Anda di halaman 1dari 11

CASE SCIENTIFIC SESSION

MODUL 6

(MALOKLUSI )
“Efek Perawatan Ortodonti Cekat Terhadap Komponen Saliva”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik pada Modul 6

Oleh:
MILA SULISTIA AGUSTINI
19-073

Dosen Pembimbing
drg. Kornialia M. Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PA D A N G
2020
MODUL 6
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan Case Scientific Session "Efek Perawatan Ortodonti Cekat


Terhadap Komponen Saliva" guna melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik
pada Modul 6.

Padang, 2020

Disetujuin oleh
dosen pembimbing

(drg. Kornialia M. Biomed)


Efek Perawatan Ortodontik Cekat Terhadap Komponen Saliva

Yumi Lindawati1*, Erliera Sufarnap2, Wihda Munawarah1

Departemen Biologi Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara,


1

Medan, Indonesia 2Departemen Orthodontic, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas


Sumatera Utara, Medan, Indonesia * penulis yang berkorespondesi:
drg.yumi@yahoo.com
Abstrak
Saliva merupakan cairan kompleks rongga mulut yang memiliki peranan
penting dalam menjaga kesehatan rongga mulut. Rangsangan mekanisme
mempengaruhi perubahan karakteristik pada saliva seperti pemakaian piranti
ortodonti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komponen saliva pada
perawatan ortodonti cekat. Penelitian ini merupakan penelitian analitik obervasional
dengan pendekatan cross sectional dengan sampel berupa saliva yang distimulasi
diperoleh 44 subjek (18-25 tahun) yang terdiri dari subjek tanpa piranti ortodonti, dan
subjek dengan piranti ortodonti. Pengambilan sampell dilakukan dengan metode
purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada laju alir saliva, pH, kapasitas
buffer dan kalsium saliva antara subjek dengan piranti ortodonti dan subjek tanpa
piranti ortodonti (p = 0,001). Kesimpulan pada penelitian ini adalah perawatan
ortodonti cekat meningkatkan laju alir saliva, pH kapasitas buffer dan kalsium saliva.

Kata Kunci: Efek, Ortodonti Cekat, Komponen Saliva

Pendahuluan
Saliva adalah cairan kompleks yang dihasilkan dalam rongga mulut oleh beberapa
kelenjar saliva dan terdiri dari air dan bahan-bahan lainnya. 99% kandungan saliva
adalah air dan 1% adalah molekul organik dan anorganik. Berdasarkan fungsinya,
saliva memiliki sifat seperti pelumasan, pembersihan, pencernaan, menetralisir asam
atau basa, perlindungan terhadap demineralisasi dan peranan antimikroba, tempat
penyimpanan ion kalsium dan fosfat yang penting untuk remineralisasi pada awal
pembentukan karies gigi, oleh karena itu, saliva sangat mempengaruhi memiliki
kesehatan rongga mulut seseorang. Fungsi perlindung ini sangat dipengaruhi oleh
perubahan yang berhubungan dengan komposisi, laju alir saliva, pH, kapasitas
buffer, dan susunan ion serta protein saliva.1,2
Perawatan ortodontik dapat menyebabkan perubahan keadaan lingkungan di
rongga mulut, seperti perubahan konsentrasi bakteri, kapasitas buffer saliva, tingkat
aktivitas (pH), dan aliran saliva. Piranti ortodontik cekat adalah piranti ortodontik
yang dicekat pada gigi dan tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien, piranti ini
bertujuan untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, bicara, estetika dan dapat
mengoreksi serta mencegah maloklusi yang lebih parah.3,5
Perawatan ortodonti cekat dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu
teknik Begg, teknik Edgewise, teknik Straight wire dan teknik Bioprogresive 6.
Berbagai macam teknik perawatan ortodonti cekat terus dikembangkan untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan teknik sebelumnya. Pemasangan ortodonti cekat
pada subjek meningkatkan proses stimulasi secara mekanis di dalam rongga mulut
sehingga menyebabkan kapasitas buffer dan pH saliva meningkat seiring dengan
peningkatan kecepatan laju alir saliva.4
Pada penelitian yang dilakukan oleh Carillo dkk., ditemukan bahwa terjadi
kenaikan yang signifikan pada laju alir saliva terstimulasi, pH dan kapasitas buffer
saliva 1 bulan pasca pemakaian piranti ortodonti cekat.3 Namun pada penelitian Peros
dkk., menemukan bahwa laju alir saliva terstimulasi dan pH saliva meningkat secara
signifikan setelah 18 minggu pemakaian piranti ortodonti cekat sementara kapasitas
buffer hampir tidak berubah.7 Penelitian yang dilakukan oleh Bhavsar dkk., tentang
kalsium saliva pada subjek dengan perawatan ortodonti cekat juga menunjukkan
adanya kenaikan yang signifikan pada kalsium saliva.1
Berdasarkan uraian diatas, kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang
komponen saliva pada pengguna piranti ortodonti cekat.

Bahan Dan Metode


Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan
cross sectional yang dilakukan di klinik Program Pascasarjana Ortodontik di Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Penelitian di
Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan
April - September 2018. Populasi pada penelitian ini adalah subyek klinis dari
Program Pascasarjana Ortodontik yang menggunakan piranti ortodontik cekat dan
sebagai kelompok kontrol, terdapat subjek tanpa alat ortodontik.
Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi,total 44 sampel. Kriteria inklusi umum: perempuan dan laki-laki
berusia 15 hingga 25 tahun, dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Kriteria
Kelompok Kontrol: subjek tanpa piranti ortodontik cekat. Kriteria inklusi untuk
kelompok kasus: subjek dengan piranti ortodontik cekat, gigi berjejal sedang
(membutuhkan ruang 4-6mm). Kriteria eksklusi termasuk subjek yang merokok,
pecandu alkohol, mengonsumsi obat-obatan, penderita penyakit sistemik, memakai
protesa, wanita yang sedang menstruasi, hamil, dan menyusui, terdapat gigi karies
dan radix.
Penelitian dilakukan pada pukul 09.00-11.00 WIB, subjek diminta untuk tidak
makan atau minum 1 jam sebelum pengambilan sampel untuk mencegah perubahan
pH saliva. Subjek diminta untuk mengunyah wax paraffin. Metode spitting digunakan
untuk mengumpulkan saliva, saliva dikumpulkan di dalam mulut dengan posisi
kepala subjek menunduk, tidak menggerakkan lidah dan menjaga bibirnya tetap
tertutup, serta tidak melakukan gerakan menelan selama 1 menit. Kemudian subjek
diminta meludahkan saliva yang telah terkumpul dan ditampung ke dalam pot yang
telah diberi label setiap 1 menit. Pengumpulan saliva dilakukan dengan total 5 menit
kemudian laju alir saliva dicatat. Pengukuran pH saliva diukur dengan menggunakan
pH strip yang terdapat pada GC saliva check-buffer dan masukkan strip kedalam
sampel saliva selama 10 detik. Perubahan warna pada strip dibandingkan dengan pH
indicator yang tersedia pada GC saliva check-buffer. Pengukuran buffer saliva
digunakan menggunakan buffer strip yang terdapat pada GC saliva check-
buffer.Teteskan satu tetes saliva pada setiap pad (1 strip terdapat 3 pad). Pemeriksaan
dilakukan segera setelah terjadi perubahan warna kemudian dicatat.
Hitung hasilnya dengan menambahkan point sesuai dengan warna akhir
setiap pad: hijau 4 poin; biru kehijauan 3 poin; biru 2 poin; merah kebiruan 1 poin;
merah 0 poin. Hasil ukur 0-5 adalah sangat rendah, 6-9 adalah rendah, 10-12 adalah
normal. Sampel saliva dibawa ke laboratorium penelitian Fakultas Farmasi USU
untuk dilakukan pengukuran ion kalsium saliva dalam kurun waktu kurang dari satu
jam setelah saliva diambil. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan
pada saliva. Pengukuran ion kalsium saliva dilakukan dengan mengambil sampel
saliva dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml, diencerkan
dengan aqua sampai garis tanda dm dan larutan dihomogenkan. Larutan sampel
kemudian disaring dengan kertas saring whatman 42 ke dalam pot. Kemudian
dilakukan pengukuran ion kalsium saliva dengan metode SSA.
Peralatan yang digunakan dikalibrasi oleh pekerja laboratorium dengan cara:
larutan kalsium dipipet sebanyak 1 ml (1000 μg / ml) dan dimasukkan ke labu takar
100 ml dan kemudian diencerkan dengan aqua dm hingga garis. Larutan tersebut
(10μg / ml) dipipet sebanyak 2; 4; 6; 8; 10 ml, yang masing-masing dimasukkan ke
dalam labu takar berkonsentrasi 1,2, 3,4,5 μg / ml. Larutan tersebut diukur dengan
SSA pada panjang gelombang absorbansi maksimum 422,7 nm dan dibuat kurva
kalibrasi untuk larutan standar kalsium.

HASIL
Penelitian ini dilakukan untuk melihat komponen saliva pada perawatan
ortodontik cekat dibandingkan dengan perawatan non ortodontik. Data diproses dan
dianalisis oleh sistem komputerisasi.

Tabel I. Perbedaan Laju Alir Saliva


Kelompok Laju Alir Saliva (Ml/Menit) P
Min Max Rata-Rata
Tanpa Piranti Ortodonti 0,60 2,00 1,00 0,001*
Dengan Piranti Ortodonti 1,00 4,40 2,00
*Uji Mann-Whitney
Tabel 2. Perbedaan pH Saliva.
Kelompok Laju Alir Saliva (Ml/Menit) P
Min Max Rata-Rata
Tanpa Piranti Ortodonti 6,90 7,60 7,20 0,001*
Dengan Piranti Ortodonti 7,00 7,80 7,70
*Uji Mann-
Whitney

Tabel 3. Perbedaan Kapasitas Buffer Saliva


Kelompok Laju Alir Saliva (Ml/Menit) P
Min Max Rata-Rata
Tanpa Piranti Ortodonti 5,00 12,0 8,50 0,001*
Dengan Piranti Ortodonti 9,00 12,0 12,0
*Uji Mann-Whitney

Tabel 4. Perbedaan Kalsium Saliva


Kelompok Laju Alir Saliva (Ml/Menit) p
Min Max Rata-Rata
Tanpa Piranti Ortodonti 0,00 0,90 0,60 0,001*
Dengan Piranti Ortodonti 0,60 4,30 1,35
*Uji Mann-Whitney

Pembahasan

Pada penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 44 orang yang terdiri dari 22
orang subjek tanpa menggunakan piranti ortodonti dan 22 orang subjek menggunakan
piranti ortodonti cekat. Pengambilan sampel pada subjek menggunakan piranti
ortodonti cekat dilakukan saat setelah kontrol (aktivasi).
Pada tabel 1,2,3, dan 4 menampilkan nilai pengukuran dan perbedaan laju
alir ,pH, kapasitas buffer dan kalsium saliva pada subjek tanpa piranti ortodontik dan
dengan piranti ortodontik cekat. Berdasarkan uji statistik menunjukkan perbedaan
yang signifikan (p<0,05) pada laju alir, pH, kapasitas buffer dan kalsium saliva pada
kedua kelompok penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek dengan
piranti ortodonti cekat memiliki laju alir, pH, kapasitas buffer dan kalsium saliva
yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek tanpa piranti ortodonti. Pemasangan
ortodontik cekat pada subjek maloklusi meningkatkan proses stimulasi secara
mekanis di dalam rongga mulut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Carillo et al, yang menyatakan bahwa penggunaan piranti ortodontik
cekat dapat meningkatkan aliran saliva, pH, dan kapasitas buffer dalam waktu satu
bulan sebagai respons fisiologis tubuh yang menganggap alat ortodontik cekat
sebagai benda asing.4 Pada penelitian Carillo dkk., tentang pengukuran laju alir, pH
dan kapasitas buffer saliva pada enam tahap kontrol (aktivasi) berbeda pasca
pemasangan piranti ortodonti, ditemukan bahwa hasilnya stabil pada keenam tahap
peneltian tersebut.10 Dalam penelitian Sarapur tentang komponen saliva dari
penggunaan piranti ortodontik yang dapat dilepas pada anak-anak dengan kelainan
sistemik dibandingkan dengan sampel kontrol baik dengan piranti ortodontik juga
tanpa piranti ortodontik menunjukkan bahwa pH saliva pada saat penggunaan piranti
ortodontik lepasan berada dalam batas normal.9
Perawatan ortodontik dirancang untuk memindahkan gigi ke lokasi yang
diharapkan. Perubahan yang terjadi pada rongga mulut dianggap sebagai respons
fisiologis terhadap stimulasi mekanis karena tekanan dan gaya gesekan pada gigi
yang disebabkan oleh teknik dalam perawatan ortodonti cekat. Pada subjek dengan
piranti ortodontik cekat, pengambilan sampel dilakukan setelah perawatan kontrol
rutin sehingga terjadi peningkatan laju aliran saliva karena rangsangan rasa sakit
yang disebabkan oleh pengaktivasian alat ortodontik di rongga mulut. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kavaliauskiene et al., 72% dari pasien
melaporkan bahwa mereka mengeluh sakit setelah satu hari instrumen dimasukkan,
tetapi persentase responden menurun secara signifikan selama satu bulan.10
Stimulasi nyeri seperti nyeri ketika penggunaan piranti ortodontik cekat
adalah tekanan yang menyebabkan rasa sakit karena intensitas tekanan yang tinggi,
kontraksi berlebihan karena kawat yang menarik gigi. Saliva yang disebabkan oleh
rangsangan rasa sakit membuat laju aliran saliva meningkat karena respons fisiologis
tubuh.4,10
Stimulasi mekanik menginduksi sistem saraf parasimpetik dan sistem saraf
parasimpatis melepaskan neurotransmitter asetilkolin, yang menyebabkan
vasodilatasi saluran kelenjar ludah dan merangsang kelenjar ludah untuk
menghasilkan sekresi yang banyak tetapi kaya protein. 11 Meningkatnya laju alir
saliva berkontribusi untuk proses pembersihan dalam rongga mulut dan
memodifikasi komposisi saliva sehingga terjadi peningkatan ion bikarbonat, maka
dari itu pH saliva juga ikut meningkat. Meningkatnya laju alir saliva berkontribusi
untuk proses pembersihan dalam rongga mulut dan memodifikasi komposisi saliva
sehingga terjadi peningkatan ion bikarbonat, maka dari itu pH saliva juga ikut
meningkat.8 Peningkatan aliran saliva juga berperan dalam meningkatkan kapasitas
buffer saliva. Lingkungan rongga mulut memiliki kemampuan untuk menyesuaikan
diri terhadap benda asing dengan cara meningkatkan laju aliran saliva, yang
berimplikasi pada peningkatan kapasitas buffer dan pH saliva.4
Dalam penelitian ini kalsium saliva juga meningkat dalam kelompok menggunakan
piranti ortodontik cekat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Bhavsar et al., yang menyatakan bahwa kalsium saliva dipengaruhi oleh
perubahan dalam lingkungan mulut karena adanya alat ortodontik di rongga mulut. 1
Kalsium dalam saliva berperan penting dalam menjaga integritas gigi, keseimbangan
cairan tubuh dan berperan penting dalam mengaktifkan sel kelenjar sekretori dan
berperan penting dalam proses remineralisasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Indriana yang menyimpulkan bahwa peningkatan laju aliran saliva
dapat mempengaruhi jumlah konsentrasi ion kalsium dalam saliva.13
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu sulitnya peneliti
menemukan subjek pria yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di klinik
Program Pascasarjana Ortodontik di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera
Utara. Oleh karena itu para peneliti tidak menggambarkan perbedaan berdasarkan
jenis kelamin. Kekurangan lain dalam penelitian ini adalah bahwa pengambilan
sampel pada subjek dengan ortodontik cekat dilakukan setelah kontrol di klinik
Program Pascasarjana Ortodontik di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera
Utara dan berbagai fase perawatan dalam sampel penelitian.
Pengakuan Penelitian ini dilakukan dengan bantuan dana TALENTA dari Institut
Penelitian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2018. Kami juga berterima kasih
kepada siswa yang terlibat dalam mengambil sampel penelitian dan asisten
laboratorium yang membantu kami memperoleh data penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

1.Bhavsar A, Goje SK, Patel J. Comparative evaluation of salivary parameters before


and during orthodontic treatment. Int J Recent Sci Res 2017; 8(7): 18630-4.
2.Motamayel AF, Goodarzi TM, Hendi SS, Abdol-samadi H, Rafieian N. Evaluation
of salivary flow rate, pH, buffering capacity, calcium and total protein level in
caries free and caries active adolescence. J Dent Oral Hyg 2013; 5(4): 35-9.
3.Suci RA, Saputri D, Sungkar S. Gambaran tingkat pengetahuan mengenai
kebersihan mulut pada siswa Sekolah Menengah Atas yang menggunakan perangkat
ortodonti (survei di SMAN 3). J Caninus Dent 2016; 1(4): 20-5
4.Cobourne MT, Dibiase AT. Handbook of Ortho-dontics. 1 st ed., Philadelphia:
Elvesier., 2010: 1-11,113, 235-41.
5.Lau P.Y, Wang R.W. Risk and complications in orthodontic treatment. Hong Kong
Dent J 2006; 3: 15-22.
6.Aditya G. Akurasi torque brake tmbt slot 0,022 pada beberapa produk ortodonti
(evaluasi scanning electron microscopy). Tesis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi
Program Spesialis Ortodonti UI, 2012: 1-8.
7.Peros K, Mestrovic S, Millosevic SA, Slaj M. Salivary microbial and nonmicrobial
parameters in children with fixed orthodontic appliances. Angle Orthod 2011;
81:901-6.
8.Carrillo EL, Bastida NMM, Pérez LS, Tavira JA. Factor correlated with developing
caries during orthodontic treatment: changes in saliva and behavioral risks. Journal
of Dental Sciences 2012;7: 218-23.
9.Rashkova M. Influence of systemic diseases alpha and removable orthodontic
appliances on the quality of saliva in childhood. JofIMAB 2012; 18 (2): 163-7.
10.Kavaliauskiene A, et al. Pain and discomfort perception among patients
undergoing orthodontic treatment: Result from one month folloW-up study.
Stomatologija, Baltic Dent and Maksilofacial J 2012; 14: 118-25.
11.Kusumayani P, Harijanti K, Hermawan I. Perbedaan flow saliva padawanita
menopause sebelum dan sesudah mengunyahpermen karet yang mengandung
xylitol. Oral Medicine Dent J 2011; 3 (1): 24-29.
12.Godoy FG, Hicks MJ. Maintaining the integrity of the enamel surface The role of
dental biofilm, saliva and preventive agents in enamel deminemaleralization and
reminimaleralization. J Am Dent Assoc 2008; 139 (5): 295, 305.
13.Indriana T. Perbedaanlajualir saliva dan pH karena pengaruh stimulus kimiawi
dan mekanis. J KedoktMeditek 2011; 17 (44): 1-5.

Anda mungkin juga menyukai