Anda di halaman 1dari 17

GIGI

TIRUAN
CEKAT
Ficky Vimbiyanti Ardelia
J3A018005
Comparitive
Evaluation Of
Pontics In Fixed
Partial Dentures:
Original Study
Rajat R. Khajuria1 1Registrar, Department of prosthodontics and
dental materials, Indira Gandhi Govt. Dental college, jammu. Journal
of Applied Dental and Medical Sciences NLM ID: 101671413 ISSN:2454-
2288 Volume 3 Issue1January-March 2017.
PROBLEMS
● Rehabilitasi pasien prostodontik tidak hanya melibatkan rehabilitasi gigi yang hilang
tetapi juga untuk mengembalikan fungsi dan penampilan yang hilang. Prostodonsia
cekat pada dasarnya melibatkan persiapan penyangga yang berdekatan untuk
menyediakan prostesis yang menggantikan gigi yang hilang baik secara fungsional
maupun estetika. Prostesis cekat terdiri dari tiga komponen dasar : Konektor, Retainer,
dan pontik. Retainer menyediakan fungsi dasar retensi prostesis dan menutupi
abutmen. Pontics mengganti gigi yang hilang dan menyambung konektor retainer dan
pontik. Pontik didefinisikan sebagai gigi tiruan pada gigi tiruan sebagian cekat yang
menggantikan gigi asli yang hilang, mengembalikan fungsinya dan biasanya mengisi
ruang yang sebelumnya ditempati oleh mahkota klinis.
PROBLEMS
• Pemilihan pontik terutama bergantung pada estetika dan kebersihan mulut. Di daerah
anterior, di mana estetika menjadi perhatian, pontik harus beradaptasi dengan baik ke
jaringan agar tampak seperti keluar dari gingiva. Sebaliknya, di regio posterior, area premolar
dan molar mandibula, estetika dapat dikompromikan demi desain yang lebih mendukung
kebersihan mulut. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi desain pontik di regio
mandibula posterior. Hipotesis nol menyatakan bahwa desain pontik tidak berpengaruh pada
regio posterior mandibula.

INTERVENTION
Penelitian dilakukan di Perguruan Tinggi Kedokteran Gigi Pemerintah Indira Gandhi, Jammu. 40
pasien dipilih untuk penelitian ini. Persiapan gigi dilakukan untuk semua subjek dengan chamfer
finishing line dan cetakan dibuat dengan polivinil siloksan. Bahan cetakan dituangkan pada die
stone dan pola malam disiapkan menggunakan inlay wax. Ridge lap pontik disiapkan pada 20
subjek dan pontik sanitari disiapkan pada 20 pontik sisanya. Sprue wax dilekatkan pada protesa
dengan model pohon cabang dan pengecoran dilakukan menggunakan alloy. Pengecoran diambil
dan pelapisan atau pemolesan keramik pada prostesis logam dilakukan dengan pertimbangan
khusus untuk jenis pontik yang dibuat. Kriteria inklusi diikuti dan dibagi dalam dua kelompok
berbeda yang terdiri dari 20 subjek di setiap kelompok sesuai dengan jenis pontik yang dipilih.
Semua subjek dengan prostesis disemen dengan semen ionomer Kaca tipe 1 dan semen berlebih
dibersihkan. Semua subjek dipanggil kembali setelah satu bulan dan kuesioner disiapkan dan
diberikan kepada subjek satu bulan setelah sementasi prostesis. Pasien diinformasikan untuk
mengisi kuesioner secara mandiri.
RESULTS
● Semua 40 pasien dipanggil kembali setelah satu bulan untuk pemeriksaan
pasca sementasi. Kuesioner dijawab secara independen oleh semua pasien.
Dari seluruh pasien yang dites, 34 pasien (85%) tidak ada keluhan terkait
prostesis, 2 pasien (5%) mengeluh penumpukan sisa makanan pada
kelompok 2 pasien dan 4 pasien (10%) mengeluh iritasi lidah pada pasien
kelompok 1. Hal tertentu yang menarik adalah keluhan tidak nyaman di sisi
yang bersangkutan.
DISCUSSIONS
● Prostodontik cekat melibatkan penggantian gigi yang hilang dengan pengganti
buatan yang disemen dengan bantuan semen luting. Pontik adalah salah satu
komponen utama yang menyediakan semua fungsi dari gigi yang hilang.
● Untuk pemeliharaan kebersihan mulut 6-8, gingiva embrasure di sekitar pontik harus
cukup besar untuk memungkinkan akses dengan alat bantu kebersihan mulut dan
Kontak dengan jaringan harus minimal.
● Untuk pengurangan gaya oklusal, lebar bukolingual pontik harus dikurangi 30 %
untuk mengurangi tekanan pada prostesis. Untuk pertimbangan estetika, pontik
harus membuat profil kemunculan yang tepat dari mukosa.
● Dua jenis desain pontik dipelajari dalam penelitian ini karena sanitasi adalah desain
pontik paling umum yang dianjurkan oleh buku-buku di mana pontik punggungan
adalah pontik paling umum
DISCUSSIONS
● Terdapat jarak 3-4 mm antara ridge dan batas inferior pontik yang ditemukan
menyebabkan iritasi pada beberapa pasien. 5% pasien mengeluhkan penumpukan
makanan pada pasien ridge lap yang disebabkan oleh jarak yang sangat kecil pada
titik kontak mukosa pontik.
● Shohler, Whiteman melakukan penelitian serupa untuk mengevaluasi berbagai
pontik dan menemukan pontik sanitasi menjadi desain pontik yang ideal di regio
posterior rahang bawah. Binkley, Noble dan Wilson melakukan studi tentang pontik
dan menemukan ovate dan ridge lap sebagai yang terbaik dalam hal estetika dan
sanitasi dan modifikasi sanitasi menjadi yang paling kurang dalam hal estetika.
● Implikasi klinis dari penelitian ini adalah menggunakan pontik saniter ketika
pembersihan menjadi perhatian utama dan ridge lap pontik sebagai pontik pilihan di
mana estetika harus dipertimbangkan.
PROSEDUR
1. Salam
2. Persiapan alat , bahan dan penggunaan APD
3. Pasien diinstruksikan untuk kumur terlebih dahulu
4. Insersikan GTC pada gigi pasien dengan sementasi menggunakan GIC lutting
5. Instruksikan pasien untuk menggigit dan berbicara, dan perhatikan retensi, stabilisasi, traumatic oklusi, kontak proksimal
6. Setelah selesai dan semuanya sudah baik, instruksikan untuk tidak makan dan minum 30 menit sampai 1 jam setelah perawatan
terlebih dahulu, instruksikan untuk menggunakan sisi berlawanan dari yang dilakukan perawatan untuk makan, instruksikan
pasien untuk tidak makan atau menggigit makanan yang keras terlebih dahulu pada daerah yang dilakukan perawatan,
instruksikan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya dengan menyikat gigi minimal 2x sehari setelah sarapan dan sebelum
tidur malam terutama dibagian gigi tiruannya. Instruksikan juga untuk kontrol ke dokter gigi pada 1 hari, 1 minggu dan 1 bulan
setelah perawatan dan kontrol periodic minimal 6 bulan sekali ke dokter gigi.
Statusgingivapadapasien
penggunagigitiruancekatdi
RSGMPSPDGFakultas
KedokteranUniversitasSam
RatulangiManado

Melinda H. Laoh , Krista V. Siagian, Shane H. R.


Ticoalu. Jurnal e-GiGi (eG), Volume 4 Nomor 2, Juli-
Desember 2016

Ficky Vimbiyanti Ardelia


J3A018005
Problems
Kesehatan gigi dan mulut sering kali bukan menjadi prioritas yang utama bagi sebagian orang. Masyarakat
Indonesia yang menderita masalah kesehatan gigi dan mulut umumnya memanfaatkan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut untuk melakukan pencabutan gigi. Salah satu cara untuk mengembalikan fungsi gigi yang
hilang karena pencabutan gigi yaitu dengan pemakaian gigi tiruan. Gigi tiruan cekat (GTC) merupakan
salah satu jenis gigi tiruan yang dapat menjadi alternatif untuk menggantikan fungsi-fungsi gigi yang
hilang. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menunjukkan persentase pengguna gigi
tiruan cekat di provinsi Sulawesi Utara sebesar 7,1%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan gigi tiruan
cekat sudah mulai diminati oleh masyarakat. Selain dirasakan seperti gigi sendiri oleh pasien, keuntungan
pemakaian gigi tiruan cekat yaitu memiliki kekuatan yang baik saat digunakan pada restorasi besar, mampu
untuk membuat gigi terlihat estetik, tidak mudah terlepas atau tertelan serta lebih murah dibandingkan
dengan implant gigi. Pemakaian GTC dapat menimbulkan dampak pada jaringan periodontal, antara lain
menyebabkan timbulnya kelainan jaringan periodontal seperti gingivitis.
INtervention
• Jenis penelitian ini ialah deskriptif dengan desain potong lintang.
• Penelitian dilaksanakan di RSGM PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado pada bulan Juni tahun 2016.
• Populasi penelitian yaitu seluruh pasien pengguna GTC yang dibuat di RSGM
PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado sejak bulan Januari
2014 sampai bulan Desember 2015 sebanyak 34 orang.
• Sampel penelitian yaitu pasien pengguna GTC yang dibuat di RSGM PSPDG
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado sejak bulan Januari 2014
sampai bulan Desember 2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
• Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling dengan besar
sampel sebanyak 31 responden.
• Pengambilan data diperoleh melalui formulir pemeriksaan dari subjek penelitian
untuk melihat status gingiva pada pasien pengguna GTC sebagai data primer dan
data rekam medik pengguna GTC yang diperoleh di RSGM PSPDG Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado sebagai data sekunder
Comparison
03.
01. Distribusi responden
berdasarkan jenis kelamin
Distribusi responden
berdasarkan lama pemakaian
GTC
05. Distribusi status gingiva
berdasarkan jenis kelamin

04.
Distribusi status gingiva

02. Distribusi responden


berdasarkan usia
berdasarkan indeks gingiva
06. Distribusi status gingiva
berdasarkan usia

Distribusi status gingiva


07. berdasarkan lama pemakaian
GTC
outcomes
● Sebagian besar responden pada penelitian ini mengalami peradangan ringan diikuti
pembengkakkan pada area sekitar gigi penyangga dari GTC. Inflamasi gingiva yang
terjadi pada sekeliling GTC terjadi akibat peningkatan retensi plak. Desain gigi tiruan
yang kurang baik dapat meningkatkan penumpukan sisa makanan pada bagian yang
berkontak dengan permukaan gigi asli, yang mengganggu aksi self-cleansing oleh lidah
dan pipi selama proses pengunyahan.
● Gingivitis dapat ditemukan pada pengguna gigi tiruan yang jarang memerhatikan faktor
kebersihan rongga mulut terutama apabila GTC yang digunakan memiliki permukaan
kasar sehingga dapat melukai gusi dan menyebabkan radang.
● Oleh sebab itu, pembuatan GTC harus memerhatikan faktor adaptasi tepi restorasi yang
berhubungan dengan gingiva agar tidak menekan atau mengiritasi gingiva, harus halus,
tidak tajam dan tidak berlebih (overcontoured)
PROSEDUR
1. Salam
2. Persiapan alat dan bahan
3. Memakai APD
4. Pasien diinstruksikan untuk kumur terlebih dahulu
5. Instruksikan pasien untuk menggigit dan berbicara, dan perhatikan retensi, stabilisasi, traumatic oklusi, dan kontak proksimal
6. Kemudian dilakukan pengecekan pada bagian gigi abutment dan jaringan sekitar pontik apakah terdapat tanda inflamasi dan
lesi atau tidak.
7. Setelah selesai dan semuanya sudah baik, instruksikan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya dengan menyikat gigi
minimal 2x sehari setelah sarapan dan sebelum tidur malam terutama dibagian gigi tiruannya. Instruksikan juga untuk kontrol
ke dokter gigi pada pada kunjungan berikutnya setelah perawatan dan kontrol periodic minimal 6 bulan sekali ke dokter gigi.
TERIMAKASIH
WASSALAMUALAIKUM WR WB

Anda mungkin juga menyukai