Anda di halaman 1dari 91

EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS MASKER TERHADAP

PENCEGAHAN TRANSMISI VIRUS


SCOPING REVIEW

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ANGGILIA IRJUANTI
1710070110075

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS MASKER TERHADAP
PENCEGAHAN TRANSMISI VIRUS
SCOPING REVIEW

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ANGGILIA IRJUANTI
1710070110075

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021

ii
Halaman Pengesahan

SKRIPSI

EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS MASKER TERHADAP


PENCEGAHAN TRANSMISI VIRUS
SCOPING REVIEW

Oleh:

ANGGILIA IRJUANTI
1710070110075

Telah dipertahankan di depan tim penguji pada tanggal 20 Januari 2021


dan dinyatakan LULUS memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Skripsi

1. Dr. drg. Dhona Afriza, M. Biomed Ketua .............................

2. Dr. drg. Okmes Fadriyanti, Sp. Pros Sekretaris .............................

3. drg. Fitria Maliza, Sp. PM Anggota ............................

4. drg. Netta Anggraini, MDSc. Sp. Perio Anggota .............................

Padang, 20 Januari 2021


Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Baiturrahmah
Dekan,

Dr. drg. Citra Lestari, MDSc, Sp. Perio


NIDN. 1006068001

iii
Halaman Pernyataan Orisinalitas

Dengan ini, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ANGGILIA IRJUANTI

NPM : 1710070110075

Judul : Efektivitas Beberapa Jenis Masker Terhadap Pencegahan Transmisi


Virus (Scoping Review)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
benar karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila
dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Padang, Januari 2021


Yang Membuat Pernyataan

ANGGILIA IRJUANTI
1710070110075

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan scoping review ini yang berjudul “

Efektivitas Beberapa Jenis Masker Terhadap Pencegahan Transmisi Virus”

sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas serta

penghargaan yang sebesar besarnya kepada Ibu Dr.drg.Dhona Afriza, M.Biomed

selaku pembimbing I dan Ibu Dr.drg. Okmes Fadriyanti, Sp.Pros selaku

pembimbing II karena telah memberikan waktunya untuk membimbing dan

memberikan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap kiranya Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

dari segala pihak yang telah bersedia membantu penulis. Akhirnya penulis

mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat menjadi salah satu bahan

pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi

kedepannya, juga dalam usaha peningkatan perbaikan kualitas kesehatan gigi dan

mulut masyarakat. Amin.

Padang, Januari 2021

Penulis

v
ABSTRAK

Pencegahan transmisi virus dengan cara menghindar dari paparan virus tersebut.
Salah satu tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat dilakukan dengan
menggunakan masker. Jenis masker terdiri atas masker medis dan masker non
medis. Masker medis dibagi menjadi dua jenis yaitu masker bedah dan masker
respirator FFP. World Health Organization (WHO) menekankan bahwa
penggunaan masker bedah dan masker respirator FFP harus diprioritaskan bagi
tenaga kesehatan, sedangkan masyarakat dianjurkan menggunakan masker
nonmedis. Tujuan dari scoping review ini untuk mengetahui tingkat efektivitas
dari beberapa jenis masker terhadap pencegahan transmisi virus. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka. Data yang berupa
artikel didapatkan melalui pencarian database PubMed, Science Direct, dan
Google Scholar. Artikel yang dijadikan sampel penelitian adalah artikel yang
dipublikasi pada tahun 2011-2020, artikel yang berbahasa inggris, artikel yang
menggunakan metode penelitian in-vitro, dan artikel yang dapat diakses dengan
gratis. Berdasarkan hasil dari review 15 artikel, menyatakan bahwa penggunaan
masker dapat mencegah transmisi virus. Dari 15 artikel paling banyak membahas
tentang masker N95, masker bedah dan masker kain. Indikator yang digunakan
untuk mengukur efektivitas masker terhadap pencegahan virus adalah filtrasi
efisiensi masker. Masker FFP2 memiliki efektivitas paling tinggi dalam
mencegah penularan virus dengan filtrasi efisiensi 99,9%.
Kata kunci: virus, transmisi, jenis masker, efektivitas

vi
ABSTRACT

The best way to prevent the transmission of the virus is to avoid being exposed of
the virus. Wearing a mask can help prevent the spread of the virus to others.
Types of masks consist of medical masks and non-medical masks. Medical masks
are divided into two types, namely surgical masks and FFP respirator masks.
The World Health Organization (WHO) emphasizes that the use of surgical
masks and FFP respirator masks must be prioritized for health workers, while
people are encouraged to use non-medical masks. The purpose of this scoping
review is to determine the level of effectiveness of several types of masks in
preventing virus transmission. The method used in this research is literature
study method. Data in the form of articles was obtained through database
searches of PubMed, Science Direct, and Google Scholar. The articles used as
research samples are articles published in 2011-2020, articles in English,
articles using in-vitro research methods, and articles that can be accessed for
free. Based on the results of a review of 15 articles, it states that the use of masks
can prevent virus transmission. Most of the 15 articles discuss N95 masks,
surgical masks and cloth masks. The indicator used to measure the effectiveness
of masks against virus prevention is the filtration efficiency of the mask. FFP2
masks have the highest effectiveness in preventing virus transmission with a
filtration efficiency of 99.9%.
Keywords: virus, transmission, type of mask, effectiveness

vii
DAFTAR ISI

Halaman

Sampul Depan................................................................................................. i
Sampul Dalam................................................................................................. ii
Halaman Pengesahan..................................................................................... iii
Halaman Pernyataan Orisinalitas................................................................. iv
Kata Pengantar............................................................................................... v
Abstrak ........................................................................................................... vi
Abstract............................................................................................................. vii
Daftar Isi.......................................................................................................... viii
Daftar Tabel.................................................................................................... x
Daftar Gambar................................................................................................ xi
Daftar Lampiran ............................................................................................ xii
Daftar Singkatan ............................................................................................ xiii
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Ilmiah...................................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis..................................................................................... 6

BAB 2. METODE PENELITIAN ................................................................ 7


2.1 Kriteria Artikel ........................................................................................... 7
2.2 Sumber Informasi....................................................................................... 7
2.3 Strategi Pencarian....................................................................................... 8
2.4 Proses Seleksi Artikel................................................................................. 10
2.5 Ektraksi Data.............................................................................................. 10
2.6 Item Data.................................................................................................... 10
BAB 3. HASIL ................................................................................................ 13
3.1 Hasil Seleksi Sumber Bukti ....................................................................... 13
3.2 Karakteristik Sumber Bukti ....................................................................... 15
3.3 Hasil dari Setiap Sumber Bukti ................................................................. 18
3.4 Sintesis Hasil ............................................................................................. 23

viii
BAB 4. PEMBAHASAN ................................................................................ 34
4.1 Pencegahan Transmisi Virus Dengan Penggunaan Masker....................... 34
4.2 Indikator Untuk Menentukan efektivitas Masker ...................................... 35
4.3 Menentukan Efektivitas Masker................................................................. 35
4.4 Masker yang Digunakan Sebagai Sampel.................................................. 36
4.5 Tingkat Efektivitas Masker......................................................................... 38
4.6 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 39
4.7 Implikasi Penggunaan Masker.................................................................... 39

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 41


5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 41
5.2 Saran .......................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 43
LAMPIRAN.................................................................................................... 48

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Final Keyword dan Query ............................................................. 8


Tabel 2.2 Item Data ...................................................................................... 12
Tabel 3.1 Karakteristik Sumber Bukti............................................................ 15
Tabel 3.2 Hasil dari Setiap Sumber Bukti ..................................................... 18

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Alur Strategi Pencarian............................................................... 9


Gambar 2.2 Alur Proses Seleksi Artikel......................................................... 11
Gambar 3.1 Alur Proses Seleksi Sumber Bukti.............................................. 14
Gambar 4.1 Jenis-Jenis Masker...................................................................... 36

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Item Data ......................................................................... 49


Lampiran 2 Artikel yang Direview................................................................. 64
DAFTAR SINGKATAN

ASTM : American Society for Testing and Material


COVID-19 : Coronavirus Disease 2019
DNA : Deoxyribo Nucleic Acid
FDA : Food and Drug Administration
FE : Filtrasi Efisiensi
FFP : Filtering Facepiece
IMRD : Introduction method results discussion
MERS-CoV : Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
NaCl : Natrium Klorida
NIOSH : National Institute for Occupational Safety and Health
PSL : Partikel Lateks Polistiren
RNA : Ribo Nukleic Acid
SARS-CoV : Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus
WHO : World Health Organization

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus

dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak

diinginkan. Virus adalah agen penyebab infeksi yang berukuran paling kecil.

Virus hanya mengandung satu jenis asam nukleat (RNA atau DNA). Virus

dapat bertahan hidup sangat tergantung pada kemampuannya

mentransmisikan genom mereka dari organisme host yang terinfeksi dengan

yang tidak terinfeksi dan dari sel yang terinfeksi ke sel yang tidak terinfeksi

(Marsh et al., 2006; Carroll et al., 2015; Oky et al., 2018).

Virus dengan potensi pandemik telah muncul dalam beberapa tahun

terakhir, seperti virus influenza H1N1, H5N1, H7N7, Middle East

respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV), dan severe acute

respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV). Virus Influenza memiliki

beberapa karakteristik yang hampir mirip dengan SARS-CoV dan MERS-

CoV, seperti genom RNA dan cara penularannya. Saat ini dunia sedang

berjuang melawan virus baru RNA beta-coronavirus, yang dinamai Severe

Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2

memiliki kemiripan filogenetik dengan SARS-CoV dan penyakit yang

ditimbulkannya disebut dengan COVID-19 (Coronavirus Disease 2019)

(Otter et al., 2016; Ippolito et al., 2020; Szarpak et al., 2020).

1
2

COVID-19 telah menyebar ke seluruh dunia dan WHO (World Health

Organization) menyatakan ini sebagai pandemik. Penyakit yang disebabkan

oleh SARS-CoV-2 memiliki gejala seperti flu yang dapat menjadi serius

pada individu yang berisiko tinggi. SARS-CoV-2 disebut dengan virus

zoonotik yaitu virus yang dapat menginfeksi hewan dan manusia. Host alami

virus ini berasal dari hewan liar yaitu kelelawar (Manigandan et al., 2020;

Pascarella et al., 2020; Shanmugaraj et al., 2020).

Virus ditularkan dari manusia ke manusia dengan berbagai cara yaitu,

ditularkan melalui droplet, aerosol, kontak langsung, dan kontak tidak

langsung. Penularan melalui droplet terjadi saat air liur dan tetesan saluran

pernapasan yang keluar ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara,

atau menyanyi. Droplet saluran napas memiliki ukuran diameter > 5-10 μm

sedangkan droplet yang berukuran diameter ≤ 5 μm disebut sebagai aerosol.

Penularan melalui aerosol terjadi saat virus menguap dan bertahan di udara.

Penularan dengan kontak langsung yaitu penularan virus yang tidak

melibatkan permukaan yang terkontaminasi. Sedangkan penularan tidak

langsung terjadi melalui fomites. Fomites adalah benda/permukaan yang

dapat membawa infeksi virus. Jika seseorang yang menyentuh

benda/permukaan tersebut akan terjangkit apabila menyentuh mata, hidung,

atau mulut (Chua et al., 2020; Jayaweera et al., 2020; Otter et al., 2016).

Pencegahan transmisi virus dengan cara menghindari paparan virus

tersebut. Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang dapat

mengurangi risiko paparan meliputi: penggunaan masker wajah; menutupi


3

mulut dan hidung dengan tisu jika batuk dan bersin kemudian dibuang

dengan aman; cuci tangan dengan sabun atau desinfeksi yang mengandung

setidaknya 60% alkohol; menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi

dan menjaga jarak minimal 1 meter; dan menahan diri untuk menyentuh

mata, hidung, dan mulut dengan tangan (Dzieciatkowski et al., 2020).

Masker adalah alat pelindung pribadi yang dikenakan di wajah,

menutupi hidung dan mulut, dan digunakan untuk mengurangi risiko

menghirup kontaminasi di udara. Masker digolongkan ke dalam dua bagian

yaitu masker medis dan masker non medis. Masker medis dapat dibagi

menjadi dua kelompok utama: masker bedah dan masker respirator FFP yang

dirancang selama pandemik terutama untuk tenaga medis berisiko tinggi.

Masker medis dapat mencegah kontaminasi selama wabah atau penyakit

menular yang menyebar melalui tetesan dengan mengurangi transmisi

droplet dan aerosol (Davies et al., 2013; Hines et al., 2014; Szarpak et al.,

2020).

Masker respirator filtering facepiece (FFP) merupakan salah satu

masker yang paling umum digunakan dalam dunia kesehatan. Masker

respirator FFP dirancang untuk meminimalkan kebocoran segel wajah dan

mencegah inhalasi partikel kecil di udara. Masker ini juga diharuskan melalui

tes filtrasi. Menurut National Institute for Occupational Safety and Health’s

(NIOSH) masker ini memiliki filter yang menghapus setidaknya 95% dari

ukuran partikel di udara. Masker ini juga memiliki beberapa jenis masker

seperti masker N95, N99, N100 dari United States, masker KN95 dari China,
4

dan masker FFP2, FFP3 dari European Union (Hines et al., 2014; Bartoszko

et al., 2020; Klimek et al., 2020; Pattillo, 2020).

Masker bedah adalah masker yang terbuat dari bahan non-woven air-

laid paper (tidak dijahit) dan polypropylene. Masker bedah dirancang hanya

untuk sekali pakai. Karakteristik kinerja masker bedah diuji berdasarkan

serangkaian metode uji standar Food and Drug Administration (FDA).

Masker bedah terdiri dari tiga jenis yaitu, 2-layered surgical mask, 3-layered

surgical mask dan 6-layered surgical mask (Lepelletier et al., 2020; Pattillo,

2020; Sabharwal et al., 2020).

Masker kain merupakan masker non medis yang dibuat dari berbagai

jenis kain tenun dan non-anyaman, seperti poliester, katun, sutra alami, dan

sifon. Masker kain dapat dibuat dari berbagai kombinasi kain, urutan

pelapisan, dan tersedia dalam berbagai bentuk. Kombinasi kain dan bahan

yang tidak terbatas menghasilkan filtrasi yang bervariasi. Penggunaan

masker kain dianggap cukup memadai untuk meminimalisasi kontak

langsung dengan debu, droplets, dan virus tetapi masker kain belum diuji

dengan standar efektivitas apapun (de Sousa, 2020; World Health

Organization, 2020).

Masker medis sekarang langka di banyak negara termasuk Indonesia.

Beberapa waktu lalu masyarakat ramai membeli masker untuk disimpan dan

digunakan sebagai upaya pencegahan wabah virus COVID-19. Hal tersebut

menjadi salah satu penyebab kelangkaan masker di Indonesia. Dalam situasi

seperti ini masyarakat dianjurkan untuk membuat masker kain sendiri di


5

rumah sebagai alternatif untuk mencegah penularan virus, tetapi masih belum

jelas apakah masker kain ini efektif untuk memblokir virus (Ma et al., 2020;

Sunaryo, 2020).

WHO menekankan bahwa penggunaan masker medis dan masker N95

harus diprioritaskan bagi tenaga kesehatan, untuk masyarakat dianjurkan

menggunakan masker nonmedis. WHO sangat mendorong negara-negara

yang menganjurkan penggunaan masker oleh orang-orang sehat di tengah

masyarakat. WHO juga berkolaborasi dengan mitra-mitra penelitian dan

pengembangan untuk lebih memahami efektivitas dan efisiensi masker

nonmedis (WHO, 2020).

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengetahui

efektivitas beberapa jenis masker terhadap pencegahan transmisi virus.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam scoping review ini adalah:

1. Apakah pemakaian masker dapat mencegah transmisi virus?

2. Apa indikator yang digunakan untuk mengukur efektivitas dari

masker?

3. Bagaimana efektivitas dari masker respirator FFP, masker bedah, dan

masker kain terhadap pencegahan transmisi virus?

4. Apa jenis masker yang paling efektif untuk mencegah transmisi virus?

1.3 Tujuan Penelitian

Scoping review ini bertujuan untuk:


6

1. Mengetahui apakah pemakaian masker dapat mencegah transmisi

virus.

2. Mengetahui indikator yang digunakan untuk mengukur efektivitas

dari masker.

3. Mengetahui tingkat efektivitas dari masker respirator filtering FFP,

masker bedah, dan masker kain terhadap pencegahan transmisi virus.

4. Mengetahui jenis masker yang paling efektif untuk mencegah

transmisi virus.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan menjadi tambahan

informasi mengenai efektivitas beberapa jenis masker terhadap

pencegahan transmisi virus.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Kedokteran Gigi

Menambah referensi kepustakaan pada jurusan Kedokteran Gigi

Universitas Baiturrahmah.

2. Bagi Masyarakat

Scoping review ini diharapkan bisa dijadikan informasi

tambahan bagi masyarakat terkait efektivitas beberapa jenis masker

terhadap pencegahan transmisi virus.


BAB 2

METODE PENELITIAN

2.1 Kriteria Artikel

Kriteria inklusi artikel yang digunakan dalam scoping review ini

adalah artikel yang mencakup topik tentang efektivitas beberapa jenis

masker terhadap pencegahan transmisi virus, artikel yang dipublikasi

pada tahun 2011-2020, artikel yang berbahasa Inggris, artikel

menggunakan metode penelitian secara in vitro, dan open access

journal. Kriteria eksklusi artikel pada scoping review ini adalah artikel

ganda, artikel yang tidak dapat diakses, dan jenis artikel yang digunakan

selain original paper, disertasi, dan white papers.

Original paper adalah artikel yang ditulis berdasarkan standar

IMRD, yaitu terdiri dari introduction, method, results, dan discussion

(Musa & Khamis, 2016). White papers adalah sebuah laporan resmi

yang dikeluarkan oleh pemerintah atau lembaga yang berwenang untuk

menguraikan suatu kebijakan atau memberikan penjelasan resmi

mengenai suatu masalah atau membuat sebuah keputusan (Campbell et

al., 2020).

2.2 Sumber Informasi

Sumber informasi yang digunakan adalah bibliographic searching

dan grey literature. Bibliographic searching adalah pencarian artikel

melalui database digital/elektronik. Database elektronik yang digunakan

adalah jenis dokumen yang meliputi original paper, disertasi, dan white

7
8

papers. Database bibliographic searching didapatkan melalui pencarian

keyword dari PubMed dan Science Direct. Database grey literature

didapatkan melalui pencarian keyword dan query di Google Scholar

(Gasparyan et al., 2013).

2.3 Strategi Pencarian

Database Keyword dan Query


PubMed Keywords: Virus, virus transmission, prevention of
virus, masks, filtering facepiece respirator mask,
surgical-mask, cloth-mask, FFP2-mask FFP3-mask,
N95-mask, N99-mask, N100-mask, KN95-mask, 2-
layered surgical mask, 3-layered surgical mask, 6-
layered surgical mask
Query: Virus AND virus transmission AND prevention
of virus AND masks AND filtering facepiece respirator
mask AND surgical mask AND cloth-mask OR FFP2-
mask OR FFP3-mask OR N95-mask OR N99-mask OR
N100-mask OR KN95-mask OR surgical-masks OR 2-
layered surgical mask OR 3-layered surgical mask OR
6-layered surgical mask
Science Direct Keywords: Virus, virus transmission, prevention of
virus, masks, filtering facepiece respirator mask,
surgical-mask, cloth-mask, FFP2-mask FFP3-mask,
N95-mask, N99-mask, N100-mask, KN95-mask, 2-
layered surgical mask, 3-layered surgical mask, 6-
layered surgical mask
Query: Virus AND virus transmission AND prevention
of virus AND mask AND Filtering facepiece mask
AND surgical-masks AND cloth-masks OR FFP2-
mask, FFP3-mask OR N95-mask, N99-mask, N100-
mask, KN95-mask, 2-layered surgical mask, 3-layered
surgical mask, 6-layered surgical mask
Google Scholar Keywords: Virus, virus transmission, prevention of
virus, masks, filtering facepiece respirator mask,
surgical-mask, cloth-mask, FFP2-mask FFP3-mask,
N95-mask, N99-mask, N100-mask, KN95-mask, 2-
layered surgical mask, 3-layered surgical mask, 6-
layered surgical mask
Query: Virus AND virus transmission AND prevention
of virus AND masks AND filtering facepiece respirator
mask AND surgical mask AND cloth-mask OR FFP2-
mask OR FFP3-mask OR N95-mask OR N99-mask OR
9

N100-mask OR KN95-mask AND surgical-masks OR


2-layered surgical mask OR 3-layered surgical mask

Initial keyword
Database

Gambar 2.1 Alur Strategi Pencarian


Grey Literature
PubMed n=
OR 6-layered surgical mask

Science Direct n= Google Scholar n=


Total seluruh artikel n =
Tabel 2.1 Final keyword

Final keyword
Database: Pubmed dan Science
direct
Grey literature: Google Scholar
N=
10

2.4 Proses Seleksi Artikel

Proses seleksi artikel bertujuan untuk mengidentifikasi studi yang

akan dimasukkan ke dalam scoping review (Ahmad et al., 2020). Proses

seleksi artikel terdiri dari dua tahap. Tahap pertama, yaitu artikel akan

dilakukan penapisan berdasarkan judul, abstrak, dan kriteria inklusi dan

eksklusi dengan menggunakan filter dari database. Tahap kedua, yaitu

artikel yang lolos pada proses seleksi artikel tahap pertama akan

dilakukan peninjauan full-text pada artikel tersebut (Djasri et al., 2019).

Proses seleksi artikel dapat dilihat pada gambar 2.2.

2.5. Ektraksi Data

Hasil pencarian database di PubMed, Science Direct, dan Google Sc

holar telah terkumpul artikel dan daftar dari semua artikel tersebut

dimasukkan kedalam master tabel. Kemudian artikel disaring sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Artikel yang tersisa

sesuai dengan kriteria akan dimasukkan beberapa variabel, seperti

penulis, tahun terbit, judul artikel, sampel penelitian, metode penelitian

dan hasil penelitian, lalu beberapa variabel tersebut dirangkum di item

data.

2.6. Item Data

Item data adalah daftar dan definisi variabel penelitian yang datanya

diambil dari setiap artikel yang direview. Item data berisi nama penulis,

tahun terbit, judul artikel, nama jurnal/situs, negara penerbit, sampel


11

penelitian, metode penelitian dan hasil dari penelitian. Item data dapat

dilihat pada tabel 2.2.

Google Scholar
PubMed Science Direct
identification

Total artikel
{N= }
Artikel yang ganda
(duplicated removed)
{n= }

Artikel untuk penyaringan Artikel yang dikeluarkan setelah


judul dan abstrak {n= } penyaringan abstrak dan judul
screening

{n = }
- Tidak dipublikasi antara 2011-
2020
- Tidak membahas tentang
efektivitas dari beberapa jenis
masker terhadap pencegahan
transmisi virus
- Artikel tidak dapat diakses
- Artikel selain bahasa Inggris
- Artikel selain original paper,
eligibility

disertasi dan white papers.

0 bu
Artikel untuk pembacaan
full-text {n}

Artikel yang dikeluarkan setelah


pembacaan full-text {n= }
included

-Hasil penelitian tidak sesuai

Artikel terdahulu yang


relevan dengan
penulisan ini {n =}
Gambar 2.2 Alur Proses Seleksi Artikel
12

Tabel 2.2 Item Data

Artikel 1

Penulis
Tahun terbit

Nama jurnal/situs

Judul

Negara penerbit

Sampel penelitian

Metode Penelitian

Hasil penelitian
BAB 3

HASIL

3.1 Hasil Seleksi Sumber Bukti


Hasil seleksi sumber bukti yang didapat adalah 15 artikel. Proses

seleksi artikel terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama melakukan

pencarian artikel melalui database PubMed, Science Direct, dan Google

Scholar dengan menggunakan keyword dan query yang telah ditentukan.

Dari proses pencarian tersebut didapatkan 534 artikel dari PubMed, 264

artikel dari Science Direct, dan 701 artikel dari Google Scholar. Total

keseluruhan artikel dari ketiga database sebanyak 1499 artikel yang

dimasukan ke dalam master tabel pada microsoft excel. Tahap kedua

seluruh artikel dilakukan penyaringan duplikasi diperoleh 102 artikel

ganda, proses seleksi artikel dilakukan menggunakan software microsoft

excel. Hasil dari penyaringan duplikasi tersisa 1397 artikel. Tahap ketiga

dilakukan penyaringan kembali dengan menyaring judul dan abstrak yang

sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, dari penyaringan tersebut

dipereloh 1263 artikel yang dikeluarkan. Hasil dari penyaringan judul dan

abstrak yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi tersisa 134

artikel. Tahap keempat dilakukan penyaringanya kembali dengan

membaca full-text. Setelah penyaringan full-text diperoleh 119 artikel

tidak relevan dan hasil penelitian tidak sesuai dengan topik scoping

review. Hasil dari penyaringan full-text tersisa 15 artikel yang relevan

untuk dijadikan sumber bukti, dapat dilihat pada gambar 3.1.

13
14

Google Scholar
PubMed Science Direct
{n =701}
{n = 534} {n = 264}
identification

Total artikel
{N= 1499}
Artikel yang ganda
(duplicated removed)
{n =102}

Artikel untuk penyaringan Artikel yang dikeluarkan setelah


judul dan abstrak {n =1397} penyaringan abstrak dan judul
screening

{n = 1263}
- Tidak dipublikasi antara 2011-
2020
- Tidak membahas tentang
efektivitas dari beberapa jenis
masker terhadap pencegahan
transmisi virus
- Artikel tidak dapat diakses
- Artikel selain bahasa Inggris
- Artikel selain original paper,
eligibility

disertasi dan white papers.

0 bu
Artikel untuk
pembacaan full-text {n=
134}
Artikel yang dikeluarkan setelah
pembacaan full-text {n = 119}
included

-Hasil penelitian tidak sesuai

Artikel terdahulu yang


relevan dengan
penulisan ini {n = 15}

Gambar 3.1 Alur Proses Seleksi Sumber Bukti


15

3.2 Karakteristik Sumber Bukti


Karakteristik sumber bukti merupakan data pada artikel yang masuk
dalam kriteria inklusi, dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Karakteristik Sumber Bukti

Total Artikel PubMed Science Grey


Karakteristik (N= 15) (n=10) Direct Literature
Artikel (n=1) (n=4)
No % No % No % No %
Tahun publikasi
1. 2011-2015 3 20 3 30
2. 2016-2020 12 80 7 70 1 100 4 100
Lokasi penelitian
1. USA 9 60 6 60 1 100 2 50
2. China 3 20 2 20 1 25
3. India 1 6,7 1 25
4. Australia 1 6,7 1 10
5. Inggris 1 6,7 1 10
Bahasa Inggris 15 100 10 100 1 100 4 100
Metode penelitian untuk filtrasi aerosol
1. Nebulizer 8 53,3 7 70 1 100
2. Automated 4 26,7 3 30 1 25
filter tester 1 25
3. Pengujian 1 6,7
NIOSH dan 1 25
ASTM 1 25
4. Dibuat
dengan pipa 1 6,7
kaca
5. Polydisperse 1 6,7
aerosol
generation
Jenis masker untuk sampel uji
1. Masker N95 13 86,7 8 80 1 100 4 100
2. Masker KN95 2 13,3 1 100 1 25
3. Masker FFP2 1 6,7 1 10
4. Masker N99 1 6,7 1 10
5. Masker 1 6,7 1 10
respirator 3M
6. Masker KF94 1 6,7 1 25
7. Masker bedah 13 86,7 9 90 1 100 3 75
8. Masker sekali 1 6,7 1 10
pakai
9. Masker kain 9 60,0 4 40 1 100 4 100
16

Artikel yang masuk dalam kriteria inklusi pada scoping review ini

ditemukan sebanyak 15 artikel, 10 artikel dari PubMed, 1 artikel dari Science

Direct, dan 4 artikel dari Grey Literature. Karakteristik dari 15 artikel yang

telah diindentifikasi, yaitu berdasarkan tahun publikasi dalam kurun waktu 10

tahun terakhir. Ditemukan 3 artikel pada tahun 2011-2015 dengan persentase

20% dan 12 artikel pada tahun 2016-2020 dengan persentase 80%.

Ditemukan di PubMed 3 artikel pada tahun 2011-2015 dengan persentase

30% dan 7 artikel pada tahun 2016-2020 dengan persentase 70%. Ditemukan

di Science Direct 1 artikel pada tahun 2011-2015 dengan persentase 100%.

Ditemukan di Grey Literature 4 artikel pada tahun 2011-2015 dengan

persentase 100%. Berdasarkan lokasi penelitian terdapat 9 artikel dibuat di

USA dengan persentase 60%, 3 artikel dibuat di China dengan persentase

20%, 1 artikel dibuat di India dengan persentase 6,7%, 1 artikel dibuat di

Australia dengan persentase 6,7%, dan 1 artikel dibuat di Inggris dengan

persentase 6,7%. Ditemukan di PubMed 6 artikel dibuat di USA dengan

persentase 60%, 2 artikel dibuat di China dengan persentase 20%, 1 artikel

dibuat di Australia dengan persentase 10%, dan 1 artikel dibuat di Inggris

dengan persentase 10%. Ditemukan di Science Direct 1 artikel dibuat di USA

dengan persentase 100%. Ditemukan di Grey Literature terdapat 2 artikel

dibuat di USA dengan persentase 50%, 1 artikel dibuat di China dengan

persentase 25%, 1 artikel dibuat di India dengan persentase 25%.

Berdasarkan bahasa, semua artikel menggunakan bahasa inggris dengan

persentase 100%.
17

Metode penelitian yang digunakan dari semua artikel adalah metode in-

vitro dengan alat uji filtrasi aerosol. Berdasarkan penggunaan alat filtrasi

aerosol terdapat 8 artikel menggunakan nebulizer dengan persentase 53%, 4

artikel menggunakan automated filter tester dengan persentase 26,7%, 1

artikel menggunakan pengujian NIOSH (National Institute for Occupational

Safety and Health) dan ASTM (American Society for Testing and Material)

dengan persentase 6,7%, 1 artikel dibuat dengan pipa kaca dengan persentase

6,7%, dan 1 artikel menggunakan polydisperse aerosol generation dengan

persentase 6,7%. Ditemukan di PubMed terdapat 7 artikel menggunakan

nebulizer dengan persentase 70%, dan 3 artikel menggunakan automated

filter tester dengan persentase 30%. Ditemukan di Science Direct 1 artikel

menggunakan nebulizer dengan persentase 100 %. Ditemukan di Grey

Literature 1 artikel menggunakan automated filter tester dengan persentase

25%, 1 artikel menggunakan pengujian NIOSH dan ASTM dengan persentase

25%, 1 artikel dibuat dengan pipa kaca dengan persentase 25%, dan 1 artikel

menggunakan polydisperse aerosol generation dengan persentase 25%.

Berdasarkan sampel penelitian dari 15 artikel didapatkan 13 artikel

menggunakan sampel masker N95 dengan persentase 86,7%; 2 artikel

menggunakan sampel masker KN95 dengan persentase 13,3 %; 1 artikel

menggunakan sampel masker FFP2 dengan persentase 6,7%; 1 artikel

menggunakan sampel masker N99 dengan persentase 6,7%; 1 artikel

menggunakan sampel masker respirator 3M dengan persentase 6,7%; 1 artikel

menggunakan sampel masker KF94 dengan persentase 6,7%; 13 artikel


18

menggunakan sampel masker bedah dengan persentase 86,7%; 1 artikel

menggunakan sampel masker sekali pakai 6,7%; dan 9 artikel menggunakan

sampel masker kain dengan persentase 60%.

3.3 Hasil dari Setiap Sumber Bukti


Hasil dari setiap setiap sumber bukti didapatkan dengan cara mereview 15
artikel yang relevan sesuai dngan topik dan hasilnya akan disajikan dalam
tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hasil dari Setiap Sumber Bukti

No Metode Penelitian Masker Nama Hasil Rata-


Uji Peneliti, Penelitian Rata
Tahun
Terbit
1 Alat uji filtrasi N95 Zhou et al., >99,7 % 99,48%
aeresol nebulizer 2018
menggunakan virus
Wen et al., N95 jenis F
model bakteriofag
2013 99.75%, N95
MS2
jenis G 97.98%

Whiley et al., 99,90%


2020
N99 Wen et al., 99,88% 99,88%
2013
Bedah Wen et al., 99,81% , 98,95%
2013 99,74% ,
98,28% ,
99,73% , dan
99,93%.
Whiley et al., 98%- 99%
2020
Davies et al., 89,52%
2013
sekali Whiley et al., 98%-99% 98,50%
pakai 2020
kain Whiley et al., 50%-63% 60%
2020
Davies et al., Masker kain
2013 kaos katun
19

100% 50,85%,
masker kain syal
48,87%, masker
kain handuk teh
72,46%, masker
kain sarung
bantal 57,13%,
masker kain
sarung bantal
antimikroba
68,90%, masker
kain tas
penyedot debu
85,95%, masker
kain campuran
kapas 70,24%,
masker kain
masker kain
linen 61,67%,
dan masker kain
sutra 54,32%
2 Alat uji filtrasi N95 Zhou et al., >99,7 % 99,70%
aeresol nebulizer 2018
menggunakan jenis
FFP2 Bernard et 99,90% 99,90%
virus influenza
al., 2020
Bedah Bernard et 96,20% 96,20%
al., 2020
3 Alat uji filtrasi N95 Patel et al., N95 80–90%, 94,5%
aeresol nebulizer 2016 Dan N95
mengunakan tersegel 100%.
partikel NaCl
aerosol
Zhou et al., >99,3 %
2018
Hao et al., 94,40%
2020
Skaria et al., N95 84,47%
2014 dan saat disegel
98,98%

KN95 Hao et al., 94,40% 94,40%


2020
bedah Patel et al., Masker bedah 47,7%
2016 Smnat 5–20%
masker bedah
SF 50%,
20

Hao et al., 73,4%,


2020
Skaria et al., Masker
2014 bedahnat 22,7%,
SF 49,21%
filtrasi saat segel
menjadi 84,52%
PT (SF dengan
filter serat
nano)65,03%
dan saat disegel
82,68%
kain Hao et al., dibawah 60% 60%
2020
4 Alat uji filtrasi N95 Zhou et al., >99,7 % 99,70%
aeresol nebulizer 2018
menggunakan
Staphylococcus
aureus (S. aureus)
5 Alat uji filtrasi N95 Zhou et al., >99,3 % 99,30%
aeresol nebulizer 2018
menggunakan
minyak parafin
(model polutan)
6 Alat uji filtrasi N95 Zhou et al., >99,7 % 99,70%
aeresol nebulizer 2018
menggunakan jenis
Rhinovirus 14

7 Alat uji filtrasi N95 Rengasamy 99,6-99,9% 99,70%


aeresol automated et al., 2017
filter tester
Bedah Rengasamy Masker bedah 99,70%
menggunakan
et al., 2017 99,6-99,9%
Staphylococcus
aureus (S. aureus)
8 Alat uji filtrasi N95 Long et al., 98,89% 97,43%
aeresol automated 2020
filter tester
Mueller et Masker N95-1 >
menggunakan
al., 2020 99% , N95-2
partikel NaCl
90%
Lu et al., 97,40%
2020
Rengasamy 98,15-99,68%
et al., 2017
Respirator Long et al., 99,43% 99,43%
3M 2020
21

KF94 Lu et al., 95,70% 95,70%


2020
Bedah Long et al., 74,36% 73,58%
2020
Mueller et 53% - 75%
al., 2020
Lu et al., 84,40%
2020
Rengasamy 54,74-88,40%
et al., 2017
kain Long et al., 35% - 53%. 52,25%
2020
Mueller et <30% hingga
al., 2020 91%
9 Alat uji filtrasi N95 Lu et al., N95,93,8% 96,77%
  aeresol automated 2020
filter tester
menggunakan Rengasamy 99,74–99,99%
partikel lateks et al., 2017
polistiren (PSL)
KF94 Lu et al., 96,60% 96,60%
2020

10 Alat uji filtrasi N95 Rengasamy 99.62–99.9% 99,76%


aeresol automated et al., 2017
filter tester
menggunakan
partikel berukuran
3.0 μm yang
mengandung phiX
174 dan
Escherichia coli
11 Alat uji filtrasi N95 Joshi et al., 96.64% 96.64%
aeresol dibuat 2020
dengan pipa kaca
yang memiliki Bedah Joshi et al., 42,44% 42,44%
ketentuan untuk 2020
menahan bahan
kain Joshi et al., 14.48% 14.48%
filter menggunakan
2020
partikel NaCl
12 Alat uji filtrasi N95 Konda et al., 85 % - 99.9 % 92%
Polydisperse 2020
22

Aerosol Generation Bedah Konda et al., 76% - 99,6% 88%


menggunakan NaCl 2020
polidispersi
kain Konda et al., di atas 50% 50%
2020

13 Alat uji filtrasi N95 Berger et al., 98,0%, 95,4%, 96%


aeresol serupa yang 2020 dan 95,1%,
digunakan sesuai
dengan metode
pengujian NIOSH
dan ASTM
menggunakan
partikel polidispersi
dari udara KN95 Berger et al., 86,3% dan 85%
2020 83,9%
14 Alat uji filtrasi Bedah Davies et al., 96,35% 96,35%
aeresol nebulizer 2013
menggunakan B
atrophaeus kain Davies et al., Masker kain 62,42%
2013 kaos katun
100% 69,42
(70,66)%,
masker kain syal
62,30%, masker
kain handuk teh
83,24 (96,71)%,
masker kain
sarung bantal
61,28 (62,38)%,
masker kain
sarung bantal
antimikroba
65,62%, masker
kain tas
penyedot debu
94,35%, masker
kain campuran
kapas 74,60%,
masker kain
masker kain
linen 60,00%,
dan masker kain
sutra 58,00%
3.4 Sintesis Hasil

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu tentang

pencegahan transmisi virus terhadap penggunaan berbagai jenis masker,


23

memiliki hasil penelitian yang beragam. Berdasarkan sampel penelitian

terdapat 22 penelitian yang menggunakan sampel masker N95 dengan

metode penelitian yang beragam. Masker N95 yang menggunakan metode

penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol nebulizer menggunakan

virus model bakteriofag MS2 terdapat 3 penelitian yang sama, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Zhou et al., tahun 2018; Wen et al., tahun

2013; dan Whiley et al., tahun 2020. Menurut Zhou et al., yang melakukan

penelitian menggunakan sampel masker N95 menunjukkan filtrasi efisiensi >

99,7% (Zhou et al., 2018). Selanjutnya penelitian oleh Wen et al., masker

N95 jenis F memiliki filtrasi 99,75%, masker N95 jenis G memiliki filtrasi

97,98% (Wen et al., 2013). Selanjutnya penelitian oleh Whiley et al., masker

N95 memiliki filtrasi 99,9% (Whiley et al., 2020).

Penelitian masker N95 yang menggunakan metode penelitian in vitro

dengan alat uji filtrasi aerosol nebulizer menggunakan jenis virus influenza

terdapat 1 buah penelitian, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Zhou et al.,

tahun 2018, yang menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 > 99,7%.

Penelitian dengan sampel masker N95 yang menggunakan metode penelitian

in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol nebulizer menggunakan

Staphylococcus aureus (S. aureus) terdapat 1 buah penelitian, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Zhou et al., yang menunjukkan filtrasi

efisiensi masker N95 > 99,7%. Penelitian dengan sampel masker N95 yang

menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol

nebulizer menggunakan jenis Rhinovirus 14 terdapat 1 buah penelitian, yaitu


24

penelitian yang dilakukan oleh Zhou et al., yang menunjukkan filtrasi

efisiensi masker N95 > 99,7% (Zhou et al., 2018)

Penelitian masker N95 yang menggunakan metode penelitian in vitro

dengan alat uji filtrasi aerosol nebulizer menggunakan jenis virus influenza

terdapat 1 buah penelitian, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Zhou et al.,

tahun 2018, yang menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 >99,3 % (Zhou

et al., 2018).

Penelitian masker N95 yang menggunakan metode penelitian in vitro

dengan alat uji filtrasi aerosol nebulizer menggunakan partikel NaCl aerosol

terdapat 4 penelitian yang sama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Zhou

et al., tahun 2018; Patel et al., tahun 2016; Hao et al., tahun 2020; dan Skaria

et al., tahun 2014. Menurut Zhou et al., yang melakukan penelitian

menggunakan sampel masker N95 menunjukkan filtrasi efisiensi > 99,3%

(Zhou et al., 2018). Hasil penelitian dari Patel et al., menunjukkan filtrasi

efisiensi masker N95 80–90% dan masker N95 tersegel 100% (Patel et al.,

2016). Selanjutnya hasil penelitian oleh Hao et al., menunjukkan filtrasi

efisiensi masker N95 94,4% (Hao et al., 2020). Hasil penelitian oleh Skaria

et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 84,47% dan saat disegel

98,98% (Skaria et al., 2014).

Penelitian masker N95 yang menggunakan metode penelitian in vitro

dengan alat uji filtrasi aerosol automated filter tester yang menggunakan

Staphylococcus aureus (S. aureus) terdapat 1 buah penelitian, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Rengasamy et al., tahun 2017, yang


25

menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 99,6 - 99,9% (Rengasamy et al.,

2017).

Penelitian masker N95 yang menggunakan metode penelitian in vitro

dengan alat uji aerosol automated filter tester yang menggunakan partikel

NaCl terdapat 4 penelitian yang sama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Long et al.,tahun 2020; Mueller et al., tahun 2020; Lu et al., tahun 2020;

dan Rengasamy et al., tahun 2017. Hasil penelitian Long et al., menunjukkan

filtrasi efisiensi masker N95 98,89% (Long et al., 2020). Hasil penelitian

Mueller et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95-1 > 99% dan

masker N95-2 90% (Mueller et al., 2020). Selanjutnya hasil penelitian oleh

Lu et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 97,4% (Lu et al., 2020).

Hasil penelitian Rengasamy et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95

98,15 - 99,68% (Rengasamy et al., 2017).

Penelitian masker N95 yang menggunakan metode penelitian in vitro

dengan alat uji aerosol automated filter tester yang menggunakan partikel

lateks polistiren (PSL) terdapat 2 penelitian yang sama, yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Lu et al., tahun 2020 dan Rengasamy et al., tahun 2017. Hasil

penelitian oleh Lu et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 93,8%

(Lu et al., 2020). Selanjutnya hasil penelitian Rengasamy et al.,

menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 99,74–99,99% (Rengasamy et al.,

2017).

Penelitian masker N95 yang menggunakan metode penelitian in vitro

dengan alat uji aerosol automated filter tester yang menggunakan partikel
26

berukuran 3.0 μm yang mengandung phiX 174 dan Escherichia coli terdapat

1 penelitian yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rengasamy et al., tahun

2017 dengan hasil penelitian menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95

99,62–99,9% (Rengasamy et al., 2017).

Penelitian masker N95 yang menggunakan metode penelitian in vitro

dengan alat uji filtrasi aerosol dibuat dengan pipa kaca yang memiliki

ketentuan untuk menahan bahan filter menggunakan partikel NaCl terdapat 1

penelitian yaitu penelitian yang dilakukan oleh Joshi et al., tahun 2020

dengan hasil penelitian menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 96,64%

(Joshi et al., 2020).

Penelitian masker N95 yang menggunakan metode penelitian in vitro

dengan alat uji filtrasi polydisperse aerosol generation menggunakan NaCl

polidispersi terdapat 1 penelitian yaitu penelitian yang dilakukan oleh Konda

et al., tahun 2020 dengan hasil penelitian menunjukkan filtrasi efisiensi

masker N95 85 % - 99,9 % (Konda et al., 2020).

Penelitian masker N95 yang menggunakan metode penelitian in vitro

dengan alat uji filtrasi aerosol serupa yang digunakan sesuai dengan metode

pengujian NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health)

dan ASTM (American Society for Testing and Material) menggunakan

partikel polidispersi dari udara terdapat 1 penelitian yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Berger et al., tahun 2020 dengan hasil penelitian

menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 98,0%; 95,4%; dan 95,1% (Berger

et al., 2020).
27

Penelitian masker KN95 terdapat 2 penelitian yang sama tetapi

menggunakan metode penelitian yang berbeda, yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Hao et al., tahun 2020 dan Berger et al.,tahun 2020.

penelitian yang dilakukan oleh Hao et al., menggunakan metode penelitian

in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol nebulizer mengunakan partikel NaCl

aerosol, dengan hasil penelitian menunjukkan filtrasi efisiensi masker KN95

94,4% (Hao et al., 2020). Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Berger

et al., menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol

serupa yang digunakan sesuai dengan metode pengujian NIOSH dan ASTM

menggunakan partikel polidispersi dari udara, dengan hasil menunjukkan

filtrasi efisiensi masker KN95 86,3% dan 83,9% (Berger et al., 2020).

Penelitian masker FFP2 dilakukan oleh Bernard et al., pada tahun 2020.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi

aerosol nebulizer yang menggunakan jenis virus influenza. Hasil dari

penelitian menunjukkan filtrasi efisiensi masker FFP2 99,9 % (Bernard et al.,

2020).

Penelitian selanjutnya menggunakan masker N99 sebagai sampel

penelitian. Penelitian ini dilakukan oleh Wen et al., pada tahun 2013 yang

menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol

nebulizer yang menggunakan virus model bakteriofag MS2. Hasil dari

penelitian menunjukkan filtrasi efisiensi masker N99 99.88% (Wen et al.,

2013).
28

Penelitian masker respirator 3M dilakukan oleh Long et al., tahun 2020.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji aerosol

automated filter tester yang menggunakan partikel NaCl. Hasil dari

penelitian menunjukkan filtrasi efisiensi masker respirator 3M 99,43% (Long

et al., 2020).

Penelitian masker KF94 dilakukan oleh Lu et al., pada tahun 2020,

dengan 2 metode penelitian yang berbeda. Penelitian pertama menggunakan

metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol automated filter

tester yang menggunakan partikel NaCl, dengan hasil penelitian

menunjukkan filtrasi efisiensi masker KF94 95,7%. Selanjutnya penelitian

kedua menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol

automated filter tester yang menggunakan PSL, dengan hasil penlitian

menunjukkan filtrasi efisiensi masker KF94 96,6% (Lu et al., 2020).

Hasil studi menunjukkan 15 penelitian menggunakan masker bedah,

dengan metode penelitian yang beragam. Masker bedah yang menggunakan

metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol nebulizer

menggunakan virus model bakteriofag MS2 terdapat 3 penelitian yang sama,

yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wen et al., 2013; Whiley et al., 2020;

dan Davies et al., 2013. Hasil penelilian yang dilakukan oleh Wen et al.,

terahadap 5 buah masker bedah menunjukkan filtrasi efisiensi 99,81%;

99,74%; 98,28%; 99,73%; dan 99,93% (Wen et al., 2013). Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Whiley et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker

bedah 98%-99% (Whiley et al., 2020). Selanjutnya hasil penelitian oleh


29

Davies et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedah 89,52% (Davies et

al., 2013).

Penelitian masker bedah dilakukan oleh Bernard et al., tahun 2020.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi

aerosol nebulizer menggunakan virus influenza. Hasil penelitian

menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedah 96,2 % (Bernard et al., 2020).

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Davies et al., tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi

aerosol nebulizer menggunakan B atrophaeus. Hasil penelitian menunjukkan

filtrasi efisiensi masker bedah 96,35% (Davies et al., 2013).

Masker bedah yang menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat

uji filtrasi aerosol nebulizer menggunakan partikel NaCl terdapat 3 penelitian

yang sama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Patel et al., tahun 2016; Hao

et al., tahun 2020; dan Skaria et al., tahun 2014. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Patel et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedah

Smnat 5 – 20% masker bedah SF 50% (Patel et al., 2016). Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Hao et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedah

73,4% (Hao et al., 2020). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Skaria et al.,

menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedahnat 22,7%, SF 49,21% filtrasi

saat segel menjadi 84,52% PT (SF dengan filter serat nano) 65,03% dan

saat disegel 82,68% (Skaria et al., 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Rengasamy et al., tahun 2017

menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol


30

automated filter tester yang menggunakan Staphylococcus aureus (S.

aureus). Hasil dari penelitian ini menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedah

99,6-99,9% (Rengasamy et al., 2017).

Masker bedah yang menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat

uji filtrasi aerosol automated filter tester yang menggunakan partikel NaCl

terdapat 4 penelitian yang sama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Long

et al., tahun 2020; Mueller et al., tahun 2020; Lu et al., tahun 2020; dan

Rengasamy et al., tahun 2017. Hasil penelitian Long et al., menunjukkan

filtrasi efisiensi masker bedah 74,36% (Long et al., 2020). Hasil penelitian

Mueller et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedah 53% - 75%

(Mueller et al., 2020). Selanjutnya hasil penelitian Lu et al., menunjukkan

filtrasi efisiensi masker bedah 84,4% (Lu et al., 2020). Hasil penelitian

Rengasamy et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedah 54,74 -

88,40% (Rengasamy et al., 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Joshi et al., tahun 2020 menggunakan

metode penelitian in vitro dengan alat filtrasi aerosol dibuat dengan pipa

kaca yang memiliki ketentuan untuk menahan bahan filter menggunakan

partikel NaCl. Hasil dari penelitian ini menunjukkan filtrasi efisiensi masker

bedah 42,44% (Joshi et al., 2020). Selanjutnya penelitian yang dilakukan

Konda et al., tahun 2020 menggunakan metode penelitian in vitro dengan

alat uji filtrasi polydisperse aerosol generation menggunakan NaCl

polidispersi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan filtrasi efisiensi masker

bedah 76% - 99,6% (Konda et al., 2020).


31

Penelitian masker sekali pakai dilakukan oleh Whiley et al., tahun 2020.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian in vitro dengan filtrasi aerosol

nebulizer menggunakan virus model bakteriofag MS2. Hasil dari penelitian

menunjukkan filtrasi efisiensi masker sekali pakai 98% - 99% (Whiley et al.,

2020).

Penelitian masker kain terdapat 8 penelitian yang sama tetapi

menggunakan metode penelitian yang beragam. Masker kain yang

menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol

nebulizer menggunakan virus model bakteriofag MS2 terdapat 2 penelitian

yang sama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Whiley et al., tahun 2020

dan Davies et al., tahun 2013. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Whiley

et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker kain 50% - 63% (Whiley et al.,

2020). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Davies et al., yang melakukan

penelitian terhadap beberapa jenis kain, menunjukkan filtrasi efisiensi

masker kain kaos katun 100% 50,85%, masker kain syal 48,87%, masker

kain dari handuk teh 72,46%, masker kain dari sarung bantal 57,13%, masker

kain sarung bantal antimikroba 68.90%, masker kain tas penyedot debu

85,95%, masker kain campuran kapas 70,24%, masker kain linen 61,67%,

dan masker kain sutra 54,32% (Davies et al., 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Davies et al., tahun 2013 menggunakan

metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol nebulizer

menggunakan B atrophaeus. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap

beberapa jenis kain, menunjukkan filtrasi efisiensi Masker kain kaos katun
32

100% 69,42 (70,66)%, masker kain syal 62,30%, masker kain dari handuk

teh 83,24 (96,71)%, masker kain dari sarung bantal 61,28 (62,38)%, masker

kain sarung bantal antimikroba 65,62%, masker kain tas penyedot debu

94,35%, masker kain campuran kapas 74,60%, masker kain linen 60,00%,

dan masker kain sutra 58,00% (Davies et al., 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Hao et al., tahun 2020 menggunakan

metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol nebulizer

menggunakan partikel NaCl. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap

masker kain menunjukkan filtrasi efisiensi masker kain dibawah 60% (Hao

et al., 2020).

Masker kain yang menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat

uji filtrasi aerosol automated filter tester yang menggunakan partikel NaCl

terdapat 2 penelitian yang sama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Long

et al., tahun 2020 dan Mueller et al., tahun 2020. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Long et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker kain

berkisar antara 35% dan 53% (Long et al., 2020). Selanjutnya hasil

penelitian oleh Mueller et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker kain

30% hingga 91% (Mueller et al., 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Joshi et al., tahun 2020 yang

menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol dibuat

dengan pipa kaca yang memiliki ketentuan untuk menahan bahan filter

menggunakan partikel NaCl. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

filtrasi efisiensi masker kain 14,48% (Joshi et al., 2020). Selanjutnya


33

penelitian yang dilakukan oleh Konda et al., tahun 2020 yang menggunakan

alat uji filtrasi polydisperse aerosol generation menggunakan NaCl

polidispersi. Hasil penelitian yang dilakukan dari beberapa jenis masker lain

menunjukkan menunjukkan filtrasi efisiensi masker kain katun, masker sutra

alami, dan masker kain sifon baik biasanya di atas 50% (Konda et al., 2020).
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pencegahan Transmisi Virus Dengan Penggunaan Masker

Virus merupakan agen penyebab penyakit yang dapat menular dari

manusia kemanusia dalam waktu yang cepat. Penularan virus terjadi

melalui kontak langsung, tidak langsung, droplet dan aerosol di udara,

untuk itu pengendalian penularan melalui udara menjadi lebih penting

(Wen et al., 2013). Pencegahan infeksi virus di udara dapat dicegah

melalui penggunaan masker. Keefektifan masker tersebut untuk

menghidari virus dan polutan bergantung pada kemampuan masker untuk

menahan penetrasi kontaminan yang terbawa udara. Ada banyak jenis

masker yang tersedia, dan jenis yang berbeda menawarkan tingkat kinerja

perlindungan yang sangat berbeda ( Zhou et al., 2018).

Penggunaan masker merupakan bagian dari seluruh upaya

pencegahan transmisi virus. Masker dapat mengurangi kemungkinan

infeksi, tetapi tidak menghilangkan risiko, terutama ketika suatu penyakit

memiliki lebih dari satu jalur penularan. Jadi, masker apa pun tidak akan

berpengaruh dari segi efisiensi penyaringannya atau seberapa bagus

segelnya, serta akan memiliki efek minimum jika tidak digunakan

bersamaan dengan upaya pencegahan lainnya seperti, tetap menjaga jarak,

menjaga kebersihan tangan dan tindakan lain yang membentuk suatu

tindakan preventif saling berkaitan dalam mencegah transmisi virus

(Akbar et al., 2020).

34
35

4.2 Indikator Untuk Menentukan Efektivitas Masker

Masker dapat mengurangi paparan aerosol dengan kombinasi

tindakan penyaringan dan segel antara masker dan wajah. Efisiensi

penyaringan bergantung pada berbagai faktor yaitu, struktur dan

komposisi kain, ukuran, kecepatan, bentuk, dan sifat fisik partikel yang

terkena. Meskipun bahan apapun dapat menjadi penghalang fisik untuk

infeksi, jika sebagai masker bahan tersebut tidak pas di sekitar hidung dan

mulut, atau bahan tersebut dengan bebas memungkinkan aerosol menular

melewatinya, maka itu tidak akan bermanfaat (Davies et al., 2013).

Tiga indikator untuk menentukan keefektifan masker dalam

pencegahan penularan virus, yaitu faktor kesesuaian yang mengukur

seberapa baik masker menutupi wajah, filtrasi efisiensi (FE) yaitu

kemampuan bahan untuk menyaring partikel di udara, dan ketahanan

fluida yaitu kemampuan material untuk mencegah penetrasi fluida.

Masker respirator FFP harus memenuhi syarat untuk ketiganya, sementara

masker bedah hanya perlu memenuhi dua syarat terakhir dan memiliki

filtrasi efisiensi yang lebih rendah (Long et al., 2020).

4.3 Menentukan Efektivitas Masker

Cara menentukan efektivitas masker terhadap virus dengan indikator

filtrasi efisiensi yaitu menggunakan metode in vitro dengan alat penghasil

aerosol dan mikroorganisme uji. Alat yang paling banyak digunakan

adalah alat uji filtrasi aerosol nebulizer dan automated filter tester.
36

Sedangkan mikroorganisme uji yang banyak digunakan adalah virus

model bakteriofag MS2 dan partikel NaCl. Organisme uji dalam

penelitian dapat digunakan untuk memperkirakan keefektifan masker

terhadap virus karena pada dasarnya setiap partikel aerosol akan menguap

di udara. Oleh karena itu, penelitian ini telah menguji patogen virus yang

lebih kecil dari virus dan patogen bakteri yang lebih besar dari virus

(Davies et al., 2013). Partikel NaCl yang berkisar dari 0,01 μm hingga 1,0

μm digunakan sebagai indeks dalam pengujian FE masker, sedangkan

standar yang digunakan oleh NIOSH untuk menguji masker untuk

menyaring partikel NaCl setidaknya berukuran 0,3 μm (Konda et al.,

2020).

4.4 Masker yang Digunakan Sebagai Sampel Uji

Sampel penelitian dari 15 artikel didapatkan 9 jenis masker yaitu,

masker N95; masker KN95; masker FFP2; masker N99; masker respirator

3M; masker KF94; masker bedah; masker sekali pakai; dan masker kain.

Sampel penelitian yang paling banyak digunakan pada penelitian ini


37

terdapat 3 jenis masker, yaitu masker N95, masker bedah, dan masker

kain.

Gambar 4.1 Jenis-Jenis Masker


(A: N95, B: KN95, C: FFP2, D: Respirator 3M, E: N99, F: KF94, G: Bedah, H: Sekali Pakai, dan
I: Kain)
Masker N95 terdiri dari lapisan luar yang terbuat dari polipropilen

non-anyaman hidrofobik yang mencegah kelembapan eksternal memasuki

bahan masker, diikuti oleh dua lapisan polipropilen bukan tenunan leleh

yang menangkap partikel berbasis minyak dan non-minyak. Lapisan

berikutnya adalah lapisan penopang modakrilik yang memberikan

kekakuan, menambah ketebalan, dan menambah rasa nyaman pada

masker. Lapisan paling dalam adalah lapisan polipropilen non-anyaman

hidrofobik lainnya yang meminimalkan kelembapan di dalam masker agar

tidak berdampak buruk pada efisiensi penyaringan masker. Masker

respirator FFP yang ekuivalen dengan masker N95 yaitu FFP2 (EN 149-

2001, Eropa), KN95 (GB2626-2006, Cina), P2 (AS/NZA 1716:2012,

Australia/New Zealand), KF94 (KMOEL-2017-64, Korea), DS (JMHLW-

Notification 214,2018, Jepang) ( Zhou et al., 2018).

Masker bedah dirancang untuk petugas kesehatan. Masker diyakini

memberikan perlindungan dari penularan virus pernapasan manusia ke

manusia. Masker bedah dirancang untuk dipakai dalam waktu lama dan

biasanya diamankan dengan ikatan. (Berger et al., 2020). Masker bedah

umumnya terdiri dari 3 lapisan filter berjenis material polyolefin yang

berserat, tegar dan bersifat hidrofobik. Dua lapisan terluar memiliki

kerapatan serat yang lebih kecil dibandingkan lapisan tengah. Lapisan


38

paling depan biasanya diberi variasi warna agar terlihat lebih menarik.

Lapisan tengah berwarna putih yang merupakan lapisan filter untuk

menangkal bakteri dan partikel-partikel lain yang berasal dari luar

maupun dalam masker sedangkan lapisan terluar biasanya lebih

transparan (Dewi, 2016).

Masker kain adalah non-medis yang dapat dibuat dari kombinasi kain

yang berbeda, urutan pelapisan dan tersedia dalam berbagai bentuk.

Beberapa kombinasi ini telah dievaluasi secara sistematis dan tidak ada

desain tunggal, pilihan bahan, pelapisan atau bentuk diantara masker non-

medis yang tersedia. Kombinasi kain dan bahan yang tidak terbatas

menghasilkan filtrasi variabel dan kemudahan bernapas (WHO, 2020).

Masker kain harus dipandang sebagai alternatif terakhir yang

mungkin jika persediaan masker medis tidak tersedia. Masker kain buatan

sendiri dapat digunakan untuk membantu melindungi mereka yang

berpotensi terkena paparan virus. Namun masker ini akan memberikan

sedikit perlindungan kepada pemakainya dari mikroorganisme dari orang

lain yang terinfeksi penyakit pernapasan. Oleh karena itu, kami tidak akan

merekomendasikan penggunaan masker kain buatan sendiri sebagai

metode untuk mengurangi penularan infeksi dari aerosol (Davies et al.,

2013).

4.5 Tingkat Efektivitas Masker

Efektivitas masker respirator N95 yang diproduksi secara komersial

melebihi kriteria efisiensi penyaringan diatas 95% dan bekerja lebih baik
39

daripada masker medis (Berger et al., 2020). Efektivitas filtrasi masker

kain umumnya lebih rendah dari masker bedah dan masker respirator

N95. Namun masker kain mungkin memberikan perlindungan yang

signifikan apabila diproduksi dengan baik dan dipakai secara benar sesuai

panduan Kementerian Kesehatan.

Dari hasil review semua jurnal dapat dirata-ratakan tingkat efektivitas

dari masker N95 yaitu rata-rata 97,44%; masker KN95 rata-rata 89,75%;

masker FFP2 99,9%; masker N99 99.88%; masker respirator 3M 99,43%;

masker KF94 rata-rata 96,15%; masker bedah rata-rata 75,56%; masker

sekali pakai 98,5%; dan masker kain rata-rata 57,74%.

4.6 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu artikel yang

didapatkan hanya melalui open access journal. Penelitian ini tidak

membahas tentang faktor kesesuaian yang mengukur seberapa baik

masker menutupi wajah dan ketahanan fluida. Penelitian ini hanya

membahas filtrasi efisiensi masker terhadap mikroorganisme uji.

Penelitian ini kebanyakan tentang epidemik virus pernapasan, penelitian

sebelumnya hingga saat ini menunjukkan efek yang serupa terhadap

filtrasi efisiensi masker.

4.7 Implikasi Penggunaan Masker

Penelitian ini menyatakan bahwa sangat penting menggunakan

masker sebagai pencegahan transmisi virus saluran pernafasan.

Penggunaan masker juga harus dilakukan bersamaan dengan upaya


40

pencegahan lainnya seperti, tetap menjaga jarak, menjaga kebersihan

tangan dan tindakan lain yang membentuk suatu tindakan preventif saling

berkaitan dalam mencegah transmisi virus. Masker yang paling

direkomendasikan untuk pencegahan ini adalah masker medis dengan

efektifitas filtrasi efisiensi yang tinggi seperti masker respirator N95 dan

masker bedah. Masker medis harus dikhususkan bagi tenaga kesehatan

dan orang-orang berisiko yang terindikasi memerlukannya. Namun karena

terjadi kekurangan dari masker medis, untuk masyarakat dianjurkan

menggunakan masker nonmedis yaitu masker kain. Jenis masker kain

yang dianjurkan WHO adalah masker kain 3 lapis. Masker dapat dipakai

maksimal hanya 4 jam dan harus ganti dengan masker baru dan bersih.

Apabila masker yang dipakai basah atau lembab harus segera diganti.

Masyarakat disarankan membawa beberapa masker untuk beraktivitas.

Jika lapisan kain masker terlihat lusuh, segera buang masker tersebut

(WHO, 2020).

Dalam mengunakan masker yang perlu diperhatikan adalah: Pastikan

kebersihan tangan sebelum, saat berganti dan saat membuka memakai

masker; Tempatkan masker dengan hati-hati, pastikan menutupi mulut

dan hidung, dan ikat dengan erat untuk meminimalkan celah di antara

wajah dan masker; Hindari menyentuh bagian selain tali pengkat atau

belakang masker saat memakainya; Ganti masker segera setelah lembab

dengan masker baru yang bersih dan kering; Lepaskan masker

menggunakan teknik yang sesuai: jangan sentuh bagian depan masker


41

tetapi lepaskan dari belakang atau dari tali pengikat ; Setelah melepas atau

setiap kali memakai kembali masker bekas bersihkan dengan sabun atau

antiseptik berbasis alkohol dan air jika tangan terlihat kotor (WHO, 2020).
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari review 15 artikel, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan masker dapat mencegah transmisi virus. Indikator yang

digunakan untuk mengukur efektivitas masker terhadap pencegahan virus

adalah filtrasi efisiensi masker dengan menggunakan metode penelitian in

vitro dengan alat penghasil aerosol dan mikrooganisme uji. Masker FFP2

memiliki efektifitas paling tinggi dibandingkan dengan jenis masker lainya

dalam mencegah penularan virus yaitu 99,9%.

5.2. Saran
Melalui hasil penelitian ini, maka saran yang diberikan ialah:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan juga dapat mereview lebih banyak

artikel dan dapat mengakses artikel lebih luas lagi dan perlu dilakukan

penelitian lanjutan dengan mereview artikel menggunakan penelitian

tidak hanya secara in vitro saja tetapi dapat juga dilakukan dengan

penelitian lainnya.

2. Tenaga medis harus menggunakan masker yang sesuai dengan anjuran

WHO yaitu masker medis yang memiliki filtrasi efisiensi yang tinggi

untuk mencegah transmisi virus.

3. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam pencegahan transmisi

virus disarankan untuk dapat mengedukasi dan meningkatkan

42
43

kedisiplinan penggunaan masker bagi masyarakat sehat sebagai upaya

pencegahan transmisi virus.

4. Masyarakat juga diharapkan untuk menggunakan masker yang

direkomendasikan pemerintah dan harus mengikuti protokol kesehatan

lain seperti menjaga jarak dan rajin mencuci tangan.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, N. A., Mat Ludin, A. F., Shahar, S., Mohd Noah, S. A., & Mohd Tohit,
N. (2020) ‘Willingness, perceived barriers and motivators in adopting
mobile applications for health-related interventions among older adults: A
scoping review protocol’, BMJ Open, 10(3), pp. 1–5. doi:
10.1136/bmjopen-2019-033870.
Akbar, F. Islam, F., Ashari, A. E., Mahmud, A., Ashriady., & Saeni. R. H. (2020)
‘Tindakan Tenaga Kesehatan dalam Menerapkan Protokol Kesehatan Saat
Berangkat Kerja pada Era Kebiasaan Baru’, Jurnal Kesehatan Manarang,
6(Khusus), p. 41. doi: 10.33490/jkm.v6ikhusus.328.
Bartoszko, J. J., Farooqi, M. A. M., Alhazzani, W., & Loeb, M. (2020) ‘Medical
masks vs N95 respirators for preventing COVID-19 in healthcare workers:
A systematic review and meta-analysis of randomized trials’, Influenza and
other Respiratory Viruses, 14(4), pp. 365–373. doi: 10.1111/irv.12745.

Berger, D. and Eichfeld, C. M. (no date) ‘Preliminary Evaluation of the Filtration


Efficiency of Alternative Mask Filter Materials’, 1, pp. 1–8. doi:
10.26209/psjm61989.

Bernard, L., Desoubeaux, G., Montagutelli, E. B., Pardessus, J., Brea, D.,
Allimonnier, L., Eymieux, S., Raynal, P. I., Vasseu, V.,Vecellio, V.,
Mathé, L., Guillon, A., Lanotte, P., Pourchez, J., Verhoeven, P. O.,
Esnouf, S., Ferry, M., Eterradossi, N., Blanchard, Y., Brown, P.,
Roingeard, P., Alcaraz, J. P., Cinquin, P., Tahar, M., & Vourc, N. H.
(2020) ‘Controlled Heat and Humidity-Based Treatment for the Reuse of
Personal Protective Equipment: A Pragmatic Proof-of-Concept to Address
the Mass Shortage of Surgical Masks and N95/FFP2 Respirators and to
Prevent the SARS-CoV2 Transmission’, Frontiers in Medicine,
7(October), pp. 1–9. doi: 10.3389/fmed.2020.584036.

Campbell, K. S., Naidoo, J. S., & Campbell, S. M. (2020). Hard or Soft Sell?
Understanding White Papers as Content Marketing. IEEE Transactions on
Professional Communication, 63(1), 21–38.

Carroll, K. C., Butel, J. & Morse, S. (2015) Jawetz Melnick & Adelbergs Medical
Microbiology 27 E. Available.

Chua, M. H., Cheng, W., Goh, S. S., Kong, J., Li, B., Lim, J. Y. C., Mao, L.,
Wang, S., Xue, K., Yang, L., Ye, E., Zhang, K., Cheong, W. C. D., Tan, B.
H., Li, Z., Tan, B. H., & Loh, X. J. (2020) ‘Face Masks in the New
COVID-19 Normal: Materials, Testing, and Perspectives’, Research, 2020,
pp. 1–40. doi: 10.34133/2020/7286735.
Davies, A., Thompson, K. A., Giri, K., Kafatos, G., Walker, J., & Bennett, A.

44
45

(2013) ‘Testing the efficacy of homemade masks: would they protect in an


influenza pandemic?’, Disaster medicine and public health preparedness,
7(4), pp. 413–418. doi: 10.1017/dmp.2013.43.

De Sousa Neto, A. R., & De Freitas, D. R. J. (2020) ‘Use of face masks:


Indications for use and handling during the covid-19 pandemic’, Cogitare
Enfermagem, 25(July), pp. 1–8. doi: 10.5380/ce.v25i0.72867.

Dewi, Y.C. (2016) 'Sintesis Material Transparan Berpori sebagai Filter Debu.
Thesis'. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Djasri, H., Laras, S. & Utarini, A. (2019) ‘Quality indicators for clinical care of
patients with hypertension: Scoping review protocol’, BMJ Open, 9(7), pp.
1–5. doi: 10.1136/bmjopen-2018-026167.

Dzieciatkowski, T., Szarpak, L., Filipiak, K.J., Jaguszewski, M., Ladny, J.R., &
Smereka, J. (2020) ‘COVID-19 challenge for modern medicine’, Cardiology
journal. doi: 10.5603/CJ.a2020.0055.

Gasparyan, A. Y., Ayvazyan, L., & Kitas, G. D. (2013). Multidisciplinary


bibliographic databases. Journal of Korean Medical Science, 28(9), 1270–
1275.

Hao, W., Parasch, A., Williams, S., Li, J., Ma, H., Burken, J., Wang, Y. (2020)
‘Filtration performances of non-medical materials as candidates for
manufacturing facemasks and respirators’, International Journal of Hygiene
and Environmental Health, 229(April). doi: 10.1016/j.ijheh.2020.113582.

Hines, L., Rees, E. & Pavelchak, N. (2014) ‘Respiratory protection policies and
practices among the health care workforce exposed to influenza in New York
State: Evaluating emergency preparedness for the next pandemic’, American
Journal of Infection Control. Elsevier Inc, 42(3), pp. 240–245.

Ippolito, M., Vitale, F., Accurso, G., Iozzo, P., Gregoretti, C., Giarratano, A., &
Cortegiani, A. (2020) ‘Medical masks and Respirators for the Protection of
Healthcare Workers from SARS-CoV-2 and other viruses’, Pulmonology.
Sociedade Portuguesa de Pneumologia, 26(4), pp. 204–212. doi:
10.1016/j.pulmoe.2020.04.009.

Jayaweera, M., Perera, H., Gunawardan, B., & Manatunge, J. (2020)


‘Transmission of COVID-19 virus by droplets and aerosols: A critical review
on the unresolved dichotomy’, Environmental Research, 188, pp. 1–18. doi:
10.1016/j.envres.2020.109819.
Joshi, M. and Khan, A. (2020) ‘Quick laboratory methodology for determining
the effectiveness of face mask respirators in the wake of COVID-19
pandemic’, pp. 1–19. doi: 10.21203/rs.3.rs-32527/v1.
46

Konda, A., Prakash, A., Moss, G. A., Schmoldt, M., Grant, G. D., Guha, S.
(2020) ‘Aerosol Filtration Efficiency of Common Fabrics Used in Respiratory
Cloth Masks’, ACS Nano, 14(5), pp. 6339–6347. doi:
10.1021/acsnano.0c03252.

Klimek, L., Huppertz, T., Alali, A., Spielhaupter, M., Hörmann, K., Matthias, C.,
Hagemann, J. (2020) ‘A new form of irritant rhinitis to filtering facepiece
particle (FFP) masks (FFP2/N95/KN95 respirators) during COVID-19
pandemic’, World Allergy Organization Journal. Elsevier Inc, 13(10), p.
100474. doi: 10.1016/j.waojou.2020.100474.

Lepelletier, D., Grandbastien, B., Romano-Bertrand, S., Aho, S., Chidiac, C.,
Géhanno, J. F., & Chauvin, F. (2020) ‘What face mask for what use in the
context of the COVID-19 pandemic? The French guidelines’, Journal of
Hospital Infection, 105(3), pp. 414–418. doi: 10.1016/j.jhin.2020.04.036.

Long, K. D., Woodburn, E. V., Berg, I. C.., Chen, V., & Scott, W. S. (2020)
‘Measurement of filtration efficiencies of healthcare and consumer materials
using modified respirator fit tester setup’, PLoS ONE, 15(10 October), pp. 1–
13. doi: 10.1371/journal.pone.0240499.

Lu, H., Yao, D., Yip, J., Kan, C. W., & Guo, H. (2020) ‘Addressing COVID-19
spread: Development of reliable testing system for mask reuse’, Aerosol and
Air Quality Research, 20(11), pp. 2309–2317. doi:
10.4209/aaqr.2020.06.0275.

Ma, Q. X., Shan, H., Zhang, H. L., Li, G. M., Yang, R. M., & Chen, J. M. (2020)
‘Potential utilities of mask-wearing and instant hand hygiene for fighting
SARS-CoV-2’, Journal of Medical Virology, (March). doi:
10.1002/jmv.25805.

Marsh, M. & Helenius, A. (2006) ‘Virus entry: Open sesame’, Cell, 124(4), pp.
729–740. doi: 10.1016/j.cell.2006.02.007.

Mueller, A. V., Eden, M. J., Oakes, J. M. Bellini, C., & Fernandez, L. A. (2020)
‘Quantitative Method for Comparative Assessment of Particle Removal
Efficiency of Fabric Masks as Alternatives to Standard Surgical Masks for
PPE’, Matter, 3(3), pp. 950–962. doi: 10.1016/j.matt.2020.07.006.

Musa, N. F., & Khamis, N. (2015). Research article writing: A review of a


complete rhetorical organisation. Pertanika Journal of Social Sciences and
Humanities, 23(August), 111–122.

Otter, J. A., Donskey, C., Yezli, S., Douthwaite, S., Goldenberg, S. D., & Weber,
D. J. (2016) ‘Transmission of SARS and MERS coronaviruses and influenza
47

virus in healthcare settings: The possible role of dry surface contamination’,


Journal of Hospital Infection. Elsevier Ltd, 92(3), pp. 235–250. doi:
10.1016/j.jhin.2015.08.027.

Pascarella, G., Strumia, A., Piliego, C., Bruno, F., Del Buono, R., Costa, F.,
Scarlata, S., & Agrò, F. E. (2020) ‘COVID-19 diagnosis and management: a
comprehensive review’, Journal of Internal Medicine, (March), pp. 1–15.
doi: 10.1111/joim.13091.

Patel, R. B., Skaria, S. D., Mansour, M. M., & Smaldone, G. C. (2016)


‘Respiratory source control using a surgical mask: An in vitro study’,
Journal of Occupational and Environmental Hygiene, 13(7), pp. 569–576.
doi: 10.1080/15459624.2015.1043050.

Pattillo, G. (2020) ‘Streaming during the COVID-19 pandemic’, College and


Research Libraries News, 81(6), p. 312. doi: 10.5860/crln.81.6.312.

Rengasamy, S., Shaffer, R., Williams, B., & Smit, S. (2017) ‘A comparison of
facemask and respirator filtration test methods’, Journal of Occupational
and Environmental Hygiene. Taylor & Francis, 14(2), pp. 92–103. doi:
10.1080/15459624.2016.1225157.

Sabharwal, S. & Nadeem, K. (2020) ‘The Role of Surgical Masks or Respirators


to Prevent Coronavirus’, pp. 32–34. doi: 10.5281/zenodo.3938824.
Shanmugaraj, B., Siriwattananon K., Wangkanont K., & Phoolcharoen W. (2020)
‘Perspectives on monoclonal antibody therapy as potential therapeutic
intervention for Coronavirus disease-19 (COVID-19)’, Asian Pacific journal
of allergy and immunology. doi: 10.12932/AP-200220- 0773.

Skaria, S. D. and Smaldone, G. C. (2014) ‘Respiratory source Control using


surgical masks with nanofiber media’, Annals of Occupational Hygiene,
58(6), pp. 771–781. doi: 10.1093/annhyg/meu023.

Sunaryo, D. (2020) ‘Community Development Service on Educational and


Health Sciences’, Abdidas, 1(3), pp. 88–94.
Suprowati, O. D., & Kurniawati, S. (2018). Bahan ajar teknologi laboratorium
medik virologi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Szarpak, L., Smereka, J., Filipiak, K. J., Ladny, J. R., & Jaguszewski, M. (2020)
‘Cloth masks versus medical masks for COVID-19 protection’, 27(2), pp.
48–49.

Wen, Z., Yu, L., Yang, W., Hu, L., Li, N., Wang, J., Li, J., Lu, J., Dong, X., Yin,
Z., & Zhang, K. (2013) ‘Assessment the protection performance of different
48

level personal respiratory protection masks against viral aerosol’,


Aerobiologia, 29(3), pp. 365–372. doi: 10.1007/s10453-012-9286-7.

Whiley, H., Keerthirathne, T. P., Nisar, M. A., White, M. A.F., & Ross, K. E.
(2020) ‘Viral filtration efficiency of fabric masks compared with surgical and
n95 masks’, Pathogens, 9(9), pp. 1–8. doi: 10.3390/pathogens9090762.

World Health Organization (2020) ‘Anjuran mengenai penggunaan masker dalam


konteks COVID-19’, World Health Organization, (April).

Zhou, S. S., Chiossone, C., Nims, R. W., Suchmann, D. B., Ijaz, M. K (2018)
‘Assessment of a respiratory face mask for capturing air pollutants and
pathogens including human influenza and rhinoviruses’, Journal of Thoracic
Disease, 10(3), pp. 2059–2069. doi: 10.21037/jtd.2018.03.103.
LAMPIRAN

49
50

Lampiran 1 : Daftar Item Data

Artikel 1

Penulis S. Steve Zhou, Salimatu Lukula, Cory


Chiossone, Raymond W. Nims, Donna B.
Suchmann, M. Khalid Ijaz
Tahun Terbit 2018

Nama Jurnal/Situs Journal of Thoracic Disease. All rights


reserved.
Judul Assessment of a respiratory face mask for
capturing air pollutants and pathogens
including human influenza and
rhinoviruses
Lokasi Studi Microbac Laboratories, Sterling, VA,
USA
Sampel Penelitian Masker uji adalah masker wajah
pernapasan berperingkat N95
Metode Penelitian In vitro dengan menggunakan alat uji
filtrasi aerosol nebulizer dirakit di
Microbac modifikasi ASTM F2101-14 uji
filtrasi yang digunakan untuk studi yaitu
penetrasi influenza dan rhinovirus dengan
jenis influenza A dan rhinovirus 14,
bakteriofag ΦΧ 174 , dan Staphylococcus
aureus (S. aureus),minyak parafin dan
natrium klorida.
Hasil Penelitian Hasilnya menunjukkan efisiensi> 99,7%
dari setiap konfigurasi masker uji untuk
menyingkirkan virus influenza A,
rhinovirus 14, bakteriofag ΦΧ 174, dan S.
Aureus dan > 99,3% efisiensi untuk
minyak parafin dan natrium klorida.

Artikel 2

Penulis Zhan Bo Wen, Long Yu, Wen Hui Yang,


Ling Filtrasii Hu, Na Li, Jie Wang, Jin
Song Li, Jian Chun Lu, Xiao Kai Dong,
51

Zhe Yin, Ke Zhang


Tahun Terbit 2013

Nama Jurnal/Situs Aerobiologia (2013) 29:365–372

Judul Assessment the protection performance of


different level personal respiratory
protection masks against viral aerosol
Lokasi Studi No.20 Dongdajie Street, Filtrasingtai
district, Beijing 100071, China
Sampel Penelitian Dua model masker N95 yang berbeda,
satu model masker N99 dan lima model
masker bedah yang berbeda dievaluasi
dalam penelitian ini.
Metode Penelitian In vitro dengan menggunakan alat uji
filtrasi aerosol nebulizer dengan
menggunakan 6-jet Collison nebulizer
(BGI Inc., Waltham, MA, USA) pada
kecepatan aliran 10 L / menit. Bakteriofag
SM702 diisolasi sendiri (virus DNA
berukuran sekitar 100 nm).
Hasil Penelitian Efisiensi bahan filter dari masker yang
diuji terhadap aerosol virus masker N95
jenis F memiliki filtrasi 99.75% ± 0.21,
masker N95 jenis G memiliki filtrasi
97.98% ± 1.40, masker N99 memiliki
filtrasi 99.88% ± 0.10. 5 jenis masker
bedah memiliki filtrasi 99.81% ± 0.19,
99.74% ± 0.04, 98.28% ± 0.96, 99.73% ±
0.25, dan 99.93% ± 0.03.

Artikel 3

Penulis Louis Bernard, Guillaume Desoubeaux,


Elsa Bodier-Montagutelli, Jeoffrey
Pardessus, Déborah Brea, Laurine
Allimonnier, Sébastien Eymieux, Pierre-
Ivan Raynal, Virginie Vasseur, Laurent
Vecellio, Ludovic Mathé8, Antoine
52

Guillon, Philippe Lanotte, Jérémie


Pourchez, Paul O. Verhoeven, Stéphane
Esnouf, Muriel Filtrasirry, Nicolas
Eterradossi, Yannick Blanchard, Paul
Brown, Philippe Roingeard, Jean-Pierre
Alcaraz, Philippe Cinquin, Mustapha Si-
Tahar, and Nathalie Heuzé-Vourc’h
Tahun Terbit 2020

Nama Jurnal/Situs Frontiers in medicine


www.frontiersin.org October 2020
Volume 7 Article 584036
Judul Controlled Heat and Humidity-Based
Treatment for the Reuse of Personal
Protective Equipment: A Pragmatic
Proof-of-Concept to Address the Mass
Shortage of Surgical Masks and
N95/FFP2 Respirators and to Prevent the
SARS-cov2 Tranmasker bedahission
Lokasi Studi United States

Sampel Penelitian Masker bedah dan masker respirator FFP2

Metode Penelitian In vitro dengan menggunakan alat uji


filtrasi aerosol nebulizer mesh (Aerogen,
Galway, Irlandia) menggunakan
penyiapan eksperimental ukuran tetesan
(3.6 ± 0.1 μ m) mirip dengan standar EN
14683: 2019. aerosolisasi suspensi pada
3,5 × 10 7 PFU / ml strain virus influenza
A H3N2
Hasil Penelitian Kinerja filtrasi virus untuk virus flu adalah
dari masker bedah adalah 96,2% ± 6,9
dan untuk respirator FFP2 > 99,9%.

Artikel 4

Penulis Kenneth D. Long, Elizabeth V. Woodburni,


Ian C. Bergid, Valerie Chen, William S. Scot
Tahun Terbit 2020

Nama Jurnal/Situs PLOS ONE


https://doi.org/10.1371/journal.pone.0240499
Judul Measurement of Filtration Efficiencies of
Healthcare and Consumer Materials Using
Modified Respirator Fit Tester Setup
Lokasi Studi China University of Mining and Technology,
53

CHINA
Sampel Penelitian Masker respirator 3M 1870, masker
respirator 1860 N95, masker bedah, masker
kain
Metode Penelitian In vitro mengunakan automated filter tester
dengan uji TSI 8130 Shoreview, MN.
Pengujian dikembangkan berdasarkan
prosedur pengujian NIOSH TEB-APR-STP-
0059, yang digunakan Untuk mengevaluasi
filtrasi dari respirator N95 Pengukuran ini
menggunakan generator partikel. Dalam
prosedur ini menggunakan partikel NaCl
aerosol yang dipompa melalui bahan sampel
uji pada 85 Lpm.)
Hasil Penelitian Hasil filtrasi dari masker respirator 3M 1870
dan masker 1860 N95 menunjukkan filtrasi
masing-masing 99,43% ± 0,18 dan 98,89%,
filtrasi efisiensi terukur dari masker bedah,
74,36 ± 4,54%. Filtrasi untuk bahan kain
berkisar antara 35 dan 53%.

Artikel 5

Penulis Harriet Whiley, Thilini Piushani


Keerthirathne, Muhammad Atif Nisar, Mae
A. F. White And Kirstin E. Ross
Tahun Terbit 2020

Nama Jurnal/Situs Pathogens 2020, 9, 762;


doi:10.3390/pathogens9090762
Www.mdpi.com/journal/pathogens
Judul Viral Filtration Efficiency of Fabric Masks
Compared with Surgical and N95 Masks
Lokasi Studi Australia

Sampel Penelitian Masker kain, masker sekali pakai, masker


bedah, dan masker N95 yang tersedia secara
komersial
Metode Penelitian In vitro dengan menggunakan alat uji filtrasi
aerosol nebulizer. Penelitian ini
menggunakan metode pengujian masker
standar (ASTMF2101-14) dan virus model
(bakteriofag MS2) untuk menguji virus
filtrasi eficiency (VFE)
Hasil Penelitian Masker kain memiliki VFE minimal 50%
saat diuji terhadap aerosol dengan ukuran
54

rata-rata 6.0 μm (VFE (6,0 μm)). VFE


minimal dari masker kain meningkat
(menjadi 63%) saat aerosol yang lebih besar
dengan ukuran aerosol rata-rata 2,6 μm (VFE
(2,6 μm)), yang lebih baik mewakili terhirup
aerosol yang dapat mencapai sistem
pernapasan. Masker kain dengan kinerja
terbaik adalah masker kapas dengan bagian
kantong penyedot debu (VFE ( 6.0 μ m) =
99,5%, VFE ( 2.6 μ m) = 98,8%) atau tisu
bayi kering (VFE ( 6.0 μ m) = 98,5%, VFE
( 2.6 μ m) = 97,6%) di saku dirancang untuk
sekali pakai filter, topeng dibuat dengan
menggunakan desain DHHS Victoria (VFE
( 6.0 μ m) = 98,6%, VFE ( 2.6 μ m) = 99.1%)
dan satu terbuat dari lapisan 100% rami,
lapisan poli membran, dan lapisan kain katun
tipis (VFE ( 6.0 μ m) = 93,6%, VFE ( 2.6 μ
m) = 89,0%). VFE dari dua masker bedah
(VFE ( 6.0 μ m) = 99,9% dan 99,6%, VFE
( 2.6 μ m) = 99,5% dan 98,5%) dan masker
N95 (VFE ( 6.0 μ m) = 99,9%, VFE ( 2.6 μ
m) = 99,3%) sebanding dengan filtrasi
bakteri.

Artikel 6

Penulis Amy V. Mueller, Matthew J. Eden, Jessica


M. Oakes, Chiara Bellini, Loretta A.
Filtrasirnandez
Tahun Terbit 2020

Nama Jurnal/Situs Departments of Civil and Environmental


Engineering and Marine and Environmental
Science, Northeastern University, Boston,
MA
02115, USA
Matter 3, 950–962, September 2, 2020
Judul Quantitative Method for Comparative
Assesmasker bedahent of Particle Removal
Efficiency of Fabric Masks as Alternatives to
Standard Surgical Masks for PPE
Lokasi Studi Boston, USA
55

Sampel Penelitian Masker N95, Masker bedah, masker kain

Metode Penelitian In vitro mengunakan automated filter tester


dengan uji TSI particle generator model
8026 (TSI, Shoreview, MN, USA). Alat ini
biasanya digunakan bersama dengan
Instrumen TSI portacount untuk memastikan
jumlah partikel yang cukup tinggi dan
distribusi ukuran yang sesuai Untuk
memenuhi standar Administrasi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (OSHA). Partikel
dihasilkan dari Larutan encer (2%) natrium
klorida (NaCl), dilaporkan memiliki ukuran
nominal 40 nm dengan deviasi standar
Geometris dari spesifikasi instrumen
berbasis.
Hasil Penelitian Masker N95-1 dan menunjukkan filtrasi >
99% yang diharapkan, sedangkan N95-2
90% Masker bedah komersial yang
dipasarkan untuk penggunaan medis
Memiliki efisiensi penghilangan partikel
rata-rata dari 53% menjadi 75% saat
dikenakan sesuai rancangan, Masker kain
yang diuji memiliki efisiensi penghilangan
partikel Rata-rata yang sangat bervariasi
(<30% hingga 91%), dengan beberapa
masker kain mencapai efisiensi penghilangan
partikel yang serupa dengan masker bedah
komersial.

Artikel 7

Penulis Rajeev B. Patel, Shaji D. Skaria, Mohamed


M. Mansour, and Gerald C. Masker
bedahaldone
Tahun Terbit 2016

Nama Jurnal/Situs Journal Of Occupational and Environmental


Hygiene
Judul Respiratory Source Control Using A
Surgical Mask: An In Vitro Study
Lokasi Studi New York, USA

Sampel Penelitian Masker bedah dan masker N95

Metode Penelitian In vitro dengan menggunakan alat uji filtrasi


aerosol nebulizer. Paparan aerosol pada
56

Receiver diukur dengan memasang filter


(model No. 041B0522; Pari, Starnberg,
Jerman) di dalam cebol Receiver, Nebulizer.
nebulizer diisi dengan 3 Ml 0,9% normal
saline(NaCL) selama 8 menit
Hasil Penelitian Filter masker bedah (SMnat) 5–20% masker
bedah SF 50% masker N95 80–90%, Dan
N95 tersegel 100%.

Artikel 8

Penulis Shaji D. Skaria and Gerald C. Masker


bedahaldone
Tahun Terbit 2014

Nama Jurnal/Situs Ann. Occup. Hyg., 2014, Vol. 58, No. 6,


771–781
Doi:10.1093/annhyg/meu023
Advance Access publication 15 April 2014
Judul Respiratory Source Control Using Surgical
Masks With Nanofiber Media
Lokasi Studi Stony Brook, NY 11794–8172, USA

Sampel Penelitian N95 (3M respirator), masker bedahnat


(surgical mask looped naturally around the
ears), masker bedah SF (SecureFit™ Ultra
Fitted surgical mask), and masker bedah PT
(SecureFit™ Ultra Fitted surgical mask with
nanofiber filter media)
Metode Penelitian In vitro dengan menggunakan alat uji filtrasi
aerosol nebulizer AeroTech II (tiga
perangkat yang digunakan dalam rotasi;
Biodex, Shirley, NY, USA) yang ditenagai
oleh tangki udara pada 50 PSIG. Nebulizer
diisi dengan 3ml 0,9% garam normal yang
diberi label dengan teknesium-99m dan
dijalankan selama 8 menit menghasilkan
aerosol basah radioaktif yang
mensimulasikan partikel terkontaminasi.
Hasil Penelitian N95 mampu menyaring 84,47% (95% CI:
82,93–86%) dan saat disegel 98,98% (95%
CI: 95,2–102,8%). masker bedahnat dan SF
hanya menyaring 22,7% (16,03–29,38%) dan
49,21% (95% CI:43, 32-55,1%), masing-
masing., untuk pengurangan kebocoran udara
yang mengakibatkan peningkatan dramatis
57

dalam filtrasi saat segel menjadi 84,52%


(95% CI: 77,6–91,44%). PT (SF dengan
filter serat nano) dapat menyaring lebih
efisien daripada topeng komersial di 65,03%
(60,47–69,58%) dan saat disegel 82,68%
(80,57–84,78%).

Artikel 9

Penulis Anna Davies, bsc, Katy-Anne Thompson,


bsc, Karthika Giri, bsc, George Kafatos,
msc,Jimmy Walker, phd, and Allan Bennett,
msc
Tahun Terbit 2013

Nama Jurnal/Situs Disaster Medicine and Public Health


Preparedness VOL. 7/NO. 4
Https://www.cambridge.org/core/terms.
Https://doi.org/10.1017/dmp.2013.43
Judul Cambridge, boston, inggris

Lokasi Studi Testing the Efficacy of Homemade Masks:


Would They Protect in an Influenza
Pandemic?
Sampel Penelitian Beberapa jenis masker kain dan masker
bedah.
Metode Penelitian In vitro dengan menggunakan alat uji filtrasi
aerosol nebulizer Collison pada kelembaban
relatif yang terkontrol. B atrophaeus dan
bakteriofag MS2
Hasil Penelitian Masker kain kaos katun 100% 69.42
(70.66)%, masker kain syal 62.30%, masker
kain handuk teh 83.24 (96.71)%, masker
kain sarung bantal 61.28 (62.38)%, masker
kain sarung bantal antimikroba 65.62%,
masker bedah 96.35%, masker kain tas
penyedot debu 94.35%, masker kain
campuran kapas 74.60%, masker kain
masker kain linen 60.00%, dan masker kain
sutra 58.00% untuk B atrophaeus sedangkan
untuk filter dari bakteriofag MS2 dari masker
kain kaos katun 100% 50.85%, masker kain
syal 48.87%, masker kain handuk teh
72.46%, masker kain sarung bantal 57.13%,
masker kain sarung bantal antimikroba
68.90%, masker bedah 89.52%, masker kain
58

tas penyedot debu 85.95%, masker kain


campuran kapas 70.24%, masker kain
masker kain linen 61.67%, dan masker kain
sutra 54.32%.

Artikel 10

Penulis Samy Rengasamya, Ronald Shaffiltrasira,


Brandon Williamsb, and Sarah Masker
bedahitb
Tahun Terbit 2017

Nama Jurnal/Situs Journal Of Occupational and Environmental


Hygiene
Judul A Comparison Of Facemask And Respirator
Filtration Test Methods
Lokasi Studi Pittsburgh, Pennsylvania

Sampel Penelitian Masker N95 FFR ,masker N95 FFR bedah,


dan masker bedah
Metode Penelitian In vitro mengunakan automated filter tester
dengan metode uji aerosol NIOSH NACL,
PFE diukur menggunakan partikel lateks
polistiren ukuran 0,1μm dan BFE dengan
partikel berukuran 3,0μm Bakteri
Staphylococcus aureus. VFE diperoleh
dengan menggunakan partikel berukuran 3.0
μm yang mengandung phiX 174 sebagai
virus tantangan dan Escherichia coli sebagai
tuan rumah
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
efisiensi diukur dengan metode NIOSH NaCl
untuk "N95 FFRs" adalah 98,15–99,68%
dibandingkan dengan 99,74–99,99% untuk
PFE, 99.62–99.9% untuk BFE, dan 99.8–
99.9% untuk metode VFE. FFR N95 bedah
adalah FFR N95 yang disetujui NIOSH
untuk filtrasi efisiensi. Seperti yang
diharapkan, tingkat efisiensi (>98,27%) yang
diperoleh untuk bedah N95 FFR serupa
dengan (> 98,1%) yang diperoleh untuk N95.
Masker bedah menunjukkan efisiensi yang
lebih rendah (54,72-88,40%) dari "N95
FFRs" diukur dengan metode NIOSH NaCl,
sedangkan metode PFE, BFE, dan VFE
dengan filtrasi (99,74–99,99%, 99,62–
59

99,9%, dan 99,8–99,9%) tidak menghasilkan


perbedaan yang signifikan.

Artikel 11

Penulis Weixing Hao, Andrew Parasch, Stephen


Williams, Jiayu Li, Hongyan Ma, Joel
Burken, and Yang Wang
Tahun Terbit 2020

Nama Jurnal/Situs International Journal of Hygiene and


Environmental Health 229 (2020) 113582
Judul Filtration performances of non-medical
materials as candidates for manufacturing
facemasks and respirators
Lokasi Studi Pittsburgh, PA, 1521, USA

Sampel Penelitian Masker N95, masker KN95, masker bedah,


dan masker kain
Metode Penelitian In vitro dengan menggunakan alat uji filtrasi
aerosol nebulizer. Aerosol uji dihasilkan oleh
alat penyemprot keluaran konstan (Model
3076, TSI Inc.) Nebulisasi larutan NACL-air
dengan konsentrasi massa 0,1%. Alat
penyemprot menghasilkan aerosol dengan
laju aliran 3,0 L per menit (lpm).
Hasil Penelitian masker N95 memiliki filtrasi efisiensi 94,4%
sebesar 0,3 μm partikel dan 93,3% untuk
aerosol uji secara keseluruhan, masker KN95
memiliki kinerja yang serupa dibandingkan
dengan masker N95, tetapi bahan masker
bedah memberikan efisiensi penyaringan
73,4% untuk 0,3 μm partikel. Masker kain
menunjukkan filtrasi efisiensi yang jauh
lebih rendah, dengan di bawah 60%. Syal
atau bandana tidak bisa menghilangkan
aerosol secara efisien, bahkan setelah
beberapa lapisan ditumpuk. Misalnya, empat
lapisan scarf atau bandana hanya
60

memberikan filtrasi efisiensi sebesar 28,1%


atau 7,1% untuk partikel 0,3 μm. Ini filtrasi
efisiensi tidak dapat diterima untuk
menghilangkan partikel di udara. Perlu
dicatat itu kain yang berbeda mungkin
memiliki spesifikasi yang berbeda, seperti
diameter serat, ketebalan, permeabilitas, dan
bahan serat, menghasilkan kinerja filtrasi
yang berbeda.

Artikel 12

Penulis Daniel Berger, Chad M. Eichfiltrasild.

Tahun Terbit 2020

Nama Jurnal/Situs Penn State Journal of Medicine • Volume 1,


Fall Edition
Original Article
Judul Preliminary Evaluation of the Filtration
Efficiency of Alternative Mask Filter
Materials
Lokasi Studi Pennsylvania State University

Sampel Penelitian Masker N95,masker KN95, masker kain

Metode Penelitian In vitro dengan penghasil aerosol serupa


yang digunakan sesuai dengan metode
pengujian NIOSH dan ASTM, partikel
polidispersi dari udara dan Lighthouse 3016
Particle Counter yang mampu untuk
memisahkan partikel berdasarkan ukuran dan
menghitungnya
Hasil Penelitian Respirator N95 dengan efisiensi penyaringan
pada 0,3 μm dari 98,0%, 95,4%, dan 95,1%,
masing-masing. Dari sampel yang diuji tidak
memenuhi spesifikasi N95, cleanroommask
dan respirator KN95 adalah yang paling
mendekati, dengan filtrasi efisiensi masing-
masing sebesar 0,3 μm sebesar 86,3% dan
83,9%. Dari bahan filter non-tradisional yang
diuji, pembungkus sterilisasi berlapis dalam
2 lapis atau lebih, masker kain handuk kertas
dalam 3 lapis atau lebih (49 %), dan masker
kain dari beberapa sampel wol (55.8%)
merasa memiliki efisiensi penyaringan yang
jauh lebih unggul daripada masker kain dari
61

sampel kapas (28.7 %)

Artikel 13

Penulis Haoxian Lu, Dawen Yao, Joanne Yip, Chi-


Wai Kan, and Hai Guo
Tahun Terbit 2020

Nama Jurnal/Situs Special Issue on COVID-19 Aerosol Drivers,


Impacts and Mitigation (VII) Aerosol and
Air Quality Research, 20: 2309–2317, 2020
ISSN: 1680-8584 print / 2071-1409 online
Publisher: Taiwan Association for Aerosol
Research
Judul Addressing COVID-19 Spread:
Development of Reliable Testing System for
Mask Reuse
Lokasi Studi Hong Kong, China

Sampel Penelitian Masker N95, masker KF94, masker bedah,


dan masker kain
Metode Penelitian In vitro mengunakan automated filter tester
dengan uji penghasil partikel (Model 7.811,
Grimm, Jerman), yang digunakan untuk
menghasilkan filtrasi partikel lateks
polistiren (PSL) berukuran 0,1 μm dan
partikel natrium klorida (NaCl) dengan
rentang 0,01–1,0 μm.
Hasil Penelitian Hasil PFE dari N95, KF94 dan masker bedah
terhadap partikel PSL yang Berukuran 0,1
μm sesuai dengan ASTM F2299. PFE dari
N95, KF94 dan masker bedah masing-
masing adalah 93,8% ± 1,2%, 96,6% ± 1,2%
dan 80,2% ± 7,6%.untuk NaCl yaitu, 97,4%,
95,7% dan 84,4% untuk N95, KF94 dan
masker bedah. Hasil pengujian dari empat
masker kain yang dikembangkan untuk PFE
terhadap partikel PSL yang berukuran 0,1
μm. Sampel D memiliki PFE tertinggi,
dengan nilai rata-rata 88,3% ± 1,8% ( p <
0,1), diikuti oleh Sampel B dan C yang
memiliki PFEmasing-masing 51,6% ± 5,1%
dan 37,4% ± 0,1%. Sampel A memiliki PFE
terendah sebesar 22,9% ± 6,0% ( p < 0,1).
62

Artikel 14

Penulis Manish Josh, Arshad Khan, B. K. Sapra

Tahun Terbit 2020

Nama Jurnal/Situs This work is licensed under a Creative


Commons Attribution 4.0 International
License.
https://doi.org/10.21203/rs.3.rs-32527/v1
Judul Quick Laboratory Methodology For
Determining The Effectiveness of Face Mask
Respirators In The Wake of COVID-19
Pandemic
Lokasi Studi Mumbai, India

Sampel Penelitian Masker N-95 (disetujui NIOSH), masker


bedah, dan masker kain
Metode Penelitian In vitro dengan membuat sebuah
laboratorium dibuat dengan pipa kaca yang
memiliki ketentuan untuk menahan bahan
filter, pengambilan sampel aerosol silinder di
satu ujung sementara ujung lainnya
digunakan untuk hisap udara tanpa dan
melalui masker uji. Partikel NaCl (>0.3 μm).
Hasil Penelitian Filtrasi masker N-95: 96.64 ±2. 21%, fitrasi
masker bedah: 42.44±3.91%, dan filtrasi
masker kain: 14.48±4. 86 % dalam (>0.3
μm)

Artikel 15

Penulis Abhiteja konda, abhinav prakash, gregory a.


Moss, michael schmoldt, gregory d. Grant,
and supratik guha
Tahun Terbit 2020

Nama Jurnal/Situs Https://dx.doi.org/10.1021/acsnano.0c03252


Acs nano xxxx, xxx, xxx−xxx
Judul Aerosol filtration efficiency of common
Fabrics used in respiratory cloth masks
Lokasi Studi American Chemical Society

Sampel Penelitian masker N95, masker bedah, dan masker kain

Metode Penelitian In vitro dengan polydisperse aerosol


63

generation. Aerosol nacl polidispersi dan


tidak beracun dihasilkan menggunakan
generator partikel.
Hasil Penelitian Masker N95 memberikan filtrasi efisiensi
rata-rata 85 ± 15 % (dalam 10 nm hingga
300 nm) dan 99.9 ± 0.1 % (dalam 300 nm
hingga 6 μm)Masker bedah memberikan
filtrasi efisiensi rata-rata 76 ± 22% (dalam 10
nm hingga 300 nm) dan 99.6 ± 0.1% (dalam
300 nm hingga 6 μm). Kami menemukan
kaleng katun, sutra alami, dan sifon
Memberikan perlindungan yang baik,
biasanya di atas 50% di seluruh 10 nm
hingga 6,0 μm, asalkan memiliki tenunan
yang rapat. Lebih tinggi benang per inci
kapas dengan hasil tenunan yang lebih rapat
filtrasi efisiensi.

Lampiran 2 : Artikel yang Direview


64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78

Anda mungkin juga menyukai