SKRIPSI
Oleh :
ANGGILIA IRJUANTI
1710070110075
SKRIPSI
Oleh :
ANGGILIA IRJUANTI
1710070110075
ii
Halaman Pengesahan
SKRIPSI
Oleh:
ANGGILIA IRJUANTI
1710070110075
iii
Halaman Pernyataan Orisinalitas
NPM : 1710070110075
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
benar karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila
dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
ANGGILIA IRJUANTI
1710070110075
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan scoping review ini yang berjudul “
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
dari segala pihak yang telah bersedia membantu penulis. Akhirnya penulis
mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat menjadi salah satu bahan
kedepannya, juga dalam usaha peningkatan perbaikan kualitas kesehatan gigi dan
Penulis
v
ABSTRAK
Pencegahan transmisi virus dengan cara menghindar dari paparan virus tersebut.
Salah satu tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat dilakukan dengan
menggunakan masker. Jenis masker terdiri atas masker medis dan masker non
medis. Masker medis dibagi menjadi dua jenis yaitu masker bedah dan masker
respirator FFP. World Health Organization (WHO) menekankan bahwa
penggunaan masker bedah dan masker respirator FFP harus diprioritaskan bagi
tenaga kesehatan, sedangkan masyarakat dianjurkan menggunakan masker
nonmedis. Tujuan dari scoping review ini untuk mengetahui tingkat efektivitas dari
beberapa jenis masker terhadap pencegahan transmisi virus. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka. Data yang berupa
artikel didapatkan melalui pencarian database PubMed, Science Direct, dan
Google Scholar. Artikel yang dijadikan sampel penelitian adalah artikel yang
dipublikasi pada tahun 2011-2020, artikel yang berbahasa inggris, artikel yang
menggunakan metode penelitian in-vitro, dan artikel yang dapat diakses dengan
gratis. Berdasarkan hasil dari review 15 artikel, menyatakan bahwa penggunaan
masker dapat mencegah transmisi virus. Dari 15 artikel paling banyak membahas
tentang masker N95, masker bedah dan masker kain. Indikator yang digunakan
untuk mengukur efektivitas masker terhadap pencegahan virus adalah filtrasi
efisiensi masker. Masker FFP2 memiliki efektivitas paling tinggi dalam mencegah
penularan virus dengan filtrasi efisiensi 99,9%.
vi
ABSTRACT
The best way to prevent the transmission of the virus is to avoid being exposed of
the virus. Wearing a mask can help prevent the spread of the virus to others. Types
of masks consist of medical masks and non-medical masks. Medical masks are
divided into two types, namely surgical masks and FFP respirator masks. The
World Health Organization (WHO) emphasizes that the use of surgical masks and
FFP respirator masks must be prioritized for health workers, while people are
encouraged to use non-medical masks. The purpose of this scoping review is to
determine the level of effectiveness of several types of masks in preventing virus
transmission. The method used in this research is literature study method. Data in
the form of articles was obtained through database searches of PubMed, Science
Direct, and Google Scholar. The articles used as research samples are articles
published in 2011-2020, articles in English, articles using in-vitro research
methods, and articles that can be accessed for free. Based on the results of a review
of 15 articles, it states that the use of masks can prevent virus transmission. Most
of the 15 articles discuss N95 masks, surgical masks and cloth masks. The indicator
used to measure the effectiveness of masks against virus prevention is the filtration
efficiency of the mask. FFP2 masks have the highest effectiveness in preventing
virus transmission with a filtration efficiency of 99.9%.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
viii
BAB 4. PEMBAHASAN ............................................................................... 33
4.1 Pencegahan Transmisi Virus dengan Penggunaan Masker ........................ 33
4.2 Indikator Untuk Menentukan efektivitas Masker ..................................... 34
4.3 Menentukan Efektivitas Masker ................................................................ 34
4.4 Masker yang Digunakan Sebagai Sampel .................................................. 35
4.5 Tingkat Efektivitas Masker ........................................................................ 37
4.6 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 38
4.7 Implikasi Penggunaan Masker ................................................................... 38
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
Virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat
menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Virus
adalah agen penyebab infeksi yang berukuran paling kecil. Virus hanya
mengandung satu jenis asam nukleat (RNA atau DNA). Virus dapat bertahan hidup
organisme host yang terinfeksi dengan yang tidak terinfeksi dan dari sel yang
terinfeksi ke sel yang tidak terinfeksi (Marsh et al., 2006; Carroll et al., 2015; Oky
et al., 2018).
Virus dengan potensi pandemik telah muncul dalam beberapa tahun terakhir,
seperti virus influenza H1N1, H5N1, H7N7, Middle East respiratory syndrome
dengan SARS-CoV dan MERS-CoV, seperti genom RNA dan cara penularannya.
Saat ini dunia sedang berjuang melawan virus baru RNA beta-coronavirus, yang
1
2
SARS-CoV-2 memiliki gejala seperti flu yang dapat menjadi serius pada individu
yang berisiko tinggi. SARS-CoV-2 disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang
dapat menginfeksi hewan dan manusia. Host alami virus ini berasal dari hewan liar
al., 2020).
ditularkan melalui droplet, aerosol, kontak langsung, dan kontak tidak langsung.
Penularan melalui droplet terjadi saat air liur dan tetesan saluran pernapasan yang
keluar ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau menyanyi.
Droplet saluran napas memiliki ukuran diameter > 5-10 μm sedangkan droplet
terjadi saat virus menguap dan bertahan di udara. Penularan dengan kontak
menyentuh mata, hidung, atau mulut (Chua et al., 2020; Jayaweera et al., 2020;
paparan meliputi: penggunaan masker wajah; menutupi mulut dan hidung dengan
tisu jika batuk dan bersin kemudian dibuang dengan aman; cuci tangan dengan
kontak dengan orang yang terinfeksi dan menjaga jarak minimal 1 meter; dan
menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan
hidung dan mulut, dan digunakan untuk mengurangi risiko menghirup kontaminasi
di udara. Masker digolongkan ke dalam dua bagian yaitu masker medis dan masker
non medis. Masker medis dapat dibagi menjadi dua kelompok utama: masker
bedah dan masker respirator FFP yang dirancang selama pandemik terutama untuk
tenaga medis berisiko tinggi. Masker medis dapat mencegah kontaminasi selama
wabah atau penyakit menular yang menyebar melalui tetesan dengan mengurangi
transmisi droplet dan aerosol (Davies et al., 2013; Hines et al., 2014; Szarpak et
al., 2020).
Masker respirator filtering facepiece (FFP) merupakan salah satu masker yang
paling umum digunakan dalam dunia kesehatan. Masker respirator FFP dirancang
untuk meminimalkan kebocoran segel wajah dan mencegah inhalasi partikel kecil
di udara. Masker ini juga diharuskan melalui tes filtrasi. Menurut National Institute
for Occupational Safety and Health’s (NIOSH) masker ini memiliki filter yang
menghapus setidaknya 95% dari ukuran partikel di udara. Masker ini juga memiliki
beberapa jenis masker seperti masker N95, N99, N100 dari United States, masker
KN95 dari China, dan masker FFP2, FFP3 dari European Union (Hines et al.,
Masker bedah adalah masker yang terbuat dari bahan non-woven air-laid
paper (tidak dijahit) dan polypropylene. Masker bedah dirancang hanya untuk
4
metode uji standar Food and Drug Administration (FDA). Masker bedah terdiri
dari tiga jenis yaitu, 2-layered surgical mask, 3-layered surgical mask dan 6-
layered surgical mask (Lepelletier et al., 2020; Pattillo, 2020; Sabharwal et al.,
2020).
Masker kain merupakan masker non medis yang dibuat dari berbagai jenis kain
tenun dan non-anyaman, seperti poliester, katun, sutra alami, dan sifon. Masker
kain dapat dibuat dari berbagai kombinasi kain, urutan pelapisan, dan tersedia
dalam berbagai bentuk. Kombinasi kain dan bahan yang tidak terbatas
virus tetapi masker kain belum diuji dengan standar efektivitas apapun (de Sousa,
waktu lalu masyarakat ramai membeli masker untuk disimpan dan digunakan
sebagai upaya pencegahan wabah virus COVID-19. Hal tersebut menjadi salah satu
dianjurkan untuk membuat masker kain sendiri di rumah sebagai alternatif untuk
mencegah penularan virus, tetapi masih belum jelas apakah masker kain ini efektif
WHO menekankan bahwa penggunaan masker medis dan masker N95 harus
3. Bagaimana efektivitas dari masker respirator FFP, masker bedah, dan masker
4. Apa jenis masker yang paling efektif untuk mencegah transmisi virus?
masker.
4. Mengetahui jenis masker yang paling efektif untuk mencegah transmisi virus.
6
Universitas Baiturrahmah.
2. Bagi Masyarakat
transmisi virus.
BAB 2
METODE PENELITIAN
Kriteria inklusi artikel yang digunakan dalam scoping review ini adalah artikel
pencegahan transmisi virus, artikel yang dipublikasi pada tahun 2011-2020, artikel
yang berbahasa Inggris, artikel menggunakan metode penelitian secara in vitro, dan
open access journal. Kriteria eksklusi artikel pada scoping review ini adalah artikel
ganda, artikel yang tidak dapat diakses, dan jenis artikel yang digunakan selain
Original paper adalah artikel yang ditulis berdasarkan standar IMRD, yaitu
terdiri dari introduction, method, results, dan discussion (Musa & Khamis, 2016).
White papers adalah sebuah laporan resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah atau
adalah jenis dokumen yang meliputi original paper, tesis dan disertasi
7
8
Initial keyword
Database
Final keyword
N=
dimasukkan ke dalam scoping review (Ahmad et al., 2020). Proses seleksi artikel
terdiri dari dua tahap. Tahap pertama, yaitu artikel akan dilakukan penapisan
berdasarkan judul, abstrak, dan kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan
filter dari database. Tahap kedua, yaitu artikel yang lolos pada proses seleksi
artikel tahap pertama akan dilakukan peninjauan full-text pada artikel tersebut
(Djasri et al., 2019). Proses seleksi artikel dapat dilihat pada gambar 2.2.
telah terkumpul artikel dan daftar dari semua artikel tersebut dimasukkan kedalam
master tabel. Kemudian artikel disaring sesuai dengan kriteria yang telah
dimasukkan beberapa variabel, seperti penulis, tahun terbit, judul artikel, sampel
penelitian, metode penelitian dan hasil penelitian, lalu beberapa variabel tersebut
Item data adalah daftar dan definisi variabel penelitian yang datanya diambil
dari setiap artikel yang direview. Item data berisi nama penulis, tahun terbit, judul
dan hasil dari penelitian. Item data dapat dilihat pada tabel 2.2.
11
Total artikel
{N= } Artikel yang ganda
(duplicated removed)
{n= }
Artikel untuk
pembacaan full-text {n}
Artikel 1
Penulis
Tahun terbit
Nama jurnal/situs
Judul
Negara penerbit
Sampel penelitian
Metode Penelitian
Hasil penelitian
BAB 3
HASIL
Hasil seleksi sumber bukti yang didapat adalah 15 artikel. Proses seleksi artikel
terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama melakukan pencarian artikel melalui
keyword dan query yang telah ditentukan. Dari proses pencarian tersebut
didapatkan 534 artikel dari PubMed, 264 artikel dari Science Direct, dan 701
artikel dari Google Scholar. Total keseluruhan artikel dari ketiga database
sebanyak 1499 artikel yang dimasukan ke dalam master tabel pada microsoft excel.
Tahap kedua seluruh artikel dilakukan penyaringan duplikasi diperoleh 102 artikel
Hasil dari penyaringan duplikasi tersisa 1397 artikel. Tahap ketiga dilakukan
penyaringan kembali dengan menyaring judul dan abstrak yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi, dari penyaringan tersebut dipereloh 1263 artikel yang
dikeluarkan. Hasil dari penyaringan judul dan abstrak yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi tersisa 134 artikel. Tahap keempat dilakukan penyaringanya
artikel tidak relevan dan hasil penelitian tidak sesuai dengan topik scoping review.
Hasil dari penyaringan full-text tersisa 15 artikel yang relevan untuk dijadikan
13
14
Total artikel
{N= 1499} Artikel yang ganda
(duplicated removed)
{n =102}
Artikel untuk penyaringan
judul dan abstrak {n =1397}
screening
Artikel untuk
pembacaan full-text
{n= 134}
Artikel yang dikeluarkan setelah
pembacaan full-text {n = 119}
included
Karakteristik sumber bukti merupakan data pada artikel yang masuk dalam
kriteria inklusi, dapat dilihat pada tabel 3.1.
Lokasi penelitian
1. USA 9 60 6 60 1 100 2 50
2. China 3 20 2 20 1 25
3. India 1 6,7 1 25
4. Australia 1 6,7 1 10
5. Inggris 1 6,7 1 10
Artikel yang masuk dalam kriteria inklusi pada scoping review ini ditemukan
sebanyak 15 artikel, 10 artikel dari PubMed, 1 artikel dari Science Direct, dan 4
artikel dari Google Scholar. Karakteristik dari 15 artikel yang telah diindentifikasi,
Ditemukan 3 artikel pada tahun 2011-2015 dengan persentase 20% dan 12 artikel
pada tahun 2011-2015 dengan persentase 30% dan 7 artikel pada tahun 2016-2020
dengan persentase 70%. Ditemukan di Science Direct 1 artikel pada tahun 2011-
2015 dengan persentase 100%. Ditemukan di Google Scholar 4 artikel pada tahun
artikel dibuat di USA dengan persentase 60%, 3 artikel dibuat di China dengan
persentase 20%, 1 artikel dibuat di India dengan persentase 6,7%, 1 artikel dibuat
60%, 2 artikel dibuat di China dengan persentase 20%, 1 artikel dibuat di Australia
dengan persentase 10%, dan 1 artikel dibuat di Inggris dengan persentase 10%.
50%, 1 artikel dibuat di China dengan persentase 25%, 1 artikel dibuat di India
Metode penelitian yang digunakan dari semua artikel adalah metode in-vitro
dengan alat uji filtrasi aerosol. Berdasarkan penggunaan alat filtrasi aerosol
17
Health) dan ASTM (American Society for Testing and Material) dengan persentase
6,7%, 1 artikel dibuat dengan pipa kaca dengan persentase 6,7%, dan 1 artikel
NIOSH dan ASTM dengan persentase 25%, 1 artikel dibuat dengan pipa kaca
Hasil dari setiap setiap sumber bukti didapatkan dengan cara mereview 15
artikel yang relevan sesuai dngan topik dan hasilnya akan disajikan dalam tabel 3.2.
Rengasamy 98,15-99,68%
et al., 2017
Respirator Long et al., 99,43% 99,43%
3M 2020
KF94 Lu et al., 95,70% 95,70%
2020
Lu et al., 84,40%
2020
Rengasamy 54,74-88,40%
et al., 2017
yang menggunakan sampel masker N95 dengan metode penelitian yang beragam.
Masker N95 yang menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi
yang sama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Zhou et al., tahun 2018; Wen et
al., tahun 2013; dan Whiley et al., tahun 2020. Menurut Zhou et al., yang
efisiensi > 99,7% (Zhou et al., 2018). Selanjutnya penelitian oleh Wen et al.,
masker N95 jenis F memiliki filtrasi 99,75%, masker N95 jenis G memiliki filtrasi
97,98% (Wen et al., 2013). Selanjutnya penelitian oleh Whiley et al., masker N95
alat uji filtrasi aerosol nebulizer menggunakan jenis virus influenza terdapat 1
buah penelitian, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Zhou et al., tahun 2018, yang
menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 > 99,7%. Penelitian dengan sampel
masker N95 yang menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi
buah penelitian, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Zhou et al., yang
menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 > 99,7%. Penelitian dengan sampel
masker N95 yang menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi
24
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Zhou et al., yang menunjukkan filtrasi
alat uji filtrasi aerosol nebulizer menggunakan jenis virus influenza terdapat 1
buah penelitian, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Zhou et al., tahun 2018, yang
alat uji filtrasi aerosol nebulizer menggunakan partikel NaCl aerosol terdapat 4
penelitian yang sama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Zhou et al., tahun 2018;
Patel et al., tahun 2016; Hao et al., tahun 2020; dan Skaria et al., tahun 2014.
Menurut Zhou et al., yang melakukan penelitian menggunakan sampel masker N95
menunjukkan filtrasi efisiensi > 99,3% (Zhou et al., 2018). Hasil penelitian dari
Patel et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 80–90% dan masker N95
tersegel 100% (Patel et al., 2016). Selanjutnya hasil penelitian oleh Hao et al.,
menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 94,4% (Hao et al., 2020). Hasil
penelitian oleh Skaria et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 84,47%
alat uji filtrasi aerosol automated filter tester yang menggunakan Staphylococcus
aureus (S. aureus) terdapat 1 buah penelitian, yaitu penelitian yang dilakukan oleh
25
Rengasamy et al., tahun 2017, yang menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95
alat uji aerosol automated filter tester yang menggunakan partikel NaCl terdapat 4
penelitian yang sama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Long et al.,tahun 2020;
Mueller et al., tahun 2020; Lu et al., tahun 2020; dan Rengasamy et al., tahun 2017.
Hasil penelitian Long et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 98,89%
(Long et al., 2020). Hasil penelitian Mueller et al., menunjukkan filtrasi efisiensi
masker N95-1 > 99% dan masker N95-2 90% (Mueller et al., 2020). Selanjutnya
hasil penelitian oleh Lu et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 97,4%
(Lu et al., 2020). Hasil penelitian Rengasamy et al., menunjukkan filtrasi efisiensi
alat uji aerosol automated filter tester yang menggunakan partikel lateks polistiren
(PSL) terdapat 2 penelitian yang sama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lu et
al., tahun 2020 dan Rengasamy et al., tahun 2017. Hasil penelitian oleh Lu et al.,
menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95 93,8% (Lu et al., 2020). Selanjutnya
alat uji aerosol automated filter tester yang menggunakan partikel berukuran 3.0
μm yang mengandung phiX 174 dan Escherichia coli terdapat 1 penelitian yaitu
26
penelitian yang dilakukan oleh Rengasamy et al., tahun 2017 dengan hasil
al., 2017).
alat uji filtrasi aerosol dibuat dengan pipa kaca yang memiliki ketentuan untuk
penelitian yang dilakukan oleh Joshi et al., tahun 2020 dengan hasil penelitian
terdapat 1 penelitian yaitu penelitian yang dilakukan oleh Konda et al., tahun 2020
alat uji filtrasi aerosol serupa yang digunakan sesuai dengan metode pengujian
NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health) dan ASTM
dari udara terdapat 1 penelitian yaitu penelitian yang dilakukan oleh Berger et al.,
tahun 2020 dengan hasil penelitian menunjukkan filtrasi efisiensi masker N95
metode penelitian yang berbeda, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hao et al.,
27
tahun 2020 dan Berger et al.,tahun 2020. penelitian yang dilakukan oleh Hao et
al., menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol
filtrasi efisiensi masker KN95 94,4% (Hao et al., 2020). Selanjutnya penelitian
yang dilakukan oleh Berger et al., menggunakan metode penelitian in vitro dengan
alat uji filtrasi aerosol serupa yang digunakan sesuai dengan metode pengujian
NIOSH dan ASTM menggunakan partikel polidispersi dari udara, dengan hasil
menunjukkan filtrasi efisiensi masker KN95 86,3% dan 83,9% (Berger et al.,
2020).
Penelitian masker FFP2 dilakukan oleh Bernard et al., pada tahun 2020.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi
aerosol nebulizer yang menggunakan jenis virus influenza. Hasil dari penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh Wen et al., pada tahun 2013 yang menggunakan
metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol nebulizer yang
Penelitian ini menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji aerosol
automated filter tester yang menggunakan partikel NaCl. Hasil dari penelitian
Penelitian masker KF94 dilakukan oleh Lu et al., pada tahun 2020, dengan 2
penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol automated filter tester yang
penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol automated filter tester yang
penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol nebulizer menggunakan virus
model bakteriofag MS2 terdapat 3 penelitian yang sama, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Wen et al., 2013; Whiley et al., 2020; dan Davies et al., 2013. Hasil
penelilian yang dilakukan oleh Wen et al., terahadap 5 buah masker bedah
(Wen et al., 2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Whiley et al.,
Penelitian masker bedah dilakukan oleh Bernard et al., tahun 2020. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol
efisiensi masker bedah 96,2 % (Bernard et al., 2020). Selanjutnya penelitian yang
29
dilakukan oleh Davies et al., tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode
Masker bedah yang menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji
sama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Patel et al., tahun 2016; Hao et al., tahun
2020; dan Skaria et al., tahun 2014. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Patel et
al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedah Smnat 5 – 20% masker bedah SF
50% (Patel et al., 2016). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hao et al.,
menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedah 73,4% (Hao et al., 2020). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Skaria et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker
bedahnat 22,7%, SF 49,21% filtrasi saat segel menjadi 84,52% PT (SF dengan
filter serat nano) 65,03% dan saat disegel 82,68% (Skaria et al., 2014).
metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol automated filter tester
yang menggunakan Staphylococcus aureus (S. aureus). Hasil dari penelitian ini
Masker bedah yang menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji
filtrasi aerosol automated filter tester yang menggunakan partikel NaCl terdapat 4
penelitian yang sama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Long et al., tahun 2020;
Mueller et al., tahun 2020; Lu et al., tahun 2020; dan Rengasamy et al., tahun 2017.
30
Hasil penelitian Long et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedah 74,36%
(Long et al., 2020). Hasil penelitian Mueller et al., menunjukkan filtrasi efisiensi
masker bedah 53% - 75% (Mueller et al., 2020). Selanjutnya hasil penelitian Lu et
al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedah 84,4% (Lu et al., 2020). Hasil
Penelitian yang dilakukan oleh Joshi et al., tahun 2020 menggunakan metode
penelitian in vitro dengan alat filtrasi aerosol dibuat dengan pipa kaca yang
memiliki ketentuan untuk menahan bahan filter menggunakan partikel NaCl. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedah 42,44% (Joshi et
al., 2020). Selanjutnya penelitian yang dilakukan Konda et al., tahun 2020
menunjukkan filtrasi efisiensi masker bedah 76% - 99,6% (Konda et al., 2020).
Penelitian masker sekali pakai dilakukan oleh Whiley et al., tahun 2020.
menunjukkan filtrasi efisiensi masker sekali pakai 98% - 99% (Whiley et al.,
2020).
penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol nebulizer menggunakan virus
31
model bakteriofag MS2 terdapat 2 penelitian yang sama, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Whiley et al., tahun 2020 dan Davies et al., tahun 2013. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Whiley et al., menunjukkan filtrasi efisiensi masker
kain 50% - 63% (Whiley et al., 2020). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Davies
filtrasi efisiensi masker kain kaos katun 100% 50,85%, masker kain syal 48,87%,
masker kain dari handuk teh 72,46%, masker kain dari sarung bantal 57,13%,
masker kain sarung bantal antimikroba 68.90%, masker kain tas penyedot debu
85,95%, masker kain campuran kapas 70,24%, masker kain linen 61,67%, dan
Penelitian yang dilakukan oleh Davies et al., tahun 2013 menggunakan metode
menunjukkan filtrasi efisiensi Masker kain kaos katun 100% 69,42 (70,66)%,
masker kain syal 62,30%, masker kain dari handuk teh 83,24 (96,71)%, masker
kain dari sarung bantal 61,28 (62,38)%, masker kain sarung bantal antimikroba
65,62%, masker kain tas penyedot debu 94,35%, masker kain campuran kapas
74,60%, masker kain linen 60,00%, dan masker kain sutra 58,00% (Davies et al.,
2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Hao et al., tahun 2020 menggunakan metode
penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol nebulizer menggunakan partikel
NaCl. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap masker kain menunjukkan filtrasi
Masker kain yang menggunakan metode penelitian in vitro dengan alat uji
filtrasi aerosol automated filter tester yang menggunakan partikel NaCl terdapat 2
penelitian yang sama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Long et al., tahun 2020
dan Mueller et al., tahun 2020. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Long et al.,
menunjukkan filtrasi efisiensi masker kain berkisar antara 35% dan 53% (Long et
al., 2020). Selanjutnya hasil penelitian oleh Mueller et al., menunjukkan filtrasi
Penelitian yang dilakukan oleh Joshi et al., tahun 2020 yang menggunakan
metode penelitian in vitro dengan alat uji filtrasi aerosol dibuat dengan pipa kaca
yang memiliki ketentuan untuk menahan bahan filter menggunakan partikel NaCl.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan filtrasi efisiensi masker kain 14,48%
(Joshi et al., 2020). Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Konda et al., tahun
jenis masker lain menunjukkan menunjukkan filtrasi efisiensi masker kain katun,
masker sutra alami, dan masker kain sifon baik biasanya di atas 50% (Konda et al.,
2020).
BAB 4
PEMBAHASAN
Virus merupakan agen penyebab penyakit yang dapat menular dari manusia
kemanusia dalam waktu yang cepat. Penularan virus terjadi melalui kontak
langsung, tidak langsung, droplet dan aerosol di udara, untuk itu pengendalian
penularan melalui udara menjadi lebih penting (Wen et al., 2013). Pencegahan
masker tersebut untuk menghidari virus dan polutan bergantung pada kemampuan
masker untuk menahan penetrasi kontaminan yang terbawa udara. Ada banyak
jenis masker yang tersedia, dan jenis yang berbeda menawarkan tingkat kinerja
menghilangkan risiko, terutama ketika suatu penyakit memiliki lebih dari satu jalur
penularan. Jadi, masker apa pun tidak akan berpengaruh dari segi efisiensi
penyaringannya atau seberapa bagus segelnya, serta akan memiliki efek minimum
jika tidak digunakan bersamaan dengan upaya pencegahan lainnya seperti, tetap
menjaga jarak, menjaga kebersihan tangan dan tindakan lain yang membentuk
suatu tindakan preventif saling berkaitan dalam mencegah transmisi virus (Akbar
et al., 2020).
33
34
penyaringan dan segel antara masker dan wajah. Efisiensi penyaringan bergantung
pada berbagai faktor yaitu, struktur dan komposisi kain, ukuran, kecepatan, bentuk,
dan sifat fisik partikel yang terkena. Meskipun bahan apapun dapat menjadi
penghalang fisik untuk infeksi, jika sebagai masker bahan tersebut tidak pas di
sekitar hidung dan mulut, atau bahan tersebut dengan bebas memungkinkan
aerosol menular melewatinya, maka itu tidak akan bermanfaat (Davies et al.,
2013).
penularan virus, yaitu faktor kesesuaian yang mengukur seberapa baik masker
menutupi wajah, filtrasi efisiensi (FE) yaitu kemampuan bahan untuk menyaring
partikel di udara, dan ketahanan fluida yaitu kemampuan material untuk mencegah
penetrasi fluida. Masker respirator FFP harus memenuhi syarat untuk ketiganya,
sementara masker bedah hanya perlu memenuhi dua syarat terakhir dan memiliki
efisiensi yaitu menggunakan metode in vitro dengan alat penghasil aerosol dan
mikroorganisme uji. Alat yang paling banyak digunakan adalah alat uji filtrasi
aerosol nebulizer dan automated filter tester. Sedangkan mikroorganisme uji yang
banyak digunakan adalah virus model bakteriofag MS2 dan partikel NaCl.
masker terhadap virus karena pada dasarnya setiap partikel aerosol akan menguap
di udara. Oleh karena itu, penelitian ini telah menguji patogen virus yang lebih
kecil dari virus dan patogen bakteri yang lebih besar dari virus (Davies et al., 2013).
Partikel NaCl yang berkisar dari 0,01 μm hingga 1,0 μm digunakan sebagai indeks
untuk menguji masker untuk menyaring partikel NaCl setidaknya berukuran 0,3
Sampel penelitian dari 15 artikel didapatkan 9 jenis masker yaitu, masker N95;
masker KN95; masker FFP2; masker N99; masker respirator 3M; masker KF94;
masker bedah; masker sekali pakai; dan masker kain. Sampel penelitian yang
paling banyak digunakan pada penelitian ini terdapat 3 jenis masker, yaitu masker
Masker N95 terdiri dari lapisan luar yang terbuat dari polipropilen non-
masker, diikuti oleh dua lapisan polipropilen bukan tenunan leleh yang menangkap
menambah rasa nyaman pada masker. Lapisan paling dalam adalah lapisan
dalam masker agar tidak berdampak buruk pada efisiensi penyaringan masker.
Masker respirator FFP yang ekuivalen dengan masker N95 yaitu FFP2 (EN 149-
Masker bedah dirancang untuk dipakai dalam waktu lama dan biasanya diamankan
dengan ikatan. (Berger et al., 2020). Masker bedah umumnya terdiri dari 3 lapisan
filter berjenis material polyolefin yang berserat, tegar dan bersifat hidrofobik. Dua
lapisan terluar memiliki kerapatan serat yang lebih kecil dibandingkan lapisan
tengah. Lapisan paling depan biasanya diberi variasi warna agar terlihat lebih
menarik. Lapisan tengah berwarna putih yang merupakan lapisan filter untuk
menangkal bakteri dan partikel-partikel lain yang berasal dari luar maupun dalam
Masker kain adalah non-medis yang dapat dibuat dari kombinasi kain yang
berbeda, urutan pelapisan dan tersedia dalam berbagai bentuk. Beberapa kombinasi
ini telah dievaluasi secara sistematis dan tidak ada desain tunggal, pilihan bahan,
pelapisan atau bentuk diantara masker non-medis yang tersedia. Kombinasi kain
dan bahan yang tidak terbatas menghasilkan filtrasi variabel dan kemudahan
Masker kain harus dipandang sebagai alternatif terakhir yang mungkin jika
persediaan masker medis tidak tersedia. Masker kain buatan sendiri dapat
masker kain buatan sendiri sebagai metode untuk mengurangi penularan infeksi
kriteria efisiensi penyaringan diatas 95% dan bekerja lebih baik daripada masker
medis (Berger et al., 2020). Efektivitas filtrasi masker kain umumnya lebih rendah
dari masker bedah dan masker respirator N95. Namun masker kain mungkin
Dari hasil review semua jurnal dapat dirata-ratakan tingkat efektivitas dari
masker N95 yaitu rata-rata 97,44%; masker KN95 rata-rata 89,75%; masker FFP2
38
99,9%; masker N99 99.88%; masker respirator 3M 99,43%; masker KF94 rata-rata
96,15%; masker bedah rata-rata 75,56%; masker sekali pakai 98,5%; dan masker
hanya melalui open access journal. Penelitian ini tidak membahas tentang faktor
kesesuaian yang mengukur seberapa baik masker menutupi wajah dan ketahanan
penelitian sebelumnya hingga saat ini menunjukkan efek yang serupa terhadap
jarak, menjaga kebersihan tangan dan tindakan lain yang membentuk suatu
tindakan preventif saling berkaitan dalam mencegah transmisi virus. Masker yang
efektifitas filtrasi efisiensi yang tinggi seperti masker respirator N95 dan masker
bedah. Masker medis harus dikhususkan bagi tenaga kesehatan dan orang-orang
masker kain. Jenis masker kain yang dianjurkan WHO adalah masker kain 3 lapis.
39
Masker dapat dipakai maksimal hanya 4 jam dan harus ganti dengan masker baru
dan bersih. Apabila masker yang dipakai basah atau lembab harus segera diganti.
kain masker terlihat lusuh, segera buang masker tersebut (WHO, 2020).
kebersihan tangan sebelum, saat berganti dan saat membuka memakai masker;
Tempatkan masker dengan hati-hati, pastikan menutupi mulut dan hidung, dan ikat
dengan erat untuk meminimalkan celah di antara wajah dan masker; Hindari
menyentuh bagian selain tali pengkat atau belakang masker saat memakainya;
Ganti masker segera setelah lembab dengan masker baru yang bersih dan kering;
Lepaskan masker menggunakan teknik yang sesuai: jangan sentuh bagian depan
masker tetapi lepaskan dari belakang atau dari tali pengikat ; Setelah melepas atau
setiap kali memakai kembali masker bekas bersihkan dengan sabun atau antiseptik
berbasis alkohol dan air jika tangan terlihat kotor (WHO, 2020).
BAB 5
5.1. Kesimpulan
aerosol dan mikrooganisme uji. Masker FFP2 memiliki efektifitas paling tinggi
dibandingkan dengan jenis masker lainya dalam mencegah penularan virus yaitu
99,9%.
5.2. Saran
1. Peneliti selanjutnya diharapkan juga dapat mereview lebih banyak artikel dan
dapat mengakses artikel lebih luas lagi dan perlu dilakukan penelitian lanjutan
2. Tenaga medis harus menggunakan masker yang sesuai dengan anjuran WHO
yaitu masker medis yang memiliki filtrasi efisiensi yang tinggi untuk
40
41
transmisi virus.
Ahmad, N. A., Mat Ludin, A. F., Shahar, S., Mohd Noah, S. A., & Mohd Tohit,
N. (2020) ‘Willingness, perceived barriers and motivators in adopting mobile
applications for health-related interventions among older adults: A scoping
review protocol’, BMJ Open, 10(3), pp. 1–5. doi: 10.1136/bmjopen-2019-
033870.
Akbar, F. Islam, F., Ashari, A. E., Mahmud, A., Ashriady., & Saeni. R. H. (2020)
‘Tindakan Tenaga Kesehatan dalam Menerapkan Protokol Kesehatan Saat
Berangkat Kerja pada Era Kebiasaan Baru’, Jurnal Kesehatan Manarang,
6(Khusus), p. 41. doi: 10.33490/jkm.v6ikhusus.328.
Bartoszko, J. J., Farooqi, M. A. M., Alhazzani, W., & Loeb, M. (2020) ‘Medical
masks vs N95 respirators for preventing COVID-19 in healthcare workers:
A systematic review and meta-analysis of randomized trials’, Influenza and
other Respiratory Viruses, 14(4), pp. 365–373. doi: 10.1111/irv.12745.
Bernard, L., Desoubeaux, G., Montagutelli, E. B., Pardessus, J., Brea, D.,
Allimonnier, L., Eymieux, S., Raynal, P. I., Vasseu, V.,Vecellio, V., Mathé,
L., Guillon, A., Lanotte, P., Pourchez, J., Verhoeven, P. O., Esnouf, S.,
Ferry, M., Eterradossi, N., Blanchard, Y., Brown, P., Roingeard, P., Alcaraz,
J. P., Cinquin, P., Tahar, M., & Vourc, N. H. (2020) ‘Controlled Heat and
Humidity-Based Treatment for the Reuse of Personal Protective Equipment:
A Pragmatic Proof-of-Concept to Address the Mass Shortage of Surgical
Masks and N95/FFP2 Respirators and to Prevent the SARS-CoV2
Transmission’, Frontiers in Medicine, 7(October), pp. 1–9. doi:
10.3389/fmed.2020.584036.
Campbell, K. S., Naidoo, J. S., & Campbell, S. M. (2020). Hard or Soft Sell?
Understanding White Papers as Content Marketing. IEEE Transactions on
Professional Communication, 63(1), 21–38.
Carroll, K. C., Butel, J. & Morse, S. (2015) Jawetz Melnick & Adelbergs Medical
Microbiology 27 E. Available.
Chua, M. H., Cheng, W., Goh, S. S., Kong, J., Li, B., Lim, J. Y. C., Mao, L., Wang,
S., Xue, K., Yang, L., Ye, E., Zhang, K., Cheong, W. C. D., Tan, B. H., Li,
Z., Tan, B. H., & Loh, X. J. (2020) ‘Face Masks in the New COVID-19
Normal: Materials, Testing, and Perspectives’, Research, 2020, pp. 1–40.
doi: 10.34133/2020/7286735.
Davies, A., Thompson, K. A., Giri, K., Kafatos, G., Walker, J., & Bennett, A.
42
43
De Sousa Neto, A. R., & De Freitas, D. R. J. (2020) ‘Use of face masks: Indications
for use and handling during the covid-19 pandemic’, Cogitare Enfermagem,
25(July), pp. 1–8. doi: 10.5380/ce.v25i0.72867.
Dewi, Y.C. (2016) 'Sintesis Material Transparan Berpori sebagai Filter Debu.
Thesis'. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Djasri, H., Laras, S. & Utarini, A. (2019) ‘Quality indicators for clinical care of
patients with hypertension: Scoping review protocol’, BMJ Open, 9(7), pp.
1–5. doi: 10.1136/bmjopen-2018-026167.
Dzieciatkowski, T., Szarpak, L., Filipiak, K.J., Jaguszewski, M., Ladny, J.R., &
Smereka, J. (2020) ‘COVID-19 challenge for modern medicine’, Cardiology
journal. doi: 10.5603/CJ.a2020.0055.
Hao, W., Parasch, A., Williams, S., Li, J., Ma, H., Burken, J., Wang, Y. (2020)
‘Filtration performances of non-medical materials as candidates for
manufacturing facemasks and respirators’, International Journal of Hygiene
and Environmental Health, 229(April). doi: 10.1016/j.ijheh.2020.113582.
Hines, L., Rees, E. & Pavelchak, N. (2014) ‘Respiratory protection policies and
practices among the health care workforce exposed to influenza in New York
State: Evaluating emergency preparedness for the next pandemic’, American
Journal of Infection Control. Elsevier Inc, 42(3), pp. 240–245.
Ippolito, M., Vitale, F., Accurso, G., Iozzo, P., Gregoretti, C., Giarratano, A., &
Cortegiani, A. (2020) ‘Medical masks and Respirators for the Protection of
Healthcare Workers from SARS-CoV-2 and other viruses’, Pulmonology.
Sociedade Portuguesa de Pneumologia, 26(4), pp. 204–212. doi:
10.1016/j.pulmoe.2020.04.009.
Jayaweera, M., Perera, H., Gunawardan, B., & Manatunge, J. (2020) ‘Transmission
of COVID-19 virus by droplets and aerosols: A critical review on the
unresolved dichotomy’, Environmental Research, 188, pp. 1–18. doi:
10.1016/j.envres.2020.109819.
Joshi, M. and Khan, A. (2020) ‘Quick laboratory methodology for determining the
effectiveness of face mask respirators in the wake of COVID-19 pandemic’,
pp. 1–19. doi: 10.21203/rs.3.rs-32527/v1.
44
Konda, A., Prakash, A., Moss, G. A., Schmoldt, M., Grant, G. D., Guha, S. (2020)
‘Aerosol Filtration Efficiency of Common Fabrics Used in Respiratory Cloth
Masks’, ACS Nano, 14(5), pp. 6339–6347. doi: 10.1021/acsnano.0c03252.
Klimek, L., Huppertz, T., Alali, A., Spielhaupter, M., Hörmann, K., Matthias, C.,
Hagemann, J. (2020) ‘A new form of irritant rhinitis to filtering facepiece
particle (FFP) masks (FFP2/N95/KN95 respirators) during COVID-19
pandemic’, World Allergy Organization Journal. Elsevier Inc, 13(10), p.
100474. doi: 10.1016/j.waojou.2020.100474.
Lepelletier, D., Grandbastien, B., Romano-Bertrand, S., Aho, S., Chidiac, C.,
Géhanno, J. F., & Chauvin, F. (2020) ‘What face mask for what use in the
context of the COVID-19 pandemic? The French guidelines’, Journal of
Hospital Infection, 105(3), pp. 414–418. doi: 10.1016/j.jhin.2020.04.036.
Long, K. D., Woodburn, E. V., Berg, I. C.., Chen, V., & Scott, W. S. (2020)
‘Measurement of filtration efficiencies of healthcare and consumer materials
using modified respirator fit tester setup’, PLoS ONE, 15(10 October), pp. 1–
13. doi: 10.1371/journal.pone.0240499.
Lu, H., Yao, D., Yip, J., Kan, C. W., & Guo, H. (2020) ‘Addressing COVID-19
spread: Development of reliable testing system for mask reuse’, Aerosol
and Air Quality Research, 20(11), pp. 2309–2317. doi:
10.4209/aaqr.2020.06.0275.
Ma, Q. X., Shan, H., Zhang, H. L., Li, G. M., Yang, R. M., & Chen, J. M. (2020)
‘Potential utilities of mask-wearing and instant hand hygiene for fighting
SARS-CoV-2’, Journal of Medical Virology, (March). doi:
10.1002/jmv.25805.
Marsh, M. & Helenius, A. (2006) ‘Virus entry: Open sesame’, Cell, 124(4), pp.
729–740. doi: 10.1016/j.cell.2006.02.007.
Mueller, A. V., Eden, M. J., Oakes, J. M. Bellini, C., & Fernandez, L. A. (2020)
‘Quantitative Method for Comparative Assessment of Particle Removal
Efficiency of Fabric Masks as Alternatives to Standard Surgical Masks for
PPE’, Matter, 3(3), pp. 950–962. doi: 10.1016/j.matt.2020.07.006.
Otter, J. A., Donskey, C., Yezli, S., Douthwaite, S., Goldenberg, S. D., & Weber,
D. J. (2016) ‘Transmission of SARS and MERS coronaviruses and influenza
virus in healthcare settings: The possible role of dry surface contamination’,
45
Pascarella, G., Strumia, A., Piliego, C., Bruno, F., Del Buono, R., Costa, F.,
Scarlata, S., & Agrò, F. E. (2020) ‘COVID-19 diagnosis and management: a
comprehensive review’, Journal of Internal Medicine, (March), pp. 1–15.
doi: 10.1111/joim.13091.
Rengasamy, S., Shaffer, R., Williams, B., & Smit, S. (2017) ‘A comparison of
facemask and respirator filtration test methods’, Journal of Occupational and
Environmental Hygiene. Taylor & Francis, 14(2), pp. 92–103. doi:
10.1080/15459624.2016.1225157.
Szarpak, L., Smereka, J., Filipiak, K. J., Ladny, J. R., & Jaguszewski, M. (2020)
‘Cloth masks versus medical masks for COVID-19 protection’, 27(2), pp.
48–49.
Wen, Z., Yu, L., Yang, W., Hu, L., Li, N., Wang, J., Li, J., Lu, J., Dong, X., Yin,
Z., & Zhang, K. (2013) ‘Assessment the protection performance of different
level personal respiratory protection masks against viral aerosol’,
Aerobiologia, 29(3), pp. 365–372. doi: 10.1007/s10453-012-9286-7.
46
Whiley, H., Keerthirathne, T. P., Nisar, M. A., White, M. A.F., & Ross, K. E.
(2020) ‘Viral filtration efficiency of fabric masks compared with surgical and
n95 masks’, Pathogens, 9(9), pp. 1–8. doi: 10.3390/pathogens9090762.
Zhou, S. S., Chiossone, C., Nims, R. W., Suchmann, D. B., Ijaz, M. K (2018)
‘Assessment of a respiratory face mask for capturing air pollutants and
pathogens including human influenza and rhinoviruses’, Journal of Thoracic
Disease, 10(3), pp. 2059–2069. doi: 10.21037/jtd.2018.03.103.
LAMPIRAN
47
48
Artikel 1
Artikel 2
Artikel 3
Artikel 4
Artikel 5
Www.mdpi.com/journal/pathogens
Artikel 6
02115, USA
Artikel 7
Artikel 8
Nama Jurnal/Situs Ann. Occup. Hyg., 2014, Vol. 58, No. 6, 771–
781
Doi:10.1093/annhyg/meu023
55
Artikel 9
Https://www.cambridge.org/core/terms.
Https://doi.org/10.1017/dmp.2013.43
Artikel 10
Artikel 11
Artikel 12
Original Article
Artikel 13
Artikel 14
https://doi.org/10.21203/rs.3.rs-32527/v1
Artikel 15