Menyetujui,
Direktur RSUD Pasar Rebo
i
SAMBUTAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO
Puji Syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat segala karunia dan
petunjuk –Nya sehingga penyusun Buku Pedoman Praktis Ergonomi Rumah
Sakit Umum Daerah Pasar Rebo telah dapat diselesaikan pada waktunya.
Proses penyusunan buku Pedoman Praktis Ergonomi Rumah Sakit
Umum Daerah Psar Rebo ini melibatkan beberapa disiplin klinis di rumah
sakit. Dengan telah disusunnya buku panduan ini diharapkan dapat
menunjang mutu pelayanan di rumah sakit terutama dalam hal Tenant
(Penyewaan Lahan).
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
semua pihak atas bantuan dan perhatiannya yang telah diberikan dalam
penyusunan Buku Panduan Tenant.
Semoga panduan ini bermanfaat dalam penerapannya, untuk perbaikan
sistem pada masa yang akan datang.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
bahwa atas rahmat dan karunia-Nya, Panduan Tenant Rumah Sakit ini
dapat diterbitkan. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat disusun.
Pedoman Praktis Ergonomi ini sebagai acuan dalam pelaksanaan program
pengawasan manajemen risiko K3 di RumahSakit.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kendala serta
permasalahan yang perlu diantisipasi dalam upaya mengimplementasikan
Pedoman Praktis Ergonomi ini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran,
perbaikan, sumbangan pemikiran, masukan, dan kritikan untuk lebih
menyempurnakan panduan ini.
Akhir kata kami mengharapkan Pedoman Praktis Ergonomi ini dapat
bermanfaat dan diimplementasikan dalam memberikan pelayanan di
Rumah Sakit
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
SK PEMBERLAKUAN
LEMBAR PENGESAHAN...................................................... i
SAMBUTAN DIREKTUR....................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................. iii
DAFTAR ISI......................................................................... iv
BAB I DEFINISI..................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................... 1
B. Tujuan................................................................... 1
C. Tenent Atau Penyewa Lahan.................................. 1
D. Identifikasi Area Beresiko...................................... 2
BAB II RUANG LINGKUP........................................................ 5
A. Tatalaksana........................................................... 5
B. Tanggungjawab...................................................... 5
BAB III TATALAKSANA............................................................ 6
A. Keselamatan dan Keamanan................................. 6
B. Bahan Berbahaya Beracun dan Limbahnya........... 7
C. Penanggulangan Bencana...................................... 7
D. Proteksi Kebakaran................................................ 7
BAB III PENUTUP.................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
iv
v
BAB I
DEFINISI
A. Pendahuluan
Pada era globalisasi ini masih banyak perusahaan/industri baik
sektor formal maupun informal yang belum menempatkan ergonomi
sebagai prioritas dalam merancang lingkungan kerja.Hal ini karena
ergonomi dianggap tidak penting bahkan disangka sebagai
pemborosan keuangan. Padahal sebagai sumber daya terpenting
dalam organisasi, pekerja sudah seharusnya dijamin aksesnya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan
semaksimal mungkin sekaligus dilindungi dari pengaruh buruk yang
merugikan karena pemajanan yang bahaya potensial terhadap
kesehatan di tempat kerja.
Di Indonesia, tingkat kecelakaan kerja relatif tinggi dan
mengalami kenaikan setiap tahun. Hal ini disebabkan bertambahnya
jumlah tenaga kerja dengan tidak diikuti pengawasan yang baik,
sehingga muncul persoalan persoalan yang memicu terjadinya
kecelakaan kerja ( Purnomo, 2013:1).
Berdasarkan hal tersebut, perlu dikembangkan dan ditingkatkan
upaya promosi dan preventif dalam rangka menekan serendah
mungkin risiko penyakit yang timbul akibat pekerjaan atau
lingkungan kerja misalnya salah satunya yakni membenahi dari
sektor ergonomi karena tingkat keamanan, kenyamanan, kesehatan,
dan keselamatan pekerja harus diperhatikan untuk meningkatkan
produktivitas kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus
diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang
berbahaya bagi kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang (Menkes RI, 2007).
Kesehatan kerja merupakan ilmu dan penerapannya berkaitan
dengan mesin, alat, bahan dan proses kerja guna menjamin
keselamatan tenaga kerja atau kerugian lainnya (Budiono, 2003).
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cidera dan penyakit akibat keja, menurunkan beban
kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Memaksimalkan efisiensi karywan
b. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja
c. Menganjurkan agar bekerja ama, nyaman dan bersemangat
d. Memaksimalkan bentuk kerja yang meyakinkan
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata-kata dalam bahasa yunani yaitu ergos
yang berarti kerja dan nomos yaitu berarti ilmu, sehingga secara harfiah
dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dengan pekerjaannya. Sedangkan beberapa ahli mendefinisikan
ergonomi sebagai berikut (Solichin, 2014:153-156):
1. Menurut Sri Tomo W.S ergonomi merupakan disiplin ilmu yang
mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya.
2. Menurut Mc Coinick ergonomi dapat dilakukan dengan cara
menjabarkannya dalam fokus,tujuan dan pendekatan mengenai
ergonomi.
3. Capains mengatakan bahwa ergonomi adalah ilmu untuk menggali
dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku
manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia
lainnya untuk merancang peralatan, sistem, pekerjaan dan
lingkungan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan,
kenyamanan dan efektifitas pekerjaan manusia.
4. Menurut Mc Cormicks dan Sanders membagi ergonomi ke dalam tiga
pendekatan yaitu:
a. Fokus utama yaitu mempertimbangkan manusia dalam
perancangan benda kerja, prosedur kerja, dan lingkungan kerja.
b. Tujuan yaitu ergonomi mempunyai dua tujuan yaitu
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan dan aktifitas-
aktifitas lainnya serta meningkatkan nilai-nilai tertentu yang
diinginkan dari pekerjaan tersebut.
c. Pendekatan utama yaitu mencakup aplikasi sistematik dari
informasi yang relevan tentang kemampuan, keterbatasan,
karakteristik, perilaku dan motivasi manusia terhadap desain
produk dan prosedur yang digunakan serta lingkungan tempat
menggunakannya.
3
4
1. Penelitian Interface
Interface (perangkat antara), yang mengidentifikasi, menganalisis,
dan mengkaji mengenai informasi tentang suatu lingkungan serta
mendeskripsikannya dengan simbol-simbol, tanda-tanda,
lambang, dan angka-angka, peta dan variabel (waktu dan jarak)
serta konstanta lainnya
2. Kekuatan Fisik Pekerja
Penelitian tentang aktifitas pelayanan sistem kerja, melalui
pengukuran dan menganalisis gerakan fisik, beban yang diterima,
dan peralatan yang diperoleh dalam objek pekerjaan. Data yang
diperoleh dijadikan bahan perancangan peralatan kerja sesuai
dengan rata-rata kemampuan fisik para pekerja.
3. Dimensi dan Bentuk Tempat Kerja
Penelitian mengenai dimensi dan bentuk ruang tempat kerja,
dimensi ukuran kebutuhan para pekerja, jenis pekerjaan, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik aktifitas kerja.
4. Lingkungan Kerja
Penelitian mengenai kondisi lingkungan tempat kerja, seperti
pengaturan pencahayaan, ventilasi udara, dan faktor yang
mempengaruhi fisik pekerja seperti kebisingan, getaran,
temperatur, dan limbah cairan kimia.
Menurut Napitupulu (2009), ruang lingkup ergonomi tebagi menjadi
4, yakni sebagai berikut:
1. Ergonomi fisik
Berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri,
karakteristik fisiologi dan biomekanikan yang berhubungan
dengan aktifitas fisik.
2. Ergonomi kognitif
Berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya
yakni persepsi, ingatan, dan reaksi sebagai akibat dari interaksi
manusia terhadap pemakaian elemen sistem.
6
3. Ergonomi organisasi
Berkaitan dengan optimalisasi struktur organisasi, kebijakan dan
proses.
4. Ergonomi lingkungan
Berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan
getaran.
BAB III
TATALAKSANA
A. Metode Ergonomi
Menurut Solichin dkk. (2014:158), metode ergonomi terbagi menjadi 3
yakni sebagai berikut:
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja,
inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan,
ergonomic checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomiakan tergantung data dasar
pada saat diagnosis. Terkadang sangat sederhana seperti merubah
posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai, serta
membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subjektif atau objektif, subjektif
misalnya dnegan menanyakan keamanan, bagian badan yang sakit,
nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala, dan lain-lain. Secara
objektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi
sakit, angka kecelakaan, dan lain-lain.
B. Aplikasi/Penerapan Ergonomi
1. Kerja Duduk
Ditinjau dari aspek kesehatan, bekerja ada posisi duduk yang
memerlukan waktu lama dapat menimbulkan otot perut semakin
elastis, tulang belakang melengkung, otot bagian mata terkonsentrasi
sehingga cepat merasa lelah.Kejadian tersebut jika tidak diimbangi
dengan tempat duduk yang tidak memberikan keleluasaan gerak atau
alih pandang yang memadai tidak menutup kemungkinan terjadi
gangguan bagian punggung belakang, ginjal, dan mata.
Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
pekerjaan dengan duduk (Kuswana, 2014):
a. Duduk bergantian dengan berdiri dan berjalan, duduk dalam
waktu yang relatif lama harus dihindari karena akan berpengaruh
7
8
Memposisikan “S-kurva”
tulang belakang.
Membungkuk menciptakan
banyak tekanan pada tulang
belakang.
Menyesuaikan kondisi
dengan menggunakan
pijakan kaki.
Menghilangkan atau
mengubah permukaan yang
tidak rata.
Menggunakan fixture
menghilangkan kebutuhan
untuk memegang bagian.
Sebaiknya menggunakan
sandaran kaki agar tidak
mengalami kelelahan saat
berdiri.
Menambahkan pegangan
empuk pada alat.
D. Perilaku Kerja
Perilaku kerja adalah perilaku diterjemahkan dari kata bahasa inggris
behavior dan kata tersebut sering dipergunakan dalam bahasa sehari-
hari, namun seringkali pengertian perilaku ditafsirkan secara berbeda-
beda antara satu orang dengan yang lainnya. Perilaku juga sering
diartikan sebagai tindakan atau kegiatan yang ditampilkan seseorang
dalam hubungannya dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya,
atau bagaimana manusia beradaptasi terhadap lingkungannya.
Perilaku pada hakekatnya adalah aktifitas atau kegiatan nyata yang
ditampilkan seseorang yang dapat teramati secara langsung maupun
tidak langsung . perilaku kerja adalah tindakan atau kegiatan yang
berhubungan dengan faktor-faktor kerja. Perilaku kerja ada dua yaitu:
perilaku kerja yang baik dan perilaku kerja yang buruk.
1. Perilaku kerja yang baik
Jenis dan perilaku kerja yang harus diperhatikan oleh para
pekerja untuk mencapai keberhasilan di dalam kerja atau bisnisnya
antara lain meliputi hal-hal berikut ini:
a. Kerja Ikhlas
Kerja ikhlas adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh, dapat
menghasilkakn sesuau yang baik dan dilandasi dengan hati yang
tulus. Contoh: seorang buruh pabrik yang bekerja dengan upah
yang pas-pasan, namuun tetap bekerja dengan baik melaksanakan
pekerjaan dengan tulus dan semata-mata merupakan pengabdian
kepada pekerjaannya yang menghasilkan uang untuk keperluan
hidup keluarga.
c. Kerja Cerdas
Kerja cerdas adalah bahwa di dalam bekerja kita harus pandai
memperhitungkan resiko, mampu melihat peluang dan dapat
mencari solusi sehingga dapat mencapai keuntungan yang
diharapkan. Perilaku/sikap cerdas dalam melakukan
pekerjaannya menggunakan teknologi yang tepat, menggunakan
konsep hitung menghitung, memakai atau menggunakan bahasa
global, pandai berkomunikasi dan pandai pula mengelola
informasi.
d. Kerja Keras
Kerja keras adalah dalam bekerja kita harus mempunyai sifat
mampu bekerja keras atau gila kerja untuk mencapai sasaran
yang ingin dicapai.Mereka dapat memanfaatkan waktu yang
optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak
serta kesulitan yang dihadapi.Dalam bekerja mereka penuh
semangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan
maksimal.
e. Kerja Tuntas
Kerja tuntas adalah di dalam berkerja mapu mengorgaisasikan
kerjanya secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat
menghasilkan hasil kerja yang maksimal.
a. Penganiaya (Persecutor)
Orang jenis ini tak segan mengatur hal-hal kecil dan
memperhatikan pelanggaran-pelanggaran orang lain. Beberapa
cirinya adalah email pasif-agresif yang cenderung menyalahkan
orang lain. Mengapa terjadi?Orang seperti ini tumbuh dengan
pelecehan atau pengabaian dari orang tua.
b. Pura-pura (denier)
Karyawan tioe ini tidak realistis dan berpura-pura tidak ada
masalah dalam pekerjaan kantor maupun kondisi kantor. Saat
keuangan kantor mengalami kerugian dan krisis berat, pendapat
sebagian besar orang adalh “Perusahaan akan bangkrut”. Mereka
akan keukeuh dengan ucapan, “Akan ada bonus untuk semua
orang!” Kemungkinan terbesar dari tipe orang ini adalh mreka
berasal dari eluarga yang takut membicarakan hal-hal tidak
menyenangkan.
c. Penghindar (Avoider)
Dia adalh orang pertama yang menghindar atau keluar
kantor setiap kali akan berlangsung rapat yang akan
menyampaikan ‘berita buruk’ atau menjelang deadline.
Sebabnya, di masa kanak-kanak, orang tua mereka terlau
menghakimi atau tidak memliki hubungan kuat dengan orang
tua.
e. Martir
Orang ini melakukan pekerjaan semua orang.Mereka datang
lebih awal setiap har dan bekerja lembur setiap malam.Mereka
juaga bangga dan selalu menceritakannya kepada semua
orang.Alasan utama dari perilaku pekerja jenis ini adalah di
masa kecil mereka mencoba untuk menyenangkan orang tua
yang tidak menyukai impian mereka.
BAB IV
PENUTUP
21
DAFTAR PUSTAKA