Anda di halaman 1dari 28

LEMBAR PENGESAHAN

Pedoman Praktis Ergonomi di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo


ini telah disusun oleh Pokja Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
disesuaikan dengan pelayanan Kesehatan di RSUD Pasar Rebo sebagai
RSUD Tipe B Pendidikan. Panduan ini akan dilakukan revisi bila
diperlukan. Panduan ini disahkan dan disetujui untuk dilaksanakan
sepenuhnya.

Jakarta, Juli 2020 Mengetahui,


Ka. Inst. Penunjang Non Klinik Kabid. Penunjang Medik

Ibnu Uzail Yamani, SKM dr. Desma Eri, MARS

Menyetujui,
Direktur RSUD Pasar Rebo

dr. Isnindyarti, MKM

i
SAMBUTAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO

Puji Syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat segala karunia dan
petunjuk –Nya sehingga penyusun Buku Pedoman Praktis Ergonomi Rumah
Sakit Umum Daerah Pasar Rebo telah dapat diselesaikan pada waktunya.
Proses penyusunan buku Pedoman Praktis Ergonomi Rumah Sakit
Umum Daerah Psar Rebo ini melibatkan beberapa disiplin klinis di rumah
sakit. Dengan telah disusunnya buku panduan ini diharapkan dapat
menunjang mutu pelayanan di rumah sakit terutama dalam hal Tenant
(Penyewaan Lahan).
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
semua pihak atas bantuan dan perhatiannya yang telah diberikan dalam
penyusunan Buku Panduan Tenant.
Semoga panduan ini bermanfaat dalam penerapannya, untuk perbaikan
sistem pada masa yang akan datang.

Jakarta, Juli 2020


Direktur RSUD Pasar Rebo

dr. Isnindyarti, MKM

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
bahwa atas rahmat dan karunia-Nya, Panduan Tenant Rumah Sakit ini
dapat diterbitkan. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat disusun.
Pedoman Praktis Ergonomi ini sebagai acuan dalam pelaksanaan program
pengawasan manajemen risiko K3 di RumahSakit.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kendala serta
permasalahan yang perlu diantisipasi dalam upaya mengimplementasikan
Pedoman Praktis Ergonomi ini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran,
perbaikan, sumbangan pemikiran, masukan, dan kritikan untuk lebih
menyempurnakan panduan ini.
Akhir kata kami mengharapkan Pedoman Praktis Ergonomi ini dapat
bermanfaat dan diimplementasikan dalam memberikan pelayanan di
Rumah Sakit

Jakarta, Juli 2020

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

SK PEMBERLAKUAN
LEMBAR PENGESAHAN...................................................... i
SAMBUTAN DIREKTUR....................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................. iii
DAFTAR ISI......................................................................... iv
BAB I DEFINISI..................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................... 1
B. Tujuan................................................................... 1
C. Tenent Atau Penyewa Lahan.................................. 1
D. Identifikasi Area Beresiko...................................... 2
BAB II RUANG LINGKUP........................................................ 5
A. Tatalaksana........................................................... 5
B. Tanggungjawab...................................................... 5
BAB III TATALAKSANA............................................................ 6
A. Keselamatan dan Keamanan................................. 6
B. Bahan Berbahaya Beracun dan Limbahnya........... 7
C. Penanggulangan Bencana...................................... 7
D. Proteksi Kebakaran................................................ 7
BAB III PENUTUP.................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

iv
v
BAB I
DEFINISI

A. Pendahuluan
Pada era globalisasi ini masih banyak perusahaan/industri baik
sektor formal maupun informal yang belum menempatkan ergonomi
sebagai prioritas dalam merancang lingkungan kerja.Hal ini karena
ergonomi dianggap tidak penting bahkan disangka sebagai
pemborosan keuangan. Padahal sebagai sumber daya terpenting
dalam organisasi, pekerja sudah seharusnya dijamin aksesnya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan
semaksimal mungkin sekaligus dilindungi dari pengaruh buruk yang
merugikan karena pemajanan yang bahaya potensial terhadap
kesehatan di tempat kerja.
Di Indonesia, tingkat kecelakaan kerja relatif tinggi dan
mengalami kenaikan setiap tahun. Hal ini disebabkan bertambahnya
jumlah tenaga kerja dengan tidak diikuti pengawasan yang baik,
sehingga muncul persoalan persoalan yang memicu terjadinya
kecelakaan kerja ( Purnomo, 2013:1).
Berdasarkan hal tersebut, perlu dikembangkan dan ditingkatkan
upaya promosi dan preventif dalam rangka menekan serendah
mungkin risiko penyakit yang timbul akibat pekerjaan atau
lingkungan kerja misalnya salah satunya yakni membenahi dari
sektor ergonomi karena tingkat keamanan, kenyamanan, kesehatan,
dan keselamatan pekerja harus diperhatikan untuk meningkatkan
produktivitas kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus
diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang
berbahaya bagi kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang (Menkes RI, 2007).
Kesehatan kerja merupakan ilmu dan penerapannya berkaitan
dengan mesin, alat, bahan dan proses kerja guna menjamin
keselamatan tenaga kerja atau kerugian lainnya (Budiono, 2003).
1
2

Semua pekerja mengharapkan kesehatan yang optimal supaya


bisa bekerja sebagaimana mestinya untuk memberikan pelayanan
yang baik dan hasil maksimal di tempat kerjanya. Hal ini dapat
diwujudkan apabila suatu tempat kerja telah menerapkan peraturan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dengan baik dan benar.
Tempat kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko
diantaranya: faktor fisik, kimia, biologi dan ergonomi. Faktor
ergonomik tersebut meliputi sikap tubuh, pergerakan, pencahayaan,
serta penerapan dan pembagian waktu. Penerapan dan pembagian
waktu kerja yang baik dapat menentukan effisiensi dan produktivitas
dalam bekerja (Wijaya, 2005).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cidera dan penyakit akibat keja, menurunkan beban
kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Memaksimalkan efisiensi karywan
b. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja
c. Menganjurkan agar bekerja ama, nyaman dan bersemangat
d. Memaksimalkan bentuk kerja yang meyakinkan
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata-kata dalam bahasa yunani yaitu ergos
yang berarti kerja dan nomos yaitu berarti ilmu, sehingga secara harfiah
dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dengan pekerjaannya. Sedangkan beberapa ahli mendefinisikan
ergonomi sebagai berikut (Solichin, 2014:153-156):
1. Menurut Sri Tomo W.S ergonomi merupakan disiplin ilmu yang
mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya.
2. Menurut Mc Coinick ergonomi dapat dilakukan dengan cara
menjabarkannya dalam fokus,tujuan dan pendekatan mengenai
ergonomi.
3. Capains mengatakan bahwa ergonomi adalah ilmu untuk menggali
dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku
manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia
lainnya untuk merancang peralatan, sistem, pekerjaan dan
lingkungan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan,
kenyamanan dan efektifitas pekerjaan manusia.
4. Menurut Mc Cormicks dan Sanders membagi ergonomi ke dalam tiga
pendekatan yaitu:
a. Fokus utama yaitu mempertimbangkan manusia dalam
perancangan benda kerja, prosedur kerja, dan lingkungan kerja.
b. Tujuan yaitu ergonomi mempunyai dua tujuan yaitu
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan dan aktifitas-
aktifitas lainnya serta meningkatkan nilai-nilai tertentu yang
diinginkan dari pekerjaan tersebut.
c. Pendekatan utama yaitu mencakup aplikasi sistematik dari
informasi yang relevan tentang kemampuan, keterbatasan,
karakteristik, perilaku dan motivasi manusia terhadap desain
produk dan prosedur yang digunakan serta lingkungan tempat
menggunakannya.
3
4

Ditinjau dari fakta historis, ergonomi telah menyatu dengan manusia


sejak zaman megalitik, dalam proses perancangan dan pembuatan
benda-benda seperti alat kerja dan barang buatan sesuai dengan
kebutuhan manusia pada zamannya (Kuswana, 2014:1-2).
Jadi ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Atau bisa diartikan dengan
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia yang
berkaitan tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerja yang
ditinjau secara anatomi, psikologi, enginerring, dan manajemen.

B. Ruang Lingkup Ergonomi


Aktifitas kerja dalam jabatan, dituntut sesuai kemampuan dan
keterbatasan yang dimiliki para pegawai. Oleh karena itu, para
perancang sistem pelayanan melakukan berbagai analisis terkait dengan
jenis tugas, gerakan tubuh yang diperlukan dan batas kemampuan
menerima beban.
Ditinjau dari kepentingan praksis, manajemen sumber daya manusia
di industri adalah sebagai berikut (Kuswana, 2014):
1. Menentukan prasyarat terkait dengan kebutuhan calon tenaga kerja.
2. Upaya peningkatan kapasitas kebutuhan pekerja selaras dengan
tuntutan kompetensi kerja, melalui pendidikan dan pelatihan
tertentu.
3. Upaya perbaikan kinerja sesuai dengan hasil identifikasi dan
penilaian pekerja.
4. Upaya peningkatan kesigapan dan kewaspadaan dalam
melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Memelihara fisik dan mental sebagai sumber dan tujuan
kesejahteraan pekerja dalam upaya pencapaian produktivitas.

Ditinjau dari kepentingan ilmiah yang dapat memberikan kontribusi


pada praksis industri melalui penelitian adalah sebagai berikut
(Kuswana, 2014):
5

1. Penelitian Interface
Interface (perangkat antara), yang mengidentifikasi, menganalisis,
dan mengkaji mengenai informasi tentang suatu lingkungan serta
mendeskripsikannya dengan simbol-simbol, tanda-tanda,
lambang, dan angka-angka, peta dan variabel (waktu dan jarak)
serta konstanta lainnya
2. Kekuatan Fisik Pekerja
Penelitian tentang aktifitas pelayanan sistem kerja, melalui
pengukuran dan menganalisis gerakan fisik, beban yang diterima,
dan peralatan yang diperoleh dalam objek pekerjaan. Data yang
diperoleh dijadikan bahan perancangan peralatan kerja sesuai
dengan rata-rata kemampuan fisik para pekerja.
3. Dimensi dan Bentuk Tempat Kerja
Penelitian mengenai dimensi dan bentuk ruang tempat kerja,
dimensi ukuran kebutuhan para pekerja, jenis pekerjaan, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik aktifitas kerja.
4. Lingkungan Kerja
Penelitian mengenai kondisi lingkungan tempat kerja, seperti
pengaturan pencahayaan, ventilasi udara, dan faktor yang
mempengaruhi fisik pekerja seperti kebisingan, getaran,
temperatur, dan limbah cairan kimia.
Menurut Napitupulu (2009), ruang lingkup ergonomi tebagi menjadi
4, yakni sebagai berikut:
1. Ergonomi fisik
Berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri,
karakteristik fisiologi dan biomekanikan yang berhubungan
dengan aktifitas fisik.
2. Ergonomi kognitif
Berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya
yakni persepsi, ingatan, dan reaksi sebagai akibat dari interaksi
manusia terhadap pemakaian elemen sistem.
6

3. Ergonomi organisasi
Berkaitan dengan optimalisasi struktur organisasi, kebijakan dan
proses.
4. Ergonomi lingkungan
Berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan
getaran.
BAB III
TATALAKSANA

A. Metode Ergonomi
Menurut Solichin dkk. (2014:158), metode ergonomi terbagi menjadi 3
yakni sebagai berikut:
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja,
inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan,
ergonomic checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomiakan tergantung data dasar
pada saat diagnosis. Terkadang sangat sederhana seperti merubah
posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai, serta
membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subjektif atau objektif, subjektif
misalnya dnegan menanyakan keamanan, bagian badan yang sakit,
nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala, dan lain-lain. Secara
objektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi
sakit, angka kecelakaan, dan lain-lain.

B. Aplikasi/Penerapan Ergonomi
1. Kerja Duduk
Ditinjau dari aspek kesehatan, bekerja ada posisi duduk yang
memerlukan waktu lama dapat menimbulkan otot perut semakin
elastis, tulang belakang melengkung, otot bagian mata terkonsentrasi
sehingga cepat merasa lelah.Kejadian tersebut jika tidak diimbangi
dengan tempat duduk yang tidak memberikan keleluasaan gerak atau
alih pandang yang memadai tidak menutup kemungkinan terjadi
gangguan bagian punggung belakang, ginjal, dan mata.
Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
pekerjaan dengan duduk (Kuswana, 2014):
a. Duduk bergantian dengan berdiri dan berjalan, duduk dalam
waktu yang relatif lama harus dihindari karena akan berpengaruh
7
8

pada kesehatan. Saat duduk, leher dan punggung mengalami


tekanan berkepanjangan yang dapat menyebabkan keluhan leher
dan punggung. Tugas yang membutuhkan duduk berkepanjangan
harus diselingi dengan tugas-tugas yang dilakukan dengan postur
berdiri atau berjalan.
b. Ketinggian kursi dan sandaran kursi harus disesuaikan,
ketinggian kursi harus dipilih sedemikian rupa sehingga ketika
duduk, bagian belakang lutut tidak sempit. Sandaran harus
memberikan kenyamanan terutama untuk punggung bagian
bawah (untuk orang dewasa di Inggris, rentang pengaturan
minimal harus 10 cm antara ketinggian 20 dan 30 cm). bagian
bawah sandaran harus diberi bentuk cembung untuk menjaga
lekukan punggung bawah. Selain itu, kursi juga harus dapat
berputar untuk mengurangi kebutuhan memutar tubuh.
c. Karakteristik kursi secara spesifik ditentukan oleh jenis tugas,
sebuah kursi dengan sandaran lengan dapat dipilih jika dipandang
tidak mengahambat kegiatan. Sandaran lengan pada kursi
berfungsi untuk mendukung berat lengan dan berguna ketika
bangkit dari kursi. Sandaran lengan harus endek untuk
memungkinkan dekat ke meja. Untuk tugas dimana tubuh
tehindarkan membungkuk ke depan, miring ke depan terbatas
(maksimum 20o) dianggap menguntungkan karena mencegah
punggung bawah melengkung.

d. Ketinggian bekerja bergantung pada tugas

Tipe Tugas Ketinggian Kerja

Penggunaan mata: sering;


10-30 cm di bawah
penggunaan
ketinggian mata
tangan/lengan: jarang
Penggunaan mata: sering;
0-15 cm di atas tinggi
penggunaan
siku
tangan/lengan: sering
9

Pernggunaan mata: jarang;


0-30 cm di bawah tinggi
penggunaan
siku
tangan/lengan: sering

e. Gunakan sandaran kaki jika tinggi pekerjaan tetap, jika ketinggian


kerja tidak dapat disesuaikan oleh pengguna, seperti pada mesin,
permukaan kerja yang relative tinggi harus dipilih sesuai dengan
tinggi pengguna. Ketinggian kursi kemudian harus disesuaikan
dengan permukaan kerja..ketinggian kaki juga harus disesuaikan
dengan menggunakan pijakan kaki yang cocok.
f. Hindari jangkauan berlebihan, benda kerja, alat, dan kontrol yang
digunakan secara teratur harus ditempatkan di depan atau di
dekat tubuh. Jangkauan yang ditoleransi dalam pekerjaan duduk
maupun berdiri maksimal 50 cm.
g. Pilih permukaan kerja miring untuk membaca, sebuah
permukaan kerja miring membawa pekerjaan ke mata bukan
sebaliknya. Dalam tugas yang tidak memerlukan pekerjaan
manual, seperti membaca, membungkukkan kepala dan batang
leher ke depan dapat dikurangi dengan menggunakan kemiringan
permukaan kerja minimal 45o untuk melihat. Untuk tugas yang
menggunakan mata dan tangan, kemiringan permukaan kerja
sekitar 15o.
h. Berikan ruang kaki yang memadai, ruang kaki yang cukup harus
disediakan di bawah permukaan tempat kerja. Lebar sekitar 60
cm, kedalaman minimal 40 cm dan bagian lutut sekitar 100 cm.
hal ini digunakan untuk meregangkan kaki sesekali duduk untuk
waktu yang lama. Untuk memiliki ruang yang cukup antara
bawah permukaan kerja dan bagian atas kaki, ketebalan
permukaan kerja tidak boleh lebih dari 3 cm.
2. Kerja Berdiri
Postur tubuh dalam pekerjaan berdiri merupakan suatu totalitas
perilaku kesiagaan dalam menjaga keseimbangan fisik dan
mental.Kecenderungan lainnya adalah memerlukan tenaga yang lebih
10

besar dibandingkan dengan posisi duduk mengingat kaki sebagai


tumpuan tubuh.berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam
posisi kerja berdiri (Kuswana, 2014):
a. Berdiri bergantian dengan duduk dan berjalan. Tugas yang harus
dilakukan dalam waktu lama dengan posisi berdiri harus diselingi
dengan tugas yang dapat dilakukan dengan duduk dan berjalan.
b. Ketinggian meja kerja harus disesuaikan. Ketinggian meja kerja
harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Ketinggian meja
maksimal untuk pria adalah 110 cm dan wanita adalah 105 cm,
sedangkan ketinggian meja minimal untuk pria adalah 90 cm dan
untuk wanita adalah 85 cm.
c. Menyediakan cukup ruang untuk kaki. Antara bagian tengah meja
harus lebih lebar 5 cm dengan tumpuan meja. Antara sandaran
meja dan jarak lantai minimal 75 cm.
d. Hindari jangkauan berlebihan. benda kerja, alat, dan kontrol yang
digunakan secara teratur harus ditempatkan di depan atau di
dekat tubuh. Jangkauan yang ditoleransi dalam pekerjaan duduk
maupun berdiri maksimal 50 cm. pilih permukaan kerja yang
miring untuk membaca tugas.
e. Postur tangan dan lengan. Bekerja untuk jangka waktu yang lama
dengan tangan dan lengan dalam sikap tubuh yang buruk dapat
menyebabkan keluhan spesifik dari pergelangan tangan, siku, dan
bahu. Masalah ini timbul terutama dari handling alat.
f. Pilih model alat yang tepat. Sebuah alat tertentu sering tersedia
dalam berbagai model. Pilih model yang palin cocok untuk tugas
dan postur tubuh agar tidak terjadi permasalahan di persendian.
Bila menggunakan alat genggam, pergelangan tangan harus dijaga
selurus mungkin.
g. Alat genggam tidak boleh terlalu berat. Alat genggam yang masih
bisa ditoleransi beratnya adalah sekitar 2 kg.
h. Penjagaan alat. Alat kerja harus dijaga kualitasnya agar tidak
membutuhkan kekuatan yang besar dalam penggunaannya.
11

i. Bentuk genggaman. Bentuk dan lokasi genggaman di troli, mesin,


dan sebagainya harus mempertimbangkan posisi tangan dan
lengan. Jika seluruh tangan digunakan untuk mengerahkan
kekuatan, handgrip harus memiliki diameter sekitar 3 cm dan
panjang sekitar 10 cm. pegangannya harus agak cembung untuk
meningkatkan kontak permukaan dengan tangan.
j. Hindari melaksanakan tugas di atas bahu. Tangan dan siku harus
berada jauh di bawah bahu ketika melaksanakan tugas. Jika
pekerjaan di atas permukaan bahu tidak dapat dihindari, durasi
kerja harus terbatas dengan diselingi oleh istirahat teratur.
k. Hindari bekerja dengan tangan di belakang tubuh. Posisi tangan
dan lengan di belakang tubuh menimbulkan gangguan, misalnya
nyeri pada bagian lengan atas dan dikhawatirkan terjadi disposisi
sendi (terkilir).

C. Prinsip Dasar Ergonomi dalam Aktifitas Kerja


1. Bekerja di postur netral

Memposisikan “S-kurva”
tulang belakang.

Ketika berdiri, meletakkan


satu kaki di atas sandaran
kaki membantu untuk
menjaga tulang belakang
dalam keselarasan.
Lumbar support yang baik
sering membantu untuk
menjaga kurva yang tepat di
punggung anda.
12

Membungkuk menciptakan
banyak tekanan pada tulang
belakang.

Menggunakan kondisi miring


untuk membaca

Menjaga leher tetap selaras.


Lama postur memutar dan
membungkukkan leher dapat
menyebabkan stress.

Menjaga siku tetap dalam


kondisi netral untuk
membuat siku dan bahu
santai.
Seharusnya melakukan
pekerjaan dengan tidak
membungkukkan bahu dan
tidak megeluarkan siku.
Pada saat memainkan mouse,
pergelangan tangan harus
sejajar dengan mouse, bila
perlu menggunakan bantalan
yang empuk.
Memegang kemudi mobil
yang baik.

Prinsip pemakaian alat yang


disesuaikan dengan postur
tubuh.

2. Mengurangi angkatan beban berlebihan


13

Kekuatan yang berlebihan pada sendi dapat membuat potensi


kelelahan dan cedera.Metode mengangkat beban menurut Solichin
dkk. (2014) adalah sebagai berikut:
a. Otot lengan lebih banyak digunakan daripada otot punggung.
b. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum
berat badan.
3. Jangkauan

Konsep semilingkaran yang


membuat lengan mudah
menjangkau benda/objek.

Posisi siku yang tidak sesuai.

Seharusnya permukaan meja


sesuai standard.

Mengusahakan cara untuk


tidak bekerja dengan
mengangkat bahu.

4. Bekerja pada ketinggian siku


Sebagian besar pekerjaan
seharusnya dilakukan pada
sekitar tinggi siku, baik
duduk maupun berdiri.
Pekerjaan yang lebih berat
sering lebih baik dilakukan
dengan lebih rendah dari
siku.
14

Menyesuaikan kondisi
dengan menggunakan
pijakan kaki.

5. Mengurangi gerakan berlebihan

Mengganti alat manual


dengan alat listrik.

Mengubah layout peralatan


untuk menghilangkan
gerakan.

Menghilangkan atau
mengubah permukaan yang
tidak rata.

6. Meminimalkan kelelahan dan beban statis


Tidak perlu memegang pensil
atau bullpoin terlalu erat
dalam jangka waktu yang
lama.

Menggunakan fixture
menghilangkan kebutuhan
untuk memegang bagian.

Dapat menambahkan extender


untuk alat sehingga tidak
menambah beban statis pada
otot bahu.
15

Sebaiknya menggunakan
sandaran kaki agar tidak
mengalami kelelahan saat
berdiri.

7. Meminimalkan tekanan pada satu titik

Menambahkan pegangan
empuk pada alat.

Menyandarkan lengan pada


tepian meja yang tidak runcing.

Seharusnya duduk antara


paha dan bagian bawah meja.
Kursi yang baik adalah kursi
yang memiliki bantalan.

Menggunakan sol yang tepat


apabila bekerja di lantai yang
keras.

8. Memiliki cukup clearance


Wilayah kerja perlu diatur
sehingga memiliki ruang yang
cukup untuk kepala, lutut,
dan kaki.

Tidak ada sesuatu yang


menghalangi pandangan saat
melakukan pekerjaan.
16

9. Pindah gerak dan peregangan

Otot harus dilatih dan detak


jantung membutuhkan elevasi
periodik.

Perlu menggeser postur ketika


duduk dalam jangka waktu
yang lama.

Bergantian antara duduk dan


berdiri pada saat melakukan
pekerjaan.

10. Menjaga kenyamanan lingkungan

Pencahayaan yang baik.

Menggunakan task lighting

Alat getar, misalnya bor

11. Meningkatkan organisasi kerja pekerjaan harus diatur dengan


berbagai cara, misalnya:
a. Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun;
b. Frekuensi pergerakan diminimalisasi;
c. Jarak mengangkat beban dikurangi;
17

d. Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan


mengangkatnya tidak terlalu tinggi;
e. Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

D. Perilaku Kerja
Perilaku kerja adalah perilaku diterjemahkan dari kata bahasa inggris
behavior dan kata tersebut sering dipergunakan dalam bahasa sehari-
hari, namun seringkali pengertian perilaku ditafsirkan secara berbeda-
beda antara satu orang dengan yang lainnya. Perilaku juga sering
diartikan sebagai tindakan atau kegiatan yang ditampilkan seseorang
dalam hubungannya dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya,
atau bagaimana manusia beradaptasi terhadap lingkungannya.
Perilaku pada hakekatnya adalah aktifitas atau kegiatan nyata yang
ditampilkan seseorang yang dapat teramati secara langsung maupun
tidak langsung . perilaku kerja adalah tindakan atau kegiatan yang
berhubungan dengan faktor-faktor kerja. Perilaku kerja ada dua yaitu:
perilaku kerja yang baik dan perilaku kerja yang buruk.
1. Perilaku kerja yang baik
Jenis dan perilaku kerja yang harus diperhatikan oleh para
pekerja untuk mencapai keberhasilan di dalam kerja atau bisnisnya
antara lain meliputi hal-hal berikut ini:

a. Kerja Ikhlas
Kerja ikhlas adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh, dapat
menghasilkakn sesuau yang baik dan dilandasi dengan hati yang
tulus. Contoh: seorang buruh pabrik yang bekerja dengan upah
yang pas-pasan, namuun tetap bekerja dengan baik melaksanakan
pekerjaan dengan tulus dan semata-mata merupakan pengabdian
kepada pekerjaannya yang menghasilkan uang untuk keperluan
hidup keluarga.

b. Kerja Mawas Terhadap Emosiaonal


Kerja mawas terhadap emosional adalah bekerja dengan tidak
terpengaruh oleh perasaan/kemarahan yang sedang melanda
18

jiwanya.Seorang pekerja, di rumah mempunyai masalah dengan


keluarganya.Di perusahaannya, ada pegawainya yang melakukan
kesalahn.Maka sebagai pemimpin atau pemilik usaha maka dapat
membedakan maslah pribadi dengan maslah pekerjan.Cara
pemecahannya harus tetap rasional dan tidak emosional.

c. Kerja Cerdas
Kerja cerdas adalah bahwa di dalam bekerja kita harus pandai
memperhitungkan resiko, mampu melihat peluang dan dapat
mencari solusi sehingga dapat mencapai keuntungan yang
diharapkan. Perilaku/sikap cerdas dalam melakukan
pekerjaannya menggunakan teknologi yang tepat, menggunakan
konsep hitung menghitung, memakai atau menggunakan bahasa
global, pandai berkomunikasi dan pandai pula mengelola
informasi.

d. Kerja Keras
Kerja keras adalah dalam bekerja kita harus mempunyai sifat
mampu bekerja keras atau gila kerja untuk mencapai sasaran
yang ingin dicapai.Mereka dapat memanfaatkan waktu yang
optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak
serta kesulitan yang dihadapi.Dalam bekerja mereka penuh
semangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan
maksimal.

e. Kerja Tuntas
Kerja tuntas adalah di dalam berkerja mapu mengorgaisasikan
kerjanya secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat
menghasilkan hasil kerja yang maksimal.

2. Perilaku kerja yang buruk


Perilaku kerja yang buruk adalah perilaku kerja yang tidak baik
ditujukan oleh perkerja. Berikut adalah 5 perilaku buruk yang
dikemukaan dalam buku karangannya Sylvia La Fair yaitu:
19

a. Penganiaya (Persecutor)
Orang jenis ini tak segan mengatur hal-hal kecil dan
memperhatikan pelanggaran-pelanggaran orang lain. Beberapa
cirinya adalah email pasif-agresif yang cenderung menyalahkan
orang lain. Mengapa terjadi?Orang seperti ini tumbuh dengan
pelecehan atau pengabaian dari orang tua.

b. Pura-pura (denier)
Karyawan tioe ini tidak realistis dan berpura-pura tidak ada
masalah dalam pekerjaan kantor maupun kondisi kantor. Saat
keuangan kantor mengalami kerugian dan krisis berat, pendapat
sebagian besar orang adalh “Perusahaan akan bangkrut”. Mereka
akan keukeuh dengan ucapan, “Akan ada bonus untuk semua
orang!” Kemungkinan terbesar dari tipe orang ini adalh mreka
berasal dari eluarga yang takut membicarakan hal-hal tidak
menyenangkan.

c. Penghindar (Avoider)
Dia adalh orang pertama yang menghindar atau keluar
kantor setiap kali akan berlangsung rapat yang akan
menyampaikan ‘berita buruk’ atau menjelang deadline.
Sebabnya, di masa kanak-kanak, orang tua mereka terlau
menghakimi atau tidak memliki hubungan kuat dengan orang
tua.

d. Si Berprestasi (Super Achiever)


Orang seperti ini mendorong diri agar terus unggul dalam
segala hal. Mereka memimpikan untuk selalu meraih
keuntungan bagi dirinya. Orang sepeeti ini akan merasa gagal
jika ada hal yang menyiratkan bahwa mereka telah melakukan
kesalahan. Jadi, sekuat tenaga, tipe seperti ini akan beurusaha
membuat orang lain terlihat buruk. Di masa kecil, biasanya
orang seperti ini memiliki pengalaman rasa malu atau tragedi
dalam keluarga. Maka mereka berusaha menebusnya dengan
sgala cara.
20

e. Martir
Orang ini melakukan pekerjaan semua orang.Mereka datang
lebih awal setiap har dan bekerja lembur setiap malam.Mereka
juaga bangga dan selalu menceritakannya kepada semua
orang.Alasan utama dari perilaku pekerja jenis ini adalah di
masa kecil mereka mencoba untuk menyenangkan orang tua
yang tidak menyukai impian mereka.
BAB IV
PENUTUP

Di rumah sakit beban kerja sudah disesuaikan dengan shift


work dan kondisi pegawai saat bekerja. Dari kajian literatur dan
berdasarkan fakta-fakta lapangan diperoleh kesimpulan bahwa
penerapan ergonomi memiliki pengaruh yang signifikan pada
efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja karyawan di rumah
sakit.
Demikian Pedoman Praktis Ergonomi di Rumah Sakit ini kami
buat sebagai peganggan dalam melaksanakan pekerjaan dalam
sehari-hari, apabila terdapat kekurangan kita minta masukkan dan
perbaikan semoga kedepan akan lebih baik dalam hal ergonomic
dalam bekerja agar dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi
seluruh pegawai gedung.

21
DAFTAR PUSTAKA

Kuswana, Wowo Sunaryo. 2014. Ergonomi dan Kesehatan Keselamatan


Kerja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Napitupulu, Natassia. 2009. Gambaran Penerapan Ergonomi, (Online),
(http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/126790-S-5669-Gambaran
%20penerapan-Literatur.pdf), diakses 28 Maret 2015.
Purnomo, Hari. 2013. Pemahaman Industri Terhadap Ergonomi Relatif
Rendah, (Online), (http://www.industrial.uii.ac.id/id/kegiatan-
akademik/learning-islamic-values/16-id/berita/188-pemahaman-
industri-terhadap-ergonomi-relatif-rendah.html), diakses 24 Maret
2015.
Solichin dkk. 2014. Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Malang: Universitas Negeri Malang.
http://ergonomi-fit.blogspot.com/2011/08/sejarah-ergonomi.html
(01/03/2018 – 21:27)
http://www.ergonomics.org.uk/careers-advice/ (01/03/2018 – 21:27)
Dul, Jan and Bernard Weerdmeester. 2003. Ergonomics for Beginners : A
Quick Reference Guide. New York : Taylor and Francis Group
(01/03/2018 – 21:27)
https://labapkuinsuska.wordpress.com/2013/09/11/apa-itu-ergonomi/
(01/03/2018 – 21:28)
http://jackolitan.blogspot.co.id/p/pengertian-ergonomic-dan-
penerapannya.html (01/03/2018 – 21:28)
http://arief-nyak.blogspot.co.id/2011/03/apa-itu-ergonomi.html
(01/03/2018 – 21:28)
https://www.slideshare.net/ferailma/pengaruh-ergonomi-terhadap-
produktivitas-kerja-karyawan-di-rumah-sakit(01/03/2018 – 21:28)
http://www.fkunissula.ac.id/index.php?
option=com_docman&task=doc_download&gid=569&Itemid=67&lang=
idhttp://www.pdpersi.co.id/kegiatan/training_k3rs.pdf http://
www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_protect/---protrav/---
safework/documents/normativeinstrument/wcms_218602.pdf 

Anda mungkin juga menyukai