Anda di halaman 1dari 80

PENCEGAHAN INFEKSI SILANG PENYAKIT HEPATITIS DI

PRAKTIK DOKTER GIGI: SCOPING REVIEW

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh


Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MOH. FURQON KHOMAINI

1710070110084

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
PENCEGAHAN INFEKSI SILANG PENYAKIT HEPATITIS DI
PRAKTIK DOKTER GIGI: SCOPING REVIEW

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh


Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MOH. FURQON KHOMAINI

1710070110084

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021

ii
Halaman Persetujuan

PENCEGAHAN INFEKSI SILANG PENYAKIT HEPATITIS DI


PRAKTIK DOKTER GIGI: SCOPING REVIEW

Skripsi Ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan


Tim Penguji

Oleh :
MOH. FURQON KHOMAINI
1710070110084

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. drg. Utmi Arma, MDSc Dr. drg. Widyawati, M.Kes., Sp.KG
NIDN. 0024046902 NIDN. 1008037202

iii
Halaman Pernyataan Orisinalitas

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Moh. Furqon Khomaini

NPM : 1710070110084

Judul : Pencegahan Infeksi Silang Penyakit Hepatitis di Praktik Dokter


Gigi: Scoping Review

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
benar karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila
dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Padang, 09 Januari 2021

Yang Membuat Pernyataan

MOH. FURQON KHOMAINI

1710070110084

iv
KATA PENGANTAR

Dengan meyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan Rahmat Hidayah, kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi tentang “Pencegahan Infeksi Silang Penyakit Hepatitis di
Praktik Dokter Gigi: Scoping Review”.

Skripsi ini telah disusun dengan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
terutama ibu Dr. drg. Utmi Arma MDSc dan ibu Dr. drg. Widyawati M.Kes Sp.KG
sebagai dosen pembimbing sehingga dapat memperlancar pembuatan skripsi ini.
Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala
saran dan kritik agar penulis dapat memperbaiki skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Padang, 09 Januari 2021

Penyusun

v
ABSTRAK
Infeksi silang adalah masalah utama di tempat praktik dokter gigi. Dokter gigi
merupakan salah satu profesi yang rawan untuk terjadi infeksi silang, sehingga
dokter gigi butuh proteksi diri yang maksimal dan universal. Dalam menjalankan
profesinya, dokter gigi berkontak secara langsung dengan mikroorganisme dalam
saliva dan darah pasien. Kontaminasi silang terjadi antara pasien-dokter gigi,
pasien-pasien, pasien-perawat, serta lingkungan. Dokter gigi merupakan tenaga
kesehatan yang sangat erat dengan infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran hepatitis, dan
pencegahan infeksi silang hepatitis terhadap dokter gigi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu metode studi pustaka yang dilakukan melalui pencarian
database PubMed, Science Direct, Google Scholar. Hasil dari scoping review ini
memperoleh 18 artikel yang akan direview. Kesimpulan pada scoping review ini
adalah tindakan pencabutan gigi ditemukan sebagai faktor risiko yang signifikan
dalam penularan infeksi HBV dan HCV, dokter gigi yang kurang vaksinasi
hepatitis B berisiko lebih tinggi tertular infeksi HBV, dan dokter gigi yang terluka
oleh benda tajam saat melakukan tindakan perawatan gigi merupakan sarana
penularan infeksi silang, sehingga upaya yang paling efektif dilakukan adalah
melakukan pembelajaran tentang pencegahan infeksi silang saat masa pendidikan
dan dokter gigi harus mendapatkan vaksin hepatitis, kemudian dokter gigi harus
melakukan upaya pencegahan infeksi dengan cara memcuci tangan, memakai baju
pelindung, menggunakan masker, menggunakan handscoon satu kali pakai setiap
pasien, menggunakan kaca pelindung, menggunakan larutan disenfektan,
mempunyai alat sterilisasi.
Kata Kunci : Hepatitis, Pencegahan infeksi silang, Infeksi silang.

vi
ABSTRACT

Cross infection is a major problem in the dentist's office. Dentist is a profession


that is prone to cross infection, so dentists need maximum and universal self-
protection. In carrying out their profession, dentists come into direct contact with
microorganisms in the patient's saliva and blood. Cross-contamination occurs
between the patient-dentist, patients, patient-nurse, and the environment. Dentists
are health workers who are very closely related to infections caused by the
hepatitis virus. The purpose of this study was to determine the spread of hepatitis
and prevention of hepatitis cross infection in dentists. The method used in this
research is the literature study method which is carried out by searching
thedatabase PubMed, Science Direct, Google Scholar. The results of this scoping
review obtained 18 articles to be reviewed. The conclusion of this scoping review
is that tooth extraction was found to be a significant risk factor for the
transmission of HBV and HCV infection, dentists who were not vaccinated
against hepatitis B had a higher risk of contracting HBV infection, and dentists
who were injured by sharp objects during dental treatment were means of
transmission of cross infection, so that the most effective effort to do is to learn
about the prevention of cross infection during the education period and dentists
must get hepatitis vaccine, then dentists must make efforts to prevent infection by
washing hands, wearing protective clothing, wearing masks, using One-time use
handscoon for each patient, uses protective glass, uses disinfectant solution, has a
sterilizer.

Keywords : Prevention, Cross Infection, Hepatitis.

vii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ..................................................................................................i
SAMPUL DALAM ................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................iii
HALAMAN
ORISINALITAS .............................................................................iv
KATA PENGANTAR ...........................................................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................vi
ABSTRACT ..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................4
1.4.1 Manfaat Teoritis......................................................................................4
1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................................................4
BAB 2 METODE PENELITIAN..........................................................................5
2.1 Kriteria Artikel...................................................................................................5
2.1.1 Kriteria Inklusi................................................................................................5
2.2.2 Kriteria Eksklusi..............................................................................................5
2.2 Sumber Informasi...............................................................................................5
2.3 Strategi Pencarian...............................................................................................6
2.4 Proses Seleksi Artikel........................................................................................8
2.5 Ekstraksi Data ................................................................................................9
2.6 Item Data ........................................................................................................9
BAB 3 HASIL ..................................................................................................... 21
3.1 Hasil Seleksi Sumber Bukti ............................................................................
21
3.2 Karakteriksik Sumber Bukti ........................................................................... 23
3.3 Hasil Dari Setiap Sumber Bukti ..................................................................... 24

viii
3.4 Sintesis Hasil .................................................................................................. 33
BAB 4 PEMBAHASAN ..................................................................................... 39
4.1 Penyebaran Hepatitis di Praktik Dokter Gigi………………………...............39

4.2 Cara Infeksi Silang Hepatitis di Praktik Dokter Gigi………………..……….40

4.3 Pencegahan Infeksi Silang Penyakit Hepatitis Terhadap Dokter Gigi……….41

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 44


5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 44
5.2 Saran .............................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................451
LAMPIRAN……………………………………………………………………48

ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Final Keyword Dan Query.......................................................................6
Tabel 2.2 Item Data..................................................................................................9
Tabel 3.1 Karakteristik Sumber
Bukti....................................................................23
Tabel 3.2 Hasil Dari Setiap Sumber Bukti.............................................................24
Tabel 3.4 Penyebaran Hepatitis di Praktik Dokter
Gigi………………………......33

Tabel 3.5 Cara Infeksi Silang Hepatitis di Praktik Dokter


Gigi………………….34

Tabel 3.6 Pencegahan Infeksi Silang Penyakit Hepatitis Terhadap Dokter


Gigi….35

x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Strategi Pencarian................................................................................7
Gambar 2.2 Proses Seleksi Artikel..........................................................................8
Gambar 3.1 Hasil Seleksi Sumber Bukti................................................................21

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penyakit hepatitis merupakan kondisi kelainan berupa peradangan

pada organ hati manusia yang disebabkan oleh banyak hal, antara lain

infeksi virus, gangguan metabolisme, obat-obatan, alkohol, maupun

parasit. Penyakit hepatitis ada beberapa macam yaitu hepatitis A dan

E (menular melalui makanan, minuman dan summer air yang

tercemar virus hepatitis A dan E) sehingga diperlukan sanitasi

lingkungan yang bersih, hepatitis B dan D menular melalui kontak

cairan tubuh manusia yang bersentuhan, hepatitis C dan D identik

dengan penularan melalui transfusi darah (Sari, 2010) Hepatitis juga

diistilahkan sebagai untuk kondisi semua jenis peradangan pada sel-

sel hati, yang biasanya disebabkan beberapa infeksi (virus, bakteri dan

parasit), obat-obatan, konsumsi alcohol, lemak yang berlebih akibat

penyakit autoimun (Kemenkes, 2014).

Negara wilayah Asia-Pasifik adalah rumah bagi lebih dari

setengah populasi secara global dan lebih kurang 62,6% mengalami

kematian global akibat penyakit hepatitis pada tahun 2015. 54,3%

kematian global akibat sirosis, 72,7% kematian global karena

karsinoma hepatoseluler, dan lebih dari dua pertiga secara global

penyakit hepatitis virus akut pada tahun 2015 (Karin, 2020). Di

Indonesia, informasi tentang prevalensi HBV dan HCV masih kurang


untuk masyarakat umum karena beberapa faktor, antara lain (1) sistem

surveilans penyakit yang tidak memadai, dengan kemungkinan tinggi

tidak dilaporkannya infeksi akut dan kronis; (2) Hambatan geografis

untuk keberhasilan pengumpulan data pada populasi sekitar


3

250 juta orang yang tersebar di lebih dari 17.000 fasilitas

pengujian terbatas untuk mendeteksi HBV atau HCV kronis, yang

menyebabkan sebagian besar orang tetap tidak terdiagnosis. Tingkat

prevalensi antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) di antara populasi

sehat di beberapa pulau adalah 4 hingga 20,3%, mengkategorikan

Indonesia sebagai negara dengan endemisitas hepatitis B menengah

hingga tinggi. Prevalensi HBsAg berkisar antara 37 dan 76% pada

pasien. dengan sirosis hati, dan 37 sampai 68% pada pasien dengan

kanker hati. Data tentang hepatitis C juga terbatas. Salah satu dari

sedikit data yang dihasilkan dari studi tentang donor darah pada tahun

1998 menunjukkan prevalensi anti-HCV 1,5% di Jawa dan 1,0% di

luar Jawa (Muljono, 2017)

Infeksi silang adalah masalah utama di tempat praktik dokter

gigi. Dokter gigi merupakan salah satu profesi yang rawan untuk

terjadi infeksi silang, sehingga dokter gigi butuh proteksi diri yang

maksimal dan universal. Dalam menjalankan profesinya, dokter gigi

berkontak secara langsung dengan mikroorganisme dalam saliva dan

darah pasien. Kontaminasi silang terjadi antara pasien-dokter gigi,

pasien-pasien, pasien-perawat, serta lingkungan (Siampa and Samad,

2012). Jalur utama terjadinya penularan penyakit infeksi dalam bidang

kedokteran gigi yaitu melalui kulit atau mukosa yang terluka oleh

benda tajam atau jarum suntik. Umumnya infeksi tersebut disebabkan

oleh mikroorganisme patogen yang terdapat pada darah, saliva, dan

plak gigi. Dokter gigi merupakan tenaga kesehatan yang sangat erat
4

dengan infeksi yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme

termasuk Mycobacterium tuberculosis, virus hepatitis B dan hepatitis

C (masing-masing HBV dan HCV), streptokokus, stafilokokus, virus

herpes simpleks tipe 1, HIV, influenza, dan rubella (Dahiya, 2015).

Pada peneltian yang dilakukan oleh Moodley, (2018),

menjelaskan tentang beberapa dokter gigi di Belgia sekitar 9 %

melaporkan terkait dengan infeksi silang di praktik gigi. Di UEA,

74,6% dokter gigi dilindungi dengan vaksinasi Hepatitis B dan 76,1%

dari penyakit influenza. Bagian yang selalu berhubungan dengan

bidang operasi yang kecil, pergerakan pasien, dan variasi instrumen

tajam yang digunakan setiap hari lebih besar dalam praktik gigi dan

lingkungan layanan kesehatan lainnya. Hal ini membuat bagian

pelayanan bagian gigi sering terpapar terpapar virus HIV, Hepatitis B

dan Hepatitis C.

Menurut American Dental Association (2011), pencegahan

infeksi silang dengan metode pencegahan universal yang mengacu

pada kontrol infeksi pada semua darah manusia dan saliva.

Pencegahan universal adalah prosedur kontrol infeksi dan proteksi

dokter gigi yang diterapkan pada semua pasien. American Dental

Association dan Centers for Disease Control mempublikasikan

tindakan untuk mencegah penularan infeksi penyakit menular

termasuk tuberkulosis, AIDS, dan hepatitis yang tujuannya yaitu

untuk menurunkan prevalensi dengan pencegahan, memutuskan


5

rantai penularan dan penemuan penyakit secara dini. Tindakan

tersebut antara lain pengembangan dan penerapan suatu program

pengendalian infeksi yang menyeluruh, penggunaan pakaian

pelindung dan pencegahan standart oleh petugas, penggunaan teknik

aseptik oleh petugas, imunisasi vaksin virus hepatitis pada

petugas perawatan gigi yang rentan, dekontaminasi sumber

lingkungan, serta pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi instrumen

secara tepat.

Dari hasil pembahasan yang terkait infeksi silang pada praktik

dokter gigi maka peneliti ingin melakukan pengkajian lebih dalam

tentang permasalahan infeksi silang yang terjadi tentang pencegahan

infeksi silang penyakit hepatitis di praktik dokter gigi: scoping

review.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai

berikut :

1. Bagaimana penyebaran hepatitis dipraktik dokter gigi ?

2. Bagaimana cara infeksi silang hepatitis di praktik dokter gigi ?

3. Bagaimana pencegahan infeksi silang penyakit hepatitis terhadap dokter

gigi?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mampu mengetahui dan menjelaskan tentang penyebaran hepatitis di praktik

dokter gigi.

2. Mampu mengetahui dan menjelaskan cara infeksi silang hepatitis di praktik


6

dokter gigi

3. Mampu mengetahui dan menjelaskan pencegahan infeksi silang penyakit

hepatitis terhadap dokter gigi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memperkaya

wawasan tentang pencegahan infeksi silang penyakit hepatitis di praktik

dokter gigi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran

terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan pencegahan infeksi

silang penyakit hepatitis di praktik dokter gigi.


BAB 2

METODE PENELITIAN

2.1 Kriteria Artikel


Untuk menemukan literatur yang relevan harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :

2.1.1 Kriteria Inklusi

1) Artikel berbahasa Inggris

2) Artikel berbahasa Indonesia

3) Artikel full-text yang dapat terakses

4) Artikel dengan tahun publikasi 2011-2020

2.1.2 Kriteria Eksklusi

1) Artikel yang tidak berkaitan dengan topik pembahasan

2) Artikel yang tidak tersedia full text

3) Skripsi

2.2 Sumber Informasi

1. BIBLIOGRAPHIC SEARCHING: Pencarian melalui database


elektronik
PubMed, science direct, dan Google Scholar.
8

2.3 Strategi Pencarian

Strategi pencarian yang dilakukan sesuai dengan database yang digunakan

untuk mengidentifikasi artikel yang relevan dengan menggunakan kata kunci

agar dapat dilakukan pengulangan pada penelitian berikutnya dikemudian hari.

Jurnal tersebut mengalami penyeleksian berdasarkan kriteria eksklusi dan

inklusi.

2.1 Keywords & Query

Databased Keywords & Query

PubMed Keywords: “Prevention”, “Cross Infection”, “Hepatitis”,


“Dentistry”.
Query: (((prevention) AND (cross infection)) AND (hepatitis))
AND (dentistry)
Science Direct Keywords: “Prevention”, “Cross Infection”, “Hepatitis”,
“Dentistry”.
Query: (((prevention) AND (cross infection)) AND (hepatitis))
AND (dentistry)

Google Scholar Keywords: “Pencegahan”, “Infeksi silang”, “Kedokteran Gigi”.


Query: pencegahan dan infeksi silang dan hepatitis dan kedokter
an gigi
9

Kata Kunci Awal

PubMed Science Direct Google Scholar


N = 3.649.011 N = 3.047.400
n=
N = 2.004.240 n=

Hasil Pencarian N=
8.700.651

n=

Kata Kunci Akhir

Database:
PubMed = 165
science direct = 1.111
Google Scholar. = 743

Hasil pencarian
N = 2.019

Gambar 2.1 Diagram Strategi Pencarian


10

2.4 Proses Seleksi Artikel

Pada tahap ini peneliti melakukan pemilihan terhadap literatur


yang diperoleh dari database berdasarkan kata kunci yang telah
ditetapkan (Widiasih dkk, 2020).
Proses seleksi (scrining dan penentuan artikel yang masuk dalam
review). Skrining dari abstrak dan judul dari aspek relevansi. Data
disaring berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi yang telah di tentukan
(Rahayu dkk, 2020).
Total artikel dari
database
{n= } Makalah yang dipublikasi
sebelum tahun 2011
{n=}

Total artikel
{n=}
Artikel ganda
{n=}
Setelah pembuangan artikel ganda
{n=}

Artikel yang tidak sesuai kriteria


{n=}
Artikel dengan full text - Tidak berbentuk full text
{n=} - Tidak membahas tentang
pencegahan infeksi silang
penyakit hepatitis di
praktik dokter gigi
- Skripsi

Artikel dikeluarkan setelah review full


text
Artikel yang relevan {n=}
{n=}
11

2.5 Ekstraksi Data


Ektraksi data artikel dengan memasukkan beberapa variabel, seperti
penulis, tahun terbit, judul artikel, metode penelitian, tipe sumber artikel (original
paper atau grey literature), dan kesimpulan penelitian, yang akan dirangkum
dengan tabel. Data-data dari artikel yang memenuhi kriteria akan dilakukan
ekstraksi oleh penulis.

2.6 Item Data


Item data adalah daftar dan definisi variabel penelitian yang datanya
diambil dari setiap artikel yang di review. Item data berisi nama penulis, tahun
terbit, judul artikel, metode penelitian, tujuan penelitian, tipe sumber artikel, dan
kesimpulan penelitian.

Artikel 1

Penulis Jihad Dagher, Charles Sfeir, Ahmad Abdallah, Zeina


Majzoub

Tahun terbit 2017

Judul artikel Infection Control Measures in Private Dental Clinics in


Lebanon

Metode penelitian Deskriptif

Tujuan penelitian The aim of this study was to investigate knowledge,


attitudes, and practices related to infection control
measures in a private dental clinic in Lebanon.

Tipe sumber Original paper


artikel

Kesimpulan In conclusion, the results of this study draw on


inappropriate knowledge, attitudes, and practices relative
to controls in the Lebanese private dental sector. Although
the adoption of selective standard precautions is highly
practiced, it remains poor overall. Further research should
be designed to identify reasons for poor control and
barriers to recent renewal of CDC infection in general in
Lebanon.

Artikel 2
12

Penulis Sarwo Edy, Rasmidar Samad

Tahun terbit 2014

Judul artikel Upaya Pencegahan Terhadap Bahaya Infeksi Silang Saat


Melakukan Perawatan Oleh Dokter Gigi Di Makassar

Metode Deskriptif
penelitian

Tujuan penelitian Penelitian ini ingin mengetahui upaya dokter gigi di Kota
Makassar dalam pencegahan terhadap bahaya infeksi silang
di tempat praktik

Tipe sumber Original paper


artikel

Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa dokter gigi kota Makassar yang


telah mengupayakan pencegahan bahaya infeksi silang
sebanyak 98% dan telah me- menuhi standar dalam
melakukan perawatan di tempat praktiknya. Dokter gigi di
kota Makassar sebaiknya lebih memperliverkan upayanya
dalam mencegah bahaya infeksi silang saat melakukan
perawatan di tempat praktiknya, serta bekerja sama dengan
organisasi profesi setempat dalam melaku- kan sosialisasi
pencegahan terhadap bahaya infeksi silang.

Artikel 3

Penulis Febrianty Alexes Siampa, Rasmidar Samad

Tahun terbit 2012

Judul artikel Penerapan Proteksi Dokter Gigi sebagai Upaya


Pencegahan terhadap Infeksi Silang : Penelitian di Kota
Makassar

Metode penelitian Deskriptif

Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proteksi diri yang
dilakukan oleh dokter gigi.

Tipe sumber Original paper


artikel

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kota


Makassar, disimpulkan bahwa persentase pencapaian
penerapan prinsip proteksi diri di kalangan dokter gigi
terhadap bahaya infeksi silang adalah 51- 75%, sebanyak
71 responden. Sedangkan persentase 76-100% yang
13

menerapkan prinsip proteksi diri terhadap bahaya infeksi


silang di kalangan dokter gigi hanya ada 2 responden.

Artikel 4

Penulis Jing Su, Xiao-Hong Deng, Zheng Sun

Tahun terbit 2012

Judul artikel A 10-year survey of compliance with recommended


procedures for infection control by dentists in Beijing

Metode penelitian Deskriptif

Tujuan penelitian This study aimed to measure changes in management


(IC) management by dentists in Beijing between 2000
and 2010.

Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan Although compliance with recommended IC practices by


dentists in Beijing improved between 2000 and 2010, not
all dentists are properly familiar with IC procedures.
Education in IC in dental schools and in continuing
training in hospitals, and mandatory regulations are
needed to improve IC practices in dental health care
settings.

Artikel 5

Penulis Suliman M. Al Humayed

Tahun terbit 2016

Judul artikel The risk of acquiring hepatitis B and C viral infections


following tooth extraction in Al Farsha area, south-
western Saudi Arabia

Metode penelitian Deskriptif

Tujuan penelitian The aim of this study was to study tooth extraction as a
potential risk factor for the seroprevalence of HBV and
HCV infection and other associated risk factors in the Al
Farsha area (a low deficiency area), southwest Saudi
Arabia.

Tipe sumber artikel Original paper


14

Kesimpulan The findings from Al-Farsha call for an urgent


intervention both from the ministry of health to target
remote and isolated localities in the southern region of
the Kingdom to introduce effective health education
campaign and catch-up vaccination against HBV
infection. Dental health care providers in such localities
must strictly adhere to the infection control measures and
guidelines. More intensive and varying infection-control
education programs tailored to the need of the local
health force should be promptly provided. Furthermore,
curricula of the local dental colleges must be reviewed
and to introduce, at an early stage, infection control
preventive measures in order to interrupt the transmission
of blood-borne infections in general.

Artikel 6

Penulis Jacqueline Kimiko Matsuda, Renato Satovschi


Grinbaum, Harry Davidowicz, Francisco Morato de
Oliveira

Tahun terbit 2011

Judul artikel The assessment of infection control in dental practices in


the municipality of São Paulo

Metode penelitian Deskriptif

Tujuan penelitian The aim of this study was to evaluate infection control
measures actually implemented by dental surgeons
during dental practice, because patients and professionals
are exposed to high biological risks in the dental care
environment.

Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan Infection control measures reported by dental surgeons


during their practices are defi cient. It is necessary to
educate, raise awareness of professionals, and promote
constant updating courses on procedures which aim at
improving safety of dental care.

Artikel 7

Penulis R. Sudhakara Reddy, L. A. Swapna, T. Ramesh, K.


Pradeep.
15

Tahun terbit 2011

Judul artikel Knowledge, attitude and practice on hepatitis B


prevention among dental professionals in India

Metode penelitian A cross sectional survey conducted among 540 dental


health care workers in a dental college and private
practitioners in and around Bhimavarm, India. A self-
assessment questionnaire with queries on levels, namely
knowledge and practices, and protective measures to
prevent transmission of hepatitis B was recorded and
statistically analyzed.

Tujuan penelitian To obtain comprehensive information about the


knowledge, attitude and practices towards hepatitis B
infection by dental health care professionals, and their
effort to prevent the transmission among the patients

Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan The results showed that the dental professionals had


good knowledge and attitude regarding hepatitis B and
its transmission, but that the infection control measures
among the health care professionals are moderately poor
and an educational program on isolation precautions can
further enhance these levels and thereby, reducing the
risk of infection transmission .

Artikel 8

Penulis Iwan Dewanto , Medi Septario

Tahun terbit 2012

Judul artikel Gambaran pelaksanaan kontrol infeksi pada praktik


dokter gigi di kota Yogyakarta

Metode penelitian Observational techniques using check list was applied to


assess the implementation of infection control.

Tujuan penelitian This study aimed to describe the implementation of


infection control in dental practices in the Yogyakarta city
in the availability and utilization of facilities and
infrastructure.

Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan Results showed existing deficiencies of control infection


in the components of equipment, dentist, and room. it Can
16

be concluded that the implementation of infection con-


trol in the Yogyakarta city has not gone well, it is Source
of concern as the possibility of infectious disease
transmission in dental clinic occured. this because the
level of awareness is still lacking and the dentist Thinks
will impact the length of the culture is still neglected.

Artikel 9

Penulis H Khalil

Tahun terbit 2015

Judul artikel Willingness of Saudi dental professionals to treat


Hepatitis B virus-infected patients

Metode penelitian This cross-sectional survey was carried out by distributing


300 questionnaires to Saudi dentists working in 40
government and private dental centers in Riyadh, Saudi
Arabia. The questionnaire included questions related to
age, sex, vaccination against HBV, screening for HBV
antibody levels, willingness to treat hepatitis B infected
patients, and the reasons behind any refusal. A t-test was
used to compare the results and a P < 0.05 was considered
significant.

Tujuan penelitian The aim of this study was to investigate the willingness of
Saudi dental professionals to treat hepatitis B virus
infected patients.
Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan High percentages of Saudi dentists are unwilling to treat


HBV-infected patients due to their apprehension about
risk of cross infection. Many of the Saudi dentists do not
screen for HBV antibody levels. All vaccinated dentists
should carefully monitor their antibody levels to evaluate
the need for booster doses. There is a need for educational
programs to change the attitude of dentists toward treating
HBV-infected patients. The strict adoption of cross
infection preventive protocols by dentists will reduce the
risk of transmitting infectious diseases in dental clinics as
identification of blood-borne infections is not always
possible.

Artikel 10

Penulis Balendra Pratap Singh, Suleman A. Khan, Neeraj


Agrawal, Ramashanker Siddharth1 and
17

Lakshya Kumar

Tahun terbit 2012

Judul artikel Current biomedical waste management practices and


cross-infection control procedures of dentists in India

Metode penelitian A national survey was conducted. Selfadministered


questionnaires were sent to 800 dentists across India

Tujuan penelitian To investigate the knowledge, attitudes and behaviour of


dentists working in dental clinics and dental hospitals
regarding biomedical waste management and cross-
infection control

Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan Dentists should undergo continuing education


programmes
on biomedical waste management and infection control
guidelines. Greater cooperation between dental clinics
and hospitals and pollution control boards is needed to
ensure the proper handling and disposal of biomedical
waste.

Artikel 11

Penulis Meilan M. Suleh, Vonny N.S. Wowor, Christy N.


Mintjelungan
Tahun terbit 2015

Judul artikel Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Silang Pada


Tindakan Ekstraksi Gigi Di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut
Pspdg Fk Unsrat

Metode penelitian Metode purposive sampling dengan jumlah 44 dokter gigi

Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencegahan


dan pengendalian infeksi silang pada tindakan ekstraksi
gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat
Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan Pencegahan dan pengendalian infeksi silang pra tindakan


ekstraksi gigi dilakukan sebesar 37,4%, pencegahan dan
pengendalian infeksi silang selama tindakan ekstraksi gigi
dilakukan sebesar 60,26%, pencegahan dan pengendalian
infeksi silang paska tindakan ekstraksi gigi dilakukan
sebesar 47,16%, secara umum pencegahan dan
pengendalian infeksi silang pada tindakan ekstraksi gigi
18

di RSGM PSPDG FK Unsrat hanya dilakukan sebesar


48,23%.

Artikel 12

Penulis Sigit Cahyo Muntaqo

Tahun terbit 2016

Judul artikel Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Praktik Yang


Menyangkut Pengendalian Infeksi Hepatitis B Dari Pasien
Ke Operator Di Tempat Praktik Dokter Gigi Di Kediri

Metode penelitian This study uses a non-random sampling method using


accidental sampling technique that consists of 30
respondents. Research carried out by the level of
knowledge of questionnaires by respondents which
includes 10 question and to action (practice) is measured
by filling the check list with 15 statements made by
researchers through the observation of the respondents

Tujuan penelitian The purpose of this study is to describe the level of


knowledge and practice with regard to control hepatitis B
infection form patient to an operator in the dentist at
Kediri and whether the working procedures established by
dentists who practice independently in the region have
been implemented at Kediri an optimally
Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan The level of knowledge by dentists in Kediri against


hepatitis infection control by 90% (high) of the total 30
respondents and the level hepatitis B infection control
measures amounted to 66,6% (good) out of total 30
respondents

Artikel 13

Penulis Moh. Fahmi M. Mokodompit, Vonny N. S. Wowor,


Christy N. Mintjelungan
Tahun terbit 20

Judul artikel Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang pada


Tindakan Ekstraksi Gigi di Poliklinik Gigi Rumah Sakit
Pancaran Kasih Manado

Metode penelitian Metode purposive sampling


19

Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran


tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada
tindakan ekstraksi gigi di Poliklinik Gigi Rumah Sakit
Pancaran Kasih Manado
Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan Simpulan penelitian ini ialah tindakan ekstraksi gigi di


Poli Gigi Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado belum
maksimal

Artikel 14

Penulis I Gusti Ngurah Bagus Jayanta Ananda, I Ketut Agus


Somia

Tahun terbit 2020

Judul artikel Tingkat pengetahuan dan sikap tentang hepatitis B pada


dokter gigi di Denpasar Utara

Metode penelitian Penelitian ini merupakan studi deskriptif cross-sectional


dengan metode pengumpulan data melalui kuisioner.
Subjek penelitian adalah dokter gigi di Denpasar Utara.
Sejumlah 28 sampel dipilih dengan teknik random
sampling yang dilaksanakan dari November 2016 hingga
Januari 2017.

Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat


pengetahuan dan sikap mengenai hepatitis B pada dokter
gigi di Denpasar Utara.
Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan


dan sikap tentang hepatitis B pada dokter gigi di Denpasar
Utara sebagian besar adalah baik, namun pada kelompok
usia diatas 30 tahun, tingkat pengetahuan terkait hepatitis
B adalah kurang baik.

Artikel 15

Penulis Rachel Gabriele, Vonny N. S. Wowor, Aurelia Supit

Tahun terbit 2019


20

Judul artikel Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang pada


Tindakan Ekstraksi Gigi di Poli Gigi Rumah Sakit Siloam
Manado

Metode penelitian Jenis penelitian ialah deskriptif observasional, dengan


jumlah subyek sebanyak 30 dokter gigi

Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat


pencegahan dan pengendalian infeksi silang pada
tindakan ekstraksi gigi di poliklinik gigi Rumah Sakit
Siloam Manado
Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan Simpulan penelitian ini ialah pencegahan dan


pengendalian infeksi silang pada tindakan ekstraksi gigi
di poliklinik gigi Rumah Sakit Siloam Manado belum
maksimal

Artikel 16

Penulis Novita P. Lumunon, Vonny N. S. Wowor, Damajanty H.


C. Pangemanan

Tahun terbit 2019

Judul artikel Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang pada


Tindakan Ekstraksi Gigi di Poli Gigi Puskesmas
Kakaskasen Tomohon

Metode penelitian Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan


menggunakan desain potong lintang. Pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Terdapat 40
dokter gigi sebagai subyek penelitian

Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencegahan


dan pengendalian infeksi silang pada tindakan ekstraksi
gigi di Poliklinik Gigi Puskesmas Kakaskasen Tomohon.
Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan Pencegahan dan pengendalian infeksi silang pada


tindakan ekstraksi gigi baik sebelum, selama, dan sesudah
tindakan di Poliklinik Gigi Puskesmas Kakaskasen
Tomohon belum maksimal.

Artikel 17

Penulis Prashant S. Viragi, Anil V. Ankola, Mamatha Hebbal


21

Tahun terbit 2013

Judul artikel Occupational hazards in dentistry e Knowledge attitudes


and practices of dental practitioners in Belgaum city
Metode penelitian The whole population of dental practitioners in Belgaum
city was included in the study. A structured questionnaire
consisting of 50 questions was prepared. The investigator
visited the dental practitioners on the scheduled days and
distributed the questionnaires to the dentists after
obtaining their consent. The answered questionnaires
were collected, compiled and the obtained data was
subjected to statistical presentation and analysis.
Tujuan penelitian A study was conducted to assess the knowledge, attitudes
and practices of dentists towards the occupational hazards
and also the methods employed to prevent them.
Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan Occupational hazards pose a significant risk to dentists.


Dentists spend more than half of life their life time in a
clinical environment. They should be aware of all these
hazards and the ways to prevent them.

Artikel 18

Penulis Ramandeep Singh Gambhir, Mandeep Kumar1,


Gurminder Singh2, Arshdeep Singh3,
Amanpreet Kaur4

Tahun terbit 2017

Judul artikel Hepatitis C: Knowledge and awareness of private dental


practitioners of a tricity in India

Metode penelitian A cross-sectional study was conducted among 247 private


dental practitioners of tricity. A close-ended
self-structured questionnaire was administered which
contained 12 questions on knowledge and awareness
regarding HCV infection keeping in view the time
constraints. Categorization of knowledge scores was done
at three levels - poor, moderate, and good.

Tujuan penelitian The present study was conducted to assess the knowledge
and awareness of dental health-care professionals
regarding various aspects of HCV.
22

Tipe sumber artikel Original paper

Kesimpulan Majority of the dental professionals lacked knowledge


regarding HCV infection and were not fully aware
regarding certain aspects. Therefore, there is an urgent
need for modification of the existing dental curriculum so
that knowledge regarding these diseases can be imparted
during graduation.
23
BAB 3

HASIL

3.1 Hasil Seleksi Sumber Bukti

Total artikel dari


database
Makalah yang dipublikasi
{n=2.019} sebelum tahun 2011
{n=914}

Total artikel
{n=1.105}
Artikel ganda
{n=122}
Setelah pembuangan artikel ganda
{n=983}

Artikel yang tidak sesuai kriteria


{n=920}
Artikel dengan full text - Tidak berbentuk full text
{n=63} - Tidak membahas tentang
pencegahan infeksi silang
penyakit hepatitis di
praktik dokter gigi
- Skripsi

Artikel dikeluarkan setelah review full


text
Artikel yang relevan {n=45}
{n=18}

Hasil seleksi sumber bukti yang didapatkan yaitu 18 artikel. Proses

pencarian artikel menggunakan keyword “Prevention, Cross Infection, Hepatitis,

Dentistry, Pencegahan, Infeksi silang, Kedokteran gigi”, menggunakan mesin


25

pencarian elektronik yaitu Pubmed, Science Direct, dan Google Scholar. Pada

proses pencarian artikel pada kata kunci awal menggunakan database Pubmed

terdapat 3.649.001 artikel, Science Direct terdapat 2.004.240 artikel, dan Google

Scholar terdapat 3.047.400. Total pencarian artikel pada kata kunci awal

menggunakan keyword mendapatkan artikel yang berjumlah 8.700.651 artikel.

Kemudian penulis melakukan pencarian artikel pada kata kunci akhir

menggunakan query. Berdasarkan hasil pencarian artikel dengan menggunakan

query dengan menggunakan mesin pencarian elektronik yaitu Pubmed, Science

Direct, dan Google Scholar, pada Pubmed terdapat 165 artikel, pada Science

Direct terdapat 1.111 artikel, dan pada Google Scholar terdapat 743 artikel.

Penulis mendapatkan artikel dengan total 2.019 artikel pada pencarian kata kunci

akhir. Seluruh artikel yang didapat akan di masukkan ke dalam proses seleksi

artikel.

Proses seleksi artikel memiliki beberapa tahap. Pada tahap pertama,

penulis melakukan pembuangan artikel yang dipublikasi sebelum tahun 2011,

ditemukan 914 artikel yang dipublikasi sebelum tahun 2011, sehingga total artikel

yang tersisa terdapat 1.105 artikel. Pada tahap kedua, penulis memasukkan artikel

ke dalam aplikasi software yaitu Mendeley Desktop, selanjutnya penulis

melakukan pembuangan artikel ganda dengan menggunakan aplikasi Mendeley

Desktop, ditemukan 122 artikel yang memiliki judul dan penulis yang sama,

sehingga total artikel tersisa setelah melakukan pembungan artikel ganda terdapat

983 artikel. Pada tahap ketiga, penulis melakukan pengecekan artikel , terdapat

920 artikel yang tidak sesuai kriteria. artikel yang tidak sesuai kriteria diantaranya

artikel tidak berbentuk jurnal, tidak berbentuk fulltext dan artikel tidak dapat di
26

akses, dan tidak membahas tentang pencegahan infeksi silang penyakit hepatitis

dipraktik dokter gigi. setelah melakukan pengecekan artikel yang tidak sesuai

dengan kriteria, tersisa 63 artikel yang berbentuk fulltext. Setelah itu, didapatkan

artikel yang tidak seusai dengan topik dengan jumlah 45 artikel yang tidak sesuai

dengan topik. Dari hasil pemeriksaan tersebut hasil akhir dari seleksi artikel

didapatkan 18 artikel terdahulu yang sesuai dengan topik. Artikel terpilih sesuai

topik akan dilakukan review artikel pada masing-masing artikel.

3.2 Karateristik Sumber Bukti

Karakteristik 18 artikel yang telah direview, yaitu berdasarkan tahun terbit

artikel terdapat 38,89% artikel dengan tahun terbit 2011-2012 dengan persentase

tertinggi, 5,56% artikel dengan tahun terbit 2013-2014, 22,22% artikel dengan

tahun terbit 2015-2016, terdapat 11,11% artikel dengan tahun terbit 2017-2018,

dan terdapat 22,22% artikel dengan tahun terbit 2019-2020. Berdasarkan lokasi

penulis paling banyak terdapat 50% artikel yang dibuat di Indonesia, 22,22%

dibuat di India, 11,11% dibuat di Arab saudi, untuk persentase yang paling sedikit

terdapat 5,56% dibuat di Lebanon, China dan Brazil. Berdasarkan bahasa dalam

artikel, terdapat artikel berbahasa Indonesia 44,44% dan artikel berbahasa inggris

55,56%. Berdasarkan tipe sumber artikel, penulis menggunakan tipe sumber

artikel yaitu original paper dengan persentase 100% dan tidak ada tipe sumber

artikel berupa grey literature dengan persentase 0%.

Tabel 3.1 Karateristik Sumber Bukti

Seluruh Artikel
(N=18)
27

Characteristic Jumlah Persentase

Tahun Publikasi

2011-2012 7 38,89%

2013-2014 1 5,56%

2015-2016 4 22,22%

2017-2018 2 11,11%

2019-2020 4 22,22%

Lokasi penulis

Indonesia 9 50%

Lebanon 1 5,56%

Brazil 1 5,56%

Arab saudi 2 11,11%

China 1 5,56%

India 4 22,22%

Bahasa

Indonesia 8 44,44%

Inggris 10 55,56%

Tipe sumber artikel


28

Original paper 18 100%

Grey literature 0 0%

3.3 Hasil dari Setiap Sumber Bukti

Tabel 3.2 Hasil dari Setiap Sumber Bukti


No Nama Penulis Subjek Penelitian Hasil Penelitian

1. Jihad Dagher, 1150 dokter gigi 96% menyatakan resiko


Charles Sfeir, tentang penularan infeksi,
Ahmad Abdallah, 90,6% divaksinasi
Zeina Majzoub Hepatitis B, dan 61,8%
ditanyai secara rutin
tentang riwayat kesehatan
pasien. Hanya 43% yang
menggunakan kacamata
pelindung. Meskipun
sebagian besar dokter gigi
(65%) menggunakan
autoklaf, panas kering
tetap digunakan. Studi ini
menemukan
ketidakcukupan kepatuhan
di klinik gigi swasta
Lebanon yang
membutuhkan peningkatan
pelatihan pendidikan dan
pemantauan berkelanjutan
oleh badan pengatur.

2. Sarwo Edy, 258 dokter gigi Hasil penelitian ini


Rasmidar Samad menunjukkan upaya
pencegahan bahaya infeksi
silang dengan pencapaian
51-75% dilakukan oleh
52% responden, 76-100%
dilakukan oleh 46%
responden, 26-50%
dilakukan oleh 2%
responden, serta tidak ada
responden yang
mengupayakan pencegahan
bahaya infeksi silang
dengan pencapaian 0-25%.
29

Upaya pencegahan dengan


pencapaian 51-75%
sebanyak 52 responden
(52%) dan 76-100%
sebanyak 46 responden
(46%), dapat dikatakan
telah memenuhi standar.
Sebagai kesimpulan, 98%
dokter gigi kota Makassar
telah cukup baik
mengupayakan pencegahan
bahaya infeksi silang saat
melakukan perawatan di
tempat praktiknya.

3. Febrianty Alexes 86 dokter gigi Dari 86 dokter gigi


Siampa, Rasmidar terdapat 19,8% laki-laki
Samad dan 80,2% perempuan.
Hasil penelitin
menunjukkan bahwa
dokter gigi yang divaksin
hepatitis 61,6%. Dokter
gigi yang selalu
mengenakan masker
97,7%, dan 94,2% yang
selalu menggunakan
sarung tangan. Ada 27,9%
dokter gigi yang selalu
mengenakan sarung tangan
double, 93% dokter gigi
yang selalu mengganti
sarung tangan pada setiap
pasien yang berbeda, dan
15,1% dokter gigi selalu
menggunakan kacamata
pelindung, 45,3% dokter
gigi selalu mengenakan jas
pelindung, dan 86% dokter
gigi selalu menggunakan
larutan disinfektan.
Disimpulkan bahwa
tingkat pencapaian
penerapan proteksi dokter
gigi sebagai upaya
pencegahan terhadap
infeksi silang hanya
mencapai 51-75%.

4. Jing Su, Xiao- 592 Dokter gigi Perbaikan praktik pada


30

Hong Deng, Zheng (2000) tahun 2010 dibandingkan


Sun dengan tahun 2000
769 Dokter gigi termasuk peningkatan
(2010) pada: persentase vaksinasi
virus hepatitis B dari
32,66% menjadi 68,14%;
penggunaan sarung tangan
secara rutin dari 73,31%
menjadi 99,73%;
penggunaan pelindung
wajah atau kacamata
sebagai pelindung dari
percikan selama perawatan
gigi dari 13,94% menjadi
95,45%; penggunaan gaun
pelindung dari 14,51%
sampai 54,23%;
penggunaan hisap volume
tinggi dari 11,19% menjadi
74,34%; penggantian
sarung tangan secara rutin
antara pasien dari 63,25%
menjadi 99,22%; sterilisasi
uap bertekanan dari
handpiece gigi antara
pasien dari 41,24%
menjadi 96,10%, dan
pembilasan saluran air unit
gigi setelah setiap
perawatan dari 42,01%
menjadi 73,49%.

5. Suliman M. Al 395 dokter gigi Pencabutan gigi ditemukan


Humayed sebagai faktor risiko yang
signifikan dalam penularan
infeksi HBV dan HCV
Orang yang kurang
vaksinasi hepatitis B juga
berisiko lebih tinggi
tertular infeksi HBV.

6. Jacqueline Kimiko 614 dokter gigi 30,62% mengakui bahwa


Matsuda, Renato pelindung permukaan tidak
Satovschi digunakan, sedangkan
Grinbaum, Harry 34,17% menggunakan
Davidowicz, praktik pra-disinfeksi yang
Francisco Morato tidak ideal atau sudah
de Oliveira ketinggalan zaman.
Autoklaf digunakan oleh
31

69,38% peserta, meskipun


33,80% tidak memantau
kontrol siklus sterilisasi.
Indikator kimia dan
biologis tidak digunakan
secara bersamaan oleh
83,21% responden dan
tidak dipekerjakan setiap
hari atau mingguan
setidaknya 81,75%.
Metode sterilisasi yang
meragukan dikutip oleh
44,77%. Kecelakaan kerja
akibat benda menusuk dan
menusuk dilaporkan
sebesar 47,88%; Namun,
risiko biologis diremehkan
oleh 74,15% profesional
yang mengalami
kecelakaan. Larutan iritan
digunakan sebagai agen
antiseptik sebesar 18,55%.

7. R. Sudhakara 540 dokter gigi hasil menunjukkan bahwa


Reddy, L. A. sekitar 89,8% peserta
Swapna, T. menjawab bahwa mereka
Ramesh, K. mengganti sarung tangan
Pradeep. untuk setiap pasien. Hanya
15% dari individu yang
menggunakan pelindung
mata untuk semua prosedur
pada pasien atau saat
membantu. 22,2% dari
peserta menyarankan obat
kumur pra-prosedur
(betadine / chlorhexidine
dll) kepada pasien. Hanya
1,1% peserta menggunakan
kit sekali pakai untuk
pasien yang dicurigai atau
terbukti positif hepatitis.
Dan hanya 2,2% dari
peserta menggunakan
bendungan karet jika
diperlukan untuk
mencegah kontaminasi
virus di atmosfer.

8. Iwan Dewanto , 30 dokter gigi Berdasarkan kuesioner


32

Medi Septario yang menilai pengetahuan


dokter gigi tentang kontrol
infeksi tentang penggunaan
autoklave di dapatkan
83,33% drg mengisi telah
melakukan, namun dalam
observasi yang menilai
implementasinya ternyata
hanya 53,33% drg yang
melakukannya. Begitu juga
tentang cuci tangan
sebelum dan seudah
praktik, di dalam kuesioner
sebanyak 90% drg mengisi
telah melaksanakannya,
namun berdasarkan
observasi hanya 53,33%
saja yang melakukannya.
Dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelaksanaan kontrol
infeksi di kota Yogyakarta
belum berjalan baik,
dikarenakan tingkat
kesadaran dokter gigi
masih kurang dan budaya
berfikir akan dampak
panjangnya masih
terabaikan, sehingga
kemungkinan penularan
penyakit infeksi antara
dokter gigi dengan pasien
maupun pasien dengan
pasien dapat terjadi.

9. H Khalil 300 dokter gigi Dari 300 kuesioner yang


dibagikan, 274
dikumpulkan dengan
tingkat tanggapan 91%.
Responden adalah 212
laki-laki (77,4%) dan 62
(22,6%) perempuan.
Hanya 10,2% dari dokter
gigi Saudi yang bersedia
merawat pasien yang
terinfeksi HB. Dokter gigi
lainnya (89,8%) tidak
bersedia memberikan
perawatan gigi untuk
33

pasien yang terinfeksi HB.


Meskipun 94,5% dari
dokter gigi yang disurvei
telah divaksinasi HBV,
alasan utama di balik
penolakan untuk merawat
pasien yang terinfeksi HB
(92,3%) adalah risiko
infeksi silang.

10. Balendra Pratap 494 dokter gigi Sebanyak 494 dokter gigi
Singh, Suleman A. menanggapi, memberikan
Khan, Neeraj tingkat tanggapan 61,8%.
Agrawal, Dari jumlah tersebut, 228
Ramashanker dari 323 (70,6%) dokter
Siddharth, Lakshya gigi umum melaporkan
Kumar menggunakan air mendidih
sebagai media sterilisasi
dan 339 (68,6%) dokter
gigi melaporkan
membuang limbah
berbahaya seperti jarum
suntik, pisau dan ampul di
tempat sampah dan
mengosongkannya ke
tempat sampah perusahaan
kota.

11. Meilan M. Suleh, 44 dokter gigi Hasil penelitian


Vonny N.S menunjukkan bahwa
Wowor, Christy N. pencegahan dan
Mintjelungan pengendalian infeksi silang
pra tindakan ekstraksi gigi
dilakukan sebesar 37,4%.
Pencegahan dan
pengendalian infeksi silang
selama tindakan ekstraksi
gigi dilakukan sebesar
60,26%. Pencegahan dan
pengendalian infeksi silang
paska tindakan ekstraksi
gigi dilakukan sebesar
47,16%.

12. Sigit Cahyo 30 dokter gigi Hasil penelitian terhadap


Muntaqo tingkat pengetahuan dari
30 responden yaitu
sebanyak 27 responden
(90%) memiliki
34

pengetahuan tinggi, 3
responden (10%) memiliki
pengetahuan sedang, dan
tidak ditemukan responden
yang memiliki
pengetahuan rendah.
Sedangkan untuk tindakan
(praktek) menunjukkan
hasil dari 30 responden
yaitu sebanyak 20
responden (66,6%)
memiliki tindakan yang
baik, dan tidak ditemukan
responden yang memiliki
tindakan yang rendah.
13. Moh. Fahmi M. 35 dokter gigi Hasil penelitian
Mokodompit, menunjukkan bahwa
Vonny N. S. pencegahan dan pengen-
Wowor, Christy N. dalian infeksi silang
Mintjelungan sebelum tindakan ekstraksi
gigi sebesar 46,07%;
selama tindakan sebesar
59,92%; dan setelah
tindakan sebesar 23,81%.
Hasil rerata keseluruhan
tindakan ekstraksi gigi
dilakukan sebesar 60,59%.

14. I Gusti Ngurah 28 dokter gigi Mayoritas subjek memiliki


Bagus Jayanta tingkat pengetahuan yang
Ananda, I Ketut tinggi (75%) mengenai
Agus Somia2 penyebaran hepatitis B.
Proporsi yang sama
didapatkan untuk tingkat
pengetahuan tinggi dan
rendah mengenai
pencegahan hepatitis B.
Mayoritas subjek (57,8%)
memiliki tingkat
pengetahuan yang rendah
tentang hepatitis B secara
umum. Lebih banyak
responden didapatkan
memiliki sikap positif
terhadap hepatitis B
(71,4%). Sebagian besar
responden berusia <30
tahun memiliki tingkat
35

pengetahuan yang baik


(64,2%), sedangkan tingkat
pengetahuan buruk lebih
banyak didapatkan pada
kedua kelompok usia
lainnya. Berdasarkan
karakteristik sikap dokter
gigi terhadap hepatitis
sesuai umur maupun sesuai
jenis kelamin, pada tiap
kelompoknya didapatkan
lebih banyak responden
yang memiliki sikap
positif.

15. Rachel Gabriele, 30 dokter gigi Hasil penelitian


Vonny N. S. mendapatkan pencegahan
Wowor, Aurelia dan pengendalian infeksi
Supit silang sebelum tindakan
ekstraksi gigi dilakukan
sebesar 61,71%; selama
tindakan ekstraksi gigi
sebesar 73,34%; dan
setelah tindakan ekstraksi
gigi sebesar 92,08%.
Secara umum, pencegahan
dan pengendalian infeksi
silang pada tindakan
ekstraksi gigi hanya
dilakukan sebesar 75,71%.

16. Novita P. 40 dokter gigi Hasil penelitian


Lumunon, Vonny mendapatkan bahwa
N. S. Wowor, tindakan pencegahan dan
Damajanty H. C. pengendalian infeksi silang
Pangemanan sebelum ekstraksi gigi
dilakukan sebesar 56,87%;
selama ekstraksi gigi
sebesar 78%; dan setelah
ekstraksi gigi sebesar
66,7%. Tindakan
pencegahan dan
pengendalian infeksi silang
secara umum sebesar
67,19%.

17. Prasthant S. 110 dokter gigi Sebagian besar dokter gigi


Viragi, Anil V. tidak memakai kacamata,
Ankola, Mamatha tidak memiliki polis
36

Hebbal asuransi kesehatan, tidak


menggunakan rubber dam
dan menganggap
kedokteran gigi lebih
rentan terhadap HBV,
HCV dan HIV
dibandingkan tenaga
profesional lainnya. Tidak
ada dokter gigi yang
mengenakan penutup
telinga.

18. Ra mandeep Singh 247 dokter gigi Hampir 96% pernah


Gambhir, mendengar tentang HCV.
Mandeep Kumar, 45,5% (112) memiliki skor
Gurminder Singh, pengetahuan buruk, 33,6%
Arshdeep Singh, (83) memiliki skor
Amanpreet Kaur pengetahuan sedang, dan
hanya 21% (52) peserta
memiliki skor pengetahuan
baik. Mengenai pendapat
pengobatan pasien yang
terinfeksi HCV oleh dokter
gigi.

3.4 Sintesis Hasil

Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu mengenai

penyebaran hepatitis dipraktik dokter gigi, bagaimana cara infeksi silang hepatitis

di praktik dokter gigi, bagaimana pencegahan infeksi silang penyakit hepatitis

terhadap dokter gigi yang akan diuraikan pada table berikut.

Tabel 3.4 Penyebaran Hepatitis di Praktik Dokter Gigi

Penulis Penyebaran Hepatitis di Praktik Dokter Gigi

Dagher, dkk Penularan infeksi selama prosedur gigi dapat terjadi


(2017) melalui kontak langsung dengan air liur, cairan mulut, atau
darah, tetesan udara yang mengandung agen infektif, atau
kontak tidak langsung melalui benda yang terkontaminasi
(misalnya, instrumen, peralatan, atau permukaan
lingkungan). Paparan patogen yang ditularkan melalui
darah seperti virus hepatitis B dan C (HBV dan HCV)
37

Sarwo, dkk Penyakit menular dapat ditularkan melalui darah, saliva,


(2012) maupun lesi dengan kontak tangan

Jing Su, dkk Dokter gigi berisiko tinggi terpapar darah dan cairan tubuh
(2012) pasien yang terinfeksi HBV atau HIV

Humayed (2016) Penularan infeksi melalui darah secara umum

Sudhakara, dkk Infeksi dapat terjadi melalui beberapa cara, termasuk


(2011) kontak langsung dengan darah, cairan mulut atau sekresi
lainnya; kontak tidak langsung dengan instrumen yang
terkontaminasi, peralatan operasi atau lingkungan sekitar;
atau kontak dengan kontaminan yang terbawa udara yang
ada di percikan tetesan atau aerosol cairan mulut dan
pernapasan

Dewanto, dkk Dokter gigi umumnya terpapar oleh Mikroorganisme dari


(2012) darah Pasien. Dalam menjalankan profesinya, dokter gigi
memiliki kemungkinan berhubungan langsung dengan
mikroorganisme dalam air ludah dan darah pasien

Singh, dkk (2012) Penelitian telah menunjukkan bahwa bahaya infeksi hadir
dalam praktik gigi karena banyak infeksi dapat ditularkan
melalui darah atau air liur melalui kontak langsung atau
tidak langsung, tetesan, aerosol atau instrumen dan
peralatan yang terkontaminasi

Suleh, dkk (2015) Bidang kerja kedokteran gigi berhubungan langsung


dengan darah dan saliva yang merupakan sumber utama
terjadinya infeksi silang

Mokodompit, Dokter gigi dalam melakukan tindakan perawatan


berkontak dengan saliva (air liur) dan darah. Saliva dan
dkk (2019) darah merupakan perantara penularan infeksi sehingga
tindakan dalam praktek dokter gigi beresiko tinggi tertular
infeksi

Lumunon, dkk Infeksi virus hepatitis B yang ditularkan melalui darah dan
(2019) saliva dari pasien

Viragi, dkk (2013 Kontak dengan air liur dan darah pasien dapat membuat
dokter gigi terpapar berbagai biohazard terkait pekerjaan
termasuk jenis yang berbahaya

Gambhir, dkk Infeksi HCV dapat menyebar melalui beberapa jalur yang
(2017) meliputi kontak langsung dengan darah, kontak tidak
langsung dengan instrumen yang terkontaminasi, dan
kontaminan udara lainnya yang terdapat dalam percikan
droplet atau aerosol cairan mulut dan pernapasan.
38

Tabel 3.5 Cara Infeksi Silang Hepatitis di Praktik Dokter Gigi

Penulis Cara Infeksi Silang Hepatitis di Praktik Dokter Gigi

Humayed (2016) Pencabutan gigi ditemukan sebagai faktor risiko yang


signifikan dalam penularan infeksi HBV dan HCV

Mokodompit, Tindakan ekstraksi gigi berisiko tinggi dalam penularan


infeksi silang dikarenakan tindakan ini mengakibatkan
dkk (2019) terjadi pendarahan dalam mulut pasien; selain itu juga
menggunakan alat-alat dan instrumen berkategori kritis

Gabriele, dkk Tindakan ekstraksi merupakan salah satu tindakan yang


(2019) memiliki risiko tinggi dalam penularan infeksi.
Penatalaksanaan ekstraksi gigi yang tidak sesuai standar
prosedur operasional atau mengabaikan prinsip-prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi, dapat
mengakibatkan terjadinya infeksi silang. Virus hepatitis B
yang dapat terbawa melalui darah dan saliva berpotensi
menyebabkan infeksi silang lewat kontaminasi yang
terjadi. Lewat tindakan ekstraksi gigi, penyebaran agen
infeksi di praktik dokter gigi dapat terjadi melalui pasien
ke tenaga kesehatan gigi, tenaga kesehatan gigi ke pasien,
pasien ke pasien, tenaga kesehatan ke komunitas termasuk
keluarga tenaga kesehatan.

Lumunon, dkk Ekstraksi gigi merupakan tindakan yang banyak dilakukan


(2019) dalam praktek kedokteran gigi sehari-hari. Tindakan
ekstraksi gigi merupakan salah satu jenis tindakan yang
sifatnya invasif, sehingga memiliki risiko tinggi dalam
penularan infeksi.

Jing Su, dkk Dokter gigi berisiko tinggi terinfeksi oleh patogen yang
(2012) ditularkan melalui darah karena mereka terus menerus
terpapar darah dan air liur, dan bahkan mungkin
mengalami tusukan jarum. Dokter gigi memiliki
kemungkinan lebih tinggi tertular HBV dibandingkan
profesional non-gigi. HBV adalah potensi ancaman yang
paling luar biasa bagi staf gigi, kemudian handpiece gigi
yang tidak disterilkan dapat menularkan HBV

Tabel 3.6 Pencegahan Infeksi Silang Penyakit Hepatitis Terhadap Dokter Gigi

Penulis Pencegahan Infeksi Silang Penyakit Hepatitis


39

Terhadap Dokter Gigi

Dagher, dkk 1. Pengembangan strategi yang ditargetkan untuk


(2017) meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengendalian
infeksi di kalangan mahasiswa kedokteran gigi dan dokter
gigi Lebanon
2. Meningkatkan persyaratan pendidikan berkelanjutan
terkait dan kursus / lokakarya wajib
3. Pengembangan dan distribusi manual pengendalian
infeksi yang menggabungkan pedoman dan rekomendasi
terbaru untuk praktik gigi
4. Pemantauan berkelanjutan terhadap klinik gigi untuk
mengawasi kepatuhan terhadap pedoman standar CDC
5. Vaksinasi dan konfirmasi status imunisasi
Sarwo, dkk Kontrol infeksi merupakan salah satu cara dokter gigi
(2012) menghindari petensi bahaya seperti infeksi penyakit menular.
Kontrol infeksi dapat diterapkan dengan berbagai cara, seperti
anamnesa pasien yang tepat, pemakaian sarung tangan, masker
penutup mulut, baju praktek, penutup kepala/rambut maupun
kacamata pelindung saat kerja, serta bekerja lebih asepsis,
memperhatikan sterilisasi alat, mencuci tangan (scrubbing-up)
dengan benar, dan kebersihan lingkungan tempat kerja yang
meliputi cara pem-bersihan alat dan lingkungan

Samad, dkk Konsep pencegahan universal. Pencegahan universal


(2012) mengacu pada metode kontrol infeksi pada semua darah
manusia dan cairan tubuh, termasuk saliva, dan proteksi
diri yang dilakukan dokter gigi. Pencegahan universal
adalah prosedur kontrol infeksi dan proteksi dokter gigi
yang diterapkan pada semua pasien. Dokter gigi divaksin
hepatitis, dokter gigi harus mengenakan masker,
menggunakan sarung tangan, menggunakan kacamata
pelindung, mengenakan jas pelindung, dan menggunakan
larutan disinfektan

Jing Su, dkk Vaksinasi virus hepatitis B, penggunaan sarung tangan


(2012) secara rutin, penggunaan pelindung wajah atau kacamata
sebagai pelindung dari percikan selama perawatan gigi,
penggunaan gaun pelindung dari, penggunaan hisap
volume tinggi, penggantian sarung tangan secara rutin
antara pasien, sterilisasi uap bertekanan dari handpiece gigi
antara pasien, dan pembilasan saluran air unit gigi setelah
setiap perawatan.
Humayed (2016) Penyedia perawatan kesehatan gigi harus benar-benar
mematuhi langkah-langkah dan pedoman pengendalian
infeksi. Program pendidikan pengendalian infeksi yang
lebih intensif dan bervariasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga kesehatan setempat harus segera
disediakan. Selain itu, kurikulum perguruan tinggi
kedokteran gigi lokal harus ditinjau ulang dan untuk
40

memperkenalkan, pada tahap awal, tindakan pencegahan


pengendalian infeksi untuk menghentikan penularan
infeksi melalui darah secara umum.
Matsuda, dkk Tindakan yang harus dipatuhi untuk mengurangi risiko
(2011) dalam praktik kedokteran gigi:
1. Pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi
2. Penggunaan penghalang dan alat pelindung
3. Imunisasi
4. Pencegahan dan penanganan bahaya pekerjaan
5. Antisepsis
Sudhakara, dkk Dokter gigi divaksin hepatitis, dokter gigi harus
(2011) mengenakan masker, menggunakan sarung tangan,
menggunakan kacamata pelindung, mengenakan jas
pelindung, dan menggunakan larutan disinfektan

Dewanto, dkk Sterilisasi dengan menggunakan autoclave, cuci tangan


(2012) sebelum dan sesudah mengobati pasien, selalu gunakan
handscoon dan ganti setiap pasien, selalu gunakan masker
dan ganti setelah mengobati pasien, gunakan pelindung
mata google dan bersihkan, desinfeksi, gunakan praktek
pakaian dan lepas praktek pakaian setelah meninggalkan
ruang praktek, selalu gunakan pelindung penutup atau
desinfeksi unit gigi ( tombol, pegangan lampu) dan pasang
setiap pasien

Khalil (2015) Dokter gigi harus divaksinasi untuk melawan HBV karena
dokter gigi yang tidak divaksinasi lima kali lebih mungkin
terkena infeksi daripada dokter gigi yang divaksinasi.
Dokter gigi juga harus dididik tentang risiko infeksi
bahkan jika mereka tidak bersedia merawat pasien yang
terinfeksi HBV

Singh, dkk (2012) Rekomendasi universal mempertimbangkan bahwa semua


pasien harus dianggap menular dan kewaspadaan harus
diterapkan dalam semua kasus. Hisapan volume tinggi
berperan penting dalam meminimalkan kontaminasi ruang
perawatan oleh aerosol partikel mikro yang mengandung
beban mikrobiologis yang signifikan. Semua staf
pengelolaan limbah harus dilatih dalam tanggap darurat
dan diberi tahu tentang prosedur yang benar untuk
pelaporan yang cepat.

Suleh, dkk (2015) Imunisasi vaksin hepatitis B, memakai sarung tangan,


memakai masker, memakai kaca pelindung, memakai
pakaian pelindung, memakai sepatu tertutup, sterilisasi.

Muntaqo (2016) pencegahan universal mengacu pada metode kontrol


infeksi pada semua darah manusia dan cairan tubuh (pada
bidang kedokteran gigi: saliva) dan proteksi diri yang
dilakukan dokter gigi. Pencegahan universal adalah
41

prosedur kontrol infeksi dan proteksi dokter gigi yang


diterapkan pada semua pasien, penggunaan pakaian
pelindung dan pencegahan standart oleh petugas,
penggunaan teknik aseptik oleh petugas, imunisasi vaksin
virus hepatitis B pada petugas perawatan gigi yang rentan,
dekontaminasi sumber lingkungan, serta pembersihan,
desinfeksi, dan sterilisasi instrumen secara tepat (Arias,

Mokodompit, Memakai kaca pelindung, memakai pakaian pelindung,


memakai sepatu tertutup, sterilisasi, imunisasi vaksin
dkk (2019) hepatitis B, memakai sarung tangan, memakai masker.

Gabriele, dkk Desinfeksi, vaksinasi hepatitis B, mencuci tangan,


(2019) memakai sarung tangan, memakai masker, memakai kaca
pelindung, memakai baju kerja, memakai sepatu tertutup.

Lumunon, dkk Desinfeksi, vaksinasi hepatitis B, mencuci tangan,


(2019) memakai sarung tangan, memakai masker, memakai kaca
pelindung, memakai baju kerja, memakai sepatu tertutup.

Viragi, dkk (2013 Mencuci tangan dengan sabun bakterisida, pembuangan


limbah dengan benar, sterilisasi instrument yang benar,
menggunakan bendungan karet untuk membatasi
penyebaran air liur aerosol, memakai baju pelindung
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Penyebaran Hepatitis di Praktik Dokter Gigi

Penelitian yang dilakukan Singh dkk (2012) menyatakan bahwa infeksi

silang hadir dalam praktik gigi karena banyak infeksi dapat ditularkan melalui

darah atau air liur melalui kontak langsung atau tidak langsung, tetesan, aerosol

atau instrumen dan peralatan yang terkontaminasi dan Penelitian yang dilakukan

Matsuda dkk (2011) menyatakan bahwa banyak instrumen kedokteran gigi yang

tajam dan menusuk serta dapat dengan mudah menyebabkan luka saat ditangani,

seperti jarum anastesi, probe eksporasi yang paling sering menyebabkan luka.

Jenis kecelakaan ini, terutama dengan pajanan pada darah atau cairan tubuh yang

merupakan sumber utama terjadi nya infeksi silang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sarwo dkk (2014),

menyatakan bahwa dokter gigi mengalami cedera instrumen sebanyak 11%,

diantaranya menyatakan terluka oleh cryer, alat-alat endo, bur, sonde, dan jarum

suntik, pada penelitian ini masih ada responden yang sama sekali belum pernah

divaksin hepatitis sebanyak 31%, serta masih ada 10% responden yang terkadang

tidak menggunakan alat bantu penglihatan (mouth mirror) untuk rahang atas. Hal

ini dapat dikarenakan kurangnya kesadaran dan pemeliharaan diri terhadap

kesehatannya dan hal ini dapat dicegah bila responden selalu mengikuti

seminar/lokakarya tentang bahaya kerja, sehingga responden dapat mengerti

dampak yang mungkin terjadi selama bekerja dan bagaimana meminimalisasinya.

Diperkuat dengan responden yang belum pernah mengikuti seminar tentang


43

bahaya kerja pada penelitian ini sebanyak 63%. Mata mungkin sebagai media

infeksi silang dikarenakan serpihan kalkulus saat prosedur skeling dan percikan

dari cairan tubuh (aerosol bakteri dan virus) saat menggunakan handpiece

kecepatan tinggi tidak bisa dihindari oleh para responden. Pada penelitian ini

didapatkan 24% responden yang tidak mengenakan kacamata pelindung. Masih

ada 10% responden yang terkadang tidak menggunakan alat bantu penglihatan

(mouth mirror) untuk rahang atas. Paparan langsung dari beberapa responden

mengungkapkan bahwa mereka berusaha menciptakan suasana yang nyaman saat

bekerja, dalam hal ini menurut mereka bila menggunakan kacamata pelindung

dapat menghambat mereka saat bekerja serta saat bekerja dengan gigi rahang atas

lebih jelas bila melihat langsung dibandingkan menggunakan kaca mulut.

4.2 Cara Infeksi Silang Hepatitis di Praktik Dokter Gigi

Penelitian yang dilakukan Jing Su (2012) menyatakan bahwa dokter

gigi berisiko tinggi terinfeksi oleh patogen yang ditularkan melalui darah

karena mereka terus menerus terpapar darah dan air liur, dan bahkan mungkin

mengalami tusukan jarum. Dokter gigi memiliki kemungkinan lebih tinggi

tertular HBV dibandingkan profesional non-gigi. HBV adalah potensi ancaman

yang paling luar biasa bagi staf gigi, kemudian handpiece gigi yang tidak

disterilkan dapat menularkan HBV. Selain itu, penelitian Dagher (2017)

menyatakan insiden terluka oleh benda tajam dialami dokter gigi sangat tinggi

dan merupakan sarana tertular nya infeksi HBV dan HCV.

Penelitian yang dilakukan Humayed (2016) menyatakan bahwa dokter gigi

dalam menjalankan tugasnya, tindakan pencabutan gigi ditemukan sebagai faktor


44

risiko yang signifikan dalam penularan infeksi HBV dan HCV, dokter gigi yang

kurang vaksinasi hepatitis B berisiko lebih tinggi tertular infeksi HBV. Prosedur

gigi sering mengakibatkan pendarahan dan paparan cairan tubuh yang terinfeksi

yang merupakan sarana penularan penyakit menular. Selain itu, penelitian Khalil

(2015) menyatakan bahwa dokter gigi yang tidak menerima vaksin akan lima kali

lebih rentan terinfeksi HBV dari pada dokter gigi yang menerima vaksin. Dan

penelitian Humayed (2016) menyatakan bahwa infeksi HBV dan HCV ditularkan

melalui darah.

Penelitian yang dilakukan Gabriele (2019) menyatakan bahwa tindakan

ekstraksi merupakan tindakan yang memiliki risiko tinggi dalam penularan

infeksi. Penatalaksanaan ekstraksi gigi yang tidak sesuai standar prosedur

operasional atau mengabaikan prinsip-prinsip pencegahan dan pengen-dalian

infeksi, dapat mengakibatkan terjadi-nya infeksi silang. Hepatitis B yang dapat

terbawa melalui darah dan saliva berpotensi menyebabkan infeksi silang lewat

kontaminasi yang terjadi. Lewat tindakan ekstraksi gigi, penyebaran agen infeksi

di praktik dokter gigi dapat terjadi melalui pasien ke tenaga kesehatan gigi, tenaga

kesehatan gigi ke pasien, pasien ke pasien, tenaga kesehatan ke komunitas

termasuk keluarga tenaga kesehatan.

4.3 Pencegahan Infeksi Silang Penyakit Hepatitis Terhadap Dokter Gigi

Dagher dkk (2017), Beberapa langkah nyata harus dilakukan oleh instansi

terkait. Pertama, pengembangan strategi yang ditargetkan untuk meningkatkan

kesadaran akan pentingnya pengendalian infeksi di kalangan mahasiswa

kedokteran gigi dan dokter gigi, kedua, meningkatkan persyaratan pendidikan


45

berkelanjutan terkait dan kursus/lokakarya wajib, ketiga, pengembangan dan

distribusi manual pengendalian infeksi yang menggabungkan pedoman dan

rekomendasi terbaru untuk praktik gigi keempat, pemantauan berkelanjutan

terhadap klinik gigi swasta untuk mengawasi kepatuhan terhadap pedoman

standar central of disease control, kelima adalah vaksinasi dan konfirmasi status

imunisasi dokter gigi. Pelatihan asisten gigi dalam praktik pengendalian infeksi

harus dilaksanakan melalui kursus pendidikan lanjutan wajib pada awalnya dan

kemudian melalui program pendidikan formal dalam membantu gigi.

Mangeshe (2020), Infeksi HBV dapat dicegah dengan mengikuti

kewaspadaan universal termasuk penggunaan pelindung seperti sarung tangan,

sterilisasi peralatan medis yang tepat, sistem pengelolaan limbah yang tepat dan

vaksinasi. Selain itu, profilaksis pasca pajanan (PEP) dapat digunakan sebagai

sarana pencegahan HBV setelah tidak sengaja terpapar darah atau tubuh yang

terkontaminasi.

Implikasi dari penelitian ini yaitu pencegahan infeksi silang penyakit

hepatitis di praktik kedokteran gigi harus sangat diperhatikan. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa dokter gigi harus mendapatkan vaksin

hepatitis, Kemudian dokter gigi harus melakukan upaya pencegahan infeksi

dengan cara memcuci tangan, memakai baju pelindung, menggunakan masker,

menggunakan handscoon satu kali pakai setiap pasien, menggunakan kaca

pelindung, menggunakan larutan disenfektan, mempunyai alat sterilisasi. Kontrol

infeksi melalui proses sterilisasi merupakan komponen penting dalam proses

kontrol infeksi dan keselamatan pasien. Proses sterilisasi dan pengaturan tempat

praktik yang tepat dapat menghasilkan proses sterilisasi lebih efisien,


46

meminimalisasi kontaminasi lingkungan, mengurangi kesalahan, menjaga alat

tetap steril dan keselamatan pasien dan staf.

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah scoping review, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu dari

18 jurnal yang di review, hasil penelitian yang dipaparkan hampir seluruhnya

sama, hanya beberapa bahasan saja yang berbeda. Hal ini menyebabkan

kurangnya perbendaharaan pengetahuan mengenai pencegahan infeksi silang

penyakit hepatitis di praktik kedokteran gigi.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasrkan hasil review dari 18 artikel didapatkan bahwa tindakan

pencabutan gigi ditemukan sebagai faktor risiko yang signifikan dalam penularan

infeksi HBV dan HCV, dokter gigi yang kurang vaksinasi hepatitis B berisiko

lebih tinggi tertular infeksi HBV, dan dokter gigi yang terluka oleh benda tajam

saat melakukan tindakan perawatan gigi merupakan sarana penularan infeksi

silang, sehingga upaya yang paling efektif dilakukan adalah melakukan

pembelajaran tentang pencegahan infeksi silang saat masa pendidikan dan dokter

gigi harus mendapatkan vaksin hepatitis, kemudian dokter gigi harus melakukan

upaya pencegahan infeksi dengan cara memcuci tangan, memakai baju pelindung,

menggunakan masker, menggunakan handscoon satu kali pakai setiap pasien,

menggunakan kaca pelindung, menggunakan larutan disenfektan, mempunyai alat

sterilisasi.

5.2 Saran

1. Diperlukan sosialisasi kepada Universitas untuk menerapkan pembelajaran

tentang pencegahan infeksi silang secara dini

2. Diperlukan sosialisasi kepada dokter gigi tentang tata cara pencegahan infeksi

silang yang baik dan benar


DAFTAR PUSTAKA
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2014) ‘Infodatin-
Hepatitis(1).Pdf’, p. 8.
Sari W, dkk. 2010. Care Your Self Hepatitis “ Awas ! Hepatitis Penyebab Kanker
Hati”. Penerbit Penebar Plus ; Jakarta.
Karin, S, K. dkk (2020). Liver diseases in the Asia-Pacific region: a Lancet
Gastroenterology & Hepatology
Commission.www.thelancet.com/gastrohep vol 5.
Muljono, D, H. (2018). Epidemiology of Hepatitis B and C in Republic of
Indonesia. Euroasian Journal of Hepato-Gastroenterology, January-June
2017;7(1):55-59.
Muntaqo, S. C. (2016) ‘Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Praktik yang
Menyangkut Pengendalian Infeksi Hepatitis B’, Studia, 1(2), pp. 36–57.
Siampa, F. A. and Samad, R. (2012) ‘Penerapan Proteksi Dokter Gigi sebagai
Upaya Pencegahan terhadap Infeksi Silang : Penelitian di Kota Makassar’,
pp. 1–7.
Moodley, R. (2018). The prevalence of occupational health-related problems in
dentistry: A review of the literature. Discipline of Dentistry, School of
Health Sciences, University of KwaZulu-Natal, Durban, KwaZulu-Natal,
South Africa. J Occup Health 2018; 60: 111-125.
Dahiya, P. (2015). “Hepatitis” – Prevention and management in dental practice. J
Educ Health Promot. 2015;4:33. Published 2015 May 19.
doi:10.4103/2277-9531.157188
Widiasih, R. Susanti, R D Sari, C W M (2020) ‘Menyusun Protokol Penelitian
dengan Pendekatan SETPRO: Scoping Review’, Journal of Nursing, 3(3),
pp. 171–180.

Rahayu, A. M., Astuti, A. W. and Utami, F. S. (2020) ‘Pengalaman ibu dengan


riwayat preeklamsia dalam kehamilan: scooping review’, Jurnal Riset
Kebidanan Indonesia, 3(2), pp. 56–68. doi: 10.32536/jrki.v3i2.55.
Intan Puspita Sari, Dhona Afriza, M. R. (2016) ‘Hubungan Antara Pengetahuan
Tentang Infeksi Silang dengan Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi’, 4(2),
p. 2012.
Allene, M. D. and Delelegn, G. G. (2020) ‘Assessment of knowledge, practices
and associated factors toward prevention of hepatitis B virus infection
among students of medicine and health sciences in Debre Berhan
University, NorthShewa, Ethiopia: A cross-sectional study’, International
Journal of Surgery Open. Elsevier Ltd, 24, pp. 79–84. doi:
10.1016/j.ijso.2020.04.005.
Dagher, J. et al. (2017) ‘Infection Control Measures in Private Dental Clinics in
49

Lebanon’, International Journal of Dentistry, 2017. doi:


10.1155/2017/5057248.
Edy, S. (2014) ‘Upaya Pencegahan Terhadap Bahaya Infeksi Silang Saat
Melakukan Perawatan Oleh Dokter Gigi Di Makassar’, Dentika Dental
Journal, 18(2), pp. 190–193.
Al Humayed, S. M. (2016) ‘The risk of acquiring hepatitis B and C viral
infections following tooth extraction in Al Farsha area, south-western Saudi
Arabia’, Saudi Journal for Dental Research. Elsevier, 7(2), pp. 127–131.
doi: 10.1016/j.sjdr.2016.05.001.
Matsuda, J. K., Grinbaum, R. S. and Davidowicz, H. (2011) ‘The assessment of
infection control in dental practices in the municipality of São Paulo’, The
Brazilian Journal of Infectious Diseases. Elsevier BV, 15(1), pp. 45–51.
doi: 10.1016/s1413-8670(11)70139-8.
Iwan Dewanto. (2012) Infection Control Implementation At Private Dental
Practice In Yogyakarta City, 58 IDJ. Available at:
http://journal.umy.ac.id/index.php/di/article/view/533 (Accessed: 19
December 2020).
Siampa, F. A. and Samad, R. (2012) ‘Penerapan Proteksi Dokter Gigi sebagai
Upaya Pencegahan terhadap Infeksi Silang : Penelitian di Kota Makassar’,
pp. 1–7.
Su, J., Deng, X. H. and Sun, Z. (2012) ‘A 10-year survey of compliance with
recommended procedures for infection control by dentists in Beijing’,
International Dental Journal, pp. 148–153. doi: 10.1111/j.1875-
595X.2011.00107.x.
Sudhakara Reddy, R. et al. (2011) ‘Knowledge, attitude and practice on hepatitis
B prevention among dental professionals in India’, Brazilian Journal of
Oral Sciences, 10(4), pp. 241–245. doi: 10.20396/bjos.v10i4.8641605.
Fahmi, M. et al. (tanpa tanggal b) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang
pada Tindakan Ekstraksi Gigi di Poliklinik Gigi Rumah Sakit Pancaran
Kasih Manado, ejournal.unsrat.ac.id. Tersedia pada:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/23878
(Diakses: 27 Januari 2021).
Khalil, H. (2015) “Willingness of Saudi dental professionals to treat Hepatitis B
virus-infected Patients,” Nigerian Journal of Clinical Practice. Medknow
Publications, 18(2), hal. 247–250. doi: 10.4103/1119-3077.151053.
Muntaqo, S. C. (2016) “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Praktik yang
Menyangkut Pengendalian Infeksi Hepatitis B,” Studia, 1(2), hal. 36–57.
Singh, B. P. et al. (2012) “Current biomedical waste management practices and
cross-infection control procedures of dentists in India,” International Dental
Journal, 62(3), hal. 111–116. doi: 10.1111/j.1875-595X.2011.00100.x.
50

Viragi, P. S., Ankola, A. V. dan Hebbal, M. (2013) “Occupational hazards in


dentistry – Knowledge attitudes and practices of dental practitioners in
Belgaum city,” Journal of Pierre Fauchard Academy (India Section).
Informatics Publishing Limited, 27(3), hal. 90–94. doi:
10.1016/j.jpfa.2013.10.002.
Gambhir, R. S. et al. (2018) “Hepatitis C: Knowledge and awareness of private
dental practitioners of a tricity in India.,” Journal of education and health
promotion. Medknow, 7(1), hal. 7. doi: 10.4103/jehp.jehp_34_17.
Gabriele, R. et al. (2019) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang pada
Tindakan Ekstraksi Gigi di Poli Gigi Rumah Sakit Siloam Manado,
ejournal.unsrat.ac.id. Tersedia pada:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/23978.
Lumunon, N. V. et al. (tanpa tanggal) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Silang pada Tindakan Ekstraksi, ejournal.unsrat.ac.id. Tersedia pada:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/23311 (Diakses: 27
Januari 2021).
Meilan M. Suleh, Vonny N.S. Wowor, C. N. M. (2015) Pencegahan dan
pengendalian infeksi silang pada tindakan ekstraksi gigi di rumah sakit gigi
dan mulut pspdg fk unsrat, ejournal.unsrat.ac.id. Tersedia pada:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/10482 (Diakses: 27
Januari 2021).
51

LAMPIRAN
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68

Anda mungkin juga menyukai