Anda di halaman 1dari 68

MODUL 8

Manajemen Praktik dan Kedokteran Gigi Komunitas

“Perencanaan Praktik Dokter Gigi”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik di Bagian IKGM-P

Oleh:

Nama :Yoga Hatriopar


NPM : 19100707380604115

Pembimbing : drg. Intan Batura Endo Mahata, MM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan ”Perencanaan Praktik Dokter

Gigi” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik

modul Manajemen Praktik dan Kedokteran Gigi Komunitas

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses

yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Intan Batura Endo Mahata, MM

selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai

pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,

karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Sampul Depan .......................................................................................................

Kata Pengantar.......................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

Daftar Gambar.......................................................................................................v

Daftar Tabel...........................................................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................7

1.1 Latar Belakang.................................................................................................7


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................8
1.3 Tujuan Makalah...............................................................................................9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10
2.1 Model Praktik Dokter Gigi..............................................................................10
2.2 Perizinan / Legalitas Praktik Dokter Gigi.......................................................14
2.3 Ruang Praktik Dokter Gigi..............................................................................15
2.4 Ergonomi.........................................................................................................16
2.4.1 Definisi..................................................................................................16
2.4.2 Dasar Pemikiran dan Permasalahan dalam Ergonomi...........................17
2.4.3 Implementasi Ergonomi........................................................................17
2.4.4 Faktor Resiko Ergonomi.......................................................................18
2.4.5 Sikap Tubuh yang Baik.........................................................................18
2.4.6 Prinsip Lay-out Tempat Kerja...............................................................19
2.4.7 Sikap Kerja Ergonomi...........................................................................19
2.4.8 Alat........................................................................................................20
2.4.9 Desain tata letak (lay out design)..........................................................22
2.5 Pricing dan Marketing......................................................................................28
BAB 3 PEMBASAHAN.......................................................................................31

3.1 Analisis Situasional.........................................................................................31


3.2 Analisis Eksternal dan Internal........................................................................35
3.3 Penghitungan Tarif..........................................................................................37
3.4 Desain Praktik Dokter Gigi.............................................................................45
BAB 4 PENUTUP................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................47
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Postur Tubuh. (Colin, G. 2002)..........................................................13

Gambar 2. Penempatan Lampu Bekerja. (Colin, G. 2002)..................................14

Gambar 3. Clock Concept dalam Four Handed Dentistry (Finkbeinr, 2014)......18

Gambar 4. Rencana Lokasi Tempat Praktik........................................................25

Gambar 5. Rekomendasi APD untuk dokter gigi/perawat gigi...........................54


DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian Praktik Sendiri.............................................8

Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian Praktik Bersama...........................................9

Tabel 3. Keuntungan dan Kerugian Asosiasi........................................................10


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desain tata letak adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan dan

peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin,

seluruh luasan ruangan termanfaatkan, dan menciptakan rasa nyaman kepada

operator yang bekerja serta pasien yang menerima pelayanan (Dougherty, 2017).

Pembuatan desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi didasarkan

pada konsep Four Handed Dentistry dan ergonomis. Dalam konsep Four

Handed Dentistry dikenal Clock Concept yang membagi zona kerja menjadi Static

Zone, Assisten’s Zone, Transfer Zone, dan Operator’s Zone. Zona- zona ini

menjadi pedoman dalam penempatan alat kedokteran gigi. Peletakan alat

kedokteran gigi juga harus memenuhi prinsip ergonomis sehingga timbul

keserasian atau keseimbangan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik

fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih

baik (Dougherty, 2017).

Setiap dokter gigi yang akan melakukan praktik wajib memiliki SIP . Selain

itu dokter gigi yang menyelenggarakan praktik wajib mengikuti standar pelayanan

medis dalam menjalankan praktik. Standar pelayanan diatur dalam UU No. 29

tahun 2004 tentang Praktik kedokteran diatur berbagai hal yang berkaitan dengan

7
penyelenggaraan praktik. Setiap dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik

wajib memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) yang dikeluarkan oleh pejabat kesehatan

yang berwenang di tingkat Kabupaten/Kota (Dinas Kesehatan setempat).

Dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik wajib mengikuti standar

pelayanan medis sebagai pedoman yang mencakup standar prosedur, ketenagaan

dan sarana yang harus dipenuhi dalam menjalankan praktik. Di samping itu dokter

gigi dalam melaksanakan praktik harus sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien. Praktik swasta dokter gigi

bukan hanya sebagai suatu pekerjaan sambilan, oleh karena itu dibutuhkan

keseriusan dalam mengelolanya. Pasar dokter gigi sangat dipengaruhi oleh tingkat

social ekonomi dan tingkat kebutuhan masyarakat. Dokter gigi harus mengetahui

prinsip-prinsip dan konsep dari managemen praktik dokter gigi untuk diterapkan

pada bisnis praktik dokter gigi.

Untuk membuat preencanaan praktik dokter gigi pribadi dibutuhkan adanya

analisis praktik. Adanya analisis praktik ini diharapkan dokter gigi mampu

menganalisis faktor-faktor dan mengidentifikasi masalah-masalah yang akan

mempengaruhi selama proses manajerial.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana model praktik dokter gigi ?

2. Apakah arti dari ruang praktik dokter gigi ?

3. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi ?

4. Apakah yang dimaksud dengan Pricing dan Marketing ?

5. Bagaimana cara analisis situasional ?


6. Apa saja yang termasuk analisis eksternal dan internal ?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui model praktik dokter gigi

2. Mengetahui arti dari ruang praktik dokter gigi

3. Mengetahui pengertian dari ergonomi

4. Mengetahui mengenai Pricing dan Marketing

5. Mengetahui cara analisis situasional

6. Mengetahui hal-hal yang termasuk analisis eksternal dan internal


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Praktik Dokter Gigi

1. Model Praktik Kedokteran Gigi Menurut Kode Etik Kedokteran

Gigi Indonesia Tahun 2008 yang Dibuat Oleh PDGI

Berikut ini merupakan pasal yang menyatakan mengenai model praktik

kedokteran gigi adalah:

Pasal 3 Ayat 6

Dokter Gigi di Indonesia dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi

swasta dapat melalui beberapa cara:

1) Praktik perorangan dokter gigi.

2) Praktik perorangan dokter gigi spesialis.

3) Praktik berkelompok dokter gigi.

4) Praktik berkelompok dokter gigi spesialis.

Dokter Gigi di Indonesia yang melakukan praktik berkelompok baik masing-

masing maupun sebagai kelompok mempunyai tanggung jawab untuk tidak

melanggar Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia. Praktik berkelompok harus

diberi nama tertentu yang diambil dari nama orang yang berjasa dalam bidang

kesehatan yang telah meninggal dunia atau nama lain sesuai fungsinya.
2. Model Praktik Kedokteran Gigi Berdasarkan Permenkes No.2052

tahun 2011

Pasal 4

(1) SIP Dokter dan Dokter Gigi diberikan paling banyak untuk 3 (tiga) tempat

praktik, baik pada fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta, maupun

praktik perorangan.

(2) SIP 3 (tiga) tempat praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berada

dalam kabupaten/kota yang sama atau berbeda di provinsi yang sama atau

provinsi lain.

Model praktik

1) Praktik Sendiri

Pada metode praktik sendiri dengan sistem berbagi modal,

autonomi komplit masih dapat dipertahankan, tetapi dokter gigi

kemungkinan berbagi ruang resepsionis.


Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian Praktik Sendiri

Keuntungan Kerugian

1. Pengambilan keputusan secara 1. Modal awal ditanggung sendiri


penuh
2. Tanggung jawab manajemen
2. Menerima pendapatan secara
tempat praktik besar
utuh
3. Privasinya terjaga 3. Kesempatan untuk konsultasi
4. Kemudahan untuk memilih
ke rekan sejawat terbatas
sendiri alat-alat dan bahan untuk
4. Tidak ada pemasukan bila
praktik serta kemudahan untuk
menentukan sendiri jam praktik tidak praktik (tidak ada
5. Lebih mudah untuk pindah
pengganti)
tempat praktik atau pensiun

2) Praktik bersama

Terdiri dari tiga atau lebih dokter gigi yang saling membantu untuk

modal awal. Sperti yang telah dijelaskan sebelumnya, praktik dengan yang

lain termasuk didalamnya partnerships dan grup.


Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian Praktik Bersama

Keuntungan Kerugian

1. Pengeluaran modal awal dari 1. Struktur organisasi lebih rumit,

masing-masing dokter gigi dapat masing-masing dokter punya

menjadi lebih sedikit tetapi pemikiran yang berbeda-beda,

jumlah modalnya bisa lebih mudah terjadi konflik

besar 2. Bisa ada kesenjangan

2. Pendapatan kemungkinan lebih pendapatan antara dokter yang

besar satu dengan yang lain

3. Ada pengganti jika tidak dapat

praktik karena suatu halangan

4. Konsultasi ke rekan sejawat

lebih mudah

Dalam satu grup, ada

kemungkinan terdapat dokter

spesialis yang dapat diandalkan

6. Tanggung jawab manajemen

5. tempat praktik lebih kecil


3) Asosiasi

Asosiasi merupakan praktik bersama dalam skala besar yang

dibiayai sebuah instansi atau perusahaan. Model praktik ini jarang

digunakan.

Tabel 3. Keuntungan dan Kerugian Asosiasi

Keuntungan Kerugian

1. Modal awal tidak ada atau 1. Ada peraturan yang harus ditaati

sangat kecil 2. Dokter gigi berstatus sebagai

2. Pengalaman yang didapatkan pegawai kantor

sesuai yang dibutuhkan 3. Pendapatan kemungkinan lebih

(misalnya kasus bedah mulut kecil (dipotong biaya

saja atau orotdontia saja) administrasi, komisi ke

3. Pendapatan cepat didapat perusahaan,dll)

4. Tanggung jawab manajemen 4. Pasien yang ditangani kasusnya

kecil mirip-mirip, sehingga kurang

memperluas pengalaman
Syarat-syarat mendirikan klinik berdasarkan Permenkes 2014:

1. Lokasi Klinik harus memenuhi ketentuan mengenai persyaratan kesehatan

lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

2. Bangunan Klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik

bangunannya dengan tempat tinggal perorangan.

3. Bangunan Klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan

dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan

keselamatan dan kesehatan bagi semua orang termasuk penyandang

cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.

4. Penanggung jawab teknis Klinik harus seorang tenaga medis.

5. Penanggung jawab teknis Klinik sebagaimana dimaksud pada poin (1)

harus memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di Klinik tersebut, dan dapat

merangkap sebagai pemberi pelayanan.

6. Tenaga medis pada Klinik pratama yang memberikan pelayanan

kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/atau dokter

gigi sebagai pemberi pelayanan.

7. Setiap tenaga medis yang berpraktik di Klinik harus mempunyai Surat

Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

8. Setiap penyelenggaraan Klinik wajib memiliki izin mendirikan dan izin

operasional oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.

9. Untuk mendapatkan izin operasional, penyelenggara Klinik harus

memenuhi persyaratan teknis dan administrasi. Persyaratan teknis

meliputi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, ketenagaan, peralatan.


2.2 Perizinan / Legalitas Praktik Dokter Gigi

Memenuhi persyaratan legal-administratif menurut Konsil Kesehatan Indonesia

Tahun 2016 :

1. Memiliki Ijazah dokter, dokter spesialis.

2. Mempunyai surat pernyataan sudah mengucapkan Sumpah/Janji Dokter.

3. Memiliki Surat Keterangan Sehat Fisik dan Mental.

4. Memiliki Serti kat Kompetensi sebagai dokter/spesialis.

5. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan

Etika Profesi.

6. Memiliki Surat Keterangan Berkelakuan Baik.

7. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang diterbitkan oleh KKI.

8. Surat Rekomendasi dari PDGI Cabang setempat

9. Memiliki Surat Izin Praktik (SIP) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/

Kota setempat.

10. Dan hal-hal lain yang ditentukan oleh peraturan perundang- undangan.

Selain itu dibutuhkan surat izin mendirikan bangunan, surat izin limbah. Surat

izin ini dibuat melalui tahap yaitu: mulai dari ACC para tetangga, RT, RW,

kelurahan, kecamatan kemudian ke balai kota. Selain itu juga harus melaporkan

ke Dinas Kesehatan Kota dan melampirkan surat keterangan dari Puskesmas

setempat yang telah melakukan terhadap air, aliran / penampungan limbah.


A. Perizinan Pendirian Klinik Pratama berdasarkan Permenkes 2014:

1. Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin dari

pemerintah daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan rekomendasi dari

dinas kesehatan kabupaten/kota setempat

2. Dinas kesehatan kabupaten/kota mengeluarkan rekomendasi setelah

klinik memenuhi ketentuan persyaratan klinik dalam peraturan

3. Permohonan izin klinik dilakukan dengan melampirkan

a. Surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat

b. fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan

perorangan

c. identitas lengkap pemohon

d. surat perstujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat

e. bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin

penggunaan bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan bagi milik

pribadi atau surat kontrak minimal 5(lima) tahun bagi yang

menyewa bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan

f. dokumen Upaya Pengeloaan Lingkungan (UKL) dan

Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

g. profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi

kepengurusan, tenaga kesehatan, sarana dan prasarana dan

peralatan serta pelayanan yang diberikan

h. persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan
i. izin klinik diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan

dapat diperpanjang denganmengajukan permohonan

perpanjangan 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlaku

izinnya

B. Persyaratan umum surat izin klinik berdasarkan Permenkes 2014:

1. Surat permohonan

2. Fotokopi IMB

3. Fotokopi IG/HO

4. Surat pernyataan kesanggupan mendirikan klinik

5. Surat kontrak bagi yabg mnenyewa bangunan (min. 5 tahun)

6. Daftar sarana alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan

7. Profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi

kepengurusan, ketenagaan, prasarana dan perlatan serta pelayanan yang

diberikan

8. Denah ruangan dan denah lingkungan yang menggambarkan lokasi klinik

terhadap sarana kesehatan terdekat

9. Fotokopi rekomendasi dokumen lingkungan (UKL/UPL dan SPPL)

10. Surat kerjasama pengelolaan limbah medis dengan institusi yang telah

mendapatkan izin dari menteri lingkungan hidup

C. Syarat dan ketentuan untuk mengurus izin penyelenggaraan klinik pratama:

1. Surat permohonan dari pemilik sarana atau pimpinan badan usaha untuk

klinik pratama (materai 6000)

2. Fotokopi KTP pemilik dan dokter penanggung jawab

3. Fotokopi izin mendirikan bangunan (IMB) dari pemerintah kota


4. Fotokopi izin gangguan (HO) dari pemerintah kota

5. Fotokopi sertifikat tanah

6. Surat pernyataan sewa bangunan (bermaterai 6000)

7. Surat keterangan domisili usaha dari kelurahan setempat

8. Surang pengangkatan bersedia sebagai penanggung jawab

(bermaterai 6000)

9. Surat pernyataan bersedia menaati peraturan perundangan yang

berlaku (bermaterai 6000)

10. Fotokopi surat kerjasama (MOU) tentang pembuangan limbah medis

11. Struktur organisasi

12. Profil klinik pratama

13. Daftar ketenagaan (medis/paramedic/non medis)

14. Fotokopi SIP untuk masing-masing dokter/dokter gigi

15. Fotokopi ijazah medis/paramedic/nonmedis

16. Daftar jenis pelayanan dan tarif pelayanan

17. Daftar jam pelayanan

18. Daftar peralatan dan bahan

19. Denah lokasi dan denah ruangan (skala meter)

20. Surat pernyataan jeis pelayanan yang dilakukan berdasarkan

perundang- undangan yang berlaku (bermaterai 6000)

2.3 Manajemen praktek dokter gigi kelompok (Permenkes, 2014)

1. Manajemen praktik dokter gigi kelompok harus dapat menciptakan praktik yang

efektif agar timbul suatu komunikasi yang terbuka dan baik antara personal yang

terlibat dalam praktik dan pasien. Sehingga dengan adanya keramahan,


keharmonisan dan fasilitas yang memadai diharapkan dapat memberikan

pelayanan yang optimal terhadap pasien.

2. Poin penting di dalam manajemen praktik kelompok antara lain adalah dokter

gigi (koordinator), menjaga keharmonisan dokter gigi/dokter gigi spesialis

dengan personal yang terlibat dalam praktik, komunikasi yang baik di tempat

praktik, pemecahan masalah (problem solving) dan pengaturan jadwal perjanjian

pasien.

3. Dokter gigi (koordinator), salah satu peran penting koordinator dalam praktik

dokter gigi kelompok adalah pemilihan tenaga kerja. Penempatan tenaga kerja

harus sesuai dengan posisi yang dicari, kriteria yang diinginkan, pengalaman

kerja, tempat tinggal, dan semua detil tentang pelamar. Di dalam hal ini antara

lain perawat gigi, pembantu, petugas sekretariat, juru parkir, satpam dan

sebagainya.

4. Pada umumnya dokter gigi (koordinator) hanya membutuhkan beberapa perawat

gigi saja, untuk pembantu, petugas sekretariat, juru parkir, satpam yang

menyediakan adalah pemilik tempat atau gedung, tergantung pada perjanjian

awal antara kedua belah pihak.

5. Menjaga keharmonisan dokter gigi/dokter gigi spesialis dengan personal yang

terlibat dalam praktik, dalam poin ini dokter gigi/dokter gigi spesialis yang

berpraktik kelompok harus dapat memahami posisinya secara professional dan

memahami juga semua personal yang terlibat di dalam praktik dokter gigi

kelompok.

6. Komunikasi yang baik di tempat praktik, komunikasi yang baik tetap diperlukan

walaupun para personal yang terlibat dalam praktik selalu bertemu setiap saat,

salah satunya dengan membicarakan masalah yang sedang terjadi dengan para
personal yang terlibat dalam praktik di dalam sebuah pertemuan.
7. Pemecahan masalah (problem solving), para dokter gigi/dokter gigi spesialis

memerlukan sikap kepemimpinan dalam memecahkan suatu masalah yang

terjadi di tempat praktik, sehingga tidak ada salah satu pihak/personal dalam

tempat praktik yang dirugikan. Hal ini memerlukan sikap mendengar dan

memberikan masukan kepada personal yang sedang mempunyai masalah, karena

masalah tersebut akan mempengaruhi kerja tim praktek dokter gigi kelompok

2.4 Ruang Praktik Dokter Gigi

Berdasarkan Permenkes 028/Menkes/Per/I/2011, saat ini setiap dokter gigi

yang ingin membuka praktik, tidak lagi diperbolehkan menggunakan nama „balai

pengobatan‟, melainkan menggantinya dengan istilah „klinik‟. Klinik dokter

gigidibagi menjadi dua, yakni klinik pratama dan klinik utama. Klinik

pratama ditujukan untuk melayani pelayanan medik dasar dan klinik utama

melayani pelayanan medik spesialistik. Menurut peraturan tersebut, sebuah

interior desain praktik dokter gigi harus didesain sesuai dengan beberapa

ketentuan berikut:

1. Memiliki bangunan permanen dan tidak tergabung dengan tempat tinggal

2. Memiliki ruang tunggu

3. Memiliki ruang administrasi

4. Memiliki ruang tindakan

5. Memiliki ruang farmasi

6. Memiliki toilet

Paling tidak keenam bagian tersebut harus ada dalam desain ruangan

praktik dokter gigi. Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam tata
letak
ruangan dokter gigi, yakni:

(1) tipe fitur

(2) pencahayaan

(3) gambar-gambar dinding, serta warna dinding dan langit-langit ruangan.

2.5 Ergonomi

Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yang terdiri dari ergos yang artinya

kerja, sedangkan nomos artinya hukum atau ukuran. Kepentingan dengan ilmu

Ergonomi sudah dikenal sejak abad 19, pada saat itu dilakukan pembatasan waktu
kerja pekerja yang bekerja di tambang/ pabrik. Hal tersebut merupakan awal

berkembangnya Ergonomi di dunia dalam bidang industri, sehingga ergonomi

sering disebut sebagai Human Factor (Sarkar PA dan Shigli A. 2012).

2.4.1 Defenisi

Clark dan Corlett mengatakan bahwa Ergonomi adalah Ilmu yang

mempelajari kemampuan dan karakteristik manusia yang mempengaruhi

rancangan peralatan, sistem kerja dan pekerjaan yang bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi, K3 dan kesejahteraan pekerja. Sementara Wickens

mendefinisikan ergonomi adalah ilmu mempelajari faktor-faktor manusia untuk

merancang mesin yang dapat mengakomodasi keterbatasan manusia

International Labor Organization (ILO) mengatakan bahwa Ergonomi

adalah ilmu yang mempelajari atau mengukur pekerjaan. Ergonomi adalah ilmu

yang multidisiplin, yaitu perpaduan anatara ilmu kesehatan dan ilmu teknik.

Dalam ilmu kesehatan dipelajari antara lain anatomi tubuh manusia, biologi,

fisiologi, antroplogi kesehatan dan psikologi. Sementara dalam ilmu teknik

antara lain dipelajari ilmu teknik mesin, industri, disain dan mekanika. Disiplin

ilmu kesehatan/kedokteran memberikan batasan dan penjelasan tentang

kemampuan dan keterbatasan manusia. Dan disiplin ilmu teknik merancang

tugas/pekerjaan, tempat kerja dan sstem kerja. (Kroemer, K.H.E dan Grandjean,

E. 2004).

2.4.2 Dasar Pemikiran dan Permasalahan Dalam Ergonomi

Manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan adaptasi terhadap

lingkungan fisik, beban kerja fisik dan psikologis. Keterbatasan itu terjadi karena

ukuran tubuh manusia bervariasi,dan adanya perbedaan ukuran menurut jenis


kelamin, kelompok usia, ras dan lainnya. Tanpa penerapan konsep-konsep

ergonomi di tempat kerja, ternyata akan meningkatkan risiko terjadinya

kecelakaan- dan penyakit akibat kerja pada pekerja.

2.4.3 Implementasi Ergonomi

Implementasi ergonomi dapat diterapkan pada lingkungan kerja, yaitu

dengan membuat tempat kerja (work station) sesuai dengan kebutuhan pekerjaan

dan aktivitas yang dilakukan pekerja. Selain itu dengan membuat atau

menggunakan alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh pekerja itu, serta

sesuai dengan gerakan gerakan yang dilakukannya dan memberikan rasa nyaman

saat menggunakannya. Implementasi lainnya dapat dilakukan pada produk, hasil

dari suatu proses, dimana porduk tersebut ergonomis untuk yang

menggunakannya. Impelentasi ergonomi dapat juga digunakan di lingkungan

rumah, dimana interior dalam rumahdapat dibuat ergonomis, dan menggunakan

alat ataupun perabot rumah yang ergonomis sehinggamembuat rasa nyaman dari

penghuni rumah.

2.4.4 Faktor Risiko Ergonomi

Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko ergonomi antara lain:

1. Gerakan Repetitif

2. Penggunaan Kekuatan

3. Stres Mekanik

4. Sikap tubuh statis

5. Awkward position

5. Vibrasi
6. Stres

(Kroemer, K.H.E dan Grandjean, E. 2004)

2.4.5 Sikap Tubuh yang Baik

Dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas , perlu diperhatikan sikap tubuh

yang baik, yaitu:

1. Tidak membungkuk

2. Tidak jongkok

3. Tidak memutar tubuh

4. Tinggi tempat kerja antara tinggi pusat dan tinggi siku

5. Tidak meraih obyek/alat kerja melebihi tinggi bahu

6. Letak obyek pada lapang pandang (30 derajat dari masing-masing mata –

60 derajat)

(Sarkar PA dan Shigli A. 2012).

2.4.6 Prinsip Lay-Out Tempat Kerja

Secara garis besar, prinsip melaukan disain suatu tempat kerja harus

memperhatikan :

1. Prinsip kepentingan: yang paling penting umumnya diletakkan

dekat dengan pekerja

2. Prinsip pemakaian tersering: yang paling sering digunakan

juga harus diletakkan dekat dengan pekerja.

3. Pinsip fungsional: diatur sedemikian rupa sehingga fungsi dari

pengaturan tempat sesuai dengan peruntukannya dan tidak membuat


sulit saat bekerja.

4. Prinsip urutan: mengatur alat kerja , sarana dan prasarana harus

sesuai dengan urutan yang akan digunakan sehingga akan

mempermudah saat bekerja dan menyingkat waktu yang

diperlukan.

2.4.7 Sikap Kerja Ergonomis Dokter Gigi

Dokter gigi dalam berpraktik sebaiknya selalu memperhatikan postur

tubuhnya atau posisi tubuhnya agar selalu ergonomis dan juga sebaiknya tidak

melakukan posisi tubuh yang statis terlalu lama seperti duduk, berdiri atau

memeriksa pasien. Usahakan untuk sellau seimbang dalam melakukan hal hal

tersebut. (American Dental Association, 2004). Sesuaikan tinggi kursi dokter

dengan kursi pasien sesuai dengan kenyamanan duduk. Dan bekerja (dengan

mendekatkan kursi pasien dengan tubuh.)

Gambar 1. Postur Tubuh (Colin, G. 2002)

2.4.8 Alat

a. Kursi Dokter

Karakteristik dari kursi dokter gigi adalah berkaki 5, tinggi yang daoat

disesuaikan, sandaran punggung sesuai lekuk tubuh, sandaran tangan dapat


diatur. Dokter gigi selalu menggunakan kursi yang dapat diatur dan ada

penyangga dibagian lumbal, torakal dan tangan.

b. Kursi Pasien

Kursi pasien merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan. Ini

berguna agar pasien merasa nyaman saat dilakukan pemeriksaan. Sandaran

tempat duduk pasien sebaiknya dapat diatur, yaitu sandaran dapat tegak atau

terlentang. Ini disesuaikan dengan kebutuhan.

Tungkai kaki pasien hendaknya lurus, sehingga pasien merasa lebih

nyaman dan rileks. Ketinggian kursi pasien dapat diatur oleh dokter gigi dengan

menggunakan kaki. Diusahakan meminimalkan penggunaan kaki dengan lebih

membuat nyaman pasien pada posisi horizontal.

c. Tempat Alat

Tempat alat-alat praktik gigi haruslah mudah dipindahkan, stabil dan

dapat diatur tinggi rendahnya. Ini semua diperhatikan untuk kenyamanan

pemakainya. Selain itu tempat alat juga hendaknya ergonomis penataannya

(Lay-Out Ergonomis) , artinya harus dalam area jangkauan pemakai, dalam hal

ini dokter gigi. Perhatikan juga agar penggunaan jari jari yang berlebihan

dihindari pada saat melakukan praktik kedokteran gigi (Ontario, 2007).

d. Penempatan Lampu Bekerja

Penempatan lampu bekerja saat dokter gigi melakukan aktivitasnya sangat


penting. Jadi perlu diperhatikan posis dan letak dari lampu tersebut, diusahakan

agar cahaya lampu mengenai obyek yang dijadikan area kerja. Cahaya jangan

mengenai tubuh atau terhalang oleh bagian tubuh.

Suhu ruangan tempat praktik dokter gigi harus nyaman dan tidak boleh

terasa panas, karena akan mengganggu aktivitas dokter gigi saat bekerja. Suhu

yang diakibatkan oleh lampu penernangan perlu diperhatikan, sehingga perlu

memilih lampu yang tidak menimbulkan panas tinggi saat dipergunakan. Lampu

penerangan untuk bekerja harus dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat

dipindah pindahkan. Gambar penempatan lampu yang optimal di atas kepala

pemeriksa.

Gambar 2. Penempatan Lampu Bekerja (Colin, G. 2002)

2.4.9 Desain tata letak (lay out design)

Desain tata letak (lay out design) adalah proses alokasi ruangan, penataan

ruangan dan peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung

seminimal mungkin, seluruh luasan ruangan termanfaatkan, dan menciptakan rasa

nyaman kepada operator yang bekerja serta pasien yang menerima pelayanan.

Desain tata letak memegang peranan penting dalam efektifitas dan efisiensi

operasi tempat praktik dokter gigi, oleh karena itu perlu direncanakan secara

matang sebelum tempat praktik dibangun dan tidak tertutup kemungkinan untuk

direvisi dikemudian hari bila dinilai sudah tidak laik lagi.


Desain tata letak berbeda dengan gambar arsitek, desain tata letak hanya

berupa sketsa yang mengambarkan penataan ruangan, dibuat berdasarkan

perhitungan pergerakan informasi, bahan, dan manusia. Selain itu juga dengan

memperhatikan pertimbangan ergonomis, medis dan kepatutan. Secara garis besar

ada 2 macam desain tata letak yaitu yang dibuat dengan memperhatikan proses

dan yang dibuat dengan memperhatikan produk, pada tempat praktik dokter gigi

yang digunakan adalah desain tata letak dengan memperhatikan proses

(Chaikumarn, 2004).

Efektifitas dan efisiensi desain tata letak dihitung dari jumlah jarak

pergerakan yang terjadi, dengan asumsi setiap pergerakan yang terjadi

menimbulkan biaya. Menimimalisasi pergerakan adalah tujuan dari desain tata

letak.

1. Posisi dan Zona Kerja Operator, Pasien, dan Asisten

Kinerja dokter gigi dapat terkait dengan gangguan muskuloskeletal apabila

saat bekerja dokter gigi sering melakukan pergerakan di luar zona netral mereka

sehingga posisi tubuh tidak seimbang. Pekerjaan dokter gigi yang menuntut

ketelitian dan konsentrasi tinggi sering kali membuat dokter gigi berlama-lama

dalam suatu posisi. Ketika posisi kerja dan postur dari dokter gigi tersebut tidak

fleksibel atau tidak benar maka dapat meningkatkan resiko terjadinya

Musculoskeletal Disorders.

Resiko terjadinya musculoskeletal disorder dapat diminimalkan dengan

memaksimalkan efektivitas posisi operator, peralatan, pasien dan asistem. Konsep

ergonomi diperkenalkan di kedokteran gigi dalam rangka untuk memperbaiki


kondisi kerja operator dan konsep kerja yang meliputi Four Handed Dentistry dan

posisi duduk dari operator, pasien, serta asisten.

a. Four Handed Dentistry

Telah dikembangkan suatu konsep kerja tim yang merupakan teknologi

baru yang diintegrasikan dalam suatu praktik dokter gigi modern selama beberapa

dekade terakhir. Konsep ini dikenal sebagai four handed dentistry yang terdiri dari

dokter gigi dan asisten. Four handed dentistry merupakan perawatan gigi yang

dilakukan dengan 4 tangan secara bersamaan, 2 tangan operator dan 2 tangan

asisten. Dalam konsep four handed dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja

di sekitar dental unit yang disebut clock concept. Zona kerja diidentifikasi

menggunakan wajah pasien sebagai wajah/muka jam dengan kepala pasien

dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien. Zona kerja

tersebut dibagi menjadi 4, yaitu operator’s zone, assistant’s zone, transfer zone

dan static zone. (Finkbeinr, 2014).

Operator’s zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Assistant’s zone

adalah zona tempat pergerakan perawat gigi atau asisten. Transfer zone adalah

daerah tempat transfer alat dan bahan antara tangan dokter gigi dan tangan asisten.

Instrumen diberikan dari asisten ke dokter gigi lewat dada pasien. Jangan

memberikan alat di atas mata pasien. Sedangkan static zone adalah daerah tanpa

pergerakan dokter gigi maupun perawat gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona

ini untuk menempatkan meja instrumen bergerak yang berisi instrumen tangan

serta peralatan yang dapat membuat takut pasien.

Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat

Gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini ini untuk menempatkan Meja
Instrumen Bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta

peralatan yang dapat membuat takut pasien. Assistant‟s Zone adalah zona tempat

pergerakan Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan

Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada Dental

Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan

dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan

Operator‟s Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.

Keempat zona tersebut untuk right-handed operator adalah:

 Area operator (operator’s zone): jam 7-12 (aktivitas operator)

 Area asistan (assistant’s zone): jam 2-4 (aktivitas Asisten)

 Area transfer (transfer zone): jam 4-7 (instrumen diberikan)

 Area statis (static zone): jam 12-2

Keempat zona tersebut untuk left-handed operator adalah:

 Area operator (operator’s zone): jam 12-5 (aktivitas operator)

 Area asistan (assistant’s zone): jam 8-10 (aktivitas Asisten)

 Area transfer (transfer zone): jam 5-8 (instrumen diberikan)

 Area statis (static zone): jam 10-12


Gambar 3. Clock Concept dalam Four Handed Dentistry (Finkbeinr, 2014).

Konsep four-handed dentistry diharapkan dapat mencegah terjadinya

pergerakan yang menegangkan otot serta perpindahan pandangan dokter gigi dari

daerah mulut pasien yang menyebabkan kelelahan pada mata. Namun konsep ini

bukan sekedar pemindahan alat dari asisten ke dokter gigi atau agar pekerjaan

menjadi lebih cepat dan mudah. Juga butuh keterampilan dalam melaksanakan

suatu kerja tim yang handal (Manji, 2012). Walaupun telah bekerja dengan konsep

four-handed dentistry, bila menggunakan alat yang tidak mendukung sistem

ergonomik atau penempatan alat yang jauh dari jangkauan asisten maupun dokter

gigi sendiri, maka akan tetap terjadi ketegangan otot akibat pergerakan yang

berlebihan. Kelelahan fisik juga dapat dialami oleh pasien akibat postur yang

tegang karena posisi duduk pasien di atas kursi gigi. (Finkbeinr, 2014; Manji,

2012).

b. Tata Letak Penempatan Alat

Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi

adalah prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala

fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan


kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga

kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik6. Tata letak hanyalah salah

satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsur ergonomis

seperti desain warna, pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan,

serta desain peralatan yang digunakan (Gandavadi, 2007).

Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktik dokter gigi, tata letak

peralatan dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan

bagi Dokter Gigi, Perawat Gigi, berserta Pasiennya ketika proses perawatan

dilakukan. Ukuran minimal Ruang Perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X

3,5 Meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan satu buah Dental Unit, Mobile

Cabinet, serta dua buah Dental Stool8. Unsur penunjang laindapat turut

dimasukan seperti audio video atau televisi untuk hiburan pasien yang sedang

dirawat.Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah

terhadap Dental Unit. Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan

dinaik- turunkan.

Pada saat posisi rebah panjang Dental Unit adalah sekitar 1,8-2 Meter. Di

belakang Dental Unit diperlukan ruang sebesar 1 Meter untuk Operator‟s Zone

dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara ujung bawah Dental Unit

dengan dinding belakang atau Dental Cabinet yang diletakkan di belakang adalah

3 Meter; sementara jarak antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding depan

minimal 0,5 Meter. Dental Unit umumnya memiliki lebar 0,9 Meter, bila Tray

dalam kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 Cm. Jarak

dari tiap sisi minimal 0,8 Meter untuk pergerakan di Operator‟s Zone dan

Asistant‟s Zone.
Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan

digunakan pada saat perawatan diletakan di Static Zone. Zona ini tidak akan

terlihat oleh pasien dan terletak diantara Operator‟s Zone dan Assistant Zone

sehingga baik Dokter Gigi maupun Perawat Gigi akan dengan mudah mengambil

bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan Bila Mobile Cabinet lebih

dari satu, maka Mobile Cabinet kedua diletakan di Operator‟s Zone. Alat besar

terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental Cabinet sebagai tempat

penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk

bufet setengah badan seperti Kitchen Cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 Meter.

Bila hanya satu sisi, lemari ini ditempatkan di Static Zone, sedangkan bila

berbentuk L, ditempatkan di Static Zone dan Assistant‟s Zone. Keberadaan

Dental Cabinet akan menambah luas ruangan yang diperlukan untuk

menempatkannya.

2.6 Pricing dan Marketing

Dalam menjalankan bisnis pelayanan kesehatan (praktik perseorangan).

Seorang dokter gigi mempunyai peran ganda. Peran pertama adalah sebagai

tenaga professional yang tugas dan fungsinya adalah memberikan pelayanan

medis kedokteran gigi secara holistik kepada para pelanggan (pasien) sesuai

standar profesi yang berlaku. Peran kedua adalah sebagai investor atau pemodal

usaha yang tugas dan fungsinya mengupayakan roda bisnis pelayanan dapat terus

berjalan sesuai tatanan manajemen, baik manajemen pelayanan, manajemen

keuangan, manajemen logistik atau bentuk manajemen lainnya.


Beberapa masalah yang muncul dalam pembiayaan pelayanan kesehatan di

Indonesia antara lain adalah : 1) terjadi inflasi biaya kesehatan yang tinggi karena

meningkatnya demand pelayanan kesehatan dibanding supply pelayanan

kesehatan, kemajuan teknologi bidang kesehatan termasuk kedokteran gigi serta

makin tingginya tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan; 2) tarif

pelayanan kesehatan termasuk praktik perseorangan yang tidak rasional yang

disebabkan tidak seimbang dengan peningkatan inflasi serta tidak didasarkan pada

perhitungan riil atau bersifat “cost-based”. Oleh karena itu bisnis praktik

perseorangan harus dikelola berdasarkan kaidah “Ekonomi” yang artinya :

1. Terdapat keseimbangan antara expenses atau cost (pengeluaran) dengan

revenue (pendapatan)

2. Pengelolaan cost diarahkan untuk tercapainya tingkat efisiensi

3. Revenue dihasilkan dari utilisasi (kunjungan) dengan tingkat

harga tertentu

4. Penanganan tarif dan kepuasan konsumen sangat penting

5. Perlu ada indikator biaya sebagai alat manajerial dalam melakukan

kendali biaya

Langkah yang harus dilakukan, provider (dalam hal ini dokter gigi yang

praktik perseorangan), harus mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk

memproduksi suatu pelayanan dengan melakukan analisis biaya dan harus bisa

menetapkan tarif yang rasional berdasarkan perhitungan biaya satuan (unit cost).

Dengan adanya tarif yang rasional akan didapatkan revenue bagi pihak provider

sesuai rumus berikut :


Revenue (pendapatan) = Tarif x utilisasi (jumlah kunjungan)

32
Revenue yang didapatkan pihak provider akan menghasilkan kemampuan

untuk meningkatkan “kesejahteraan” provider seperti : membeli peralatan baru

yang sesuai dengan perembangan teknologi, memperbaiki fasilitas dan sarana

pelayanan, membeli bahan habis pakai yang digunakan dalam pelayanan,

membayar gaji SDM pemberi pelayanan (dokter gigi, perawat gigi, tenaga

administrasi, pekarya dan lainnya) serta mengembangkan produk pelayanan baru.

Dengan adanya peningkatan “kesejahteraan” tersebut pihak provider akan mampu

memberikan pelayanan yang bermutu tinggi dan paripurna (service excellence)

sehingga meningkatkan kepercayaan dan loyalitas customer.

Dengan melakukan strategi pentarifan yang rasional dan tepat akan

memberikan banyak manfaat terlebih bagi provider yang bekerjasam dengan pihak

ketiga seperti perusahaan kerjasama atau dengan pihak asuransi baik dengan

sistem fee for service maupun kapitasi. Penetapan tarif yang didasarkan pada

analisis biaya dan perhitungan biaya satuan (unit cost) akan memberikan daya

tawar dalam menjalin kerjasama dengan pihak ketiga tersebut sehingga pemebrian

pelayanan kepada customer sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur di

bidang kedokteran gigi untuk mencapai nilai dan mutu yang diaharapkan. Provider

dapat mengetahui batasan tarif yang masih rasional dengan perhitungan biaya

satuan (unit cost) suatu produk pelayanan sehingga provider tidak mengalami

kerugian karena tariff yang disepakati dengan pihak ketiga lebih rendah dari biaya

satuan suatu produk pelayanan.

33
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Analisis Situasional

Analisis situasional dalam kesehatan masyarakat merupakan proses

menelaah kondisi kesehatan dan perkembangan penduduk di situasi wilayah

tertentu. Adapun untuk melakukan studi kelayakan pendirian praktik dokter gigi

dilakukan analisa pada beberapa poin, sebagai berikut:

a. Gambaran kondisi daerah

Kecamatan Curug

 Luas Wilayah : 27,407 KM2 / 2,560 HA

 Terdiri dari : 7 Kelurahan

 Tempat perencaan lokasi klinik : Kelurahan Binong Permai

 Nama tempat klinik : Cemara Dental Clinic (CDC)

 Luas bangunan tempat praktik : 5x6 m

Gambar 4. Rencana Lokasi Tempat Klinik


Alasan membuka praktek kelompok :

1. Mencari pengalaman di kota lain

2. Bekerjasama dalam mambangun klinik

3. Modal dibagi dua

4. Tanggungjawab dibebankan kepada dua orang

5. Bertukar pikiran untuk membuat manajemen praktek yang bagus

6. Jika ada keperluan tidak susah untuk mencari dokter gigi

pengganti

Analisis wilayah : Lokasi strategis dan dekat dengan pinggir

jalan. Jumlah pupulasi penduduk yang mencapai 207.906 jiwa dan

hanya memiliki 3 orang dokter gigi puskesmas yang menanganinya.

b. Ability to Pay (Kemampuan Membeli)

ATP dan WTP harus dilakukan wawancara langsung pada

masyarakat seberapa besar kemampuan dan kemauan untuk membayar

paket atau jasa pelayanan kesehatan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015

tentang Pengupahan inflasi Upah Minimum Kota (UMK) tahun 2020

Kabupaten tangerang sebesar Rp 4.206.682 (PP No. 78 Tahun 2015).

Rata-rata pengeluaran pangan dan non pangan per bulan (Badan

Pusat Statistik, 2018).


No Jenis Pengeluaran Rata-rata Pengeluaran Perkapita
(Rp)
I Pengeluaran Pangan
a. padi-padian 75.000,00
b. umbi-umbian 52.500,00
c. pangan hewan 46.180,00
d. minyak dan lemak 15.000,00
e. buah/biji berminyak 12.500,00
f. sayuran dan buah-buahan 10.000,00
g. kacang-kacangan 8.500,00
h. gula 2.120,00
Jumlah 221.800,00
II Pengeluaran Non Pangan
a. tempat tinggal dan pakaian 600.250,00
b. bahan bakar, listrik dan air 350.850,00
c. biaya pendidikan 55.100,00
d. biaya kesehatan 42.800,00
Jumlah 1.049.000,00

Dapat diketahui rata-rata pengeluaran pangan satu bulan sebesar Rp 221.800,00

dan pengeluaran non pangan dalam satu bulan sebesar Rp 1.049.000,00

c. Willingness to Pay (Kemampuan Membeli)

No. Kesediaan Membayar Jumlah Persentase (%)

1. Ya 65 81,25%

2. Tidak 15 18,75%

Total 80 100%

Sebagian besar pendapatan per bulan tergolong sedang yakni

berada pada interval ≥ Rp 4.200.000,00 s.d ≤ Rp. 8.150.000,00 dengan


rata-rata sebesar Rp. 6.175.000,00. Sebagian besar responden (81,25%)

mampu membayar tarif pelayanan kesehatan gigi.

d. Need dan Demand (Kebutuhan dan

permintaan) Kecamatan Curug

 Jumlah populasi masyarakat daerah : 207.906 jiwa

laki-laki perempuan = 110.835 : 104.198

 Jumlah dokter : 14

 Jumlah dokter gigi : 3

 Jumlah bidan : 38

No. Demand n %
1. Pilihan faskes saat berobat
Rumah Sakit 17 21,25%
Puskesmas 18 22,50%
Bidan 15 18,75%
Praktek dokter gigi 30 37,50%
2. Pernah mengunjungi dokter gigi
Ya 56 70%
Tidak 24 30%
3. Jenis perawatan gigi yang
Dilakukan
Pencabutan gigi 20 25%
Pembersihan karang gigi 30 37,50%
Penambalan gigi 30 37,50%
4. Waktu perawatan yang dipilih
Pagi-Siang 10 12,50%
Siang-Sore 30 37,50%
Sore-Malam 40 50%
5. Pembayaran
Pribadi 50 62,50%
JAMKESMAS 30 37,50%
e. Desain Praktik

Desain dengan four handed dentistry, meliputi :

 Ruang pokok : Ruang tindakan

 Ruang pendukung : Ruang pendaftaran, ruang tunggu

penunggu, ruang tunggu pasien, play kids room, mushola,

toilet, taman mini, parkir

 Denah desain : terlampir

f. Organizing dan directing

- Struktur organisasi

Dokter gigi

Perawat gigi Petugas Administrasi

g. Pengaturan piket dan jam kerja praktek


1. Praktek akan diadakan 6 hari dalam satu minggu (Senin, Selasa,
Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu)
a. Dokter gigi A: Senin, Rabu, Jumat
b. Dokter gigi B: Selasa, Kamis, Sabtu
2. Jam praktek
a. Dokter gigi A: jam 18.00-21.00 WIB
b. Dokter gigi B: jam 18.00-21.00 WIB
h. Alur pasien di masa normal

Pendaftran langsung Verifikasi data


atau via reservasi Pasien datang pasien oleh
wa/telepon petugas
administrasi

Pengecekan ulang vital sign (bila


perlu) oleh perawat gigi dan anamnesa olehmenunggu
Pasien dokter gigipanggilan di ruang tunggu
Penulisan keluhan oleh petugas administrasi

Tindakan oleh dokter gigi Penyelesaian administrasi Pasien pulang


i. Alur pasien di masa new normal

Pendaftran langsung Mencuci tangan


Pasien datang
atau via reservasi dengan air mengalir
menggunakan masker
wa/telepon di pintu masuk

Verifikasi data pasien oleh petugas administrasi


Penulisan keluhan oleh petugas administrasi Cek suhu tubuh pasien oleh petugas

Pengecekan ulang
Pasien menunggu vital sign (bila Tindakan oleh dokter
panggilan di ruang perlu) oleh gigi yang
tunggu dengan perawat gigi menggunakan APD
duduk berjarak 1 dan anamnesa lengkap
kursi antar pasien oleh dokter gigi

Pasien pulang Penyelesaia


n
administrasi
3.2 Analisis Eksternal dan Internal

I. TOWS Analisis

Ancaman (Threats)

- Adanya praktik dokter gigi senior

- Anggapan masyarakat bahwa dokter gigi yang masih fresh graduate belum

terpercaya

- Persepsi masyarakat bahwa periksa gigi di dokter gigi mahal

- Citra pesaing baik

- Pelayanan alternatif

- Sudah mulai adanya jasa home service dokter gigi yang siap

mendatangi rumah pasien

- Citra pesaing baik

- Willingness to pay masih rendah

Peluang (Opportunities)

- Lokasi adalah pusat aktifitas masyarakat

- Akses ke klinik yang mudah karena berada di daerah kecamatan kota.

- Ability to pay cukup tinggi

- Kesadaran masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut

meningkat seiring perkembangan teknologi edukasi gigi di media

social

Kelemahan (Weakness)

- Dokter gigi baru, belum banyak dikenal masyarakat

- Pengalaman kerja minimal, keterbatasan skil


- Masih rendahnya tingkat kepercayaan diri

- Marketing dan manajemen belum teruji

- Manajemen dan marketing belum tersusun dengan baik

- Keuangan masih

disubsidi Kekuatan (Strength)

- Tempat strategis, lokasi mudah dijangkau

- Pelayanan yang menawarkan konsep baru, ramah, nyaman, professional

- Tempat praktik yang bersih, unik dan instagramable

- Perawatan yang maksimal mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

terkini

- Terdapat kejelasan harga

3.3 Penghitungan Tarif

Logistik

 Umum

No Bahan Perkiraan Jumlah Total (Rp)

Harga (Rp)

1 Sewa Gedung 50.000.000 5 tahun 250.000.000

2 Komputer 3.000.000 1 buah 3.000.000

3 Telepon 500.000 1 buah 500.000

4 Meja dan kursi dokter 5.000.000 2 set 5.000.000

5 Kursi tunggu pasien 1.000.000 2 set 2.000.000

6 Emergency lamp 500.000 1 set 500.000


7 Televisi 1.800.000 2 buah 3.600.000

8 Lampu 50.000 10 buah 500.000

9 Lemari penyimpanan 1.500.000 2 buah 3.000.000

10 Rak plastik 300.000 1 buah 300.000

11 AC 2.000.000 2 buah 4.000.000

12 Kompresor 2.500.000 1 buah 2.500.000

13 Dispenser 300.000 1 buah 300.000

14 Wastafel 700.000 1 buah 700.000

15 Genset 2.000.000 1 buah 2.000.000

16 APAR 3 kg 200.000 2 buah 400.000

17 Taman bermain anak 800.000 1 800.000

18 Hiasan interior 500.000 1 500.000

19 Poster edukasi 100.000 1 100.000

20 Pohon hias 50.000 4 200.000

21 Akuarium ikan hias 700.000 1 700.000

22 Etalase makanan 800.000 1 800.000

ringan

23 Sterilisator 1.000.000 1 1.000.000

24 Lain-lain 1.000.000 1 1.000.000

JUMLAH 283.400.000
 Logistik Medis

Perkiraan Harga
No Bahan Jumlah Total (Rp)
(Rp)

1 Dental chair 50.000.000 1 50.000.000

2 Handpiece low speed 3.000.000 1 3.000.000

3 Handpiece high speed 2.000.000 1 2.000.000

4 Alat vital sign 600.000 1 set 600.000

5 Set diagnostic 100.000 6 set 600.000

Alat dan bahan


6 3.000.000 1 set 3.000.000
Endodontic

Alat dan bahan


7 10.000.000 1 set 10.000.000
konservasi

Alat dan bahan


8 10.000.000 1 set 10.000.000
ekstraksi

Alat dan bahan


9 5.000.000 1 set 5.000.000
perawatan periodontal

Alat dan bahan


10 3.000.000 1 set 3.000.000
orthodonsi

11 Alat dan bahan cetak 500.000 - 500.000

APD (Masker, 100


12 50.000 5.000.000
handscoon,) kotak

Total 92.700.000
 Sistem Pembagian Modal

Total modal Rp. 283.400.000 + Rp. 92.700.000 = Rp. 376.100.000

Sistem yang digunakan dalam pembagian profit dan modal adalah Sistem

Porsi Tetap (Fixed Equity Split). Sistem ini membagi hasil keuntungan 50%

dengan tetap sesuai berapa presentase modal yang diberikan di awal. Sistem ini

memang memudahkan dalam proses pembagian bagi hasil karena porsinya yang

tetap dan tidak membutuhkan banyak perhitungan lain di dalamnya.

Modal akan dibagi 2 karena membuka tempat praktek kelompok

Rp. 376.100.000 : 2 = Rp. 188.050.000,.

1) Pricing/Penentuan Tarif

 Perkiraan jumlah pasien yang melakukan perawatan pada

praktek sebagai berikut:

o 1 Hari : 5 pasien

o 1 Minggu, 6 hari kerja : 5 x 6 = 30 pasien

o 1 Bulan : 30 x 4 = 120 pasien

o 1 Tahun : 120 x 12 = 1440 pasien

o 5 Tahun : 7200 pasien

Biaya tambalan

A. Biaya tetap ( fixed cost )

Biaya yang secara relatif tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi (output )

yang dihasilkan, misalnya gaji pegawai, biaya sewa gedung.


No Bahan Tahun Pasien Jumlah Satuan

1 Dental Unit 5 7200 50.000.000 6.944,4

2 Sewa gedung 5 7200 250.000.000 34.722,2

Meja dan kursi


3 5 7200 2.000.000 277,8
Dokter

4 Emergency lamp 5 7200 500.000 69,4

6 Kompresor 5 7200 2.500.000 347,2

8 Wastafel 5 7200 700.000 97,2

9 Sterilisator 5 7200 1.000.000 138,9

10 Gaji tetap perawat 1 1440 20.400.000 14.166,66

Plastis filling
11 2 2880 200.000 69,4
instrument

14 Matriks holder 1 1440 150.000 104,16

Handpiece
15 5 7200 2.000.000 277,77
hihspeed

16 Set bur 1 1440 1.200.000 833,33

17 Light cured 5 7200 3.500.000 486,1

TOTAL 58,534,21

B. Biaya variable (variable cost )

Biaya variable adalah baiaya yang nilainya dipengaruhi oleh banyak output

(produksi). Pada umunya besar volumeproduksi sudah direncanakan secara rutin.

Oleh sebab itu biaya variable sering disebut juga sebagai biaya rutin. Contohnya
adalah baiaya obat, biaya alat, biaya bahan habis pakai dimana besarnya akan

berbeda jika pasien sedikit dibandingkan pasien yang banyak.

No Keterangan Jumlah Jumlah (Rp) Satuan per-


Pasien pasien
1 Sarung tangan 120 150.000 1250
2 Masker 120 100.000 1200
3 Kapas 120 30.000 250
4 Cotton Roll 120 50.000 416,6
5 Tissue 120 50.000 416,6
6 Mikrobrush 120 50.000 416,6
7 Bonding 120 900.000 7500
8 Resin komposit 120 550.000 4583,3
9 Selluloid strip 120 100.000 1200
10 Gelas kumur disposible 120 50.000 416,6
11 Sabun cuci 120 20.000 166,6
Total 17,816,3

C. Biaya semi variable ( semi variable cost )

Biaya semi variabel adalah biaya yang mengandung biaya tetap, tetapi juga

mengandung biaya tidak tetap. Contohnya adalah biaya intensif penerimaan selain

gaji yang besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya jumlah pelayanan

yang diberikan.
No Keterangan Bulan Jumlah (Rp) Satuan
1 ATK 1 150.000 1.250
2 Listrik 1 500.000 4.166,67
3 Telepon dan Internet 1 400.000 3.333,33
4 Air dan limbah 1 500.000 4.166,67
5 Gaji Perawat gigi + 1 1.700.000 14.583,33
Komisi
6 Gaji Petugas Bagian 1 1.500.000 12.500
Administrasi
TOTAL 39.583,34
D. Biaya total (total cost )

Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost) dan variabel

(variable cost) atau (total cost = fixed cost + variable cost).

Biaya tambalan

Total Unit cost = fixed cost + variable cost + semi variable cost

= 58,534,21 + 17,816,3 + 39.583,34

= 115,933,85

Total = total UC + jasa medis ( 40% dari tarif)

= 115.000 + 50.000

= 165.000
Biaya Scalling

A. Fixed cost

No Keterangan Tahun Pasien Jumlah Satuan

1 Dental Unit 5 7200 50.000.000 6.944,4

2 Sewa gedung 5 7200 250.000.00 34.722,2

3 Meja dan kursi dokter 5 7200 2.000.000 277,8

4 Emergency lamp 5 7200 500.000 69,4

6 Kompresor 5 7200 2.500.000 347,2

8 Wastafel 5 7200 700.000 97,2

9 Sterilisator 5 7200 1.000.000 138,9

10 Gaji tetap perawat 1 1440 20.400.000 14.166,66

11 Scaller Ultrasonik 5 7200 2.500.000 347,2


14 Set diagnostik 3 7200 200.000 27,77

15 Kuret 5 7200 1.000.000 138,88

16 Dental probe 5 7200 200.000 27,77

17 Rubber cup 1 1440 500.000 347,2

TOTAL 57.652,58
B. Variabel cost

No Keterangan Jumlah Pasien Jumlah (Rp) Satuan per-


pasien
1 Sarung tangan 120 150.000 1250
2 Masker 120 100.000 1200
3 Kapas 120 30.000 250
4 Cotton Roll 120 50.000 416,6
5 Tissue 120 50.000 416,6
6 Alkohol 120 30.000 250
7 Gelas kumur disposable 120 50.000 416,6
8 Sabun cuci 120 20.000 166,6
9 Saliva ejector 120 70.000 583,33
Total 4,949,73

C. Semi variable cost

No Keterangan Bulan Jumlah (Rp) Satuan


1 ATK 1 150.000 1.250
2 Listrik 1 500.000 4.166,67
3 Telepon dan Internet 1 400.000 3.333,33
4 Air dan limbah 1 500.000 4.166,67
5 Gaji Perawat gigi + komisi 1 1.700.000 14.583,33
6 Gaji Petugas Bagian 1 1.500.000 12.500
Administrasi
TOTAL 39.583,34

Biaya scalling :

Total Unit cost = fixed cost + variable cost + semi variable cost

= 57.652,58 + 4,949,73 + 39,583,34

= 102,185,65

Total = total UC + jasa medis ( 40% dr tarif)

= 100.000 + 50.000

= 150.000
2) Administrasi dan Financial

Proses administrasi dan finansial diatur dalam sistem informasi

manajemen yang meliputi :

1. Rekam Medik

2. Catatan tindakan perawatan dan harga perawatan

3. Laporan keuangan (catatan pemasukan dan pengeluaran)

4. Administrasi alat dan bahan (laporan alat dan bahan

yang digunakan)

3,4 Standarisasi Minimal Desain Praktek Menghadapi COVID-19

Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Corona Virus Disease (COVID-19)

revisi ke-3 yang dilaksanakan pada 1 Maret 2020 dan 3 Maret 2020 tentang

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Berkaitan dengan Pelayanan

Kesehatan, untuk mencegah atau membatasi penularan di tempat layanan

kesehatan meliputi:

1. Menjalankan langkah-langkah pencegahan standar untuk semua pasien

Kewaspadaan standar harus selalu diterapkan di semua fasilitas pelayanan

kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi semua pasien

dan mengurangi risiko infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan standar meliputi:

a. Kebersihan tangan dan pernapasan; Petugas kesehatan harus

menerapkan “5 momen kebersihan tangan”, yaitu: sebelum menyentuh

pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik, setelah


berisiko terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan

setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien, termasuk permukaan

atau barang-barang yang tercemar. Kebersihan tangan mencakup:1)

mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan antiseptik

berbasis alkohol; 2) Cuci tangan dengan sabun dan air ketika terlihat

kotor; 3) Kebersihan tangan juga diperlukan ketika menggunakan dan

terutama ketika melepas APD. Orang dengan gejala sakit saluran

pernapasan harus disarankan untuk menerapkan kebersihan/etika

batuk. Selain itu mendorong kebersihan pernapasan melalui galakkan

kebiasaan cuci tangan untuk pasien dengan gejala pernapasan,

pemberian masker kepada pasien dengan gejala pernapasan, pasien

dijauhkan setidaknya 1 meter dari pasien lain, pertimbangkan

penyediaan masker dan tisu untuk pasien di semua area.

b. Penggunaan APD sesuai risiko Penggunaan secara rasional dan

konsisten APD, kebersihan tangan akan membantu mengurangi

penyebaran infeksi. Pada perawatan rutin pasien, penggunaan APD

harus berpedoman pada penilaian risiko/antisipasi kontak dengan

darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit yang terluka. APD yang

digunakan merujuk pada Pedoman Teknis Pengendalian Infeksi sesuai

dengan kewaspadaan kontak, droplet, dan airborne. Jenis alat

pelindung diri (APD) terkait COVID-19 berdasarkan lokasi, petugas

dan jenis aktivitas terdapat pada lampiran. Cara pemakaian dan

pelepasan APD baik gown/gaun atau coverall terdapat pada lampiran.

COVID-19 merupakan penyakit pernapasan berbeda dengan pneyakit


Virus Ebola yang ditularkan melalui cairan tubuh. Perbedaan ini bisa

menjadi pertimbangan saat memilih penggunaan gown atau coverall.

c. Pencegahan luka akibat benda tajam dan jarum suntik.

d. Pengelolaan limbah yang aman Pengelolaan limbah medis sesuai

dengan prosedur rutin.

e. Pembersihan lingkungan, dan sterilisasi linen dan peralatan perawatan

pasien. Membersihkan permukaan-permukaan lingkungan dengan air

dan deterjen serta memakai disinfektan yang biasa digunakan (seperti

hipoklorit 0,5% atau etanol 70%) merupakan prosedur yang efektif

dan memadai.

2. Memastikan identifikasi awal dan pengendalian sumber Penggunaan triase

klinis di fasilitas layanan kesehatan untuk tujuan identifikasi dini pasien yang

mengalami infeksi pernapasan akut (ARI) untuk mencegah transmisi patogen ke

tenaga kesehatan dan pasien lain. Dalam rangka memastikan identifikasi awal

pasien suspek, fasyankes perlu memperhatikan: daftar pertanyaan skrining,

mendorong petugas kesehatan untuk memiliki tingkat kecurigaan klinis yang

tinggi, pasang petunjuk-petunjuk di area umum berisi pertanyaan-pertanyaan

skrining sindrom agar pasien memberi tahu tenaga kesehatan, algoritma untuk

triase, media KIE mengenai kebersihan pernapasan.

Tempatkan pasien ARI di area tunggu khusus yang memiliki ventilasi yang cukup

Selain langkah pencegahan standar, terapkan langkah pencegahan percikan

(droplet) dan langkah pencegahan kontak (jika ada kontak jarak dekat dengan
pasien atau peralatan permukaan/material terkontaminasi). Area selama triase

perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Pastikan ada ruang yang cukup untuk triase (pastikan ada jarak

setidaknya 1 meter antara staf skrining dan pasien/staf yang masuk

 Sediakan pembersih tangan alkohol dan masker (serta sarung tangan

medis, pelindung mata dan jubah untuk digunakan sesuai penilaian

risiko)

 Kursi pasien di ruang tunggu harus terpisah jarak setidaknya 1m

 Pastikan agar alur gerak pasien dan staf tetap satu arah

 Petunjuk-petunjuk jelas tentang gejala dan arah

 Anggota keluarga harus menunggu di luar area triase-mencegah

area triase menjadi terlalu penuh.

Menerapkan langkah-langkah pencegahan tambahan empiris atas kasus

pasien dalam pengawasan dan konfirmasi COVID-19

Kewaspadaan Airborne pada Prosedur yang Menimbulkan Aerosol Suatu

yang dapat menghasilkan aerosol dalam berbagai ukuran, termasuk partikel kecil

(<5 mkm). Tindakan kewaspadaan harus dilakukan saat melakukan prosedur yang

menghasilkan aerosol dan mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko

penularan infeksi, seperti intubasi trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi,

resusistasi jantung paru, venitilasi manual sebelum intubasi dan bronkoskopi.

Tindakan kewaspadaan saat melakukan prosedur medis yang menimbulkan

aerosol:
 Memakai respirator partikulat seperti N95 sertifikasi NIOSH, EU FFP2

atau setara. Ketika mengenakan respirator partikulat disposable, periksa

selalu kerapatannya (fit tes).

 Memakai pelindung mata (yaitu kacamata atau pelindung wajah).

 Memakai gaun lengan panjang dan sarung tangan bersih, tidak

steril, (beberapa prosedur ini membutuhkan sarung tangan steril).

 Memakai celemek kedap air untuk beberapa prosedur dengan volume

cairan yang tinggi diperkirakan mungkin dapat menembus gaun.

 Melakukan prosedur di ruang berventilasi cukup, yaitu di sarana-sarana

yang dilengkapi ventilasi mekanik, minimal terjadi 6 sampai 12 kali

pertukaran udara setiap jam dan setidaknya 160 liter/ detik/ pasien di

sarana–sarana dengan ventilasi alamiah.

 Membatasi jumlah orang yang berada di ruang pasien sesuai jumlah

minimum yang diperlukan untuk memberi dukungan perawatan pasien.

kewaspadaan isolasi juga harus dilakukan terhadap suspek dan

konfirmasi COVID-19 sampai hasil pemeriksaan laboratorium rujukan

negatif.
Gambar 5. Rekomendasi APD untuk dokter gigi/perawat gigi

3.5 Desain Praktik Dokter Gigi

Lampiran
BAB 4

PENUTU

Dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik wajib mengikuti standar

pelayanan medis sebagai pedoman yang mencakup standar prosedur, ketenagaan

dan sarana yang harus dipenuhi dalam menjalankan praktik. Di samping itu dokter

gigi dalam melaksanakan praktik harus sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien. Praktik swasta dokter gigi

bukan hanya sebagai suatu pekerjaan sambilan, oleh karena itu dibutuhkan

keseriusan dalam mengelolanya. Pasar dokter gigi sangat dipengaruhi oleh tingkat

social ekonomi dan tingkat kebutuhan masyarakat. Dokter gigi harus mengetahui

prinsip-prinsip dan konsep dari management praktik dokter gigi untuk diterapkan

pada bisnis praktik dokter gigi.

Untuk membuat preencanaan praktik dokter gigi pribadi dibutuhkan adanya

analisis praktik. Adanya analisis praktik ini diharapkan dokter gigi mampu

menganalisis faktor-faktor dan mengidentifikasi masalah-masalah yang akan

mempengaruhi selama proses manajerial.


DAFTAR PUSTAKA

Colin Graham. 2002. Ergonomics in Dentistry. Canadian Center for Occupational

Health and Safety.

American Dental Association, 2004. Council on Dental Practic An introduction to

Ergonomics: Risk Factors, MSDs, Approaches and Interventions,

Gandavadi, A. 2007. Assessment of Dental Student Posture in Two Seating

Conditions using RULA methodology-A Pilot Study, British Dent. J., 203

(10): 601.

Finkbeinr BL. 2014. Four-handed Dentistry Revisited. J Contemp Dent Pract;

1(4):3-5.

Chaikumarn, M., 2004, Working Conditions and Dentist‟s Attitude Towards

Proprioceptive Derivation, Int. J Occup. Safety and Ergonomics (JOSE),

10 (2): 137)

Dougherty, M. 2017. Information for Consideration in an Ergonomic Standard for

Dentistry.

Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia. 2008. Model Praktik Kedokteran Gigi

Menurut PDGI.

Kroemer, K.H.E dan Grandjean, E. 2004. Fitting the Task to the Human, 5th

edition.

Manji I. 2012. Designing Better Dentistry: The Ergonomic Approach. J Can

Dent Assoc.

Ontario. 2007. Occupational Health Clinics for Ergonomics and Dental Work.

Permenkes. 2014. Model Praktik Kedokteran Gigi


Sarkar PA dan Shigli A. 2012. Ergonomics in General Dental Practice.

Department of Pedodontist and Preventive Dentistry. Modern Dental

College and Research Ceter, Indore. People’s Journal of Scientific

Research. Vol 5(1).


Lampiran
Gambaran denah secara keseluruhan

17

4
Keterangan:

1. Pintu masuk
Disebelah pintu masuk, disediakan westafel, agar pasien/pengunjung yang datang
melakukan cuci tangan dengan air dan sabun.

2. Front office / Receptionist


Dibagian receptionist, diberikan penghalang antar petugas dan pasien, agar tidak
terjadi kontak langsung, dan juga diberikan hand sanitizer dimeja receptionis, agar
selalu mengutamakan perlindungan diri.

3. Lemari rekam medik

4. Tempat bermain anak


Tempat bermain anak juga dibatasi, tidak boleh anak beramai-ramai bermain, anak
juga harus menggunakan perlindungan diri, dan melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah bermain.

5. Kursi ruang tunggu


Kursi tunggu dibatasi dengan 1 kursi yang tidak boleh diduduki antar pengunjung,
dan ditandai dengan tanda silang (X)

6. Meja dokter

7. Dental Unit
8. Alat sterilisasi/AutoClave

9. Lemari alat dan bahan

10. Washtafel cuci tangan

11. Tong sampah

12. Toilet

13. Area parkir

14. Musholla

15. AC

16. Taman

17. Washtafel cuci tangan

Anda mungkin juga menyukai