Anda di halaman 1dari 46

MANAJEMEN DAN PERENCANAAN DISAIN PRAKTEK DOKTER GIGI

Diajukan guna memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian
Dental Public Health

Oleh
BUNGA RIKA AUDILLA
191007060804048
YUHELMINA KHAMISLI
191007060804071

Dosen Pembimbing : drg. Intan Batura Endo Mahata, MM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BITURRAHMAH
PADANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulisan laporan kasus “Manajement dan Perencanaan
Disain Praktek Dokter Gigi“ untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan kepanitraan klinik modul 8 (Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat
Pencegaha) dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini dengan tulus dan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya khususnya kepada yang
terhormat Ibu drg. Intan Batura Endo Mahata, MM selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bantuan, dan dorongan. Selain itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana
mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita
semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

Padang, Desember 2020

Penulis

2
Daftar Isi

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................5
1.3 Tujuan ...................................................................................................................5
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Pelayanan Kesehatan.............................................................................................6
2.2 Praktek Kedokteran...............................................................................................6
2.3 Praktek Dokter Gigi..............................................................................................11
2.4 Pemilihan Tempat Praktek....................................................................................12
2.5 Sistem Interior.......................................................................................................13
2.6 Konsep Klinik dan Praktek Dokter Gigi...............................................................16
2.7 Metode Analisa Manajemen Perencanaan Praktek...............................................17
2.8 Ergonomi...............................................................................................................25
2.9 Tinjauan Tata Letak Alat.......................................................................................27
2.10 Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ..................................................27
Bab III Pembahasan
3.1 Analisis Situasi......................................................................................................28
3.2 Disain Praktek.......................................................................................................29
3.3 Anggaran Biaya.....................................................................................................33
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpualan..........................................................................................................42

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri dari atas perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan

serta mencapai sasaran yang telah ditentukan dengan manfaatkan sumber daya

manusia dan sumber daya lainnya. Seorang manajer atau pemimpin hendaknya

mampu menjalankan fungsi-fungsi manajemen sebagaimana mestinya agar dapat

dicapai tujuan (Rintoko, 2012).

Manajemen diperlukan dalam perkembangan kedokteran gigi agar dapat didaya

gunakan kemampuan professional hingga mencapai tingkat produktifitas yang

optimal. Manajemen merupakan suatu proses untuk menjalankan fungsi perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Fungsi manajemen dijalankan

untuk mengelola perangkat manajemen yang terdiri atas sumber daya manusia, dana,

material, peralatan, metode dan pasar (Rintoko, 2012).

Peran manajemen bagi kebanyakan dokter gigi adalah sebagai metode untuk

meningkatkan pendapatan. Manajemen pada dasarnya merupakan praktek kelompok

harus dapat menciptakan praktik yang efektif agar timbul suatu komunikasi yang

terbuka dan baik antara personal yang terlibat dalam praktik dan pasien. Dokter gigi

harus bersikap ramah dan peralatan yang optimal agar dapat memberikan pelayanan

yang optimal kepada pasien (Rintoko, 2012).

Dokter gigi dalam menyelenggarakan praktek wajib mengikuti standar pelayanan

medis sebagai pedoman yang mencakup standar prosedur, ketenagaan dan sarana

yang harus dipenuhi dalam menjalankan praktek. Dokter gigi dalam melaksanakan

praktek harus sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta

kebutuhan medis pasien. Praktek swasta dokter gigi bukan hanya sebagai suatu

4
pekerjaan sambilan, oleh karena itu dibutuhkan keseriusan dalam mengelolanya.

Pasar dokter gigi sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi dan tingkat

kebutuhan masyarakat. Dokter gigi harus mengetahui prinsipprinsip dan konsep dari

management praktik dokter gigi untuk diterapkan pada bisnis praktik dokter gigi

( Dewanto, 2014).

Untuk membuat preencanaan praktik dokter gigi pribadi dibutuhkan adanya

analisis praktik. Adanya analisis praktik ini diharapkan dokter gigi mampu

menganalisis factor-faktor dan mengidentifikasi masalah-masalah yang akan

mempengaruhi selama proses manajerial (Hargianti, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan kasus yang didapat, dapat dibuat rumusan masalah sebagi berikut :
1. Apa itu tata ruang praktek dokter gigi?
2. Apa saja tujuan tata ruang?
3. Bagaimana layout desain ruang praktek dokter gigi?
4. Bagaimana ergonomi kesehatan dilakukan?
5. Bagai mana cara menganalisis dengan metode SWOT?
6. Bagaimana penggunaan biaya dan rencana untuk tempat praktek?

1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, dapat dibuat tujuan pembuatan makalah,
sebagi berikut :
1. Mendeskripsikan perencanaan tempat praktek dokter gigi
2. Mendeskripsikan desain ruang tempat praktek dokter gigi
3. Mendeskripsikan layout desain ruang praktek dokter gigi
4. Mendiskripsikan ergonomi kesehatan.
5. Mengetahui cara menganalisis metode SWOT.
6. Mendeskripsikan biaya dan rencana yang diperlukan untuk tempat praktek dokter
gigi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelayanan Kesehatan

Setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,

terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan

kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan

masyarakat merupakan suatu contoh upaya kesehatan gigi dan mulut. Upaya

kesehatan gigi ini dilakukan oleh tenaga kerja kesehatan professional yang dapat

berupa klinik, Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) dan praktek pribadi (Cottone,

2001).

2.3 Praktik Kedokteran


2.3.1 Pengertian Praktik Kedokteran

Menurut Pasal 1 ayat (1) UUPK, “Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan”.

Tempat praktik dokter disebut sebagai sarana pelayanan kesehatan. Sarana pelayanan

kesehatan tersebut diantaranya :

A. Praktik perorangan/praktik mandiri

Praktik perorangan/praktik mandiri adalah praktik swasta yang dilakukan oleh

dokter, baik umum maupun spesialis. Dokter mempunyai tempat praktik yang

diurusnya sendiri, dan biasanya memiliki jam praktik. Adakalanya dokter dibantu oleh

tenaga administrasi yang mengatur pasien, kadang juga dibantu oleh perawat, ada

juga yang benar-benar sendiri dalam memberikan pelayanan, sehingga dokter tersebut

menangani sendiri semua prosedur pelayanan kesehatan yang diberikannya

(Hargianti, 2006).

6
B. Klinik bersama

Klinik bersama adalah tempat dokter umum dan dokter spesialis melakukan

praktik berkelompok dan biasanya dokter di klinik bersama terdiri dari berbagai

dokter yang memiliki keahlian berbeda (spesialisasi). Menurut pasal 3 ayat 6(1)

tentang kode etik kedokteran gigi bahwa “Untuk praktik berkelompok harus diberi

nama tertentu yang diambil dari nama orang yang berjasa dalam bidang kesehatan

yang telah meninggal dunia atau nama lain sesuai fungsinya” (Hargianti, 2006).

C. Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas)

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah tempat pelayanan kesehatan

yang disediakan oleh pemerintah bagi masyarakat. Dokter yang ditempatkan adalah

pegawai negeri sipil atau pegawai tidak tetap Departemen Kesehatan atau Pemerintah

Daerah setempat ( Rachmad, 2014).

D. Balai kesehatan masyarakat (Balkesmas)

Balai kesehatan masyarakat (Balkesmas) adalah tempat pelayanan kesehatan

yang disediakan oleh pihak swasta. Dokter yang bertugas di balkesmas sama halnya

dengan puskesmas ( Rachmad, 2014).

E. Rumah sakit

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

“Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Rumah sakit dapat

dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Berdasarkan jenis pelayanan

yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum (RSU) dan

Rumah Sakit Khusus (RSK) ( Rachmad, 2014).

7
2.3.2 Penyelenggaraan Praktik Kedokteran

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Permenkes No. 2052/MenKes/Per/X/2011 tentang

Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran, “Praktik kedokteran adalah

rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien dalam melaksanakan

upaya kesehatan”. Pada penyelenggaraan praktik kedokteran, dokter yang membuka

praktik kedokteran atau layanan kesehatan harus memenuhi persyaratan yang

ditetapkan pemerintah. Kendatinya dokter telah mempunyai Surat Tanda Registrasi

(STR) atau telah resmi menyandang profesi dokter, dokter gigi, dokter spesialis,

dokter gigi spesialis. Setelah mempunyai STR seorang dokter yang hendak

menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mempunyai Surat Izin Praktik (SIP).

Kewajiban mempunyai SIP tertuang pada Permenkes No. 2052/MenKes/Per/X/20 11

tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran ( Bhekti, 2013).

A. Surat Tanda Registrasi (STR)

Surat Tanda Registrasi (STR) dokter adalah bukti tertulis yang diberikan oleh

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) kepada dokter sesuai ketentuan perundang-

undangan. Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia (Perkonsil)

No. 1/KKI/Per/I/2010 tentang Registrasi Dokter Program Internsip bahwa, “Setiap

dokter yang akan melakukan praktik kedokteran mandiri di Indonesia wajib menjalani

program internsip guna memperoleh tingkat kemahiran untuk berpraktik secara

mandiri. Kegiatan internsip dilakukan terpisah dari program pendidikan dokter yang

dilaksanakan oleh institusi pendidikan kedokteran.” Setiap dokter yang akan

melakukan internsip diwajibkan memenuhi persyaratan sebagaimana yang diatur

dalam persyaratan praktik kedokteran di Indonesia yaitu harus mempunyai Surat

Tanda Registrasi STR yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Menurut

Pasal 4 ayat (5) Perkonsil No. 1/KKI/Per/I/2010, Dokter peserta internsip yang telah

8
memiliki STR diberikan kewenangan untuk melakukan praktik pelayanan primer dan

terbatas di tempat pelaksanaan internsip. Pada Pasal 5 ayat (3) Perkonsil No.

1/KKI/Per/I/2010, “Dengan telah selesainya masa internsip dokter yang bersangkutan

melapor ke Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk selanjutnya mendapatkan STR

untuk praktik mandiri, dengan nomor registrasi yang sama pada waktu menjalankan

kewenangan sebagai dokter internsip”. Selain mempunyai STR, dokter juga

diwajibkan mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) ( Bhekti, 2013).

B. Surat Izin Praktik (SIP)

Setiap dokter yang telah menyelesaikan pendidikan dan ingin menjalankan

praktik kedokteran dipersyaratkan untuk memiliki izin. Izin menjalankan praktik

memiliki dua makna, yaitu :

1. Izin dalam arti pemberian kewenangan secara formil (formeele bevoegdheid).

2. Izin dalam arti pemberian kewenangan secara materiil (materieele bevoegdheid).

Izin diberikan dalam bentuk tertulis, berdasarkan permohonan tertulis yang

diajukan. Lembaga yang berwenang mengeluarkan izin juga didasarkan pada

kemampuan untuk melakukan penilaian administratif dan teknis kedokteran.

Pengeluaran izin dilandaskan pada asas-asas keterbukaan, ketertiban, ketelitian,

keputusan yang baik, persamaan hak, kepercayaan, kepatutan dan keadilan

( Muhammad, 2006).

SIP berlaku untuk masa berlaku 5 tahun bisa diperpanjang, sedangkan SIP untuk

internsip hanya berlaku satu tahun. Apabila masa STR telah habis, SIP tetap dapat

diperpanjang asal dibuktikan dengan tanda terima pengurusan yang dikeluarkan

organisasi profesi dengan masa berlaku maksimal 6 (enam) bulan ( Rachmad, 2014).

Penyelengaraan praktik kedokteran, dokter diwajibkan mempunyai STR dan SIP.

Setelah dokter mempunyai STR dan SIP seorang dokter sudah sah menyelenggarakan

9
praktik layanan kesehatan baik di tempat pemerintah maupun pribadi/mandiri.

Sebelum melakukan praktik, yang wajib dilakukan dokter adalah memasang papan

nama praktik kedokteran sesuai perintah Pasal 26 Permenkes No.

2052/MenKes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

Papan nama harus memuat nama dokter, nomor STR, nomor SIP. Kewajiban

mengenai papan ini juga tercantum dalam UUPK. Selanjutnya bila prosedur tersebut

telah terpenuhi, ia pun berwenang melakukan praktik kedokteran( Muhammad, 2006).

Pelaksanaan Praktik Kedokteran, penanganan yang dilakukan dokter ditempat

praktiknya adalah anamnesis, pemeriksaan fisik (bila perlu dilakukan pemeriksaan

penunjang), diagnosis penyakit, informed consent, terapi dan prognosis. Dokter yang

telah mempunyai surat izin praktik dan menyelenggarakan praktik kedokteran wajib

memasang papan nama praktik kedokteran. Aturan papan nama berdasarkan Kode

Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki) penjelasan pasal 3 yaitu ( Dewanto, 2014).:

Ayat 7 Papan Nama Praktik

 7(1) Papan nama praktik perorangan termasuk neonbox berukuran 40 X 60 cm,

maksimal 60 X 90 cm. Tulisan memuat nama, dan atau sebutan professional yang

sah sesuai dengan SIP , hari dan jam praktik, Nomor Surat Ijin Praktik, Alamat

Praktik dan nomor telepon praktik (bila ada)

 7(2) Dokter gigi yang praktik berkelompok papan nama praktiknya ukurannya

tidak boleh melebihi 250 x 100 cm. Tulisannya memuat nama praktik dokter gigi/

spesialis berkelompok (misalnya Ibnu Sina) , hari dan jam praktik, alamat, nomor

telepon, Surat Ijin Penyelenggaraan dan Jenis pelayanan

 7(3) Selain tulisan tersebut di 7(1) dan 7(2) tidak dibenarkan menambahkan

tulisan lain atau gambar, kecuali yang dibuat oleh PDGI. Dalam hal tertentu,

10
dapat dipasang tanda panah untuk menunjukkan arah tempat praktik, sebanyak-

banyaknya dua papan nama praktik.

 7(4) Papan nama dasar putih, tulisan hitam dan apabila diperlukan, papan nama

tersebut boleh diberi penerangan yang tidak bersifat iklan

 7(5) Papan nama praktek bila dianggap perlu bisa disertai bahasa Inggris.

2.2 Praktek Dokter Gigi


Indonesia merupakan negara hukum sehingga setiap dokter gigi yang akan

melakukan praktek wajib memiliki SIP. Selain itu dokter gigi yang menyelenggarakan

praktek wajib mengikuti standar pelayanan medis dalam menjalankan praktek.

Standar pelayanan ditegaskan dalam undang-undang No 29 tahun 2004 tentang

Praktek Kedokteran yang menyatakan bahwa surat izin praktik adalah bukti tertulis

yang diberikan pemerintah kepada dokter gigi yang akan menjalankan praktik setelah

memenuhi persyaratan, serta dalam UU kesehatan No. 36 tahun 2009 diatur berbagai

hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan praktek. Setiap dokter atau dokter gigi

yang melakukan praktek wajib memiliki Surat Ijin Praktek (SIP) yang dikeluarkan

oleh pejabat kesehatan yang berwenang di tingkat Kabupaten/Kota (Dinas Kesehatan

setempat) (Cottone, 2001).

Dokter gigi dalam menyelenggarakan praktek wajib mengikuti standar pelayanan

medis sebagai pedoman yang mencakup standar prosedur, ketenagaan dan sarana

yang harus dipenuhi dalam menjalankan praktek. Di samping itu dokter gigi dalam

melaksanakan praktek harus sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur

operasional serta kebutuhan medis pasien. Praktek swasta dokter gigi bukan hanya

sebagai suatu pekerjaan sambilan, oleh karena itu dibutuhkan keseriusan dalam

mengelolanya. Pasar dokter gigi sangat dipengaruhi oleh tingkat social ekonomi dan

tingkat kebutuhan masyarakat. Dokter gigi harus mengetahui prinsip-prinsip dan

11
konsep dari management praktik dokter gigi untuk diterapkan pada bisnis praktik

dokter gigi ( Bhekti, 2013)

2.4 Pemilihan Tempat Praktek


Lokasi fasilitas seringkali menetukan kesuksesan suatu jasa, karena lokasi erat

kaitannya dengan pasar potemsial suatu perusahaan. Misalnya rumah sakit umumnya

menempati daerah yang cukup luas dan berlokasi dekat daerah yang padat

penduduknya, karena rumah sakit bertujuan untuk melayani masyarakat umum secara

luas. Sedangkan restoran fast food bisa berlokasi dimana saja, bahkan didaerah yang

jarang penduduknya sekalipun. Disamping itu, lokasi juga berpengaruh terhadap

dimensi-dimensi strategik seperti fleksibiltas, competitive positioning, manajemen

permintaan, dan focus. Pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan yang

cermat terhadap beberapa faktor berikut ( Novak, 2012):

1. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi

umum

2. Veasibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan

3. Lalu Lintas (traffic) dimana ada dua hal yang dipertimbangkan yaitu:

a. Banyaknya orang yang berlalu-lalang bisa memberikan peluang besar

terjadinya impulse buying

b. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan, misalnya

terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran, dan ambulance

4. Tempat parkir yang luas dan aman

5. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha

dikemudian hari

6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan

12
7. Persaingan, yaitu lokasi pesaing

8. Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang tempat reparasi bengkel

kendaraan bermotor berdekatan dengan pemukiman.

2.5 Sistem Interior

a) Pencahayaan

Pencahayaan merupakan salah satu komponen penting dalam perancangan ruang

praktik kedokteran gigi. Secara nasional maupun internasional telah terdapat regulasi

khusus yang menjelaskan tentang standar pencahayaan. Regulasi tersebut

menyebutkan bahwa untuk ruangan umumnya membutuhkan pencahayaan 500 lx dan

untuk area kerja membutuhkan sekitar 1.000 lx yang dapat diperoleh dengan

menggunakan beberapa lampu berbentuk neon yang ditempatkan diatas ruangan.

Untuk pencahayaan yang maksimal berada pada angka 9.000 hingga 21.000 lx

(Khasawneh, 2016). Pencahayaan yang digunakan pada dental unit ditempat diatas

dengan arah mid-sagital dari pasien serta 5° ke arah kepala operator pada posisi pukul

12. Tujuan dari hal tersebut yaitu untuk memperoleh pencahayaan yang tepat dan

bebas bayangan (Sarkar, 2012).Pencahayaan yang terlalu tajam atau sangat terarah

akan menimbulkan bayangan yang terlalu besar. Oleh karena itu dengan pencahayaan

yang tidak terlalu tajam akan menimbulkan bayangan yang halus sehingga objek

dalam rongga mulut yang akan diamati dapat terlihat lebih jelas serta pasien tidak

akan merasa silau.5 Selain itu, juga perlu diperhatikan rasio intensitas antara cahaya

dental unit dan cahaya ruangan yang tidak lebih dari 3-4 (Gupat, 2014).

b) Kebisingan

Faktor akustik (kebisingan) memegang peranan penting di klinik gigi. Sistem akustik

di klinik gigi ini dapat dibagi menjadi dua bagian: pengendalian terhadap bising yang

masuk ke ruang dan sebagai salah satu sarana hiburan. Bising dapat mengganggu

13
konsentrasi dokter gigi juga membuat pasien tidak nyaman sehingga kualitas

pelayanan medis menjadi kurang memuaskan. Pengendalian bising ini terutama vital

di ruang tindakan medis, mengingat beberapa peralatan kedokteran gigi mengeluarkan

bunyi yang cukup keras, sehingga plafon akustik dan dinding yang terbuat dari

gympsum berlapis wool untuk meredam kebisingan akan menjadi pilihan yang baik.

Guna membuat pasien merasa lebih rileks dan terhibur, maka dipasang speaker-

speaker yang akan mengalunkan music-musik misalnya music klasik (Mulyo, 2017)

c) Suhu Ruangan

Suhu pada ruang kerja memiliki pengaruh terhadap proses dan hasil kerja dari tempat

praktik kedokteran gigi. Suhu, ventilasi, serta kelembapan dari ruang kerja harus

selalu terjaga. Jika suhu ruangan dan juga kelembapan terlalu tinggi akan

mengakibatkan keletihan, suhu tubuh meningkat dan juga akan menimbulkan kelainan

pada respirasi dan sirkulasi darah (Khasawneh, 2016). Di sisi lain, jika ruang kerja

memiliki suhu ruang yang terlalu rendah akan menimbulkan penurunan aliran

sirkulasi darah pada daerah eksterimitas (Sarkar, 2012). Suhu ruangan rendah kadang

diperlukan dalam manipulasi bahan dingin atau instrumen namun dapat menyebabkan

suhu jari rendah (Gupat, 2014). Sebenarnya tidak ada standar khusus untuk suhu jari

tangan, namun jari dan tangan direkomendasikan untuk berada pada suhu diatas 25°C

atau 77°F untuk menghindari efek merugikan terhadap kecekatan dan kekuatan

genggaman tangan.7 Secara umum, ruang kerja dalam praktik kedokteran gigi

memiliki kelembapan yang cukup dan suhu yang dingin, sehingga disarankan untuk

menggunakan sarung tangan dan melakukan pemanasan pada tangan sebelum bekerja

(Sarkar, 2014).

14
d) Warna

Tempat praktek disarankan menggunakan warna yang menciptakan kesan ramah dan

menyenangkan. Tujuannya yaitu untuk membuat pola pikir positif dan membuat

pasien merasakan lebih nyaman. Warna hunian diusulkan untuk menciptakan

lingkungan yang nyaman dan tidak mengancam. Untuk pengaturan ruang praktek

dokter gigi penerapan warna biru dapat memberikan kesan tenang, tentram dan

nyaman, sehingga efeknya dapat memperlambat denyut jantung, menurunkan tekanan

darah, dan menghapus stress. Selain itu, warna ini juga memperluas imajinasi dan

melancarkan komunikasi. Namun efek dari pemakaian yang berlebihan dapat

menimbulkan perasaan malas dan terisolasi, sehingga seseorang menjadi terlalu

tenang, motivasi menurun dan menyebabkan depresi. Warna kuning memiliki reputasi

sebagai rona bahagia. Seringkali, kuning dikenal sebagai warna yang inspiratif,

hangat dan menyenangkan, berseri-seri, ceria, dan menarik untuk didekati,

menghasilkan dampak positif pada orang yang melihatnya. Kuning juga merupakan

warna yang menarik perhatian. Sedangkan warna gradasi coklat-krem memiliki sifat

hangat lembut, dan menghibur (Khasawneh,2016).

e) Lantai

Lantai merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan jenis bahan,

yaitu: tingkat ketahanan, prosedur perawatan, kenyamanan pemakaian, keamanan, dan

penampilan. Beberapa material yang dapat dijadikan pilihan adalah keramik, vinyl,

dan kayu. Bahan keramik memiliki daya tahan yang terkuat dibanding pilihan

material lainnya. Keunggulan lainnya dari keramik yaitu mudah dibersihkan (tidak

membekas saat terkena noda), mempunyai cukup banyak pilihan pola estetik, tidak

menyerap air, pemasangan mudah, dan tidak mudah tergores. Namun, keramik juga

memiliki kelemahan yang cukup serius, yaitu licin jika basah (hal ini akan

15
membahayakan keselamatan orang-orang di klinik) dan harganya cukup mahal.

Bahan vinyl juga memiliki keunggulannya sendiri, yaitu: kedap air, tidak berpori dan

tidak bercelah antar sambungannya (sehingga tidak dapat jadi habitat bakteri), tahan

terhadap zat kimia, serta memiliki berbagai macam motif dan warna. Namun, bahan

vinyl tidak tahan gores, butuh perawatan ekstra (harus diaplikasikan cairan pelapis

agar tidak tampak buram, diberi underlayer foam agar tidak keras dan meredam suara

langkah kaki), serta harganya mahal. Kayu merupakan pilihan bagus untuk

menonjolkan kesan alami, namun cukup rumit dalam perawatannya. Pemasangannya

sulit dan harganya pun relatif lebih mahal dibandingkan bahan lainnya. Selain itu,

bahan kayu juga mudah terbakar dan tergores. Bahan kayu terdiri dari tiga jenis,

yaitu: solid, laminated floor, dan HDF (Mulyo, 2017).

Lantai juga berperan dalam estetika ruangan. Warna-warna gelap seperti hitam,

ungu, cokelat tua, dst dapat menimbulkan efek kurang bersih dan terkesan gelap

karena warnawarna itu menyerap cahaya. Warna-warna terang seperti putih, kuning,

hijau muda, dst juga tidak disarankan karena dapat melelahkan mata. Warna yang

dianjurkan adalah krem, peach, turquoise muda, dst (Mulyo, 2017).

Setelah mempertimbangkan berbagai faktor seputar lantai, maka lantai vinyl

dengan warna krem dapat menjadi pilihan baik, karena bersifat antiseptic dengan

warna yang cukup cerah namun tidak melelahkan mata (Mulyo, 2017).

f) Dinding

Dinding sebaiknya dipajang gambar yang berbentuk kartun, boneka ataupun

ilustrasi yang menarik. [8] Penggunaan stiker dinding yang bergambar bunga juga

dirasa sudah sesuai dengan konsep keindahan oleh anak-anak. Karena bunga

merupakan objek sehari-hari yang disukai oleh anak-anak. Dinding juga dapat

menggunakan warna coklat atau krem untuk mendapatkan kesan welcoming. Gypsum

16
didasarkan atas kemampuannya meredam suara. Tersedia berbagai bahan lain sebagai

alternatif, misalnya fiber, acrylic, kalsiboard, dan eternit (Khasawneh, 2016).

2.6 Konsep Klinik dan Praktik Dokter Gigi

Dalam mendirikan sebuah klinik, diperlukan pemahaman yang komperhensif

terhadap sebuah regulasi. Peraturan tentang klinik gigi dapat disandarkan pada

Permenkes no. 9 tahun 2014 tentang klnik dan Permenkes no. 28 tahun 2011. Dalam

pasal 1 ayat 1 Permenkes no. 9 tahun 2014 disebutkan bahwa klinik adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang

menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik. Pada pasal 2 Permenkes no.

9 Tahun 2014 dijelaskan bahwa pada ayat (1) Berdasarkan jenis pelayanan, Klinik

dibagi menjadi ( Anderson, 2008):

a. Klinik pratama

b. Klinik utama.

Dalam ayat (2) dijelaskan bahwa yang dimaksud Klinik pratama sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan

medik dasar baik umum maupun khusus. Dalam ayat (3) Klinik utama sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan Klinik yang menyelenggarakan pelayanan

medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. Pada ayat (4)

dijelaskan bahwa Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengkhususkan

pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan cabang/disiplin ilmu atau sistem

organ. Selanjutnya pada ayat (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Klinik dengan

kekhususan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur oleh Menteri.

Lebih lanjut disebutkan dalam Undang-Undang no. 36 Tahun 2009 pasal 1 ayat 7

yang disebut fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang

17
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah

daerah, dan/atau masyarakat. Sesuai dengan Permenkes no. 46 tahun 2015 yang

disebut klinik pratama adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perseorangan dengan menyediakan pelayanan medik dasar baik

umum maupun khusus. Pada pasal 12 Permenkes no 9 Tahun 2014 disebutkan dalam

ayat (1) bahwa Tenaga medis pada Klinik pratama yang memberikan pelayanan

kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/atau dokter gigi sebagai

pemberi pelayanan. Konsep, dasar hukum dan regulasi terkait pendirian klinik harus

dipahami oleh dokter gigi. Karena ini adalah landasan secara de jure dalam pendirian

klinik gigi atau praktik dokter gigi.

2.7 Metode Analisis Manajemen Perencanaan Praktek

2.7.1 Upaya Untuk Peningkatan dan Pengembangan Klinik

Untuk membuat perencanaan praktik dokter gigi pribadi dibutuhkan adanya

analisis praktik. Adanya analisis praktik ini diharapkan dokter gigi mampu

menganalisis factor-faktor dan mengidentifikasi masalah-masalah yang akan

mempengaruhi selama proses manajerial ( Muhammad, 2006) :

1. Rencana praktek dokter gigi

a. Situasi lokasi tempat praktek

b. Rencana Fisik Bangunan

1) Luas operating room minimal 4x4 m

2) Ergonomisitas tata ruang

3) Luas ruang tunggu, sesuai bentuk alur pasien

4) Pembangunan dikonsultasikan dengan arsitek

c. Persiapan

18
Persiapan untuk mendirikan klinik antara lain:

1. Pembuatan SIP dan STR

2. Persiapan papan nama

3. Persiapan modal

4. Persiapan untuk desain bangunan dan desain ruangan

5. Persiapan alat dan bahan

6. Jumlah SDM yang dibutuhkan:

- 1 dokter gigi sebagai operator

- 1 perawat gigi sebagai asisten operator

- 1 petugas front office yang bertugas untuk pendaftaran pasien dan bagian Keuangan.

- 1 petugas kebersihan dan keamanan

2. Analisa Eksternal dan Internal Praktek Pribadi

Dalam menjalankan bisnis pelayanan kesehatan (praktek perseorangan). Seorang

dokter gigi mempunyai peran ganda. Peran pertama adalah sebagai tenaga

professional yang tuhas dan fungsinya adalah memberikan pelayanan medis

kedokteran gigi secara holistic kepada para pelanggan (pasien) sesuai standar profesi

yang berlaku. Peran kedua adalah sebagai investor atau pemodal usaha yang tugas dan

fungsinya mengupayakan roda bisnis pelayanan dapat terus berjalan sesuai tatanan

manajemen, baik manajemen pelayanan, manajemen keuangan, manajemen logistic

atau bentuk manajemen lainnya ( Sedarmayanti, 1996).

Beberapa masalah yang kerap muncul dalam pembiayaan pelayanan kesehatan di

Indonesia antara lain adalah ( Sedarmayanti, 1996) :

1. Terjadi inflasi biaya kesehatan yang tinggi karena meningkatnya demand

pelayanan kesehatan dibanding supply pelayanan kesehatan, kemajuan teknologi

19
bidang kesehatan termasuk kedokteran gigi serta makin tingginya tuntutan

masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan;

2. tariff pelayanan kesehatan termasuk praktek perseorangan yang tidak rasional

yang disebabkan tidak seimbang dengan peningkatan inflasi serta tidak

didasarkan pada perhitungan riil atau bersifat “cost-based”. Oleh karena itu bisnis

praktek perseorangan harus dikelola berdasarkan kaidah “Ekonomi” yang

artinya :

a) Terdapat keseimbangan antara expenses atau cost (pengeluaran) dengan

revenue (pendapatan).

b) Pengelolaan cost diarahkan untuk tercapainya tingkat efisiensi.

c) Revenue dihasilkan dari utilisasi (kunjungan) dengan tingkat harga tertentu.

d) Penanganan tarif dan kepuasan konsumen sangat penting.

e) Perlu ada indicator biaya sebagai alat manajerial dalam melakukan kendali

biaya.

Langkah yang harus dilakukan, provider (dalam hal ini dokter gigi yang praktek

perseorangan), harus mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu

pelayanan dengan melakukan analisis biaya dan harus bisa menetapkan tarif yang

rasional berdasarkan perhitungan biaya satuan (unit cost). Dengan adanya tarif yang

rasional akan didapatkan revenue bagi pihak provider sesuai rumus berikut

( Andreson, 2008):

Revenue (pendapatan) = Tarif x utilisasi (jumlah kunjungan)

Revenue yang didapatkan pihak provider akan menghasilkan kemampuan untuk

meningkatkan “kesejahteraan” provider seperti: membeli peralatan baru yang sesuai

dengan perembangan teknologi, memperbaiki fasilitas dan sarana pelayanan, membeli

bahan habis pakai yang digunakan dalam pelayanan, membayar gaji SDM pemberi

20
pelayanan (dokter gigi, tenaga chairside, tenaga administrasi, pekarya dan lainnya)

serta mengembangkan produk pelayanan baru. Dengan adanya peningkatan

“kesejahteraan” tersebut pihak provider akan mampu memberikan pelayanan yang

bermutu tinggi dan paripurna (service excellence) sehingga meningkatkan

kepercayaan dan loyalitas customer.

Dengan melakukan strategi pentarifan yang rasional dan tepat akan memberikan

banyak manfaat terlebih bagi provider yang bekerjasam dengan pihak ketiga seperti

perusahaan kerjasama atau dengan pihak asuransi baik dengan system fee for service

maupun kapitasi. Penetapan tariff yang didasarkan pada analisis biaya dan

perhitungan biaya satuan (unit cost) akan memberikan daya tawar dalam menjalin

kerjasama dengan pihak ketiga tersebut sehingga pemebrian pelayanan kepada

customer sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur di bidang kedokteran

gigi untuk mencapai nilai dan mutu yang diaharapkan( Sarkar, 2012).

Provider dapat mengetahui batasan tariff yang masih rasional dengan perhitungan

biaya satuan (unit cost) suatu produk pelayanan sehingga provider tidak mengalami

kerugian karena tariff yang disepakati dengan pihak ketiga lebih rendah dari biaya

satuan suatu produk pelayanan ( Sarkar, 2012).

2.7.2 Analisis SWOT

A. Pengertian Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk

mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang

(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi

bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,

weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang

21
spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan

eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut ( Arafah,

2013).

Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah

berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya

dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan

(strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)

yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah

keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya

bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada,dan

terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu

membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru

( Arafah, 2013).

Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada

Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan

data dari perusahaanperusahaan Fortune 500. Demikian seperti yang SerbaSeru.Com

kutip dari laman Wikipedia Indonesia ( Arafah, 2013).

B.Langkah-Langkah Penerapan Analisis SWOT

Langkah 1: Menyiapkan sesi SWOT

 SWOT kemungkinan akan menghabiskan waktu 50 -60 menit.

 Peserta dibagi dalam kelompok dengan maksimum 6 orang per kelompok

 Dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen

pelayanan yang akan dianalisa

22
 Setiap kelompok membuat sebuah matriksSWOT sesuai dengan contoh.•Siapkan

kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok.

 Tentukan seorang Pencatat. Tugas Pencatat adalah mengisi matriks SWOT

( Bhekti, 2013).

Langkah 2: Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

Dengan menggunakan curah pendapat, tulis pada kartu semua kekuatan di dalam

organisasi (internal). Kekuatan bisa berupa, tenaga trampil, gaji, sarana. Setelah kartu

diisi tempelkan pada kertas flipchart.

 Setelah selesai menyusun kekuatan internal, dengan menggunakan curah

pendapat, daftarkan kelemahan di dalam organisasi (internal) pada kartu lalu

ditempelkan pada flipchart ( Bhekti, 2013).

Langkah 3: Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman

 Dengan menggunakan curah pendapat, daftarkan semua kesempatan di luar

organisasi (kesempatan ekstern) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

pelayanan atau atasi sebuah masalah. Ini bisa berupa latihan, tenaga baru,

peraturan baru dan seterusnya.

 Dengan menggunakan curah pendapat, buatlah daftar ancaman di luar organisasi

(ancaman ekstern) yang dapat menghalangipemecahan masalah ( Arafah, 2013).

Langkah 4: Melakukan ranking terhadap kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang

 Daftarkan dalam kolom masing-masing: kekuatan, kelemahan, ancaman dan

peluang.

 Buatlah ranking setiap kolom. Yang perlu dipikirkan adalah pentingnya

kesempatan/ancaman dan berapa besar kemungkinan kesempatan/ancaman

tersebut memang akan ada. Begitu juga dengan ancaman dan peluang( Arafah,

2013).

23
Langkah 5: Menganalisis kekuatan dan kelemahan

 Masukan kekuatan dan kelemahan masuk matriks SWOT.

 Kekuatan diisi sesuai rankingyang telah dikerjakan, kekuatan yang paling besar di

atas, yang kurang besar di bawah.

 Setelah kekuatan diisi, disusul dengan kelemahan.•Masukan kesempatan dan

ancaman di dalam kolom.

 Hubungkan kekuatan dan kelemahan dengan kesempatan dan ancaman.

 Kombinasi di mana kekuatan bertemu dengan kesempatan adalah keadaan yang

paling positif. Keadaan ini harus dipelihara dengan baik supaya tetap ada.

 Kombinasi kelemahan dan ancaman adalah keadaan yang paling negatif dan

harus dihindari.

 Setiap kombinasi diperiksa ulang kalau memang merupakan jalan keluar untuk

mengurangi kelemahan atau ancaman ( Bhekti, 2013).

2.7.3 Cost Benefit Analysis (CBA)

Metode evaluasi manjemen yang banyak digunakan adalah Cost Benefit Analysis

atau Benefit-Cost Analysis. Metode ini juga dapat dipergunakan untuk perencanaan

pengembangan sebuah proyek sehingga dianggap layak untuk dilanjutkan dan

dikembangkan. Tujuan Cost Benefit Analysis adalah memberikan sebuah evaluasi

yang konsisten terhadap sebuah keputusan dan berbagai konsekuensi yang timbul dari

pengambilan keputusan ini (Stern, Nicholas and Dreze, Jean: 910-911). Lebih lanjut

disebutkan bahwaCost-Benefit Analysis(CBA) adalah alat analisis untuk menilai

keuntungan atau kerugian dari sebuah investasi dari segi ekonomi ( Nusanti, 2000).

A. Konsep Dasar CBA

24
Keputusan menilai biaya dan manfaat untuk menilai perubahan kesejahteraan dalam

kerangka analisis dari CBA mengacu pada konsep dasarsebagai berikut ( Nusanti,

2000) :

1. Opportunity cost

Dalam memutuskan sebuah investasi tentunya akan muncul biaya sebagai bagian

awal pengembangan sebuah proyek. Dengan analisis ini diharapkan muncul

sebuah analisis alternatif perhitungan biaya yang terbaik diantara berbagai

kemungkinan alternatif investasi yang lain.

2. Perspektif jangka panjang

Dalam analisis ini dapat diperhitungkan kemungkinan perjalanan sebuah proyek

dalam jangka minimal 10 tahun sampai maksimal 30 tahun. Sehingga harus

menetapkan perkiraan pandangan waktu yang tepat, berbagai harapan adanya

keuntungan yang didapat dari investasi di masa yang akan datang, mengadopsi

berbagai potongan biaya yang mungkin terjadi, atau biaya yang mungki terjadi di

masa yang akan datang.

3. Penghitungan kinerja Ekonomi

Penggunaan CBA yang telah ditetapkan dalam proyek, ditujukan untuk

memberikan nilai moneter untuk semua sisi positif (manfaat) dan sisi negatif

(biaya) dari sebuah proyek. Nilai-nilai ini dihitung untuk kemudian untuk

mendapatkan keuntungan total bersih total bersih. Proyek kinerja secara

keseluruhan diukur dengan indikator, yaitu Economy Net Present Value (ENPV),

dan Tingkat Economy of Return(ERR), yang memungkinkan perbandingan dan

peringkat untuk proyek atau alternatif keunggulannya

4. Pendekatan Mikro ekonomi

25
Pendekatan ini memungkinkan penilaian dampak proyek terhadap masyarakat

secara keseluruhan melalui perhitungan indikator kinerja ekonomi, sehingga

diharapkan dapat membawa kesejahteraan.

5. Incremental approach

Konsep CBA memungkinkan membandinkan berbagai proyek dalam waktu

tertentu atau membandingkan sebuah kelayakan sebuah proyek .

2.8 Ergonomi

2.8.1 Definisi

Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani yaitu kata ergos berarti kerja,

sedangkan nomos berarti hokum atau aturan. Ergonomi adalah ilmu yang

mempelajari kemampuan dan karakteristik manusia yang mempengaruhi

rancangan peralatan, system kerja dan pekerjaan yang bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi K3 dan kesejahteraan pekerjaan. Ergonomi adalah

ilmu yang multidisplin yaitu perpaduan antara ilmu Kesehatan dan ilmu

Teknik. Dalam ilmu kesehatan dipelajari antara lain anatomi tubuh manusia,

biologi, fisiologi, antropologi kesehatan dan psikologi. Sementara dalam ilmu

teknik antara lain dipelajari ilmu teknik mesin, industry, disain, dan mekanika.

Displin ilmu kesehatan/kedokteran memberikan Batasan dan penjelasan

tentang kemampuan dan keterbatasan manusia. Dan disiplin ilmu teknik

merancang tugas/pekerjaan, tempat kerja dan system kerja ( Sarkar, 2012).

2.8.2 Faktor Risiko Ergonomi

Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko ergonomi antara lain (Kroemer,

2004) :

26
1. Gerakan Repetitif

2. Penggunaan kekuatan

3. Stress mekanik

4. Sikap tubuh statis

5. Awkward position

6. Vibrasi

7. Suhu ekstrem ( Dingin atau panas)

8. Stress

2.8.3 Sikap Tubuh Yang Baik

Dalam melakukan pekerjaan dan aktifitas, perlu diperhatikan sikap tubuh yang

baik, yaitu ( Sarkar, 2012) :

1. Tidak membungkuk

2. Tidak jongkok

3. Tidak memutar tubuh

4. Tinggi tempat kerja antara tinggi pusat dan tinggi siku

5. Tidak meraih objek/alat kerja melebihi tinggi bahu

6. Letak objek pada lapang pandang ( 30 derajat dari masing-masing

mata- 60 derajat)

2.9 Tinjauan Tata Letak Alat

Pembuatan desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi harus

berdasarkan pada konsep Four Handed Denstistry dan ergonomis. Dalam konsep

Four Handed Denstistry dikenal Clock Concept yang membagi zona kerja

menjadi Static Zone, Assisten’s Zone, Transfer Zone dan Operator’s Zone, zona-

27
zona ini menjadi pedoman dalam penempatan alat kedokteran gigi (Nusanti, 2000)

Konsep Four Handed Dentistry, konsep pembagian zona kerja disekitar

Dental Unit yang disebut Clock Concept, bila kepala pasien sebagai pusat dan jam

12 terletak lurus dengan kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut

dengan zona static (static zone), Jam 2 sampai jam 4 ialah daerah kerja dari

asisten dokter (assisten’s zone), arah jam 4 sampai jam 8 disebut zona pertukaran

alat (transfer zone), dan kemudian jam 8 sampai dengan jam 11 disebut dengan

operator zone yaitu sebagai tempat pergerakan dokter gigi (Nusanti, 2000).

Clock Concept ( Nusanti, 2000)

2.10 Strategi Pencegahan Dan Pengedalian Infeksi Coronavirus Diseases

Berkaitan Dengan Pelayanan Kesehatan

Strategi-strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penularan ditempat pelayanan

kesehatan meliputi ( Kemenkes, 2020) :

1. Menjalankan Langkah-langkah pencegahan standar untuk semua pasien

28
Kewaspadaan standar harus selalu diterapkan di semua fasilitas pelayanan

kesehatan dalam memberikan pelyanan kesehatan yang aman bagi semua

pasien dan mengurangi resiko infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan standar

meliputi :

a. Kebersihan tangan dan pernafasan

Petugas kesehatan harus menerapkan “5 momen kebersihan tangan”

yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur

kebersihan, setelah berisiko terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan

dengan pasien, dan setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien,

termasuk permukaan atau barang-barang yang tercemar. Kebersihan

tangan mencakup :

 Mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan

antiseptic berbasis alkohol

 Cuci tangan dengan sabun dan air ketika tangan terlihat kotor

 Kebersihan tangan juga diperlukan Ketika menggunakan dan

terutama Ketika melepas APD

b. Penggunaan APD sesuai resiko

Penggunaan secara rasional dan konsisten APD, kebersihan tangan

akan membantu mengurangi penyebaran infeksi. Pada perawatan rutin

pasien, penggunaan APD harus berpedoman pada penilaian resiko atau

antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit yang

terluka. COVID-19 merupakan penyakit pernafasan berbeda dengan

penyakit virus ebola yang ditularkan melalui cairan tubuh. Perbedaan

ini bisa menjadi pertimbangan saat memilih penggunaan gown atau

coverall.

29
c. Pencegahan luka akibat benda tajam dan jarum suntik

d. Pengelolaan limbah yang aman

Pengelolaan limbah medis sesuai dengan prosedur rutin

e. Pembersihan lingkungan dan sterilisasi linen serta peralatan perawat

pasien

Membersihkan permukaan-permukaan lingkungan dengan air dan

deterjen serta memakai disinfektan yang biasa digunakan seperti

hipoklorit 0,5% atau etanol 70% merupakan prosedur yang efektif dan

memadai.

2. Menerapkan Langkah-langkah pencegahan tambahan empiris atau kasus

pasien dalam pengawasan dan konfirmasi COVID-19

Kewaspadaan airborne pada prosedur yang menimbulkan aerosol suatu

prosedur atau Tindakan yang menimbulkan aerosol didefinisikan sebagai

Tindakan medis yang dapat menghasilkan aerosol dalam berbagai ukuran,

termasuk partikel kecil (<5 mkm). Tindakan kewaspadaan saat melakukan

prosedur medis yang menimbulkan aerosol ( Kemenkes, 2020) :

 Memakai respirator pertikular seperti N95 sertifikasi NIOSH, EU FFP2

atau setara. Ketika mengenakan respirator pertikular disposabel, periksa

selalu kerapatan (fit tes)

 Memakai pelindung mata yaitu kacamata atau pelindung wajah

 Memakai gaun lengan Panjang dan sarung tangan bersih, tidak steril

( beberapa prosedur ini membutuhkan sarung tangan steril)

 Memakai celemek kedap air untuk beberapa prosedur dengan volume

cairan yang tinggi diperkirakan mungkin dapat menembus gaun.

30
 Melakukan prosedur di ruangan berventilasi cukup yaitu di sarana-sarana

yang dilengkapi ventilasi mekanik, minimal terjadi 6 sampai 12 kali

pertukaran udara setiap jam dan setidaknya 160 liter/detik/ pasien di

sarana-sarana dengan ventilasi alamiah

 Membatasi jumlah orang yang berbeda di ruangan pasien sesuai jumlah

minimum yang diperlukan untuk memberi dukungan perawatan pasien.

31
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisis Situasi

1. Nama tempat praktek : Happy tooth dental care

2. Alasan pendirian praktek :

Membangun klinik pribadi dengan alasan pendirian :

- Seluruh Biaya dapat ditanggung ber dua

- Dapat memiliki penghasilan masing-masing

- Tempat strategis, merupakan kota yang baru berkembang

- Tidak banyak dokter gigi di daerah tersebut

- Promosi dapat dilakukan dengan mudah karena salah satu dokter gigi berasal

dari daerah tersebut

-Akses lokasi mudah ditemui

3. Lokasi : Karang Baru, Kec. Kejuruan Muda, Kab. Aceh Tamiang, Provinsi Aceh.

4. Jumlah Penduduk :

 Jumlah penduduk pada tahun 2013 ± sebanyak 260 penduduk

32
 Jumlah penduduk pada tahun 2014 ± sebanyak 265 penduduk

 Jumlah penduduk pada tahun 2015 ± sebanyak 270 penduduk

 Jumlah penduduk pada tahun 2016 ± sebanyak 280 penduduk

 Jumlah penduduk pada tahun 2017 ± sebanyak 290 penduduk

5. Jumlah Dokter gigi :

Total seluruh dokter gigi di provinsi Aceh : 491, sedangkan di daerah aceh

tamiang dokter gigi berjumlah 19 orang (Badan PPSDM Kesehatan Informasi

SDM Kesehatan, 2016)

3.2 Disain Praktek

3.2.1 Standard Minimal

1. Ruang pendaftaran

Luas ruangan pendaftaran harus sesuai dengan jumlah petugas juga

dengan perhitungan 3-5 m per petugas

2. Ruangan administrasi rekam medis

Luas ruangan harus sesuai dengan jumlah petugas juga dengan

perhitungan 3-5 m per petugas.

3. Ruangan tunggu pasien dan keluarga

Dengan luas ruangan 1,0-1,5 m2 per pengunjung, jadi luas ruangan tunggu

mengikuti estimasi kunjungan perkegiatan dokter gigi dengan luas 9-24

m2

4. Ruangan Teknisi

5. Ruangan farmasi

Untuk menyimpan obat-obatan emergency dan obat-obatan yang kategori

lasa

6. Ruangan untuk sterilisasi instrument dan Tindakan

33
7. Kamar mandi buat pasien laki laki dan perempuan dengan ukuran

minimal 2 X 2 m2

8. Mushola

Luas mushola kurang lebih 3 X 2 m.

9. Gudang umum

Luas Gedung minimal 2 X 2 m

10. Parkiran kendaraan roda 2 dan 4 untuk pasien, petugas, dan keluarga

pasien. Jadi luas tanah untuk keseluruhan kurang lebih 70 m 2 persegi

bujur sangkar

11. Terdapat sumber air bersih, listrik dan sanitasi baik.

3.2.2 Gambar Desain Praktik

Gambar 1: Bentuk praktek dari depan

34
Gambar 2: Bentuk Praktek dari samping

Ruang
Teknisi

Ruang
Sterilisasi
Alat

Gambar 3: Disain Praktek dokter gigi

35
Gambar 4 : Ruang Tunggu

36
Gambar 5: Ruang Praktek Dokter Gigi

3.3 Analisis SWOT


Analisis SWOT terhadap pelayanan pasien pada praktek kedokteran gigi adalah
sebagai berikut :
Membantu Menghambat
Dalam mencapai tujuan Dalam mencapai tujuan
Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)

37
1. Memiliki halam yang luas dan 1. Keterbatasan perawatan karena
aman untuk parkir kendaraan dokter gigi baru menyelesaikan
2. harga pengobatan dan perawatan study
dapat dijangkau oleh masyarakat 2. Keterbatasan alat dan bahan
sekitar karena modal terbatas
3. Pelayanan yang optimal di 3. Merupakan tempat praktek baru
berikan pada masyarakat dan baru di ketahui masyarakat
4. Memiliki ruang tunggu yang sekitar
nyaman bagi pasien 4. Menambah skill pengetahunan
dokter gigi dengan mengikuti
seminar
Opportunities (Peluang) Threats (Ancaman)
1. Lokasi merukapakn daerah yang 1. Merupakan daerah yang
baru berkembang memiliki tingkat kesadaran
2. Tidak banyak pesaing rendah untuk kesehatan gigi
3. Parkiran luas dan strategis dan mulut
4. Merupakan kota lintas yang 2. Mengadakan promosi kesehatan
selalu di lewati masyarakat pada masyarakan dan di bantu
5. Tempat tertera dalam googel dengan memajang iklan di
maps dan mudah untuk di pinggir jalan
jangkau

3.3 Anggaran Biaya

Perkiraan jumlah pasien yang melakukan perawatan pada praktek sebagai

berikut:

 1 Hari : 5 pasien

 1 Minggu, 6 hari kerja : 5 x 6 = 30 pasien

 1 Bulan : 30 x 4 = 120 pasien

 1 Tahun : 120 x 12 = 1440 pasien

38
 5 Tahun : 1440 x 5 = 7200 pasien

Biaya di happy tooth dental care dikelompokkan menjadi :

1. Biaya Scalling
a. Fixed cost
No Keterangan Tahun Pasien Jumlah Satuan
1 Dental Unit 5 7.200 70.000.000 9.722,22
2 Sewa gedung 5 7.200 200.000.000 27.777,77
3 Meja dan kursi dokter 5 7.200 4.000.000 555,55
4 Emergency lamp 5 7.200 1.000.000 1.378,88
5 Kompresor 5 7.200 2.000.000 277,77
6 Wastafel 5 7.200 1.500.000 208,33
7 Sterilisator 5 7.200 1.500.000 208,33
8 Set diagnostik 5 7.200 1.900.000 263,88
9 Scaller Ultrasonik 5 7.200 4.000.000 555,55
10 Probe 5 7.200 1.000.000 138,88
11 Kuret 5 7.200 4.000.000 555,55
Total 41.636

b. Variabel cost
No Keterangan Jumlah Jumlah (Rp) Satuan per-
Pasien Pasien
1 Sarung tangan 120 240.000 2.000
2 Masker N95 120 708.000 5.900
3 Masker 120 90.000 750.00
4 Kapas 120 11.040 92.00
5 Cotton Roll 120 10.000 83.33
6 Tissue 120 9.000 75.00
7 Saliva ejector 120 48.000 400.00
8 Povidone iodine 120 7.200 60.00
9 Pasta Provilaksis 120 10.600 88.33
10 Baju scrub 120 600.000 5.000
11 Gown 120 1.680.000 14.000
12 Oco Tooth Cleansing 120 1.080.000 9.000
13 Gelas kumur disposible 120 48.000 400.00
14 Sabun cuci 120 8.532 71.11
15 ATK 120 195.840 1.632
16 Limbah medis 120 65.000 541.66
17 Ruber cups dan ruber 120 120.000 1.000
brush
Total 41.093

c. Semi Variabel cost

39
No Keterangan Bulan Jumlah (Rp) Satuan
1 Listrik 1 500.000 4.166
2 Telepon dan Internet 1 450.000 3.750
3 Air 1 65.000 541.66
4 Gaji Petugas Administrasi 1 1.000.000 8.333
5 Gaji Clining Service 1 500.000 4.166
6 Gaji Tekniker 1 500.000 4.166
7 Gaji perawat 1 1.500.000 12.500
Total 37.622

d. Biaya total (total cost )

Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost) dan variabel

(variable cost) atau (total cost = fixed cost + variable cost).

Biaya Scalling

Total Unit cost = fixed cost + variable cost + semi variable cost

41.636 + 41.093 + 37.622

= 120.351

Total = UC (40%) + jasa medis (35%) + keuntungan (15%) + tarif (10%)

= 48.140 + 105.307 + 45.131 + 30.087

= 228. 665

2. Biaya Penambalan
a. Biaya tetap (Fixed Cost)
No Keterangan Tahun Pasien Jumlah Satuan
1 Dental Unit 5 7.200 70.000.000 9.722,22
2 Sewa gedung 5 7.200 200.000.000 27.777,77
3 Meja dan kursi dokter 5 7.200 4.000.000 555,55
4 Emergency lamp 5 7.200 1.000.000 1.378,88
5 Kompresor 5 7.200 2.000.000 277,77
6 Wastafel 5 7.200 1.500.000 208,33
7 Sterilisator 5 7.200 1.500.000 208,33
8 Set diagnostik 5 7.200 1.900.000 263,88
9 Handpiec 5 7.200 2.000.000 277,77
10 Plastis filling instrument 5 7.200 1.000.000 138,88
13 Light cured 1 1.440 500.000 347,22
Total 41.150

b. Biaya variable (variable cost )


No Keterangan Jumlah Jumlah (Rp) Satuan Perpasien

40
Pasien
1 Sarung tangan 120 240.000 2.000
2 Masker 120 90.000 750.00
3 Kapas 120 11.040 92.00
4 Cotton Roll 120 10.000 83.33
5 Tissue 120 9.000 75.00
6 Mikrobrush 120 32.400 270.00
7 Bonding 120 1.200.000 10.000
8 Resin komposit 120 560.000 4.666
9 Selluloid strip 120 318.000 2.650
10 Gelas kumur disposible 120 48.000 400.00
11 Sabun cuci 120 8.532 71.11
12 Masker N95 120 708.000 5.900
13 Baju scrub 120 600.000 5.000
14 Gown 120 1.680.000 14.000
15 Matriks holder 120 204.000 1.700
16 Set bur 120 706.000 5.883
17 ATK 120 195.840 1.632
18 Limbah Medis 120 65.000 541.66
Total 48.405

c. Biaya semi variable (semi variable cost)

No Keterangan Bulan Jumlah (Rp) Satuan


1 Listrik 1 500.000 4.166
2 Telepon dan Internet 1 450.000 3.750
3 Air 1 65.000 41.66
4 Gaji Petugas Administrasi 1 1.000.000 8.333
5 Gaji Clining Service 1 500.000 4.166
6 Gaji Tekniker 1 500.000 4.166
7 Gaji perawat 1 1.500.000 12.500
Total 37.622
d. Biaya total (total cost )

Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost) dan variabel

(variable cost) atau (total cost = fixed cost + variable cost).

Biaya Penambalan

Total Unit cost = fixed cost + variable cost + semi variable cost

41.150 + 48.405 + 37.622

= 127.177

Total = UC (40%) + jasa medis (35%) + keuntungan (15%) + tarif (10%)

= 50.870 + 111.279 + 47.691 + 31.793

41
= 241.634

3. Biaya Pencabutan
a. Biaya tetap (Fixed Cost)
No Keterangan Tahun Pasien Jumlah Satuan
1 Dental Unit 5 7.200 70.000.000 9.722
2 Sewa gedung 5 7.200 200.000.000 27.777
3 Meja dan kursi dokter 5 7.200 4.000.000 555,55
4 Emergency lamp 5 7.200 1.000.000 1.378
5 Kompresor 5 7.200 2.000.000 277.77
6 Wastafel 5 7.200 1.500.000 208.33
7 Sterilisator 5 7.200 1.500.000 208,33
8 Set diagnostik 5 7.200 1.900.000 263.88
9 Bein 5 7.200 2.000.000 277.77
10 Tang Cabut 5 7.200 5.000.000 694.44
Total 41.154

b. Variabel cost
No Keterangan Jumlah Jumlah (Rp) Satuan per-
Pasien Pasien
1 Sarung tangan 120 240.000 2.000
2 Masker N95 120 708.000 5.900
3 Masker 120 90.000 750.00
4 Kapas 120 11.040 92.00
5 Cotton Roll 120 10.000 83.33
6 Tissue 120 9.000 75.00
7 Benzalkonium klorida 120 4.200 35.00
2%
8 Povidone iodine 120 7.200 60.00
9 Lautan anastesi 120 384.000 3.200
10 Baju scrub 120 600.000 5.000
11 Gown 120 1.680.000 14.000
12 Spuit 120 117.000 1.700
13 Gelas kumur disposible 120 48.000 400.00
14 Sabun cuci 120 8.532 71.11
15 ATK 120 195.840 1.632
16 Limbah Medis 120 65.000 541.66
Total 35.540

c. Biaya semi variable (semi variable cost)


No Keterangan Bulan Jumlah (Rp) Satuan
1 Listrik 1 500.000 4.166
2 Telepon dan Internet 1 450.000 3.750

42
3 Air 1 65.000 41.66
4 Gaji Petugas Administrasi 1 1.000.000 8.333
5 Gaji Clining Service 1 500.000 4.166
6 Gaji Tekniker 1 500.000 4.166
7 Gaji Perawat 1 1.500.000 12.500
Total 37.622

d. Biaya total (total cost )

Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap (fixed cost) dan variabel

(variable cost) atau (total cost = fixed cost + variable cost).

Biaya Penambalan

Total Unit cost = fixed cost + variable cost + semi variable cost

41.154+ 35.540 + 37.622

= 114.316

Total = UC (40%) + jasa medis (35%) + keuntungan (15%) + tarif (10%)

= 45.726 + 100.026 + 42. 868 + 28.579

= 217.199

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan

43
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan masyarakat merupakan suatu contoh upaya kesehatan gigi dan mulut.
Praktek dokter gigi menurut standar pelayanan ditegaskan dalam undang-undang
No 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran yang menyatakan bahwa surat izin
praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter gigi yang akan
menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan, serta dalam UU kesehatan No. 36
tahun 2009 diatur berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan praktek.
Setiap dokter atau dokter gigi yang melakukan praktek wajib memiliki Surat Ijin
Praktek (SIP) yang dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di tingkat
Kabupaten/Kota (Dinas Kesehatan setempat).

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, D., (2008), Palliative Care Unit Design: Patient and Family Preferences,
Design Akdon.2007. Strategic Management For Educational Management
(Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan). Alfabeta:. Bandung.

Arafah, Sismanto. 2013. Permaslahan perusahaan dalam analisis swot, menganalisis


kekuatan, kelemahan, kesempatan daan ancaman. kalianda: Proceedings
Himpunan.

Badan PPSDM Kesehatan Informasi SDM Kesehatan Tahun 2016.

44
Bhekti Suryani. Panduan Yuridis Penyelenggaraan Praktik Kedokteran. Niaga
Swadaya: Jakarta. 2013. Hlm.83

Cottone JA, Terezhalmy, G.T. dan Mounari, J.A. Mengendalikan Penyebaran Infeksi
pada Praktek Dokter Gigi (terj). Cetakan 1. Jakarta: Widya Medika; 2000.
Finkbeiner, B, dan C. Fainkbeiner. 2001. Practice Management for Dental Team.
St Louis : Mosby
Dewanto Iwan. 2014. Penetapan Dokter Gigi Layanan Primer di Indonesia. Majalah
Ked Gi. 21(2)109- 116

Gupta A, Bhat M, Mohammed T, Bansal N, Gupta G. Ergonomics in Dentistry. Int J


Clin Pediatr Dent. 2014;7:28–32.

Hargianti Dini Iswandari, Aspek Hukum Penyelenggaraan Praktik Kedokteran: Suatu


Tinjauan Berdasarkan Undang-Undang No. 9/2004 Tentang Praktik Kedokteran,
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol.9, No.2, Juni, 2006, hlm. 53.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Pencegahan Dan


Pengendalian Coronavirus Disease ( COVID- 19). Jakarta

Khasawneh R, Kornreich R. ERGONOMICS FOR PAIN FREE DENTAL


PRACTICE – A REVIEW. Int J Inf Res Rev. 2016;3(4):781–91.

Kopacz, Jeanne (2004). Color in Three Dimensional Design. McGraw-Hill


Companies, USA Mudie, Peter and Angela Cottam, The Management and
Marketing of Services, Butterworth-Heinemann Ltd, Oxford, 1993

th
Kroemer, K.H.E & Grandjean, E., Fitting the Task to the Human, 5 edition, 2004

Muhammad Mulyohadi Ali, ddk, Kemitraan Dalam Hubungan Dokter-Pasien, Konsil


Kedokteran Indonesia, Jakarta,2006, Hlm.38
Mulyo, Ketut Argo. 2017. " Perancangan Interior Dental Clinic di kota Blitar".
Fakultas Seni Rupa dan Desain. Surakarta.

Novak, C.A., Richardson, B., (2012), Functional Color and Design in Healthcare
Environments, Architectural Record, Continuing Education, McGraw Hill
Peterson S. Clinical Dental Hygiene. Saint Louis: CV. Mosby Company; 1972

Nusanti, D. (2000) “Dental Surgeon Assistant” Oktober 2000. Dental Horison. 2, (7),
31-33

Rachmad Arif R. 2015. Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun


2014 Tentang Klinik pada Penyelenggaraan Poliklinik Kesehatan Desa di
Kabupaten Batang. Soepra Jurnal Hukum Kesehatan vol 1 no1.

Sarkar PA, Shigli A. Ergonomics in General Dental Practice. Department of


Pedodontist and Preventive Dentistry. Modern Dental College and Research
Ceter, Indore. People’s Journal of Scientific Research. Vol 5(1). Jan 2012.

45
Sedarmayanti. 1996. Tata Kerja Dan Produktivitas Kerja, Suatu Tinjauan Dari Aspek
Ergonomi atau Kaitan Antara Manusia dan Lingkungan Kerjanya. Cetakan
Pertama. Bandung: Penerbit Mandar Maju.

Rintoko B. Kebersihan gigi dan mulut mempengaruhi adanya gingivitis pada ibu
hamil. Dalam: Aritonang I, Manurung NL., Nurasniwati S. Hubungan umur
kehamilan ibu dengan keadaan gingivitis di Desa Patumbak I dan II Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. 2012.

46

Anda mungkin juga menyukai