu-debu

logam. AV ini biasa disebut “Occupational acne”7

2.2.5 Gambaran Klinis

AV mempunyai tempat predileksi di wajah dan leher (99%), punggung (60%),

dada (15%) serta bahu dan lengan atas. Kulit AV cenderung lebih berminyak atau

15
sebore, tetapi tidak semua orang dengan sebore disertai AV. Efloresensi AV berupa :

komedo hitam (terbuka) dan putih (tertutup), papul, pustul, modul, kista, jaringan

parut, perubahan pigmentasi. Komedo terbuka (black head) dan komedo tertutup

(white head) merupakan lesi non-inflamasi. Papul, pustul, nodul, dan kista merupakan

lesi inflamasi.17

2.2.6 Gradasi AV

Gradasi AV merupakan gambaran klinis yang penting bagi dokter untuk

menentukan jenis dan evaluasi hasil terapi. Meskipun terdapat banyak sistem

penilaian derajat AV, namun sampai saat ini belum ada gold standard yang

digunakan secara universal. Terdapat banyak metode yang berbeda dalam

menentukan keparahan AV, berdasarkan derajat, penghitungan lesi atau fotografi,

namun tidak dapat dikerjakan dengan mudah dalam praktek sehari-hari.18

Gradasi AV di Indonesia menggunakan sistem Lehman. Lehmann Grading

System membagi klasifikasi AV berdasarkan ringan, sedang, dan berat dengan

menghitung jumlah total dari komedo, papul/pustul, nodul/kista. 18

Tabel 2.1 Gradasi AV17

Derajat Lesi
Komedo <20, atau lesi inflamasi <15,
Akne ringan
atau total lesi <30.
Komedo 20-100 atau lesi inflamasi 15-
Akne sedang
50, atau total lesi 30-125.
Kista >5 atau komedo <100, atau lesi
Akne berat
inflamasi >50, atau total lesi >125.

16
2.2.7 Diagnosis

Diagnosis klinis AV dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dilakukan selain menanyakan riwayat

penyakit sekarang perlu juga ditanyakan faktor-faktor yang mempengaruhi AV,

seperti riwayat AV pada keluarga, penggunaan kosmetik, pekerjaan, faktor stres,

riwayat penggunaan obat-obatan, riwayat menstruasi, kebiasaan, serta pola makan

atau diet untuk menunjang keberhasilan terapi. Pemeriksaan klinis dapat ditemukan

lesi non-inflamasi, lesi inflamasi dan jaringan parut. Lesi non-inflamasi secara garis

besar dibedakan menjadi komedo terbuka dan tertutup, sedangkan lesi inflamasi dapat

bersifat superficial atau dalam yang meliputi papul, pustul, nodul, dan kista.

Pemeriksaan penunjang khusus berupa eskoleasi komedo dilakukan untuk

membuktikan apakah papul kecil yang ada benar merupakan sebuah komedo, karena

komedo merupakan gejala patognomonik AV. Pemeriksaan penunjang lain berupa

mikrobiologi kulit dan biokimiawi lemak dapat dilakukan untuk tujuan penelitian.19

2.2.8 Diagnosis Banding

Diagnosis banding AV menurut kelompok studi dermatologi kosmetik Indonesia

PERDOSKI, antara lain1 :

1. Erupsi akneiformis

2. Rosasea (Demodex folliculitis)

3. Gram-negative folliculitis

4. Malassezia folliculitis

5. Keratosis pilaris

17
6. Papular sarcoidosis

7. Dermatitis perioral

8. Pseudofolliculitis barbae

9. Tinea facei

10. Siringoma

11. Tricho-epithelioma

12. Cylindroma

2.2.9 Tata laksana

a. Secara umum

Tata laksana umum AV dimulai dengan mencuci wajah minimal tiga kali

sehari, hal ini penting dilakukan dalam menunjang keberhasilan pembersihan

dan perawatan AV.9 Mencuci wajah dapat didukung dengan menggunakan

sabun cuci wajah. Sabun cuci wajah memiliki beragam kandungan, seperti

sulfur, benzoyl peroxide, salicylic acid, sodium sulfacetamide, alpha hydroxyl

acid, dan lauric acid.20 Manfaat sabun cuci wajah terhadap AV tergantung

dari senyawa yang ada di dalam produk sabun cuci wajah itu sendiri. Seperti

benzoyl peroxide, ia bekerja dengan membentuk radikal bebas oksigen dan

asam benzoat untuk mengoksidasi protein. Radikal bebas ini diduga

mengganggu metabolisme bakteri dan kemampuan membuat protein, sehinga

mencegah perkembangan bakteri penyebab AV. Sodium sulfacetamide

merupakan senyawa sulfonamid yang memiliki kemampuan untuk

menghambat perkembangan dari Propionibacterium acnes. Golongan

sulfonamid bekerja sebagai antagonis kompetitif dari para-aminobenzoic acid

18
yang mengganggu sintesis DNA. Sulfur menghambat pertumbuhan bakteri

Propionibacterium acnes pada AV dan berperan dalam keratinolisis, sehingga

menutup pori-pori kulit dan mengurangi kelenjar sebasea. 20,21

b. Secara medikamentosa

Tata laksana AV secara medikamentosa dibagi menurut derajat keparahan

dari AV itu sendiri diikuti dengan terapi pemeliharaan/pencegahan. 17

Tabel 2.2 Algoritme Tata laksana AV17

Pilihan pertama
Ringan Sedang Berat
Komedo Papul/Pustul Papul/Pustul Nodul Nodul/Conglobate
Retinoid Retinodi Antibiotik Antibiotik Isoretinoin oral
topikal topikal + oral + oral +
Antimikroba Retinoid Retinoid
topikal topikal +/- topikal +/-
BPO BPO
Alternatif
Alt. Retinoid Alt. Alt. Isotretinoin Antibiotik oral
tiopikal atau Agenantimik Antibiotik oral atau Alt. dosis tinggi +
Azelaic acid roba topikal oral + Antibiotik Retinoid topikal +
atau asam + Alt. Retinoid oral + Alt. BPO
salisilat Retinoid topikal +/- Retinoid
topikal atau BPO topikal +/-
Azelaic acid BPO/Azelaic
acid
Alternatif untuk perempuan
Anti- Anti- Anti-androgen
androgen androgen oral dosis tinggi +
oral + topikal oral + retinoid topikal
Lihat pilihan Lihat pilihan retinoid/azela retinoid +/- Alt.
pertama pertama ic acid topikal +/- Antimikroba
topikal +/- Antibiotik topikal
antimikroba oral +/- Alt.
topikal antimikroba
Terapi maintenans
Retinoid topikal Retinoid topikal +/- BPO

19
2.3 Gel aloe vera

2.3.1 Kandungan

Gel aloe vera mengandung 99% air, dan sisanya terdiri dari vitamin,

glukomannan, asam amino, lipid, dan sterol. Aloe vera memiliki beberapa senyawa

yang aktif secara biologis, termasuk tannin, fenol, glukosida, dan saponin yang dapat

bertindak sebagai agen antimikroba. Kompleks antrakuinonaloin, barbaloin,

isobarbaloin, athranol, aloemodin, asam sinamat, asam krisopanat, asam glutamat,

asam malat, asam suksinat, asam uronat, asam galakturonat, dan reistanol merupakan

senyawa antimikroba dan mempunyai kandungan antibiotik. Aloe vera juga

mengandung mukopolisakarida, polisakarida, enzim oksidase, amilase, katalase,

lipase, protease, vitamin C, E, B1, B2, B6, niasin, kolin, asam folat dan betakoren

yang berfungsi sebagai antioksidan. 22

2.3.2 Manfaat aloe vera terhadap AV

Manfaat aloe vera terhadap AV salah satunya dapat mengatasi dan mengobati

AV. Ekstrak aloe vera dapat menghambat pertumbuhan Propionibactrium acnes

karena mengandung alkaloid yang dapat menghancurkan asam bakteri (DNA dan

RNA). Tannin berperan sebagai agen antibakteri dengan mengaktifkan adhesin agar

bakteri tidak menempel pada sel inang. Aloe vera juga mengandung flavonoid yang

dapat menyebabkan lisis sel dan menghambat proses pembentukan dinding sel. 23

Kurnonealoin dapat menyebabkan protein bakteri menjadi inaktif dan kehilangan

fungsinya. Saponin dapat menurunkan tegangan lipid, perubahan permeabilitas sel,

dan perubahan fungsi sel. Mekanisme ini menyebabkan pertumbuhan dan

perkembangan bakteri menjadi terhambat. 5

20
Aloe vera juga dapat menghambat jalur siklooksigenase dan menurunkan

produksi prostaglandin E2 oleh asam arakidonat dan mengandung peptidase

bradikinase yang dapat mengurangi pengeluaran bradikinin sehingga mengurangi

proses inflamasi. Kandungan sterol pada aloe vera, termasuk campesterol, β-

sitosterol, dan kolesterol, yang dapat mengurangi nyeri dan peradangan serta

bertindak sebagai analgesik alami. Mukopolisakarida pada aloe vera memiliki fungsi

membantu dalam mengikat kelembaban kulit, serta mengandung asam amino yang

menyebabkan sel-sel kulit yang mengeras menjadi lembab dan berperan sebagai zat

untuk mengencangkan pori-pori kulit serta mengurangi timbulnya.AV.24

21
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori Peningkatan produksi sebum

Faktor risiko :
- Faktor hormonal Hiperproliferasi duktus polisebasea
- Faktor genetik
Etiopatogenesis
- Faktor kosmetik
Kolonisasi bakteri Propionibacterium
- Faktor kondisi kulit
acnes
- Faktor makanan
- Faktor infeksi dan trauma
- Faktor pekerjaan Proses inflamasi dan respon imun
AKNE VULGARIS

Diagnosis : Gradasi Tata laksana


-Anamnesis
-Pem. Fisik : Lesi inflamasi dan Ringan Sedang Berat
Lesi non-inflamasi
- Pem. Penunjang
Medikamentosa
Umum
Keterangan : Topikal Oral
: Diteliti Mencuci wajah
menggunakan sabun
- Retinoid - Antibiotik topikal -Antibiotik
: Mengurangi cuci wajah
- BPO - Alternatif (gel aloe vera) -Isoretinoin
Diagram 3.1 Kerangka teori Mengandung benzoyl - Antimikroba -Anti-androgen
peroxide, sulfur, dan sodium
sulfacetamide

Mengandung Alkaloid, Tannin, Mengandung peptidase


Kurnonealoin, dan Saponin. bradikinase
22
3.2 Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Sabun cuci wajah Derajat AV


dan gel aloe vera

Diagram 3.2 Kerangka konsep

3.3 Hipotesis

Hipotesis Ho : Tidak terdapat efek sabun cuci wajah dan gel aloe vera terhadap

derajat AV pada mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran

Universitas Baiturrahmah.

Hipotesis Ha : Terdapat efek sabun cuci wajah dan gel aloe vera terhadap derajat AV

pada mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah.

23
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup ruang lingkup bidang ilmu farmakologi dan

dermatologi.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus 2020 – Juli 2021.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah.

4.3 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu bentuk analitik komparatif Pre post test one

group only design dengan rancangan penelitian kohort.

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi Target

Mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah.

4.4.2 Populasi Terjangkau

Mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah yang menderita AV.

4.4.3 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi

dan ekslusi.

24
4.4.3.1 Kriteria Inklusi

a. Mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah yang mengalami AV yang telah di diagnosis gradasi AV

oleh dokter umum atau dokter spesialis kulit dan kelamin.

b. Mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah yang berumur 17-19 tahun.

c. Mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah yang bersedia mengikuti prosedur penelitian selama 28 hari.

4.4.3.2 Kriteria Eksklusi

a. Mahasiswa penderita AV yang sedang menjalani terapi AV dari dokter

dan non-dokter.

4.5 Cara Sampling

Cara sampling penelitian ini adalah simple random sampling.

4.6 Besar Sample

Untuk menentukan besar sampel penelitian digunakan rumus sample analitik

komparatif kategorikal berpasangan, yaitu25 :

(𝑍𝛼+𝑍𝛽)2 ƒ
n= (P1 −P2 )²

(1,96+0,84) 2 0,52
n= (0,2)²

(7,84)0,52
n= (0,4)

4,0768
n= 0,4

n = 10,192

25
n ≈ 10

Jadi besar sampel untuk penelitian ini adalah 10 mahasiswa.

Keterangan:

n = besar sampel minimum.

Zα = kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5% sehingga Zα (1,96)

Zβ = kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20% sehingga Zβ (0,84)

P2 = proporsi pajanan pada kelompok kontrol (0,40)12

P1 - P2 = perbedaan proporsi pajanan yang dianggap bermakna antara kasus dengan

kontrol ditetapkan (0,20)

P1 = proporsi pajanan pada kelompok kasus (0,40 + 0,20) = (0,60)

ƒ = P1 (1-P2) + P2 (1-P1) = 0,6 (1-0,4) + 0,4 (1-0,6) = (0,52)

4.7 Variabel Penelitian

4.7.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah sabun cuci wajah dan gel aloe vera.

4.7.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah derajat AV.

26
4.8 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala

1. Gradasi AV Tingkat Pemeriksaan 1. Tidak ada Ordinal


sebelum gradasi AV melalui foto 2. Ringan
perlakuan. sebelum fisik yang 3. Sedang
diberikan
diambil 4. Berat
sabun cuci
wajah dan gel menggunakan
aloe vera. kamera
handphone.
2. Gradasi AV Tingkat Pemeriksaan 1. Tidak ada Ordinal
sesudah gradasi AV melalui foto 2. Ringan
perlakuan. sesudah fisik yang 3. Sedang
diberikan diambil 4. Berat
sabun cuci menggunakan
wajah dan gel kamera
aloe vera. handphone.
Pemeriksaan
dilakukan
pada hari ke-
29 sesudah 28
hari
pemberian
sabun cuci
wajah dan gel
aloe vera.

4.9 Cara Pengumpulan Data

4.9.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Sabun cuci wajah dengan nama Immortal Beauty Facial Wash DS produk dari

PT. Immortal Cosmedika Indonesia.

27
2. Gel aloe vera konsentrasi 99% produk dari PT. Immortal Cosmedika

Indonesia dengan nama produk Immortal Cosmetoceutical Ingredients : Aloe

Barbadensis Leaf Extract, Carbomen Aminomethyl Propanol, Imidazolidinyl

Urea, dan PEG-40 Hydrogenated Castor.

4.9.2 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Kamera handphone.

4.9.3 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari mahasiswa

kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah berupa

pemeriksaan derajat AV dengan mengoleskan gel aloe vera dan sabun cuci wajah

selama 28 hari.

4.9.4 Cara Kerja

1. Melakukan anamnesis dan inspeksi AV pada calon sampel.

2. Didapatkan sampel sesuai dengan kriteria inklusi.

3. Meminta persetujuan sampel untuk mengikuti penelitian.

4. Mengelompokkan sampel sesuai dengan tingkat gradasi AV.

5. Pemberian sabun cuci wajah dan gel aloe vera kepada sampel selama 28 hari.

6. Melakukan observasi pada hari ke-29.

7. Mencatat gradasi AV sesudah perlakuan.

8. Melakukan analisis data untuk menentukan perbedaan gradasi AV sebelum

dan sesudah perlakuan.

28
4.10 Alur Penelitian

Mengurus perizinan
penelitian dari pihak kampus

Persiapan penelitian

Populasi

Simple random sampling

Eksklusi Inklusi

Sampel

Pengukuran derajat AV
sebelum perlakuan

Pemberian sabun cuci wajah


dan gel aloe vera 2 x sehari

Selama 28 hari

Pengukuran derajat AV
sesudah perlakuan

Analisis data

Diagram 4.1 Alur penelitian

29
4.11 Pengolahan Data dan Analisis Data

4.11.1 Pengolahan Data

1. Editing (pemeriksaan data)

Tahap ini, peneliti memeriksa data yang dikumpulkan, baik itu kuisioner

maupun laporan lain untuk melihat kelengkapan pengisian data dan

kesalahan dalam pengisian.

2. Coding (memberikan tanda kode)

Pada tahap ini, peneliti mengkonversikan (menerjemahkan) data yang

dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk

keperluan analisis.

3. Entry (memasukkan data)

Memasukkan data kedalam komputer dengan menggunakan program

statistik yang ada dalam komputer untuk dianalisis.

4. Cleaning

Peneliti mengecek kembali data yang sudah dientry dan melakukan

koreksi bila terdapat kesalahan.

5. Processing

Tahapan kegiatan memproses data agar dapat dianalisis.

6. Tabulating (pembuatan tabel data)

Peneliti mengkelompokkan data berdasarkan kategori yang telah dibuat

pada variabel yang diukur dan dimasukkan kedalam tabel untuk menghitung

nilai total pada data penelitian.

30
4.11.2 Analisis Data

Data diperoleh dari Pre post test one group only design yang diolah

menggunakan SPSS versi 24,0 dari data yang telah didapatkan.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi atau

besarnya proporsi menurut karakteristik yang diteliti berdasarkan:

- Derajat AV sebelum perlakuan

- Derajat AV sesudah perlakuan

b. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk menganalisis efek sabun cuci wajah dan

gel aloe vera terhadap AV dengan mengunakan uji Wilcoxon.

4.12 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti telah memperhatikan prinsip etika

penelitian, yaitu:

1. Persetujuan Etik dari Fakultas Kedokteran Baiturrahmah.

2. Peneliti telah menjunjung tinggi privacy responden.

3. Peneliti melakukan informed consent.

4. Data yang digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Biaya yang diperlukan selama penelitian merupakan tanggung jawab dari

peneliti.

31
BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek sabun cuci wajah dan gel aloe

vera terhadap derajat AV pada mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas

Kedokteran Universitas Baiturrahmah. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak

10 orang mahasiswa dengan menggunakan teknik simple random sampling dan

pengambilan sampel tersebut dilakukan dengan pengundian. Berdasarkan hasil yang

telah didapatkan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Derajat AV Sebelum Perlakuan

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Derajat AV Sebelum Perlakuan Pada Mahasiswa


Kedokteran Angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas
Baiturrahmah

Derajat AV Sebelum Perlakuan F %


Tidak ada 0 0%
Ringan 2 20%
Sedang 8 80%
Berat 0 0%
Jumlah 10 100%

Tabel 5.1 menjelaskan bahwa dari 10 mahasiswa yang menderita AV, derajat AV

sebelum perlakuan paling banyak adalah derajat sedang yaitu 8 orang (80%).

32
5.1.2 Derajat AV Sesudah Perlakuan

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Derajat AV Sesudah Perlakuan Pada Mahasiswa


Kedokteran Angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas
Baiturrahmah

Derajat AV Sesudah Perlakuan F %


Tidak ada 1 10%
Ringan 4 40%
Sedang 5 50%
Berat 0 0%
Jumlah 10 100%

Tabel 5.2 menjelaskan bahwa dari 10 mahasiswa yang menderita AV, derajat AV

sesudah perlakuan didapatkan paling banyak yaitu derajat sedang sebanyak 5 orang

(50%).

5.2 Analisis Bivariat


5.2.1 Efek Sabun Cuci Wajah dan Gel Aloe Vera Terhadap Derajat AV Sebelum
dan Sesudah Perlakuan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan efek sabun cuci wajah dan gel aloe vera

terhadap derajat AV sebelum dan sesudah perlakuan yang sebelumnya dilakukan uji

normalitas menggunakan uji shapiro-wilk diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.3 Tes Uji Normalitas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
derajatPre .482 10 .000 .509 10 .000
derajatPost .305 10 .009 .781 10 .008

33
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam uji normalitas

digunakan uji normalitas Shapiro-Wilk karena jumlah data yang digunakan kecil dari

50. Hasil yang didapatkan dalam uji tersebut menunjukkan sebaran data derajat AV

sebelum dan sesudah perlakuan tersebar tidak normal karena nilai yang didapatkan

<0,05. Hasil distribusi yang tidak normal tersebut selanjutnya dilakukan uji non-

parametrik berpasangan yaitu uji Wilcoxon untuk menentukan apakah terdapat

pengaruh antara kedua variabel yang berpasangan, sebagaimana dijelaskan dalam

tabel berikut:

Tabel 5.4 Tes Uji Wilcoxon

Test Statisticsa
derajatPost –
derajatPre
Z -2.000b
Asymp. Sig. (2-
.046
tailed)

Tabel hasil uji Wilcoxon diatas menunjukkan hasil nilai Asymp. Sig 0,046 yang

menginterpretasikan bahwa terdapat efek sabun cuci wajah dan gel aloe vera terhadap

derajat AV pada Mahasiswa Angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah. Pengambilan kesimpulan tersebut berdasarkan pada hasil uji Wilcoxon

yang mendapatkan hasil nilai signifikan <0,05 dimana hasil tersebut menerima Ha

penelitian.

34
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Analisis Univariat

6.1.1 Derajat AV Sebelum Perlakuan

Hasil penelitian didapatkan derajat AV sebelum perlakuan paling banyak adalah

derajat sedang yaitu sebanyak 80%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Richie pada tahun 2019, yang menyatakan bahwa tingkat keparahan

AV pada mahasiswa didapatkan hasil paling banyak dengan derajat AV sedang yaitu

54%.26 Penelitian yang dilakukan oleh Hadi pada tahun 2016, juga menyebutkan

bahwa tingkat keparahan AV pada mahasiswa yang paling banyak adalah derajat

sedang yaitu 57,6%.27

Usia pada mahasiswa angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah memiliki rata-rata usia 17-19 tahun. AV umumnya terjadi pada usia 12-

15 tahun, dengan puncak tingkat keparahan pada usia 17-21 tahun.28 Hal ini

disebabkan menjelang dewasa tubuh mengalami berbagai penyesuaian fisik, sosial,

dan psikologi yang pada umumnya disebabkan oleh hormon, salah satunya hormon

androgen. Hormon androgen merupakan hormon yang berperan aktif dalam

merangsang tubuh untuk berbagai perubahan dan penyesuaian, kadar hormon

androgen meningkat dan mencapai puncak pada usia 18-20 tahun.29 Kenaikan dari

hormon androgen yang beredar dalam darah dapat menyebabkan hiperplasia dan

hipertrofi dari duktus polisebasea sehingga dapat memicu timbulnya kejadian AV.30

35
6.1.2 Derajat AV Sesudah Perlakuan

Hasil penelitian didapatkan penurunan pada derajat AV sebelum dan sesudah

perlakuan. Penurunan derajat AV dimulai dari derajat sedang yang sebelum perlakuan

sebanyak 8 orang menjadi 5 orang, derajat ringan yang sebelum perlakuan sebanyak 2

orang menjadi 4 orang, dan didapatkan sesudah perlakuan tidak terdapat AV

sebanyak 1 orang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Puspitasari dan Riyanto pada tahun 2016, yang menyatakan bahwa sabun cuci wajah

memiliki kandung yang dapat mengurangi pertumbuhan bakteri Propionibacterium

acnes sehingga jumlah lesi pada AV dapat berkurang. 21 Penelitian yang dilakukan

oleh Silpi M. pada tahun 2019, menyatakan bahwa terdapat penurunan derajat AV

sebelum dan sesudah diberikan gel aloe vera.12

Tata laksana AV terdiri dari tata laksana umum dan tata laksana medikamentosa.

Tata laksana umum AV dimulai dengan mencuci wajah minimal dua kali sehari

menggunakan sabun sesuai dengan tipe AV. Mencuci wajah dapat mengurangi kadar

sebum yang berlebih, meminimalisir peradangan pada AV, mengurangi sumbatan

pada duktus polisebasea, dan mengurang kolonisasi bakteri Propionibacterium

acnes.31 Tata laksana AV secara medikamentosa terdiri dari terapi topikal dan oral.

Terapi topikal AV terdiri dari retinoid topikal, BPO, antimikroba, antibiotik topikal,

dan alternatif. Retinoid topikal efektif menormalkan deskuamasi dan digunakan untuk

lesi komedo serta lesi inflamasi. BPO mempunyai efek sebagai antimikroba,

komedolitik, dan mengurangi terbentuknya asam lemak bebas. Antimikroba topikal

dapat mengurangi bakteri Propionibacterium acnes. Eritromisisn dan klandimisin

merupakan antibiotik oral yang dapat digunakan untuk terapi AV yang bertujuan

36
untuk mengurangi konsentrasi Propionibacterium acnes dan mediator inflamasi. Gel

aloe vera merupakan salah satu terapi alternatif yang dapat digunakan pada AV. Gel

aloe vera mengandung beberapa senyawa yang dapat menghambat perkembangan

bakteri penyebab AV dan dapat meredakan inflamasi. Terapi oral pada AV dapat

diberikan antibiotik sistemik. Antibiotik sistemik diberikan pada pasien yang gagal

atau tidak respon terhadap pemberian terapi topikal, pasien dengan AV luas yang

mengenai permukaan tubuh selain wajah. Antibiotik sistemik pada AV bekerja

sebagai antibakteri, antiinflamasi, dan imunomodulator. Penatalaksanaan AV yang

adekuat dapat menurunkan prevalensi, angka kekambuhan, dan timbulnya komplikasi

AV itu sendiri.32

6.2 Analisis Bivariat

6.2.1 Efek Sabun Cuci Wajah dan Gel Aloe Vera Terhadap Derajat AV

Hasil penelitian didapatkan efek sabun cuci wajah dan gel aloe vera terhadap

derajat AV pada mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran

Universitas Baiturrahmah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Marliana pada tahun 2018, menyebutkan bahwa kandungan yang terdapat

didalam sabun cuci wajah memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Propionibacterium acnes.20 Penelitian yang dilakukan oleh Ali pada tahun

2021, menyebutkan bahwa senyawa pada ekstra aloe vera terbukti secara praklinis

dan klinis memiliki efek anti jerawat. 33

37
Menjaga kebersihan wajah merupakan langkah awal untuk mendukung

perawatan kulit wajah agar terhindar dari faktor penyebab AV. Membersihkan wajah

secara teratur dapat mengangkat kotoran, debu, minyak yang akan mengurangi lemak

kulit serta mencegah bakteri masuk kedalam duktus polisebasea dan mengangkat

kulit mati yang ada di permukaan wajah, mengurangi komedo, dan mengusahakan

berkurangnya peradangan sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya

AV.34

Kandungan yang terdapat pada sabun cuci wajah dapat menghambat

pertumbuhan bakteri penyebab AV, seperti benzoyl peroxide yang bekerja dengan

membentuk radikal bebas yang dipercaya dapat mengganggu metabolisme bakteri

dan kemampuan memproduksi protein, sehingga mencegah pertumbuhan bakteri

penyebab AV. Sodium sulfacetamide memiliki kemampuan untuk menghambat

pertumbuhan Propionibacterium acnes. Sulfur menghambat pertumbuhan

Propionibacterium acnes dan berperan dalam keratinolisis, sehingga menutup pori-

pori kulit dan mengurangi produksi kelenjar sebasea. 20 Triklosan mampu

menghambat pertumbuhan bakteri penyebab AV karena triklosan merupakan agen

antimikroba berspektrum luas dan bertindak sebagai antibakteri. 35

Aloe vera merupakan salah satu bahan alam yang dapat berfungsi sebagai

pelembab kulit, penyembuh luka, antioksidan, antiinflamasi, anti-aging, dan

antiseptik.10 Aloe vera dalam bentuk gel mengandung 99% air, dan sisanya terdiri

dari vitamin, glokomannan, asam amino, lipid, dan sterol. Aloe vera mengandung

berbagai senyawa biologis aktif, termasuk tannin, fenol, glikosida, dan saponin. Aloe

vera juga mengandung mukopolisakarida, polisakarida, enzime oksidase, amilase,

38
katalase, lipase, protease, vitamin C, E, B1, B2, B6, niasin, kolin, asam folat, dan

betakoren. Gel aloe vera juga mengandung senyawa antrakuinonealoin, barbaloin,

isobarbaloin, athranol, aloemodin, asam sinamat, asam krisopanat, asam glutamat,

asam malat, asam suksinat, asam uronat, asam galakturonat, dan reistanol. 22

Kejadian AV tidak terlepas dari terdapatnya bakteri Propionibacterium acnes

dan Staphylococcus aureus yang dapat berkembang pada kulit, jika tidak segera

diobati. Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri dari

golongan gram positif dengan susunan dinding selnya tebal karena mengandung

peptidoglikan yang cukup banyak dan cukup tebal (20–80 nm) dan juga mengandung

asam teikoat dan asam lipoteikoat. Susunan dinding sel bakteri ini hanya

mengandung satu lapis membran plasma, ini yang menyebabkan tekanan osmotiknya

menurun drastis ketika diberikan kompleks antrakurnonealoin yang terkandung

dalam ekstrak aloe vera. Sehingga sel bakteri akan sulit mengontrol proses respirasi

dan transport ion dari luar sel.5

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Suhaimi pada tahun 2018, tentang Uji

Aktivitas Kombinasi Ekstrak Kering Lidah Buaya (Aloe Vera. (L) brum. F.) Dan

Ekstrak Kental Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) Untuk Antibakteri

Penyebab Jerawat, diperoleh hasil aloe vera memiliki aktivitas terhadap bakteri

Propionibacterium acnes secara in vitro dengan konsentrasi 50% menghasilkan efek

mengobati AV. Kandungan gel aloe vera yaitu semua jenis vitamin kecuali vitamin

D, aloin, emodin, gum, dan unsur lain seperti minyak atsiri. 11

39
Aloe vera juga dapat menghambat jalur siklooksigenase, mengurangi produksi

prostaglandin E2 oleh asam arakidonat, dan mengandung peptidase bradikinase yang

dapat mengurangi pelepasan bradikinin sehingga proses inflamasi dapat berkurang.

Kandungan sterol dalam aloe vera dapat mengurangi nyeri dan peradangan serta

bertindak sebagai analgesik alami. Aloe vera mengandung mukopolisakarida yang

memiliki fungsi untuk membantu mengikat kelembaban kulit dan mengandung asam

amino yang berfungsi sebagai pelembab serta bertindak sebagai zat untuk

mengencangkan pori-pori kulit dan mengurangi timbunya AV.24

40
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan

Berdasarkan efek sabun cuci wajah dan gel aloe vera terhadap derajat AV pada

mahasiswa kedokteran angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Derajat AV terbanyak sebelum pemberian sabun cuci wajah dan gel aloe vera

adalah derajat sedang.

2. Derajat AV sesudah pemberian sabun cuci wajah dan gel aloe vera adalah

derajat sedang sebanyak 5 orang yang sebelumnya 8 orang, derajat ringan

sebanyak 4 orang yang sebelumnya 2 orang, dan tidak terdapat AV sebanyak

1 orang.

3. Terdapat efek sabun cuci wajah dan gel aloe vera terhadap derajat AV.

7.2 Saran

1. Bagi mahasiswa yang menderita AV disarankan untuk menjaga kebersihan

wajah dengan cara mencuci wajah yang baik dengan frekuensi 2-3 kali sehari

menggunakan sabun cuci wajah untuk mengurangi terjadinya AV.

2. Bagi mahasiswa yang menderita AV juga dapat mengaplikasikan gel aloe

vera sebagai salah salah satu pengobatan alami dengan pemberian yang

teratur sehingga AV dapat berkurang.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan rancangan penelitian

yang lebih baik dan didiagnosis langsung oleh dokter umum maupun dokter

spesialis kulit dan kelamin tanpa melalui foto.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Wasitaatmadja SM, Arimuko A, Norawati L, Bernadette I, Legiawati L.


Pedoman Tata Laksana Akne di Indonesia. Jakarta: KSDKI IAEM; 2015: 1-9.
2. Zari S, Turkistani A. Acne vulgaris in jeddah medical students: prevalence,
severity, self-report, and treatment practices. Cosmetics, dermatological
sciences and applications. 2017; 7: 67-76.
3. Ni Made Sintia Kristiani, Marlyn G. kapantouw TAP. Hubungan Indeks
Massa Tubuh dan Angka Kejadian Akne Vulgaris pada. 2017; 5: 189-193.
4. Yessy Farina Salim, Satya Wydya Yenny, Sri Lestari. Profil akne vulgaris di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr M Djamil Padang Periode 2013-2015.
Padang : Bagian Dermato-Venereologi / RSUP Dr M Djamil Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas; 2016.
5. Bahar Meiskha, and Hany Yusmaini. "Efek Antimikroba Ekstrak Lidah Buaya
(Aloe vera) Terhadap Isolat Bakteri Penyebab Acne vulgaris Secara
Invitro." Jurnal Profesi Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan 11.2
(2018).
6. Sibero TH, Sirajudin A, Anggraini ID. Prevalensi dan Gambaran
Epidemiologi Akne Vulgaris di Provinsi Lampung. JK Unila. 2019; 3(2): 308-
312.
7. Afriyanti RN. Akne Vulgaris Pada Remaja. Med Fac Lampung Univ 2015; 4:
102–109.
8. Teresa A. Akne Vulgaris Dewasa : Etiologi, Patogenesis dan Tatalaksana
Terkini. Jurnal Kedokteran: Universitas Palangka Raya. 2020; 8(1): 952-964.
9. Wasono Anggoro H, Sani N, Panongsih NR, Shauma M. Hubungan
Kebersihan Wajah Terhadap Kejadian Acne Vulgaris Pada Siswa Kelas X
SMK Negeri Tanjung Sari Lampung Selatan Tahun 2020. Jurnal Medika
Malahayati. 2020; 4(2): 82-86.
10. Aryani R. Uji Efektivitas Krim Pelembab yang Mengandung Gel Daun Lidah
Buaya (Aloe vera Linn.) dan Etil Vitamin C. J Ilm Farm Farmasyifa 2019; 2:
52–61.
11. Suhaimi, Indrawati T, Kumala S. Uji Aktivitas Kombinasi Ekstrak Kering
Lidah Buaya ( Aloe vera . ( L ) brum . f . ) Dan Ekstrak Kental Daun sirih
Merah 9 Piper crocatum riz & pav) Untuk Antibakteri Penyebab Jerawat. J
Ilmu Farm Dan Farm Klin 2018; 15: 12–21.
12. Silpi M. Efek Gel Aloe Vera Terhadap Akne Vulgaris Pada Mahasiswa
Kedokteran Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah.
Skripsi. 2019.

42
13. J.R Kalangi, S. Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik (JBM). 2013;5(3):S12-
20.
14. Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas. New York: McGraw
Hill Medical; 2010.
15. Williams, Hywel C. Garner, Sarah, et al. Acne Vulgaris. Elsevier Journal.
2011.
16. Wasitaatmadja, SM. Akne. Bernadette I, editor. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2018: 1-8.
17. Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Ketujuh. Bernadette I, Wasitaatmadja SM, editor. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI: 2019; 288-292.
18. Wasitaatmadja, SM. Akne. Yenny SW, editor. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2018: 27-42.
19. Wasitaatmadja, SM. Akne. Hindritiani R, editor. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2018: 43-54.
20. Marliana. Efektivitas Beberapa Produk Pembersih Wajah Antiacne Terhadap
Bakteri Penyebab Jerawat Propionibacterium acnes. 2018;5(1): Hal. 31-41.
21. Mejestha R. P, Puguh Riyanto. Pengaruh Pemakaian Sabun Sulfur Terhadap
Jumlah Lesi Akne Vulgaris: Penelitian Klinis Pada Mahasiswi Penderita Akne
Vulgaris Yang Diberi Terapi Standart Tretinoin 0,025% + TSF 15. Jurnal
Kedokteran Diponegoro. 2016;5(4): Hal. 1243-1250.
22. Azirah H. Study Kinematika Gel Lidah Untuk Mengatasi Wajah Berjerawat.
2019; 1–13.
23. Suryati N, Bahar E, Ilmiawati I. Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Aloe vera
Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli Secara In Vitro. J Kesehat Andalas.
2018; 6(3): 518.
24. Nugraha A. Pengaruh Pemberian Aloe vera Pada Pasien Luka Bakar. J Med
Cendikia. 2015; 2(2): 72-81.
25. Dahlan SM. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan Kesehatan. Seri 3 Edisi 2 Cetakan 5. Jakarta: Sagung Seto.
2018.
26. Richie A.F. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tingkat Keparahan Akne
Vulgaris Pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Skripsi
2019.
27. Hadi. NI. Tingkat Gangguan Kualitas Hidup Mahasiswa PSKPD Angkatan
2013-2016 Dengan Acne Vulgaris Di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menggunakan CADI. Program studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.

43
28. Bernadette I, Wasiaatmaja, M.S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7.
Jurnal Medika Malahayati. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2015;4(1): 288-
290.
29. Winarno, F. G., and A. D. Ahnan. "Jerawat yang masih perlu anda
ketahui." PT. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2014.
30. Manarisip K.C, kepel J.B, Rompas S. Hubungan Stres Dengan Kejadian Acne
Vulgaris Pada Mahasiswa Semester V (Lima) Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. E-
journal Keperawatan. 2015;3(1) : 1-6.
31. Dede Chrisna F.H. Hubungan Antara Kebersihan Wajah Dengan Kejadian
Akne Vulgaris Pada Siswa SMA Negeri 3 Klaten. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013.
32. Sibero T.H, I Wayan A.P, Anggraini I. Tatalaksana Terkini Acne Vulgaris.
Jurnal Kedokteran Unila. 2019;3(2) : 313-320.
33. Tarek Ahmed Mohammed Ali. Literature Riview Evaluasi Sedian Ekstrak
Daun Lidah Buaya (Aloe vera (L.)Webb) Sebagai Anti Jerawat Pada Uji Pra
Klinis dan Uji Klinis. Skripsi. 2021.
34. Safitri F.A, Pramuningtyas R, Sigit Prakoeswa F.R. Hubungan Antara
Kecemasan dan Kebersihan Kulit Wajah Dengan Kejadian Akne Vulgaris
Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2017. FK UMS. 2021. Hal : 394-398.
35. Menaldi S.L, Wisesa T.W, Bernadette I, Agustin T, Indriatmi W. Efektivitas
Pencuci Wajah Phisohex Sebagai Terapi Adjuvan Akne Vulgaris Ringan
Dengan Inflamasi. 2013;(40)2 : 64-68.

44
Lampiran 1

TIME SCHEDULE PROPOSAL/SKRIPSI


PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

TIME SCHEDULE PROPOSAL/SKRIPSI

BULAN
NO KEGIATAN
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
PENGESAHAN
1
JUDUL
PEMBUATAN
2
PROPOSAL
3 UJIAN PROPOSAL
REVISI &
4 MELAKUKAN
PENELITIAN
5 UJIAN SKRIPSI
REVISI SKRIPSI &
6 MEMPERBANYAK
SKRPSI

45
Lampiran 2

Master Table

No. No. Sampel Jenis Kelamin Derajat AV Sebelum Derajat AV Sesudah Keterangan
Perlakuan Perlakuan
1 01 Laki-laki Ringan Tidak ada AV

2 02 Laki-laki Sedang Sedang

3 03 Laki-laki Sedang Ringan

4 04 Laki-laki Sedang Sedang

5 05 Laki-laki Sedang Sedang

6 06 Perempuan Sedang Ringan

7 07 Perempuan Sedang Sedang

8 08 Perempuan Sedang Ringan

9 09 Perempuan Ringan Ringan

10 010 Perempuan Sedang Sedang

46
Lampiran 3

Hasil Olah Data

a. Derajat AV Sebelum Perlakuan

Statistics
Derajat AV Sebelum Perlakuan
N Valid 10
Missing 0

Derajat AV Sebelum Perlakuan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 2 20.0 20.0 20.0
Sedang 8 80.0 80.0 100.0
Total 10 100.0 100.0

b. Derajat AV Sesudah Perlakuan

Statistics
Derajat AV Sesudah Perlakuan
N Valid 10
Missing 0

Derajat AV Sesudah Perlakuan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada 1 10.0 10.0 10.0
Ringan 4 40.0 40.0 50.0
Sedang 5 50.0 50.0 100.0
Total 10 100.0 100.0

47
c. Efek Sabun Cuci Wajah dan Gel aloe vera Terhadap Derajat AV Pada
Mahasiswa Angkatan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas
Baiturrahmah.

Explore
Notes
Output Created 25-JUN-2021 18:15:48
Comments
Input Active Dataset DataSet2
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
10
Data File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for
dependent variables are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any dependent
variable or factor used.
Syntax EXAMINE
VARIABLES=derajatPre
derajatPost
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF
NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Resources Processor Time 00:00:01,00
Elapsed Time 00:00:00,98

48
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
derajatPre 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%
derajatPost 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

49
Descriptives
Statistic Std. Error
derajatPre Mean 2.80 .133
95% Confidence Interval Lower Bound 2.50
for Mean Upper Bound 3.10
5% Trimmed Mean 2.83
Median 3.00
Variance .178
Std. Deviation .422
Minimum 2
Maximum 3
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness -1.779 .687
Kurtosis 1.406 1.334
derajatPost Mean 2.40 .221
95% Confidence Interval Lower Bound 1.90
for Mean Upper Bound 2.90
5% Trimmed Mean 2.44
Median 2.50
Variance .489
Std. Deviation .699
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.780 .687
Kurtosis -.146 1.334

50
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
derajatPre .482 10 .000 .509 10 .000
derajatPost .305 10 .009 .781 10 .008
a. Lilliefors Significance Correction

DerajatPre

derajatPre Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

2,00 Extremes (=<2)


8,00 0 . 33333333

Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)

51
52
53
54
DerajatPost

derajatPost Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

1,00 1. 0
,00 1.
4,00 2 . 0000
,00 2.
5,00 3 . 00000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)

55
56
57
NPAR TESTS
/WILCOXON=derajatPre WITH derajatPost (PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.

58
NPar Tests

Notes
Output Created 25-JUN-2021 18:16:09
Comments
Input Active Dataset DataSet2
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
10
Data File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on
all cases with valid data for the
variable(s) used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/WILCOXON=derajatPre WITH
derajatPost (PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,00
Elapsed Time 00:00:00,01
Number of Cases
112347
Alloweda
a. Based on availability of workspace memory.

59
Wilcoxon Signed Ranks Test

Test Statisticsa
derajatPost –
derajatPre
Z -2.000b
Asymp. Sig. (2-
.046
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
derajatPost - derajatPre Negative Ranks 4 2.50 10.00
Positive Ranks 0b .00 .00
c
Ties 6
Total 10
a. derajatPost < derajatPre
b. derajatPost > derajatPre

60
Lampiran 4

Surat Keterangan Lulus Kaji Etik

61
Lampiran 5

Dokumentasi Penelitian

62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
Lampiran 6

Biodata Penulis

A. IDENTITAS DIRI

Nama : Dolly Hasbi Rahman

NPM : 1710070100036

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 25 Oktober 1999

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gajah mada Komp. ITP Blok F4, Padang

No. Hp : 0822-8549-6211

Fakultas/Program Studi : Fakultas Kedokteran / Pendidikan Dokter

Email : dollyhasbi@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

2004 – 2010 : SDN 24 Pekanbaru

2010 – 2013 : SMPN 35 Pekanbaru

2013 – 2016 : SMAN 14 Pekanbaru

2017 – sekarang : Fakultas Kedokteran

Universitas Baiturrahmah, Padang

C. RIWAYAT ORGANISASI

2017 – 2018 : Wakil Koordinator Divisi MIT DPM FK Unbrah

2018 – 2019 : Koordinator Divisi MIT DPM FK Unbrah

2019 – 2020 : Koordinator Divisi MIT DPM FK Unbrah

77

Anda mungkin juga menyukai