Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KONSERVASI GIGI
JURNAL READING PERAWATAN SALURAN AKAR
“Outcome of Root Canal Treatment of Necrotic Teeth with Apical
Periodontitis Filled with a Bioceramic-Based Sealer”

Oleh :
Duhan Kanzu Balad 2031111310004
Akhmad Aufayed Ma’rifatullah 2031111310006

DEPARTEMEN KONSERVASI GIGI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN
MEI 2021
PENDAHULUAN

Periodontitis apikal adalah salah satu patologi paling umum dalam

endodontik. Biasanya berhubungan dengan perubahan tulang periradikuler, yang

dapat diidentifikasi dengan radiografi periapikal. Perawatan periodontitis apikal

selalu menjadi tindakan penting dalam praktek endodontik modern. Penelitian

telah menunjukkan tingkat keberhasilan hingga 87%, dengan kegagalan dikaitkan

dengan pengisian saluran akar yang nonhermatika. Kemampuan sealer dan

bioaktivitas merupakan salah satu hal yang berpengaruh untuk meningkatkan

keberhasilan perawatan saluran akar.

Sealer berbahan dasar Bioceramic telah diperkenalkan dalam praktik

endodontik untuk meningkatkan hasil perawatan saluran akar. BioRoot ™ RCS

(Septodont) adalah sealer berbahan dasar kalsiumsilikat, yang telah dipasarkan

sejak 2015. Bahan ini terdiri dari zirkonium oksida, trikalsium silikat, dan polimer

yang larut dalam air. Sealer ini menunjukkan beberapa sifat yang diinginkan

seperti biokompatibilitas, stabilitas kimia, kemampuan alir (flowability),

hidrofilisitas, biomineralisasi, pelepasan ion kalsium, dan pembentukan

hidroksiapatit. Sifat-sifat tersebut merupakan kualitas yang dapat meningkatkan

hermitisitas obturasi saluran akar dan membantu penyembuhan lesi periapikal.

Salah satu langkah penting dalam perawatan saluran akar adalah membuat

susunan/kerangka saluran akar yang tertutup rapat. Kemunculan sealer endodontik

berbasis Bioceramic baru-baru ini memperkenalkan teknik obturasi single-cone.

Faktanya, Chybowski et al menemukan bahwa semen hidrolik (EndoSequence

BC Sealer) yang digunakan dengan teknik single-cone merupakan pilihan untuk


obturasi. Selain itu, BioRoot ™ RCS yang dikombinasikan dengan single-cone

menghasilkan tingkat keberhasilan yang sebanding dibandingkan dengan

kondensasi vertikal panas dengan AH plus.

Penelitian ini dilakukan untuk melaporkan keefektifan Bioroot RCS yang

bertempat di Tunisia. Studi lanjutan (follow up) ini dianggap sebagai studi

percontohan (pilot study) di negara Tunisia. Penelitian ini bertujuan untuk

mengevaluasi kelayakan dalam menjalankan percobaan pada hasil perawatan

saluran akar nonsurgical (NSRCT) menggunakan bioceramic sealer dalam teknik

single-cone pada kasus periodontitis apikal.


PRESENTASI KASUS

1. Pemilihan Kasus dan Prosedur Perawatan

Persetujuan etis penelitian (Ethics Clearance Certificate) diperoleh terlebih

dahulu pada oleh Ketua dan Profesor Nadia Frih dari Komite Etika Penelitian

Manusia (Kedokteran), Universitas Monastir. Penetlitian ini merupakan rangkaian

kasus analitik monosentris. Subjek/pasien penelitian diambil dari kumpulan

pasien yang datang ke departemen Kedokteran Gigi Restoratif dan Endodontik di

Klinik Gigi Monastir, dari Januari 2018 hingga Desember 2019. Subjek/pasien

penelitian mencakup semua pasien dewasa yang mengalami periodontitis apikal

simtomatik atau asimtomatik. Semua pasien dipilih sesuai dengan kriteria yang

ditunjukkan Tabel 1.

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Gigi yang matur Oral Hygiene yang Buruk

Pasien Kooperatif Prognosis Gigi yang Dipertanyakan

Apikal yang Simtomatik atau Pasien dengan Multimorbiditas


Asimtomatik

Periodontitis Pasien Menolak untuk Datang Kembali


untuk Pemeriksaan ulang

Radiolusen Periradikular Pasien yang tidak mau atau mereka yang


tidak bisa dihubungi

Tabel 1. Kriteria Pasien

Diagnosis pasien diperoleh dengan manifestasi klinis, radiografi, dan hasil

dari berbagai tes yang dilakukan dalam pemeriksaan gigi rutin. Peneliti akan

melakukan perawatan saluran akar dalam satu sesi atau dua sesi. Subjek/pasien

akan dibagi menjadi dua kelompok: kelompok pengobatan satu sesi dan kelompok
pengobatan dua sesi. Ukuran lesi akan dinilai dalam uji coba yang dimaksudkan

pada awal dan tindak lanjut.

Semua perawatan dilakukan oleh residen endodontik tahun ketiga

mengikuti tahapan perawatan standar. Peneliti harus mendapat persetujuan tertulis

dan lisan, kemudian melakukan anestesi lokal, dan untuk kenyamanan, peneliti

memasangkan rubber dam pada pasien. Akses Cavitas disiapkan dengan saluran

dibuat dengan menggunakan Protaper Next (Dentsply, Maillefer) hingga file

finishing X2 (25/06). Panjang kerja ditentukan dengan menggunakan Apeks

Locator (Locapex FIVE; Ionix, FR) dan dikonfirmasi dengan menggunakan

radiografi. Peneliti menggunakan larutan irigasi NaOCl 3,25% diikuti dengan

pembilasan akhir dengan 3 ml 17% EDTA (METABIOMED) selama 2 menit saat

instrumentasi saluran akar. Aktivasi manual pasif digunakan untuk membantu

irigasi, dan kemudian, saluran dikeringkan dengan paper poin.

Gigi pasien pada kelompok 1 diisi pada sesi yang sama dengan tahapan:

BioRoot RCS dicampur mengikuti rekomendasi pabrik, dinding saluran dilapisi

dengan BioRoot RCS menggunakan paper point, dan gutta-percha point

dimasukkan ke dalam bahan campuran dan dimasukkan dengan hati-hati hingga

mencapai panjang kerja. Gigi pasien pada kelompok 2, kalsuim hidroksida

ditempatkan ke dalam saluran akar dan akses cavitas ditutup dengan semen Zinc

Okside Eugenol. Pasien kemudian sekali lagi dilakukan debridement saluran akar,

dikeringkan, dan kemudian diisi dengan tahapan yang sama seperti yang

dijelaskan untuk kelompok 1 pada pertemuan kedua. Setelah perawatan selesai,

gigi direstorasi dengan resin komposit (Z350 3M ESPE). Pasien kemudian


dipanggil kembali 3 bulan dan 6 bulan setelah pengobatan sampai lesi periapikal

sembuh total.

2. Kalibarasi

Dua peneliti mengevaluasi semua gambar radiografi secara independen;

setiap peneliti telah menilai 20 radiografi periapikal yang tidak terkait dengan

penelitian. Radiografi periapikal ini dipilih untuk tujuan pelatihan. Kalibarasi atau

tahapan ini bertujuan sebagai latihan normalisasi untuk menggunakan sistem

penilaian Digimizer 4.3 dan PAI. Tahapan ini didapatkan 83% kasus yang

mendapat persetujuan. Kasus dengan tidak sesuai, dikonsultasikan kepada

pemeriksa ketiga, dan evaluasi ulang bersama dilakukan sampai kesepakatan

tercapai.

3. Evaluasi Klinis dan Radiografi.

Pasien dijadwalkan untuk pemeriksaan kembali untuk menilai respon

penyembuhan klinis dan radiografi. Pemeriksaan didokumentasikan dan dicatat

berupa tanda atau gejala klinis. Radiografi periapikal diambil dengan

menggunakan parameter yang sama dan kemudian dievaluasi oleh penguji yang

melalui tahapan kalibrasi. Pengukuran lesi (luas dalam mm2) dilakukan dengan

menggunakan Digimizer 4.3. Kemudian, tingkat keparahan ditentukan oleh sistem

penilaian indeks periapikal (PAI) yang dijelaskan oleh Orstavik dkk.

Skor Deskripsi

1 Struktur periapikal normal.

2 Perubahan kecil pada struktur tulang

3 Perubahan struktur tulang dengan kehilangan mineral.


4 Periodontitis dengan daerah radiolusen berbatas tegas.

5 Periodontitis berat dengan gambaran ekserbasi.

Tabel 2. Deskripsi Skoring Indeks PAI

4. Penilaian Hasil.

Gigi yang dirawat dibagi ke dalam kategori hasil menurut klasifikasi

berikut:

1) Sembuh: gigi berfungsi penuh dan asimtomatik tanpa atau minimal

radiolusensi periradikuler, disertai dengan skor PAI 1 atau 2.

2) Masa Penyembuhan: gigi berfungsi secara fungsional dan normal secara klinis

walaupun terdapat sensitivitas terhadap perkusi, dengan penurunan

radiolusensi periradikuler dan skor PAI.

3) Tidak Sembuh: gigi simptomatik nonfungsional dengan ukuran radiolusen

yang membesar atau tidak berubah.

Hasil dari perawatan endodontik diklasifikasikan sebagai sukses jika lesi

sembuh atau masa penyembuhan dan gagal jika lesi tidak sembuh. Semua

parameter variabel telah diperiksa. Faktor yang berhubungan dengan pasien

adalah jenis kelamin, kesehatan, dan usia. Faktor yang berhubungan dengan gigi

adalah ukuran lesi, jenis gigi, dan gejala pra operasi. Faktor yang berhubungan

dengan pengobatan termasuk tahapan pengobatan (satu kunjungan atau dua

kunjungan), ekstrusi sealer, dan waktu tindak lanjut.

5. Analisis Data.

Setelah dilakukan kuantifikasi lesi periapikal (skor PAI dan Digimizer), data

dikelompokkan dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel.


6. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah memperoleh 12 pasien yang memenuhi kriteria inklusi

dengan 6 pasien per kelompok. Peneliti memperoleh 7 pasien yang kembali untuk

tindak lanjut/follow up yang terdiri dari: 3 pasien dalam kelompok satu kunjungan

(kelompok 1) dan 4 pasien dalam kelompok dua kunjungan (kelompok 2). Pasien

yang mencapai follow up selama 18 bulan terdapat 3 pasien dan yang mencapai

follow up selama 6 bulan dan masih terkontrol sampai lesi periapikal sembuh total

sebanyak 4 pasien. Konsistensi hasil penelitian ini dapat dilihat skor PAI

dibandingkan pada 6 bulan tindak lanjut. Informasi demografis dan distribusi

pasien dalam kedua kelompok diberikan pada Tabel 2.

Pasien yang telah melakukan follow-up 6 bulan terlihat tingkat keberhasilan

secara keseluruhan adalah 100% dengan 57,1% dengan kategori "sembuh" dengan

penyembuhan lesi periapikal yang lengkap dan 42,8% yang masuk dalam "masa

penyembuhan". Semua skor PAI pra operasi adalah 4 kecuali terdapat satu pasien

yang skornya 5. Selama pemeriksaan kembali, skor PAI menurun dibandingkan

dengan situasi awal. Pasien kelompok 1 terdapat 1 dari 3 lesi yang dapat dianggap

sembuh total setelah 6 bulan follow up, sedangkan pada kelompok 2, 3 dari 4 lesi

dapat dianggap masa penyembuhan (Tabel 2).

7. Penghitungan Ukuran Sampel Untuk Uji Coba Acak yang akan Datang.

Ukuran sampel ditentukan tidak hanya berdasarkan tingkat kepercayaan.

Peneliti mengharapkan untuk mendeteksi hasil perawatan saluran akar non-bedah

menggunakan BioRoot RCS dalam teknik single-cone dengan probabilitas aktual

bahwa penarikan / dropout memanifestasikan diri mereka dalam seorang peserta


studi yang potensial. Tingkat kepercayaan penelitiannya diharapkan sebesar 95%

dengan probabilitas π = 0,05 yang akan membutuhkan percobaan 150 gigi.


PEMBAHASAN

1. Macam-macam Teknik Obturasi

1.1 Single Cone

Teknik single cone menggunakan greater cone taper dengan ukuran tertentu

dan sangat pas terhadap saluran yang telah dipreparasi. Single cone sering

digunakan dalam hubungannya dengan sistem pengisian atau obturasi tertentu.

Teknik ini bergantung pada sealer dan dimana sealer tiga dimensi yang tidak

memungkinkan untuk dicapai dan mengutamakan bagian apikal yang harus sesuai

(fitting). Sistem obturasi presisi gutta percha aktif menggunakan teknologi Glass

ionomer (Active GP precision obturation system utilizes Glass ionomer

technology) akan memperpanjang waktu kerja sealer Glass ionomer dengan

memodifikasi ukuran partikelnya ke tingkat partikel nano. Cone gutta percha

dilapisi dengan partikel ionomer kaca dengan ketebalan 2 µm. Keakuratan ukuran

preparasi saluran akar dengan ukuran cone yang akan digunakan sangat penting

untuk meminimalkan jumlah sealer yang digunakan dan kemungkinan terjadinya

penyusutan (Shrinkage). Teknik ini disukai hingga 49% dokter gigi dan bukti

laboratorium menunjukkan bahwa teknik ini sebanding dengan

pemadatan/kondensasi lateral (lateral compaction).

Obturasi Single Cone, Rongga di sekitar gutta percha membutuhkan


ketergantungan yang lebih besar pada sealer
1.2 Pemadatan/Kondensasi Lateral (Lateral Compaction)

Teknik ini menggunakan master cone yang sesuai dengan ukuran preparasi

saluran akhir, diolesi dengan sealer dan ditempatkan ke dalam saluran. Cone

aksesori tambahan dipadatkan secara lateral ke master cone dengan bantuan

spreader. Kelebihan teknik ini dapat menghindari pengisian berlebih (overfilling)

dan dapat dilakukan dengan mudah dilakukan pada semua jenis morfologi saluran

akar. Kekurangannya adalah dapat munculnya celah jika tidak dipadatkan dengan

baik sehingga tidak menghasilkan obturasi yang homogen.

Master gutta percha ditempatkan dan dilakukan pemadatan lateral terhadap


dinding saluran dengan spreader. Ujung gutta percha tambahan ditempatkan ke
dalam kekosongan yang ditinggalkan oleh spreader. Cone aksesori ditempatkan
hingga tidak ada ruang kosong tersisa.

Pemadatan/kondensasi lateral memiliki beberapa variasi yaitu :

1) Curved Canal

Teknik ini menggunakan Spreader NiTi untuk mengaplikasikannya pada

saluran yang sangat melengkung dan banyak disukai dengan kombinasi teknik

gutta percha termoplastik.

2) Blunderbuss Canals

Teknik ini disebut juga apeks terbuka tanpa henti apikal ditandai dengan

foramen apikal yang melebar, sehingga membutuhkan proses apeksifikasi untuk


menutup apeks. Teknik ini banyak disukai dengan kombinasikan teknik gutta

percha yang dibuat khusus atau teknik gutta percha hangat untuk memperoleh

saluran yang sempurna.

3) Teknik gutta percha yang dibuat khusus

Cone gutta percha dibuat khusus dengan menggabungkan beberapa cone

gutta percha dari ujung ke ujung hingga dapat digulung menjadi satu cone

tunggal. Kemudian gulungan ini dilunakkan dengan semprotan etil klorida.

Teknik ini digunakan dengan cara permukaan luar cone yang dibuat khusus

dicelupkan ke dalam kloroform, eucalyptol atau halotan dan kemudian cone

ditempatkan di saluran akar.

4) Warm Lateral

Teknik Warm lateral menggunakan master cone yang sesuai dengan ukuran

preparasi saluran akhir, diolesi dengan sealer, ditempatkan ke dalam kanal dan

dilakukan pemadatan lateral dengan aksesori cone tambahan menggunakan

spreader hangat. Alat/perangkat yang dapat menghasilkan getaran juga dapat

digunakan selain spreader hangat.

1.3 Pemadatan/Kondensasi Vertikal (Vertical Compaction)

Pemadatan menggunakan sebuah master cone yang sesuai dengan ukuran

instrumentasi akhir dan panjang kanal yang sesuai, dilapisi dengan sealer,

dipanaskan dan dipadatkan secara vertikal dengan plugger sampai segmen kanal

3-4mm apikal terisi. Kemudian sisa saluran akar diisi kembali menggunakan

potongan bahan inti yang hangat. Kelebihan teknik ini penutupan/penyegelan

kanal apikal, lateral dan asesori kanal yang sangat baik. Kekurangan teknik ini
dapat terjadi fraktur akar vertikal, pengisian berlebih (overfilling) dan lebih

banyak memakan waktu.

1.4 Pemadatan Lateral / Vertikal Gutta Percha Hangat

Pemadatan lateral memberikan kontrol panjang sedangkan pemadatan

vertikal menghasilkan obturasi yang padat. Kelebihan dari kedua teknik tersebut

menciptakan sebuah perangkat yang lebih baru yaitu Endotech II. Muncul dengan

baterai yang memberikan energi untuk memanaskan plugger dan spreader yang

terpasang.

Teknik Vertikal Hangat

1.5 Metode Seksional

Teknik ini juga disebut sebagai teknik Chicago dan dikemukakan oleh

Coolige, Lundquist, Blany. Kelebihannya teknik ini menyegel/menutup kanal

apikal dan lateral dan dapat digunakan jika ingin menggunakan pasak inti yang

direncanakan hanya bagian apikal saluran yang terisi. Kekurangannya waktu yang

lama dan sulit untuk melepaskan bagian gutta percha jika ada pemadatan berlebih.
Metode Seksional

1.6 Sistem B / Gelombang Kontinyu

Teknik ini dikembangkan oleh Buchanan untuk membantu memanaskan

gutta percha di kanal. Teknik juga memungkinkan untuk memonitor suhu ujung

plugger pembawa panas sehingga memberikan jumlah panas tertentu. Apabila

ingin mencapai obturasi tiga dimensi yang baik dengan menggunakan sistem B,

saluran harus memiliki gutta percha taper/lancip yang memadai dan suhu yang

diatur harus sedemikian rupa sehingga tidak membakar gutta percha.

Teknik Gelombang Kontinu': setelah penempatan master cone, plugger yang


dipanaskan dimasukkan ke dalam kanal untuk memutuskan gutta percha koronal
dan menghangatkan gutta percha apikal. Gutta percha yang tersisa dipadatkan
dengan pluggers dan ruang kanal yang tersisa kembali diisi dengan gutta percha
yang sudah diplastisisasi.

1.7 Pemadatan Mac-Spadden (Mac-Spadden Compaction)

Teknik ini juga disebut sebagai pemadatan termomekanis gutta percha dan

diperkenalkan oleh Mac-Spadden. Konsep teknik ini, panas digunakan untuk

menurunkan viskositas gutta percha. Alat yang digunakan berupa plugger Mac-

Spadden yang menyerupai file hedstrom terbalik. Cone yang dilapisi dengan
sealer ditempatkan di saluran akar, digunakan bersama dengan instrumen putar

yang dapat menghangatkan, meelastiskan, dan memadatkannya ke dalam saluran

akar.

Mac-Spadden Compaction

1.8 Thermafil

Thermafil Diperkenalkan oleh W. Ben Johnson pada tahun 1978. Obturator

endodontik termafil adalah alat yang dirancang khusus pembawa baja fleksibel,

titanium, atau plastik yang dilapisi dengan gutta-percha fase alfa. Keuntungan

teknik ini memberikan obturasi tiga dimensi yang padat dan mengisi

ketidakteraturan saluran seperti sirip, anastomosis dan saluran lateral dan lebih

sedikit regangan diperlukan selama obturasi.

Thermafil

1.9 Coronal Seal

Kebocoran koronal dapat terjadi bahkan pada gigi yang diobturasi dengan

baik yang menyebabkan infeksi dan kegagalan perawatan endodontik. Kebocoran


tersebut dapat meningkatkan dan menggunakan Coronal sealer berbahan restoratif

seperti cavit, super EBA, atau MTA di atas orifisium saluran akar.

2. Sealer

Sealer merupakan bagian integral dari obturasi yang berhasil karena mereka

menjembatani ruang kosong antara dinding dentinal dan material obturasi

bersama dengan celah di antara segmen inti. Mereka juga mampu mengisi

ketidakteraturan dalam sistem saluran dan menutup saluran aksesori serta isthumi

antar saluran.

Grossman telah menjelaskan sifat-sifat material sealer yang ideal yaitu:

• Harus pekat saat dicampur dan menempel pada dinding kanal saat dipasang

• Harus ada dalam bentuk bubuk halus agar mudah bercampur dengan komponen

cairan.

• Harus bersifat radiopak dalam gambaran radiografi

• Seharusnya tidak menyusut saat setting/mengeras

• Seharusnya tidak menodai struktur gigi

• Harus membuat segel kedap udara

• Harus memiliki sifat bakteriostatik

• Harus menunjukkan set lambat

• Seharusnya tidak larut dalam cairan jaringan

• Seharusnya tidak mengiritasi jaringan periapikal

• Harus larut dalam pelarut umum jika perlu untuk menghilangkannya


Umumnya, bahan sealer tidak ada yang mutlak memenuhi semua kriteria

sealer saluran akar yang ideal, berikut tabel tipe sealer beserta keuntungan dan

kerugiannya:
Tipe Sealer Merk Kelebihan Kekurangan

Zinc oxide Pulp Canal Sejarah panjang Penyusutan saat setting,


eugenol Sealer, EWT penggunaan akan Mudah larut, Dapat
Roth’s menyerap jika ekstrusi, menodai struktur gigi,
Sealer, Tubli- Pengaturan waktu Dapat berdampak negatif
seal, Wach’s lambat, Efek pada ikatan bahan core.
Sealer. antimikroba, Radiopak.

Calcium Seal Apex, Efek antimikroba, Mudah larut, Dapat


hydroxide Apexit, Radiopak. melemahkan dentin.
Apexit plus.

Glass Activ GP, Sifat ikatan dentin. Sulit dihilangkan dalam


ionomer Ketac Endo. perawatan ulang, Efek
antimikroba minimal.

Resin AH-26, AH Adhesi yang baik ke Beberapa melepaskan


Plus, Diaket, dinding dan core, formaldehida saat setting,
EndoREZ, Tidak mengandung Kekuatan ikatan
Epiphany eugenol, Set lambat. terganggu dengan
RealSeal. penggunaan klorheksidin,
Ikatan sebanding dengan
sealer konvensional.

Silicone GuttaFlow, Triturated, Waktu kerja Ekspansi saat setting,


Roeko Seal. lama, Mengisi Waktu setting tidak
penyimpangan saluran konsisten, Waktu setting
dengan konsistensi, tertunda dengan
Biokompatibel. penggunaan natrium
hipoklorit.

Bioceramic SmartSeal, Hidrofilik, Tidak Minimal data klinis


SmartPaste menyusut pada pendukung, Pertanyaan
Bio, BioRoot pengaturan, diajukan tentang
RCS. Biokompatibel, Sifat kemudahan penghapusan
antimikroba. untuk perawatan ulang.

Tabel 3. Tipe Sealer

Penggunaan BioRootTM RCS baik dalam pengobatan satu dan dua sesi

menunjukkan hasil yang memuaskan. Karakteristik sealer saluran akar berdampak


besar pada kualitas pengisian saluran akar. BioRootTM RCS menciptakan

lingkungan basa dengan menaikkan pH yang dapat disebabkan oleh pencucian

Ca2+ dan OH-. Aktivitas alkalinisasi dan pelepasan Ca2+ mencegah proliferasi

bakteri dan menstimulasi regenerasi jaringan periodontal dan endodontik. Selain

itu, ini meningkatkan biokompatibilitas dan bioaktivitas sealer.

Sealer endodontik umumnya menunjukkan beberapa toksisitas dalam

keadaan baru tercampur. BioRootTM RCS menunjukkan sitotoksisitas yang tidak

signifikan. Dibandingkan dengan sealer saluran akar saat ini (AHPlus, Endorez,

Acroseal, dan MTA Fillapex), ia memiliki genotoksisitas dan sitotoksisitas

terendah dalam sel induk ligamen periodontal dan menunjukkan biokompatibilitas

yang sangat baik. BioRoot tidak hanya biokompatibel tetapi juga bioaktif melalui

kapasitasnya untuk menginduksi sekresi jaringan keras baik di tulang maupun di

pulpa gigi. Bioaktivitas ini merupakan hasil interaksi kalsium hidroksida yang

dihasilkan sebagai produk reaksi hidrasi trikalsium silikat dengan fosfat yang ada

dalam cairan jaringan. BioRoot berinteraksi dengan dentin di sepanjang dinding

saluran akar. Ketika bersentuhan dengan cairan fisiologis, ia melepaskan kalsium

dan membentuk lapisan kalsium fosfat antarmuka, dan akibatnya, ia

mengembangkan ikatan kimia dengan dinding dentin.

BioRoot memiliki efek biomineralisasi yang besar, yang dihasilkan dari

interaksi BR dengan cairan dentinal. Diamati dari umbatan mineral dalam tubulus

dentin yang membentuk penghalang untuk mencegah masuknya mikroorganisme

dari sistem saluran akar ke jaringan periapikal serta sebaliknya.


Teknik obturasi yang terkenal adalah warm compaction dan cold lateral

compaction dari gutta-percha adalah di antara teknik obturasi yang paling umum

digunakan. Saat menggunakan BioRootTM RCS, pabrikan merekomendasikan

teknik kondensasi lateral dingin dan, lebih tepatnya, teknik single cone. Memang,

selama teknik warm lateral compaction untuk BioRootTM RCS, panas yang

dihasilkan mempengaruhi sifat fisik sealer, setting time dipengaruhi karena

penguapan air hangat dari sealer berbasis air, tetapi tidak ada perubahan kimiawi

yang terjadi. Hal ini dibuktikan dalam uji klinis nonrandomized yang dilakukan

pada tahun 2020 pada 150 gigi, pada recall satu tahun penelitian tentang obturasi

dengan sealer berbasis bioceramic. Selain itu, teknik single cone menunjukkan

tingkat keberhasilan yang serupa dibandingkan dengan teknik warm vertical

condensation pada 12 bulan.

Gutta-percha tidak dapat menutup saluran akar, dan hanya berfungsi sebagai

filler. Akan tetapi, dengan sealer saluran akar berbahan dasar mineral,

paradigmanya berubah, sealer telah menjadi badan utama isian, dan kerucut gutta-

percha hanya berfungsi sebagai tiang.

Preparasi saluran akar adalah salah satu langkah terpenting dalam

keberhasilan perawatan saluran akar. Shaping saluran akar dilakukan dengan

Protaper Next (Denstply, Sirona) (PTN). Ini memberikan waktu instrumentasi

lebih pendek dibandingkan dengan Protaper Universal (PU). Menurut Karatas et

al, PTN menciptakan retakan dentinal yang jauh lebih sedikit daripada sistem PU

dan Wave-One di sepertiga apikal. Selain itu, preparasi kanal dengan file Protaper

Next dikaitkan dengan lebih sedikit debris apikal yang terekstrusi bila
dibandingkan dengan file Protaper Universal dan Reciproc (VDW). Debris yang

terekstrusi ke apikal, terbentuk selama instrumentasi saluran akar, mungkin

menyebabkan flare up, dan meningkatkan resiko kegagalan perawatan saluran

akar. Oleh karena itu, harus dikurangi untuk membuat hasil perawatan endodontik

menjadi lebih baik.

Tujuan kritis utama perawatan saluran akar adalah pemberantasan atau

pengurangan dan pengendalian populasi bakteri yang signifikan untuk

memastikan penyembuhan jaringan periradikuler dari periodontitis apikal, hal ini

dapat dijamin hanya jika instrumentasi mekanis didukung oleh irigasi kimiawi.

Faktanya, irigasi akan membersihkan debris, mengeringkan dinding dentinal,

melarutkan komponen organik, dan mengurangi beban bakteri di saluran akar.

Dalam beberapa penelitian, penulis melaporkan bahwa 1-5% larutan natrium

hipoklorit (NaOCl) memiliki aktivitas antimikroba spektrum yang penting. Selain

itu, konsentrasi 1%, 2,5%, dan 5,25% natrium hipoklorit dapat menghilangkan

sisa-sisa pulpa dan predentin dari area yang tidak terinstrumentasi. Diketahui

bahwa peningkatan konsentrasi larutan NaOCl menawarkan peningkatan aktivitas

antibakteri. Sifat antimikroba ini selalu ditingkatkan dengan mengairi secara

berlebihan menggunakan volume yang lebih besar.

Hasil terapi saluran akar didasarkan pada data klinis dan radiologis. Karena

gejala klinis tidak ada pada saat pemeriksaan, hasilnya dinilai berdasarkan

penilaian radiografi. Sampel kecil yang digunakan mungkin sesuai untuk uji coba

dalam mendemonstrasikan kemampuan untuk melaksanakan protokol penelitian

tertentu. Menguji cobakan studi dalam skala yang lebih kecil dapat membantu
mengidentifikasi masalah tak terduga yang dapat mengganggu kualitas atau aliran

studi.

Pada follow-up 6 bulan, semua kasus klinis tidak menunjukkan perluasan

area radiolusen periapikal maupun munculnya rarefaksi baru, sebaliknya telah

terjadi peningkatan kepadatan tulang dan penurunan ruang intrabekuler. Hasil

pengobatan dianggap sebagai "berhasil" dalam 100% kasus: 4 kasus ditetapkan

untuk telah sembuh dengan resolusi lengkap dari lesi periapikal, dan 3 kasus

ditetapkan dalam masa penyembuhan.

Dalam jurnal, radiografi menunjukkan penebalan tulang dan resolusi relatif

atau lengkap dari radiolusensi periapikal: kehilangan mineral secara progresif

tertutup oleh tulang, dan kepadatan radiografi meningkat di dalam lesi. Temuan

ini konsisten dengan properti BioRootTM RCS. Faktanya, BR memiliki adhesi

yang bagus ke gutta-percha dan dentin dan kemampuan mengalir yang bagus,

sehingga memberikan obturasi kedap udara pada foramen apikal, isthmus, dan

kanal aksesori. BioRoot memiliki potensi untuk menginduksi angiogenesis dan

osteogenesis, sifat ini penting untuk regenerasi jaringan periapikal.

Penelitian pada ini kasus dibagi menjadi dua kelompok yaitu kasus dirawat

dalam satu sesi dan kasus dirawat dalam dua sesi. Kedua kelompok menunjukkan

penurunan skor PAI pada follow up 6 bulan. Tidak ada perbedaan yang signifikan

antar kelompok. Hasil ini menunjukkan tidak ada korelasi antara penyembuhan

lesi endodontik dan pengobatan dalam satu atau dua kunjungan dengan

penggantian kalsium hidroksida. meskipun banyak penulis percaya bahwa

pengobatan dengan balutan kalsium hidroksida intrakanal akan meningkatkan


penyembuhan tulang, peneliti lain malah percaya bahwa kalsium hidroksida tidak

efektif pada semua jalur endodontik dan, oleh karena itu tidak memberikan

kontribusi nyata bila digunakan dalam terapi saluran akar dalam beberapa kali

kunjungan. Temuan ini selaras dengan mayoritas studi klinis yang menunjukkan

tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara perawatan satu

kunjungan dan dua kunjungan dengan pasta kalsium hidroksida.

Di sisi lain, banyak penulis menyarankan bahwa 4 atau 5 tahun diperlukan

untuk mengevaluasi penyembuhan gigi dengan lesi periapikal, 2 bulan mungkin

ideal untuk mengontrol perubahan periapikal dalam kepadatan tulang saat

menggunakan skor PAI. Akhirnya, selama ada pengurangan ukuran lesi saat diisi

dengan BioRootTM RCS, tidak diperlukan lagi tindak lanjut. Dalam penelitian ini,

penurunan ukuran lesi, penurunan skor PAI, perubahan radiodensitas dalam lesi,

dan munculnya tulang trabekuler dapat mengindikasikan keberhasilan pengobatan

dan penyembuhan lesi periapikal. Penting untuk disebutkan bahwa periode tindak

lanjut masih berlangsung untuk beberapa kasus klinis sampai penyembuhan total.
KESIMPULAN

Studi saat ini memantau kemajuan proses penyembuhan lesi periapikal

setelah perawatan saluran akar, menggunakan sealer berbasis bioceramic,

BiorootTM RCS. Hasil yang diperoleh menunjukkan kontribusi BioRootTM RCS

dalam penyembuhan lesi periapikal. Dengan demikian, sealer berbasis

bioceramic, meskipun kurang pengalaman klinis, tampaknya mengoptimalkan

prognosis perawatan saluran akar. Uji klinis dalam skala besar harus

dipertimbangkan untuk menilai indikasi sistematis potensial dari sealer berbasis

bioceramic dalam teknik kerucut tunggal pada kasus periodontitis apikal.


Daftar Pustaka

PM Deshpande, RR Naik. Comprehensive Review on Recent Root Canal Filling


Materials and Techniques – An update. International Journal of Applied
Dental Sciences. 2015; 1(5): 30-34
Salah KBH, Jaafoura S, Tlili M, Ameur MB, Sahtout S. Research Article:
Outcome of Root Canal Treatment of Necrotic Teeth with Apical
Periodontitis Filled with a Bioceramic-Based Sealer. Hindawi International
Journal of Dentistry. 2021; 2021(6): 1-8.
Soumya S, Agarwal P, Patri G, Behera SSP, Kumar M. Review Article:
Obturation an Overview. IP Indian Journal of Conservative and
Endodontics. 2021; 6(1): 11–20.

Anda mungkin juga menyukai