Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERANCANGAN ULANG RUANG KERJA REKAM MEDIS DENGAN


MEMPERHATIKAN ERGONOMI DAN PENERAPAN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas K3 dengan dosen pengampu Ibu Emi Muniati,
S.ST, M.Kes

Oleh :

Hesti Pratiwi

P1337437115059

RMIK 3 B

PROGRAM STUDI D III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

i
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang karena anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang " perancangan ulang ruang kerja rekam medis dengan
memperhatikan ergonomi dan penerapan K3 " ini. Makalah ini hanya sebatas pengetahuan
penulis.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas K3
dengan judul " Perancangan ulang ruang kerja rekam medis dengan memperhatikan ergonomi
dan penerapan K3 ". Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu khususnya dosen pengampu mata kuliah K3, kami selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk di
masa yang akan datang, banyak kekurangan dalam makalah ini maka penulis juga
memerlukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

Semarang, Oktober 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Alasan Pemilihan Judul............................................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Landasan Teori............................................................................................................................ 3
1. Definisi Ergonomi ................................................................................................................... 3
2. Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi ................................................................... 3
3. Metode-metode Ergonomi ...................................................................................................... 4
4. Penyakit-penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi .................................. 6
5. Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja ............................................................ 8
B. PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 8
1. Permasalahan Ergonomi ......................................................................................................... 8
2. Faktor - faktor Penyebab Masalah .......................................................................................... 8
3. Akibat Permasalahan .............................................................................................................. 8
4. Pemecahan/ Solusi Masalah .................................................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rekam medis merupakan salah satu bagian terpenting di rumah sakit yang
mempunyai peran besar dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rekam medis
mempunyai andil yang besar dalam kelancaran pelayanan kesehatan baik dari sisi
medis maupun non medis. Pekerjaan rekam medis menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam
Medis, seorang yang telah lulus pendidikan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
Pelayanan yang diberikan oleh seorang perekam medis haruslah sesuai dengan
kebutuhan pengguna rekam medis lainnya seperti dokter, perawat maupun dinas
kesehatan. Perlunya ketelitian dan kecermatan yang tinggi bagi seorang perekam
medis dalam melaksanakan tugasnya tersebut. Oleh karena itu beban kerja yang
dimiliki oleh seorang perekam medis cukup tinggi. Beban kerja yang cukup tinggi
dapat mengakibatkan kelelahan kerja dan akan berakibat pula pada gangguan
kesehatan. Untuk meminimalisir dampak buruk tersebut diperlukan upaya-upaya yang
nyata dari pihak sarana pelayanan kesehatan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan lebih memperhatikan faktor lingkungan kerja.
Lingkungan kerja yang baik memperhatikan semua aspek baik dari sisi
psikologis maupun fisik. Sisi psikologis menekankan hubungan yang baik antar
petugas rekam medis sedangkan sisi fisik lebih menekankan aspek keruangan yaitu
berupa lingkungan fisik disekitarnya seperti meja, kursi, dan lemari. Lingkungan kerja
berupa fisik dapat mempengaruhi lingkungan kerja psikologis petugas karena
lingkungan kerja berupa fisik mempunyai pengaruh yang besar dalam kenyamanan
petugas.
Ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam
lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,
efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah,
dan di tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana

1
manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama
yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya.(Nurmianto, 2008). Aspek
ergonomis dalam lingkungan kerja memang kurang diperhatikan padahal aspek
ergonomis sangat mempengaruhi dalam kualitas dan kinerja seorang pekerja. 3 Suatu
ruangan kerja harus memperhatikan aspek ergonomis. Dalam menerapkan aspek
ergonomis, seorang desainer juga harus memperhatikan nilai estetika dan efisien
penggunaan dan peletakan barang di suatu ruangan.
Sehingga perancangan atau desain yang dibuat tidak hanya ergonomis tetapi
juga indah. Selain memperhatikan aspek ergonomi dan estetika, dalam proses
perancangan ruangan juga harus memperhatikan tata letak ruang kerja. Seperti yang
diutarakan oleh Budi (2011), penataan ruang kerja di unit rekam medis dapat
mempengaruhi kegiatan pelayanan yang diberikan, sehingga tata ruang kerja di unit
rekam medis perlu diperhatikan agar pelayanan yang diberikan oleh unit rekam medis
dapat berjalan lancar. Tata ruang kerja di unit rekam medis dapat disesuaikan dengan
alur kerja unit rekam medis. Sebagai gambaran alur kerja rekam medis dapat terlihat
pada alur berkas rekam medis, di bawah ini akan ditampilkan contoh alur berkas
rekam medis di fasilitas pelayanan kesehatan.

B. Alasan Pemilihan Judul


Penulis memilih judul tentang aspek ergonomi karena pada umumnya faktor
ergonomi disebabkan adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerjanya
termasuk peralatan kerja. Judul makalah ini dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja
petugas rekam medis yang mampu memperbaiki pendayagunaan SDM serta
meminimalisir kerusakan alat atau peralatan yang disebabkan oleh kesalahan manusia
(Human Error).
Sedangkan pendekatan khusus ergonomi merupakan aplikasi sistematis dari
segala informasi yang relevan berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia
dalam perencanaan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah bagaimana perancangan ulang kerja rekam medis dengan memperhatikan
ergonomi dan penerapan K3 ?

2
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Definisi Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat
bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan
stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat
kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk fitting
the job to the worker, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu
terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan
lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain
meningkatkan produktivitasnya

2. Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi


Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang
sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis
akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat
menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
a) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja
tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan
kepuasan kerja.
b) Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak
sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem
kebersamaan dalam tempat kerja.
c) Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.

3
Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
a) Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
b) Menurunnya kecelakaan kerja.
c) Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
d) Stress akibat kerja berkurang.
e) Produktivitas membaik.
f) Alur kerja bertambah baik.
g) Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
h) Kepuasan kerja meningkat.

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :


a) Tehnik
b) Fisik
c) Pengalaman psikis
d) Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
e) Anthropometri
f) Sosiologi
g) Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen uptake, pols,
dan aktivitas otot.
h) Desain, dll.

3. Metode-metode Ergonomi
a) Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat
kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan
pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari
yang sederhana sampai kompleks.
b) Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi
fisik pekerja.

4
c) Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan
menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku,
keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter
produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
Aplikasi/penerapan Ergonomik:
a) Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi
berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki.
b) Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur.

c) Tata Letak Tempat Kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.


Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan
daripada kata-kata.

d) Mengangkat beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,


bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera
tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

e) Menjinjing beban

Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:

-Laki-laki dewasa 40 kg

-Wanita dewasa 15-20 kg

-Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg

5
-Wanita (16-18 th) 12-15 kg

f) Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi
- Jarak mengangkat beban dikurangi
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat
tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
g) Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari
pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :

- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung

- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.

Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :

a) Posisi kaki yang benar


b) Punggung kuat dan kekar
c) Posisi lengan dekat dengan tubuh
d) Mengangkat dengan benar
e) Menggunakan berat badan

4. Penyakit-penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi


Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
a) Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
b) Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi
bila ada kelainan.
c) Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan
yang sudah berumur.

6
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan,
dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa
ahli membedakan / membaginya sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat
kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologi
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul
tiba-tiba dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis
mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita psikosomatik. Semangat
yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang
mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi
kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
a) Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus
memadai dan tidak ada gangguan bising.
b) Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat
makan siang.
c) Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
d) Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
e) Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau
memungkinkan.
f) Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat
kerja.
g) Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h) Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
i) Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya; Pekerja remaja,
Wanita hamil dan menyusui, Pekerja yang telah berumur, Pekerja shift, Migrant.
j) Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat
addiktif lainnya perlu diawasi.

7
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada
kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal,
atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada
hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi
akan mempercepat terjadinya kelelahan.

5. Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja


Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya
berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada
juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi
semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.

B. PEMBAHASAN
1. Permasalahan Ergonomi
Penanggulangan permasalahan ergonomi di setiap jenis pekerjaan dapat
dilakukan setelah mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses kerja dan posisi
kerjanya. Di bawah ini akan diuraikan contoh masalah ergonomi yang dapat timbul
akibat ketidaksesuaian antara pekerja dan pekerjaannya.

2. Faktor - faktor Penyebab Masalah


Beberapa faktor - faktor yang menyebabkan terjadi masalah adalah:
a. Banyaknya properti dan perlengkapan kerja yang tidak diperlukan.
b. Banyaknya perangkat kerja yang tidak ergonomis, seperti kursi, meja, rak
c. Kurangnya pengetahuan dan inovasi terhadap perancangan ruang kerja yang
ergonomis.
d. Minimnya dana untuk sarana prasarana.
e. Sempitnya ruang kerja

3. Akibat Permasalahan
Adapun beberapa akibat yang ditimbulkan dari masalah adalah:
a. Ketidaknyamanan dalam bekerja akan terasa.
b. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja akan beisiko tinggi.
c. Menurunnya efisiensi dan daya kerja.
d. Meningkatkan kelelahan dan rasa nyeri dalam bekerja.

8
4. Pemecahan/ Solusi Masalah
Beberapa pemecahan/ solusi masalah adalah:
a. Merancang tempat kerja yang ergonomis dengan mengaplikasi data
anthropometri dan disesuaikan dengan ruang kerja.
b. Merancang ulang perangkat kerja yang ergonomis seperti kursi, meja, rak, pintu,
jendela, dll.
c. Memperluas tempat kerja sesuai dengan kebutuhan.
d. Mengatur pencahayaan yang cukup.

9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
B. KESIMPULAN
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu
dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak.
Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan,
petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas
program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya

C. SARAN
1. Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja
manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping
untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya
kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu
memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah
manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu
bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi.
2. Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang sistematis
dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku
manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://blayed.blogspot.co.id/2012/07/makalah-ergonomi.html
file:///D:/_/kumpulan%20makalah%20dan%20proposal/MAKALAH%20BU%20EMI/diplo
ma-2014-313863-chapter1.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai