Anda di halaman 1dari 24

***

MAKALAH PENGANTAR TEKNIK


INDUSTRI

“ERGONOMICS AND HUMAN FACTORS”

DISUSUN OLEH :
HANI KHAIRANI SURAHMAN (NIM : D071231060)
M. HAIKAL SAPUTRA (NIM : D071231004)
MUH. ABID ALFATIHN (NIM : D071231038)
A. ASHIILA SALSABILA (NIM : D071231040)
ZAKY RAIHAN SAIDIN (NIM : D071231014)
KENNETH ADRIANO (NIM : D071231076)
GLADYS EKARESTI MAENGKOM (NIM : D071231010)

JURUSAN :
TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS :
TEKNIK

2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah dengan judul “Ergonomics and Human Factors” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Pengantar Teknik Industri. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Gowa, 28 agustus 2023

KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR .................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................1
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................1
1.4 MANFAAT......................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ................................................................................................................2
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................7
3.2 SARAN ............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................8
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan
salah satu penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk
berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang
waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat
di cegah dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antara lin kemungkinan terjadinya
penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat
kerja yang dapat menyebkan kecacataan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh
semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomic.
Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada sector kegiatan
ekonomi. Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsure hygiene perusahaan dan
kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf
pengenalan oleh khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru
pada tingkat perintisan. Fungsi pembinaan ergonomic secara teknis merupakan tugas
pemerintah. Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi pembinaan ini
melalui pembinaan keahlian dan pengembangan penerapannya. Namun begitu, sampai saat
ini pengembangan kegiatan-kegiatannya baru diselenggarakan dan masih menunggu
kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomic dan penerapannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan makalah ini adalah :
1. Apa itu egronomi ?
2. Apa saja metode ergonomi?
3. Apa penerapan egronomi pada lingkungan pekerjaan?
4. Apa saja faktor manusia yang dapat mempengaruhi lingkungan pekerjaan?
5. Pencegahan apa saja yang dapat dilakukan untuk menghindari dampak negatif faktor
manusia dan safety apa saja yang layak diterapkan?

1.3 MANFAAT
Hasil Makalah ini, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Mendapatkan informasi tentang pengertian egronomi
2. Dapat mengetahui penerapan egronomi pada lingkungan kerja
3. Dapat mengetahui pengaruh egronomi pada lingkungan kerja
4. Mengetahui apa saja bentuk faktor manusia
5. Mengetahuibentuk safety dan penghindaran dampak negative faktor manusia
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN EGRONOMI


Ergonomi adalah interaksi manusia dengan sistem, profesi, prinsip, data, dan metode
dalam rangka merancang sistem tersebut agar sesuai dengan kebutuhan, keterbatasan, serta
keterampilan manusia. Dengan kata lain, ergonomi merupakan ilmu yang membicarakan
desain untuk manusia. Secara sederhana, istilah ini dapat diartikan sebagai sebuah upaya
menyesuaikan lingkungan kerja dengan kebutuhan pengguna atau manusianya.
1. Fokus ergonomi
Fokus dari egronomi adalah interaksi dengan produk, peralatan, fasilitas,
lingkungan yang menjadi bagian dari prosedur pekerjaan dan kehidupan sehari-hari
yang dirancang berdasarkan pada ilmu ilmu biologi manusia, anatomi, fisiologidan
psikologi agar interaksi tersebut nyaman dan tahan lama.
2. Egronomi dan area aplikasinya dalam sebuah sistem kerja
Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:
A. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan
promosi dan kepuasan kerja.
B. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan
mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama
kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
C. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis
dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas
hidup yang tinggi.
Tujuan tujuan tersebut lalu membentuk area pengaplikasian ergonomi tentang
bagaimana segala sesuatu didesain sedemikian rupa agar ergonomis.
3. Intervensi Ergonomi
Intervensi ergonomi adalah perbaikan sikap kerja dan perbaikan ukuran bidang
kerja akan memberikan kenyamanan dalam suatu benda bekerja dan mengurangi
keluhan terhadap tubuh yang mudah lelah dalam bekerja. Intervensi ergonomi berupa
perbaikan sikap kerja mampu menurukan beban kerja menjadi lebih ringan pada saat
bekerja. Perubahan perubahan ini bertujuan untuk merubah aplikasi aplikasi ataupun
cara bekerjka menjadi lebih ergonomis dengan demikian kondisi kerja yang aman,
nyaman, sehat, dan efisien dapat tercapai.

4. Keefektifan Dan Efeksivitas Biaya Dari Egronomi


A. Keefektifan ergonomi
Ergonomi yang tidak baik adalah kontributor utama terhadap kecelakaan kerja
akut ataupun yang terbentuk seiring waktu. Kecelakaan akut akibat kurang baiknya
ergonomi kerja misalnya cedera tulang belakang karena mengangkat benda dengan
teknik yang tidak tepat.
Belum lagi, pekerjaan yang mengharuskan seseorang melakukan gerakan yang
sama dari hari ke hari. Seiring berjalannya waktu, bila pekerja terus melakukan
gerakan yang tidak ergonomis akhirnya dapat muncul rasa tidak nyaman, cedera,
hingga disabilitas.
Contoh lainnya, pekerja sering kali duduk atau berdiri untuk waktu yang lama.
Jika workstation milik pekerja yang bersangkutan tidak ergonomis sehingga
posturnya tidak baik, akhirnya akan muncul nyeri ataupun cedera. Nyeri leher dan
bahu kronis yang umum dialami pekerja umumnya sangat terkait dengan lingkungan
kerja yang kurang ergonomis.
Berikut keuntunngan penerapan ergonomi
1) Meningkatkan produktivitas
2) Meningkatkan kualitas kerja
3) Menghemat biaya
B. Efeksivitas biaya ergonomi
Ergonomi didesain agar tubuh manusia dapat bekerja atau beraktivitas tanpa
beban yang berlebih secara ergonomis. Seperti yang telah diketahui, melalui desain
lingkungan kerja yang ergonomis, kita berupaya untuk menjadikan para pekerja lebih
sehat dan terhindar dari cedera. Jika dilihat dari perspektif keuangan, hal tersebut
berarti menekan kompensasi biaya yang mungkin perlu dikeluarkan.

2.2 ASPEK ORGANISASI DAN SOSIAL DARI DESAIN SISTEM


1. Metode desain sistem untuk ergonomi
Metode desain sistem untuk ergonomi merupakan pendekatan yang
menggabungkan prinsip-prinsip ergonomi ke dalam proses desain sistem. Hal ini
mencakup pemahaman yang mendalam tentang pengguna sistem dan bagaimana sistem
tersebut akan digunakan dalam lingkungan kerja yang berbeda. Dalam area pengetahuan
desain dan rekayasa sistem, metode ini memungkinkan perancang sistem untuk
membuat produk atau sistem yang lebih ergonomis dan efektif.
Metode desain sistem untuk ergonomi melibatkan langkah-langkah seperti :
- Identifikasi kebutuhan pengguna : dengan memahami siapa pengguna sistem, apa
kebutuhan dan preferensi, serta bagaimana berinteraksi dengan sistem.
- Analisis tugas dan lingkungan kerja : dengan meneliti tugas-tugas yang akan dilakukan
dalam sistem, dan mengidentifikasi potensi masalah ergonomi yang mungkin muncul
selama pelaksanaan tugas
- Perancangan konsep : dengan membuat beberapa konsep desain yang
mempertimbangkan aspek-aspek ergonomi yang relevan.
- Pengembangan prototype : dengan membuat prototipe dari desain yang dihasilkan, lalu
melakukan pengujian dengan pengguna potensial untuk mengevaluasi kenyamanan,
kegunaan, dan efektivitas desain.
- Evaluasi sistem : dengan menggunakan metrik ergonomi untuk menilai sejauh mana
desain memenuhi kebutuhan pengguna dan prinsip-prinsip ergonomi.
- Pendekatan ini memastikan bahwa pengguna dan kebutuhan ergonomi mereka menjadi
fokus utama dalam proses desain dan pengembangan sistem.
- Dalam praktiknya, metode desain sistem untuk ergonomi dapat membantu mengurangi
risiko cedera akibat penggunaan sistem yang tidak ergonomis, meningkatkan
produktivitas, dan memperbaiki efisiensi sistem secara keseluruhan. Oleh karena itu,
penting bagi perancang sistem untuk mempertimbangkan prinsip-prinsip ergonomi
dalam setiap tahap desain dan pengembangan sistem.
2. Aspek organisasi
Ergonomi organisasi merupakan cabang ergonomi yang berhubungan dengan
optimasi sistem atau dikenal juga sebagai ergonomi sistem, dan secara rinci ergonomi
organisasi disebut juga sebagai ergonomi makro, merupakan adalah bidang ergonomi
yang fokus pada pengoptimalan sistem sociotechnical, termasuk struktur organisasi,
kebijakan, dan proses organisasi. Aspek organisasi ergonomi mencakup berbagai
elemen yang dirancang untuk mengoptimalkan interaksi antara manusia, peralatan, dan
lingkungan kerja. Aspek-aspek berikut mencakup :
- Desain Pekerjaan: melibatkan pengaturan tugas dan tanggung jawab agar sesuai
dengan kemampuan fisik dan kognitif pekerja agar membantu mencegah kelelahan
fisik dan mental yang berlebihan.
- Jadwal Kerja: mengatur jadwal yang rasional dan fleksibel dapat membantu
mengurangi tekanan waktu, kelelahan, dan stres.
- Komunikasi: Sistem komunikasi yang jelas dan efektif antara anggota tim dan antara
manajemen dengan karyawan adalah kunci untuk menghindari kesalahpahaman dan
meningkatkan produktivitas.
- Pelatihan dan Pengembangan: Memberikan pelatihan yang tepat kepada karyawan
mengenai tata cara kerja yang benar dan penggunaan peralatan adalah penting dalam
mencegah cedera dan mengoptimalkan efisiensi.
- Manajemen Kinerja: Melibatkan karyawan dalam menetap tujuan kinerja dan
memberikan umpan balik berkala dapat meningkatkan motivasi dan kinerja secara
keseluruhan.
- Perencanaan Ruang Kerja: Mengatur tata letak dan perabotan ruang kerja agar sesuai
dengan kebutuhan fisik dan mental karyawan adalah aspek penting dalam mencegah
cedera dan meningkatkan kenyamanan.

3. Faktor psikososial
Faktor psikososial ergonomi merujuk pada aspek-aspek psikologis dan sosial yang
mempengaruhi kenyamanan, kesejahteraan, dan kinerja individu dalam lingkungan
kerja. Faktor ini penting untuk memastikan bahwa pekerja merasa nyaman dan mampu
bekerja dengan efisien. Beberapa faktor psikososial ergonomi meliputi:
- Beban Kerja: Terlalu tinggi atau rendahnya beban kerja dapat mempengaruhi tingkat
stres dan kinerja. Beban kerja yang seimbang dapat membantu meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan.
- Kontrol: Tingkat kontrol yang dimiliki oleh pekerja atas pekerjaan mereka dapat
mempengaruhi rasa keterlibatan dan motivasi. Tingkat kontrol yang lebih tinggi
cenderung mengurangi tingkat stress.
- Dukungan Sosial: Dukungan dari rekan kerja dan manajemen dapat membantu
mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan mental pekerja.
- Ketidakpastian: Tingkat ketidakpastian dalam tugas atau lingkungan kerja dapat
berdampak negatif pada tingkat stres dan kesejahteraan.
- Kebijakan Organisasi: Kebijakan yang mendukung keseimbangan kerja dan kehidupan
pribadi, serta adil dalam hal kompensasi dan promosi, dapat membantu menciptakan
lingkungan kerja yang positif.
- Kepuasan Kerja: Rasa puas terhadap pekerjaan dan pencapaian dapat memengaruhi
motivasi dan kesejahteraan pekerja.
Penting bagi perusahaan untuk memperhatikan faktor-faktor ini dalam desain
tempat kerja dan manajemen sumber daya manusia. Dengan menciptakan lingkungan
kerja yang mendukung aspek psikososial ergonomi, perusahaan dapat meningkatkan
kesejahteraan pekerja, produktivitas, dan kepuasan kerja secara keseluruhan.
4. Litigasi
Litigasi ergonomi merujuk pada proses atau perselisihan hukum yang berkaitan
dengan kondisi kerja dan lingkungan kerja yang tidak ergonomis. Dalam konteks litigasi
ergonomi, ini berarti bahwa seseorang atau sekelompok pekerja mengajukan tuntutan
hukum terhadap perusahaan dengan alasan bahwa lingkungan kerja atau peralatan yang
disediakan tidak memenuhi standar ergonomi yang sesuai, sehingga menyebabkan
masalah kesehatan atau cedera. Tuntutan semacam ini biasanya muncul jika pekerja
mengalami cedera berulang, seperti cedera akibat gerakan yang repetitif, sakit punggung
karena posisi duduk yang buruk, atau gangguan kesehatan lainnya yang disebabkan oleh
kondisi kerja yang tidak ergonomis.
Dalam litigasi ergonomi, langkah pertama adalah pekerja atau kelompok pekerja
mengumpulkan bukti yang menunjukkan bahwa kondisi kerja yang buruk atau peralatan
yang tidak sesuai telah menyebabkan masalah kesehatan mereka. Bukti tersebut bisa
berupa rekaman medis, laporan kecelakaan, saksi mata, dan penilaian ergonomi
profesional. Setelah itu, mereka dapat mengajukan tuntutan hukum ke pengadilan atau
badan arbitrase, tergantung pada yurisdiksi dan aturan yang berlaku.
Proses litigasi ergonomi dapat melibatkan penyelidikan, pengumpulan bukti,
pertemuan hukum, dan akhirnya mencapai kesepakatan atau putusan pengadilan.
Hasilnya bisa berupa ganti rugi finansial untuk biaya perawatan medis, kompensasi
untuk cedera atau hilangnya pendapatan, atau perintah untuk memperbaiki lingkungan
kerja agar sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi.
5. Pertimbangan lintas budaya
Pertimbangan lintas budaya dalam ergonomi mengacu pada pengakuan dan
penyesuaian terhadap perbedaan budaya dalam desain produk, lingkungan, atau sistem
agar dapat memenuhi kebutuhan dan preferensi beragam individu dari berbagai latar
belakang budaya. Hal ini penting karena preferensi, norma, dan kebutuhan ergonomis
dapat berbeda secara signifikan antara budaya.
Dalam konteks ini, aspek-aspek seperti postur tubuh, ukuran tubuh, kebiasaan
kerja, persepsi visual, dan nilai-nilai budaya harus dipertimbangkan. Misalnya, ketika
merancang produk atau ruang kerja yang akan digunakan oleh individu dari berbagai
budaya, penting untuk memahami preferensi mereka terkait postur duduk atau berdiri,
ukuran tubuh rata-rata, serta preferensi warna dan tata letak yang sesuai dengan
kepercayaan budaya mereka.
Penting juga untuk menghindari asumsi bahwa satu ukuran cocok untuk semua,
karena faktor-faktor seperti agama, nilai-nilai budaya, dan norma sosial dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungan kerja atau produk.
Dalam beberapa budaya, mungkin ada preferensi terhadap kolaborasi dan interaksi tim,
sementara di budaya lain, individu mungkin lebih memilih ruang pribadi dan
independensi.
Dalam praktiknya, ini berarti bahwa ahli ergonomi dan desainer harus memiliki
pengetahuan yang baik tentang perbedaan budaya yang relevan dan bekerja sama
dengan individu dari berbagai latar belakang untuk mengidentifikasi kebutuhan dan
preferensi yang unik. Dengan demikian, penggabungan pertimbangan lintas budaya
dalam ergonomi akan menghasilkan lingkungan yang lebih inklusif, efisien, dan sesuai
dengan kebutuhan beragam individu.

2.3 Materi c dan d

2.4 DESAIN TUGAS YANG BERULANG


1. Pengenalan gangguan terkait pekerjaan
Sistem muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, dan jaringan ikat, yang meliputi
ligamen, tendon, fasia, dan tulang rawan. Tulang juga bisa dipertimbangkan sebagai
jaringan ikat. Fungsi utama sistem muskuloskeleta adalah untuk menopang dan
melindungi tubuh dan bagian tubuh, menjaga postur dan menghasilkan pergerakan
tubuh, dan untuk menghasilkan panas serta menjaga suhu tubuh.

Gangguan musculoskeletal disebut juga musculoskeletal disorders (MSDc)


merupakan gangguan pada system musculoskeletal yang mengakibatkan gejala seperti
nyeri akibat kerusakan pada nervus, dan pembuluh darah pada berbagai lokasi tubuh
seperti leher, bahu, pergelangan tangan, pinggul, lutut, dan tumit yang disebabkan oleh
cara kerja yang tidak ergonomis
2. Cedera pada tubuh ditempat kerja
Cumulative trauma disorders (CTDs) adalah sekumpulan gangguan atau
kekacauan pada system musculoskeletal berupa cedera pada saraf, otot, tendon,
ligament, tulang dan persendian pada titik-titik ekstirm tubuh pada bagian atas
(tangan,pergelangan tangan, siku dan bahu) dan tubuh bagian bawah (kaki,lutut, dan
pinggul) dan tulang belakang (punggung dan leher). Contohnya adalah
Carpal tunnel syndrome :
Sindrom terowongan karpal (CTS) adalah CTD yang umum mempengaruhi
pergelangan tangan dan tangan. Beberapa jenis jaringan lunak melewati jalur sempit
saluran di pergelangan tangan yang dikenal sebagai terowongan karpal. Gerakan jari
dikendalikan oleh otot-otot di lengan bawah, yang dihubungkan ke jari-jari melalui
tendon panjang
melewati terowongan karpal. Saraf dan pembuluh darah juga lewat melalui
saluran ini antara tangan dan lengan bawah.
CTS dapat disebabkan oleh banyak hal, termasuk jari yang cepat dan berulang
gerakan, pengerahan tenaga berulang-ulang dengan pergelangan tangan ditekuk,
pengerahan tenaga statis dalam waktu lama waktu, tekanan pada pangkal telapak
tangan, dan paparan getaran tangan secara berulang-ulang

2.5 PENANGANAN BEBAN SECARA MANUAL


Definisi manual Material Handling (MMH) adalah suatu kegiatan transportasi yang
dilakukan oleh satu pekerja atau lebih dengan melakukan kegiatan pengangkatan,
penurunan, mendorong, menarik, mengangkut dan memindahkan barang.
Kegiatan MMH yang sering dilakukan oleh pekerja di dalam industry :
- Kegiatan pengangkatan (Lifting task)
- Kegiatan membawa (Carrying task)
- Kegiatan mendorong/menarik (Push/Pull task)
- Kegiatan memutar (twisting)
- Kegiatan menahan (holding)
Referensi : Nataya Charoonsri Rizani, 2021. Manual Material Handling
1. Anatomi dan Biomekanik penanganan manual
Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek mekanika gerakan
gerakan tubuh manusia. Biomekanika adalah kombinasi antara kelimuan mekanika,
antorpometri dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan fisiologi).

2. Pencegahan cedera penanganan manual ditempat kerja


- Pekerja harus dilatih mengenai teknik yang benar untuk pekerjaan penanganan manual
- Tidak seorang pun boleh mengangkat sesuatu yang terlalu berat bagi mereka.
- Gunakan alat bantu mekanis/pengangkat jika memungkinkan
- Rencanakan istirahat teratur dan rotasi pekerjaan (pembagian shift)
3. NIOSH lifting equation
Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH)
mengembangkan persamaan pada tahun 1981 untuk membantu ahli ergonomi dan
praktisi keselamatan dan kesehatan kerja menganalisis tuntutan pengangkatan pada
punggung bawah (NIOSH, 1981). Tujuannya adalah untuk membantu mencegah atau
mengurangi terjadinya nyeri dan cedera punggung bawah yang berhubungan dengan
pengangkatan.
Persamaan tersebut, yang dikenal sebagai persamaan pengangkatan NIOSH,
menyediakan metode untuk menentukannya dua batas berat yang berhubungan dengan
dua tingkat cedera punggung mempertaruhkan. Lebih khusus lagi, batas pertama disebut
batas tindakan (AL), yang mewakili batas berat yang di atasnya mungkin akan dialami
sebagian kecil populasi risiko cedera jika mereka tidak terlatih untuk melakukan tugas
pengangkatan. Kedua batas yang disebut batas maksimum yang diperbolehkan (MPL)
dihitung tiga kali batas tindakan. Batasan berat ini mewakili kondisi pengangkatan di
mana kebanyakan orang akan mengalami risiko tinggi cedera punggung. Pekerjaan
pengangkatan harus didesain ulang jika mereka berada di atas MPL. Persamaan
pengangkatan NIOSH dapat digunakan untuk mengidentifikasi pekerjaan pengangkatan
yang berisiko tinggi dan mengevaluasi desain pekerjaan alternatif dan

2.6 DESIGN FOR STANDING AND SITTING


1. An ergonomic approach to workstation design
Corlett dan Clark dalam Kuswana (2014), mengungkapkan bahwa ditinjau dari
ergonomic baik sebagai disiplin ilmu maupun teknologi, sangat memperhatikan
interface dan interaksi antara pekerja dengan komponenkomponen kerja, pengaruhnya
terhadap interaksi dan kinerja system. Lebih lajut MacLeod (1995) dalam Kuswana
(2014) menjelaskan bahwa faktor interaksi manusia dengan sistem tersebut harus selalu
diperhitungkan dalam setiap desain tempat kerja. Hal tersebut didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
A. Manusia adalah berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia mempunyai bentuk dan
ukuran tubuh yang berbeda-beda seperti tinggi-pendek, tuamuda, kurusgemuk,
normal-cacat. Tetapi desainer sering hanya mengatur atau mendesain tempat kerja
dengan satu ukuran untuk semua orang.

B. Manusia mempunyai keterbatasan baik fisik maupun mental.


1) Keterbatasan fisik: Letak tombol-tombol operasional dan kontrol panel pada
mesin yang didesain berdasarkan ukuran panjang jangkauan orang tertinggi
(seperti orang Eropa dan Amerika), maka orang yang lebih pendek (seperti orang
Asia termasuk Indonesia) tidak dapat menjangkau control panel tersebut dengan
alamiah, sehingga menyebabkan sikap paksa dan mungkin dapat menyebabkan
kesalahan operasi.
2) Keterbatasan mental: Kemampuan manusia dalam proses informasi juga sering
mengalami pembebanan berlebih. Sehingga kesalahan dan keputusan yang tidak
benar sering terjadi saat keterbatasan manusia terlampaui.
C. Manusia selalu mempunyai harapan tertentu dan prediksi terhadap apa yang ada di
sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah terbiasa dengan kondisi seperti:
warna merah berarti larangan atau berhenti; warna hijau berarti aman atau jalan;
saklar lampu kebawah berarti hidup. Kondisi tersebut menyebabkan harapan dan
prediksi kita bahwa kondisi tersebut juga berlaku di mana saja. Maka respon yang
bersifat harapan dan prediksi tersebut harus selalu dipertimbangkan dalam setiap
desain alat dan stasiun kerja untuk menghindarkan terjadinya kesalahan dan
kebingungan pekerja (human error).
2. Design for standing workers
Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri adalah tinggi
badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan. Bekerja dengan
posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan mengakibatkan penumpukan darah
dan beragai cairan tubuh pada kaki dan ini akan membuat bertambahnya biola berbagai
bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai, seperti pembersih (clerks), dokter gigi,
penjaga tiket, tukang cukur pasti memerlukan sepatu ketika bekerja (Santoso, 2004).
Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek dan terjadi bengkak
pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Sepatu yang baik adalah yang
dapat manahan kaki (tubuh) dan kaki tidak direpotkan untuk menahan sepatu, desain
sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki dan apabila bagian sepatu dikaki
terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan itu terjadi
dalam waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan (Santoso,
2004). Untuk jenis pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku,
dan untuk pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku (Santoso,
2004).

3. Design for seated workers


Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri
atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar. Tekanan posisi tidak duduk 100%, maka
tekanan akan meningkat menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan
akan meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan membungkuk kedepan.
Oleh karena itu perlu sikap duduk yang benar dapat relaksasi (tidak statis) (Nurmianto
dalam Santoso, 2004).
Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu
berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Selain itu, duduklah dengan
lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan
sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak
menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit.
Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Wasisto,
2005)
Cara duduk di kendaraan dimana ada getaran dan dimana seseorang tidak siap
untuk mengubah sikap duduknya. Bangkit dan bergerak-gerak adalah sangat
berpengaruh pada tulang-tulang belakang. Oleh karena itu sikap duduk yang benar
sangat diharapkan. Hal ini dapat dicapai dalam situasi kantor jika kursi-kursinya
disandari oleh seseorang, dan selanjutnya terjadi perubahan dari lekukan ruas tulang
belakang ke arah belakang. Dan yang pasti seseorang tidak dapat melakukan hal ini
pada saat mengendarai kendaraan.
4. Worksurface design
Menurut Grandjean (1993) merekomendasikan ketinggian permukaan tempat
kerja dengan rata-rata tinggi siku adalah 105 cm untuk laki-laki dan 98 cm untuk
perempuan. Ketinggian permukaan meja kerja sekitar 95-100 cm untuk laki-laki dan 88-
93 cm untuk perempuan. Direkomendasikan menggunakan persentil besar yaitu
persentil ke 90 sampai 99 dari tinggi lutut dengan menambahkan kelonggaran yang
diperlukan. Juga ditentukan sudut kemiringan permukaan meja kerja berkisar 5 derajat
sampai 15 derajat sesuai dengan kebutuhan. Kemiringan permukaan meja dapat
memberikan kenyamanan penggunanya dalam beraktivitas karena tidak mengangkat
bahu.
5. Visual displays
Display dapat berfungsi sebagai suatu sistem komunikasi yang menghubungkan
antara fasilitas dengan manusia. Dalam melakukan aktivitasnya, manusia bergantung
pada penglihatan yang kemampuannya terbatas. Oleh karena itu, diperlukan display
yang baik yang mampu memberikan informasi dengan waktu respon yang kecil dan
mampu mentransformasikan informasi yang di bawa kepada pembaca.

6. Guidelines for the design of static work


Dua faktor penentu yang harus diperhitungkan dalam proses perancangan sebuah
stasiun kerja, yaitu (a) harus selalu diingat bahwa populasi pekerja akan sangat
bervariasi dan berbeda-beda baik dalam bentuk maupun ukuran tubuh (antropometri)-
nya; dan (b) harus dipahami benar tentang karakteristik dari populasi pemakai produk
ataupun fasilitas kerja seperti pendidikan, kultur, skill, attitude, kemampuan fisik
maupun mental, dan lain-lain.
7. Computer workstation design
Sandarkan tulang belakang pada sandaran pada pinggang/punggung pada
kursitempatkan siku secara nyaman disamping badan dengan lengan bawah horizontal ,
upayakan jari rileks seprti kurva pada saat mengetik tangan dan lengan harus dapat
bergerak beban diatas keyboard dengan pergelangan tangan posisi lurus tompang kaki
secara nyaman di lantai atau diatas injakan kaki di depan lutut.

2.7 VISION, LIGHT, AND LIGHTING


1. Vision and the eye
Untuk mencegah atau mengurangi potensi kerugian dari penerangan yang buruk,
maka penerangan di tempat kerja harus memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan.
Penerangan yang baik dan sesuai sangat penting untuk peningkatan kualitas dan
produktivitas.
Dalam jurnal ILO yang berjudul "Improving Working Condition and Productivity
in the Garment Industry", menunjukkan bahwa perbaikan penerangan di tempat kerja
dapat meningkatkan produktivitas (10%) dan pengurangan kesalahan kerja (30%).
2. Measurement of light
Batas Ambang (NAB). Kep-Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002
menentukan intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.
Tingkat Pencahayaan
Jenis Kegiatan Keterangan
Minimal (Lux)
Ruang penyimpanan &
Pekerjaan kasar dan tidak ruang peralatan/instalasi
100
terus menerus yang memerlukan
pekerjaan yang kontinu.
Pekerjaan kasar dan terus
Pekerjaan dengan mesin
menerus 200
dan perakitan kasar.

Ruang administrasi, ruang


Pekerjaan rutin
300 kontrol, pekerjaan mesin
& perakitan/ penyusun.
Pembuatan gambar atau
bekerja dengan mesin
Pekerjaan agak halus
500 kantor, pekerja
pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin.
Pemilihan warna,
Pekerjaan halus pemrosesan tekstil,
1000
pekerjaan mesin halus &
perakitan halus

3. Lighting design considerations


Faktor-faktor yang dapat memengaruhi penerangan di tempat kerja antara lain:
- Ukuran ruangan − ruangan yang luas akan lebih efisien dalam pemanfaatan cahaya
daripada ruang yang sempit.
- Kontras − perbedaan antara kecerahan benda yang kita lihat dengan kecerahan
permukaan di sekitarnya. Semakin besar kontras, semakin mudah kita melihat atau
mengenali benda tersebut. Di ruang dengan tingkat penerangan rendah, kontras
semakin berkurang pula.
- Luminensi (luminance) − intensitas cahaya yang dipancarkan, dipantulkan, dan
diteruskan oleh satu unit bidang yang diterangi. Luminensi yang terlalu besar akan
menimbulkan kesilauan pada mata.
- Ketajaman penglihatan − kemampuan mata untuk membedakan bagian detail dari
objek permukaan yang halus. Ketajaman penglihatan akan bertambah bersamaan
dengan meningkatnya perbedaan luminensi antara objek dan lingkungan sekitar.
Ketajaman penglihatan akan lebih baik jika objek yang diamati berwarna gelap dan
latar belakangnya berwarna terang.
4. Visual fatigue, eyestrain and near work
Efek intensitas penerangan yang kurang maupun berlebih terhadap kesehatan dan
keselamatan pekerja, antara lain :
- Kelelahan mata − ditandai iritasi pada mata, penglihatan ganda, daya akomodasi
menurun, sakit kepala, ketajaman melihat menurun, kepekaan kontras dan kecepatan
persepsi menurun.
- Kelelahan syaraf − ditandai gerakan yang lamban, gangguan pada fungsi motorik dan
psikologis.
- Kesilauan (glare) − cahaya yang tidak diinginkan yang berada dalam jangkauan
penglihatan, yang menyebabkan ketidaknyamanan, gangguan, kelelahan mata atau
gangguan penglihatan. Terdapat tiga jenis kesilauan yang mengakibatkan gangguan
penglihatan, yakni disability glare, discomfort glare, dan reflected glare.
5. Psychological aspects of indoor lighting
Tata cahaya yang lebih baik (tidak silau, dengan intensitas dan sudut yang tepat)
dapat membuat kita bekerja lebih senang dan lebih keras lagi. Mempengaruhi
kesehatan. Orang dapat merasa stress karena perubahan pencahayaan / pencahayaan
yang tidak tepat, dan dapat dibantu dengan terapi pencahayaan.Berarti lebih baik untuk
keamanan. Pencahayaan yang terang diperlukan untuk pekerjaan yang berbahaya atau
yang membutuhkan detail tingkat tinggi.Mempengaruhi mood dan suasana. Pada kasus
yang lain, sejumlah besar orang dikumpulkan di suatu ruangan yang terang. Mereka
lebih memilih untuk berbicara dalam grup yang besar dan volume suara pada saat
mereka bicara akhirnya meningkat. Grup yang sama, dipindahkan ke ruangan yang
lebih redup. Mereka berkumpul dalam beberapa grup dan akhirnya volume suara pada
saat mereka bicara juga lebih rendah
2.8 Materi IJ Dan J

2.9 TAMPILAN DAN KONTROL


Tampilan dan control adalah penghubung utama antara pekerja dengan mesin dan
peralatan. Tampilan berfungsi untuk mempresentasikan informasi yang usable kepada
manusia (misalnya computer screen, tachometer pada mesin, penunjuk halaman pada
buku).Kontrol adalah peralatan (mechanical, electromechanical) yang berfungsi untuk
merubah human output kedalam machine input. Dalam human machine system, control
berfungsi sebagai penghubung antara manusia dengan mesin.
1. Proses desain yang berpusat pada manusia untuk sistem interaktif
Desain yang berpusat pada manusia adalah pendekatan pengembangan sistem
interaktif yang berfokus secara khusus pada pembuatan sistem yang dapat digunakan.
Ini adalah kegiatan multi-disiplin yang menggabungkan faktor manusia dan
pengetahuan serta teknik ergonomi. Penerapan faktor manusia dan ergonomi pada
desain sistem interaktif meningkatkan efektivitas dan efisiensi, meningkatkan kondisi
kerja manusia, dan melawan kemungkinan dampak buruk penggunaan terhadap
kesehatan, keselamatan, dan kinerja manusia. Penerapan ergonomi pada desain sistem
melibatkan pertimbangan kemampuan, keterampilan, keterbatasan dan kebutuhan
manusia.Sistem yang berpusat pada manusia mendukung pengguna dan memotivasi
mereka untuk belajar. Manfaatnya dapat mencakup peningkatan produktivitas,
peningkatan kualitas kerja, pengurangan biaya dukungan dan pelatihan, serta
peningkatan kepuasan pengguna. Meskipun terdapat banyak faktor manusia dan
pengetahuan ergonomi tentang bagaimana proses desain dapat diatur dan digunakan
secara efektif, sebagian besar informasi ini hanya diketahui oleh para spesialis di bidang
ini. Standar Internasional ini bertujuan untuk membantu mereka yang bertanggung
jawab mengelola proses desain perangkat keras dan perangkat lunak untuk
mengidentifikasi dan merencanakan aktivitas desain yang berpusat pada manusia yang
efektif dan tepat waktu. Ini melengkapi pendekatan dan metode desain yang ada.
2. Prinsip desain tampilan visual
Sehubungan dengan menentukan bentuk apa yang akan digunakan, Anda harus
mempertimbangkan empat prinsip berikut; Keseimbangan , Proporsi, Dominasi, dan
Pengulangan.
- Keseimbangan adalah jumlah ruang antar benda dan berat visual benda. Dengan
tampilan apa pun, satu-satunya cara untuk mencapai keseimbangan adalah dengan
membayangkan garis vertikal di tengah layar. Lihatlah ke kanan garis mental ini dan
catat volume visual barang dagangan Anda. Sekarang lihat ke kiri, keduanya harus
memiliki bobot visual yang sama. Artinya, jarak barang dagangan sama dan jumlah
produk yang ditampilkan kira-kira sama.
- Prinsip Proporsi mengharuskan Anda menilai ruang di sekitar barang dagangan Anda
dibandingkan dengan ukuran keseluruhan tampilan. Rasio item harus sama dengan
keseluruhan tampilan. Cara terbaik untuk memvisualisasikan proporsi adalah dengan
melihat kembali bentuk piramida kita. Saat Anda menumpuk produk di satu sisi, ruang
di sekelilingnya harus sama di sisi lainnya.
- Ketika sebuah produk terisolasi menjadi sorotan tampilan, hal itu memanfaatkan
prinsip Dominasi . Dominasi sering digunakan untuk tampilan jendela. Ini
menunjukkan kepada pembeli bahwa produk unggulan itu penting dan patut mendapat
perhatian mereka. Dominasi sangat baik untuk barang dagangan kelas atas dan
mencolok.
- Sedangkan prinsip Pengulangan lebih cocok untuk barang dagangan kasual.
Pengulangan adalah duplikasi suatu produk di seluruh tampilan. Pada foto di bawah,
kasing dikategorikan berdasarkan jenisnya, dan diulangi ke atas di sekitar platform.
Dengan mengulang barang dagangan dalam tumpukan yang selaras, kesan produk
menjadi lebih kuat dan mengajak pembeli untuk ikut serta dalam kesatuan desain
merek toko Anda.
3. Tampilan pendengaran
Tampilan pendengaran adalah penggunaan suara untuk mengkomunikasikan
informasi dari komputer ke pengguna. Forum utama untuk mengeksplorasi teknik ini
adalah Komunitas Internasional untuk Auditory Display (ICAD), yang didirikan oleh
Gregory Kramer pada tahun 1992 sebagai forum penelitian di bidang tersebut.
Jenis-jenis tampilan pendengaran:
- Audifikasi : Teknik mendengarkan rangkaian waktu besar dengan memetakan nilai
secara langsung ke tingkat tekanan suara
- Sonifikasi : Penggunaan audio non-ucapan untuk menyampaikan informasi atau
persepsi data
- Ikon telinga / pendengaran: Suara singkat dan khas yang digunakan untuk mewakili
peristiwa tertentu atau menyampaikan informasi lainnya
- Pesan suara : Penggunaan otomatis sintesis ucapan atau rekaman sampel ucapan untuk
menyampaikan pernyataan yang tepat
4. Desain kontrol
Desain kontrol menunjuk pada penerapan metodologi formal untuk melakukan
aktivitas pengembangan produk . Seringkali praktik tersebut diwajibkan (berdasarkan
peraturan) untuk menerapkan praktik tersebut ketika merancang dan mengembangkan
produk dalam industri yang diatur.Ada empat faktor utama yang harus dipertimbangkan
dalam desain kontrol. Faktor-faktor tersebut adalah:
A. Rasio Tampilan Kontrol (Rasio C/D)
Rasio CD didefinisikan sebagai rasio antara pergerakan perangkat kontrol dan
elemen tampilan yang bergerak yang menunjukkan atau mewakili pergerakan
kontrol. Jelaslah bahwa hubungan ini akan sangat penting bagi operator yang
menjalankan pengendalian.
B. Hubungan Arah dalam Kontrol dan Tampilan
Harus ada hubungan yang benar antara arah gerakan kontrol dan elemen
tampilan yang bergerak. Jika kontrol bergerak searah jarum jam, penunjuk juga harus
bergerak searah jarum jam. Gerakan sebaliknya dapat membingungkan
operator.Hubungan kontrol dan tampilan gerakan yang tepat mengurangi waktu
reaksi, memudahkan dalam mengambil keputusan dengan cepat, mempercepat
gerakan, menghilangkan kesalahan pembalikan dan membantu dalam mengurangi
waktu belajar, hal ini penting ketika suatu pekerjaan rumit dan urutan gerakan
kontrol tidak teratur
C. Resistensi Kontrol
Kekuatan yang diberikan oleh kontrol terhadap gerakan yang diinginkan
dikenal sebagai resistensi kontrol; itu ditawarkan oleh kontrol dan menjaga hubungan
dengan resistensi yang ditawarkan oleh perangkat yang diaktifkan oleh
control.Resistansi ini mempunyai dampak berikut terhadap kinerja operasional
pengendalian:
1) Hal ini mempengaruhi kelancaran operasi pengendalian.
2) Akurasi dan kecepatan gerakan kendali terpengaruh.
3) Resistansi kendali yang sangat kecil dapat menciptakan/menimbulkan aktivasi
yang tidak disengaja berdasarkan situasi beban yang tidak disengaja seperti
gravitasi dan guncangan, dll.
D. Pengkodean Operasional Kontrol
Pengkodean berarti teknik penyampaian informasi dengan cepat mungkin
melalui warna, angka atau huruf, dll. Kontrol perlu diberi kode untuk
mengidentifikasinya sehingga dapat mengurangi waktu operasional secara
keseluruhan. Metode pengkodean kontrol yang efektif adalah dengan
mengatur/mengontrol ukuran, bentuk, metode pengoperasian, warna posisi dan label.
5. Mengkombinasikan tampilan dan kontrol
Mekanisme dari display control kurang lebih sebagai berikut:
- Display mencatat & memberikan info.
- Operator menyerap info secara visual lalu menginterpretasikan info tersebut.
- Operator membuat keputusan dan mengkomunikasikan keputusan ke mesin dengan
mekanisme kontrol.
- Instrument kontrol memberikan display tentang hasil dari tindakan.
- Sistem kerja mesin memberikan proses kegiatan sesuai yang diprogramkan

2.10 INTERAKSI MANUSIA-MESIN, KESALAHAN MANUSIA, DAN


KESELAMATAN
Human-machine interaction (interaksi manusia-mesin) adalah suatu interaksi (aksi &
respon) yang terjadi antara manusia dan mesin dalam melakukan suatu pekerjaan yang
meliputi perancangan, proses dan implementasi serta koreksi sehingga memudahkan
pekerjaan manusia. Manusia berinteraksi dengan mesin secara langsung maupun melalui
suatu alat penghubung (antarmuka).
1. Kesalahan manusia dan desain peralatan
Menurut Dhillon, human error (kesalahan manusia) didefinisikan sebagai
kegagalan untuk menyelesaikan sebuah tugas atau melakukan tindakan yang tidak
diizinkan yang dapat menimbulkan cedera, kerusakan peralatan atau properti, dan
menghambat proses pekerjaan. Sedangkan menurut George A. Peters, human error
adalah suatu penyimpangan dari suatu performansi standar yang telah ditentukan
sebelumnya, yang mengakibatkan adanya penundaan waktu yang tidak diinginkan,
kesulitan, masalah, insiden, dan kegagalan. Sedangkan equipment design merupakan
kategori terluas dari enam teknologi pendukung, karena pada akhirnya berfungsi
sebagai sarana untuk menerapkan semua teknologi pendukung lainnya.

2. Beban kerja mental dalam interaksi manusia-mesin


Mental workload (beban kerja mental) adalah perbedaan tuntutan kerja mental
dengan kemampuan mental yang dimiliki oleh pekerja. Beban kerja yang timbul dari
aktivitas mental dapat disebabkan oleh keharusan untuk tetap dalam kewaspadaan tinggi
dalam waktu lama. Kebutuhan untuk mengambil keputusan yang melibatkan tanggung
jawab besar.
3. Aspek psikologis dari kesalahan manusia
Ada beberapa aspek psikologi dalam human error,diantaranya adalah:
- Faktor usia. Profesor Hancock berpendapat bahwa hal ini mungkin terjadi karena
pekerja muda sebenarnya lebih sadar bahwa mereka telah melakukan kesalahan dan
lebih bersedia mengakui kesalahan mereka. Bagi generasi tua, jelasnya, presentasi diri
dan rasa hormat di tempat kerja sangatlah penting. Mereka mungkin lebih enggan
untuk mengakui bahwa mereka telah melakukan kesalahan karena mereka tidak ingin
“kehilangan muka”. Oleh karena itu, dunia usaha perlu tidak mempermalukan
pelaporan kesalahan.
- Pekerja lelah. Faktanya, sebagian besar pekerja (93%) mengatakan bahwa mereka
merasa lelah dan stres selama satu minggu kerja. Mungkin yang lebih
mengkhawatirkan adalah 46% pekerja pernah mengalami kelelahan selama berkarir.
- Lebih banyak stres berarti lebih banyak kesalahan. Selain berdampak buruk terhadap
kesejahteraan mental karyawan, tingkat stres dan kelelahan yang lebih tinggi juga
meningkatkan kemungkinan mereka melakukan kesalahan yang berdampak serius
terhadap keamanan siber.
4. Pencegahan kesalahan dalam interaksi manusia-mesin
Kidd (dalam Singelton, 1989) mengemukakan bahwa kesalahan bisa terjadi
karena ketidakmampuan melakukan pemrosesan informasi, yang dapat berupa
kegagalan dalam mengidentifikasi, kegagalan dalam mendeteksi, kegagalan dalam
melakukan sesuatu yang benar. Dhillon (2012) mengemukakan diperlukan hal-hal
sebagai berikut untuk mencegah atau meminimalisir kesalahan yang terjadi, diantaranya
mendesain atau menyusun Prosedur operasi (SOP), analisa kebutuhan training, dibentuk
team atau kelompok kerja, diatur alokasi penggunaan manusia dan mesin, mendesain
panel kontrol untuk kerja, melakukan analisa beban kerja, serta analisa terhadap
kesalahan yang terjadi untuk dijadikan umpan balik
5. Kecelakaan dan keselamatan
Ada beberapa tanda-tanda yang menunjukkan bahwa kecelakaan bisa saja terjadi
dalam bekerja,yaitu:
- Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) tidak sesuai
- Sering terjadi kecelakaan kerja atau yang menyerupai kecelakaan kerja
- Pekerja sering melakukan kesalahan (human error)
- Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau
pinggang
- Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja.
6. Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang.
Untuk mencapai keselamatan dalam bekerja maka pekerja harus dilindungi dari
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Upaya yang dapat dilakukan untuk
meminimalisasir kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja adalah dengan merancang
suatu sistem kerja (job / task) (alat kerja, elemen kerja, prosedur kerja, lingkungan kerja,
bahkan organisasi kerja dan sebagai berikut) yang disesuaikan (fit) dengan kondisi
manusia (man) seperti perilaku, kemampuan, keterbatasan,kapasitas, dan karakteristik
manusia. Posisi kerja terdiri dari posisi duduk, dan posisi berdiri.
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dalam suatu perusahaan diperlukan desain lingkungan kerja yang nyaman
sehinggaakan mendapatkan hasil maksimal untuk itu diperlukan beberapa ilmu untuk
mengatur bagaimana desain yang tepat untuk rancangan tempat kerja. Ergonomi
merupakan pelajaranyang untuk memahami keserasian kerja dalam suatu sistem
(worksystem). Sistem ini terdiridari manusia, mesin dan lingkungan kerja (Bridger,
2003).Pada penerapannya jika pekerjaan menjadi aman bagi pekerja/manusia dan
efisiensikerja meningkat maka tercapai kesejahteraan manusia. Keberhasilan aplikasi ilmu
ergonomidilihat dari adanya perbaikan produktivitas, efisiensi, keselamatan dan
diterimanya sistemdesain yang dihasilkan (mudah, nyaman dan sebagainya) (Pheasant,
1999). Penggunaan pendekatan ergonomi yang dilakukan bersama-sama dengan
pendekatan teknis, ekonomis,sosial, budaya, energi dan lingkungan, bisa dilakukan dengan
memilih teknologi yang benar- benar tepat guna bagi pembanguna. Dengan demikian,
pemikiran dan konsepkonsep yangmendasar perlu dipertimbangkan sejak awal, agar tidak
menjadi masalah yang fatal di masayang akan datang.

3.2 SARAN
Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja
manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk
mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang
terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki
pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang
disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin.
Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja)
dengan tugas-tugas yang manusiawi.
Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang sistematis
dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku
manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.
Daftar Pustaka
jm_pharmacon,+25.+amelia.pdf
Industrial_and_Systems_Engineering_Body_of_Knowledge_2020_Draft.pdf
(PDF) Intervensi Ergonomi untuk Menurunkan Beban Kerja pada Operator Lantai Produksi
Bisnis South Copper Rod (researchgate.net)
Microsoft Word - 27_DIN_Polniwati Salim_OK.docx (binus.ac.id)
ERGONOMI (its.ac.id)
Makalah Ergonomi,Pengertian Ergonomi,Tujuan Ergonomi,Fungsi Ergonomi - Semua
Makalah,Materi,Tugas,Laporan Mahasiswa Teknik Ada Disini
(tugasmahasiswateknik99.blogspot.com)
Introduction to Human Factors and Ergonomics for Engineers | Mark R. L (taylorfrancis.com)
9780429103056_previewpdf.pdf
Ergonomi, Mengenal Pengertian dan Prinsip Ergonomi Kerja (majoo.id)
On the cost-effectiveness of ergonomics (brunel.ac.uk)
(15) Tugas Makalah "Human Factors and Ergonomics from the Earliest Times to the Present" |
Cindy Fatika - Academia.edu
ims-paralel.esaunggul.ac.id
Susanti Lusi, Hilma Raimona Zadry, Berry Yuliandra. Pengantar Ergonomi Industri : Andalas
University Press, 2015
Nataya Charoonsri Rizani, 2021. Manual Material Handling Wickens, D Christoper, Sallie E
Gordon, Yili Liu
Materi cdand

Kuswana, W.S. 2014. Ergonomi dan K3 Kesehatan Keselamatan Kerja. PT Remaja Rosdakarya,
Bandung 3.
MacLeod, D., 1995. The Ergonomics Edge. Van Nostrand reinhold, A Division of International
Thomson Publishing Inc. USA.
https://rsud.nunukankab.go.id/detailpost/posisi-ergonomis-dalam-aktivitas-sehari-hari
https://bahan-ajar.esaunggul.ac.id/kmk355/wp-content/uploads/sites/1039/2019/11/Ergonomi-
Pertemuan-9.pptx
https://www.safetysign.co.id/news/298/7-Poin-Penting-Tentang-Penerangan-di-Tempat-Kerja-
Bagaimana-Penerangan-yang-Baik-Sesuai-Standar
Dampak Cahaya untuk Psikologi Pengguna Ruangan - iDEA (grid.id)

Materi g,h,idanj

https://www.scribd.com/doc/117394900/P5-Ergo-Display-Dan-Control
https://www.iso.org/obp/ui/#iso:std:iso:13407:ed-1:v1:en
https://spc-retail.com/the-basic-principles-for-design-and-visual-displays
https://en.wikipedia.org/wiki/Auditory_display
https://en.wikipedia.org/wiki/Design_controls
https://www.yourarticlelibrary.com/ergonomics/design-of-controls-4-factors-ergonomics/90668
http://dewihardiningtyas.lecture.ub.ac.id/files/2012/07/Ergo-Display-Control.pdf
https://www.hseprime.com/human-error-dan-kecelakaan-kerja-benarkah-mutlak-disebabkan-
oleh-pekerja/
https://www.tessian.com/research/the-psychology-of-human-error/
https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/121-ergonomi-human-error-dan-antisipasinya

Anda mungkin juga menyukai