Abstrak :
Pendahuluan : Resorpsi akar yang biasa ditemukan melalui pemeriksaan radiografi adalah
resorpsi internal dan eksternal. Karena resorpsi akar merupakan masalah multidisiplin,
membutuhkan berbagi pengetahuan untuk memahami etiologi dan patogenesis penyakit.
Tujuan : Pentingnya untuk mengetahahui bagaimana mendiagnosis dini dengan tepat dan
memberikan perawatan terbaik untuk setiap kasus dan memastikan prognosis pasien.
Laporan Kasus :Temuan radiografis menemukan pada pria muda usia 25 tahun
menunjukkan adanya resorpsi internal dan periodontitis apikalis Gigi 22. Setelah perawatan
endodontik dan mengganti bahan medikamen intrakanal kalsium hidroksida tiap bulannya,
pengisian saluran akar dilakukan dan kasus dilakukakan follow up melalui pemeriksaan
radiografis. Kesimpulan : Dengan melakukan pemeriksaan awal yang tepat dan harus detail
yaitu dimulai dari anamnesis dan pemeriksaan radiografis penting untuk dilakukan dalam
menentukan diagnosis, serta prognosis yang lebih mendukung keberhasilan kasus.
Pendahuluan
Resorpsi akar eksternal adalah kelanjutan dari saluran akar yang dimulai sebagai
reaksi tertunda terhadap trauma gigi yang berkaitan dengan pergerakan ortodontik, bedah
ortognatik, perawatan periodontal dan bleaching pada pulpa non vital. Pada gambaran
radiografis, terlihat adanya gambaran radiolusen dengan tepi tidak rata (irregular) pada tepi
apikal dan terlihat defek yang asimetris pada ujung masing-masing akar. Pada tahap lebih
lanjut, gigi yang terkena dapat terjadi kegoyangan, fraktur atau adanya ‘pink spot’ pada
mahkota. Resorpsi akar idiopatik etiologinya masih belum diketahui.
Resorpsi akar eksternal yang sering dikaitkan dengan perawatan ortodontik disebut
sebagai resorpsi permukaan/ surface resorption . Dapat dilihat secara radiografis pada daerah
apikal akar bulat.
Pada kasus-kasus yang sering ditemukan menunjukkan asimptomatik, disertai dengan
kegoyangan ringan dan perkusi positif.
Melakukan diagnosis yang sesuai antara resorpsi internal dan eksternal sangat penting
karena setiap kasus menyajikan proses patologis yang berbeda dan memerlukan protokol
perawatan yang berbeda. Melakukan diagnosis berdasarkan pemeriksaan radiografis
memperlihatkan ciri khas yang kecil yang sulit diidentifikasi. Harus juga ditegakkan
berdasarkan anamnesis, klinis dan riwayat penyakit pasien. Bila masih terjadi keraguan dapat
menggunakan computed tomography untuk mendukung kasus ini dalam hal diagnosis dan
prognosis.
Laporan kasus ini bertujuan untuk menunjukkan pentingnya melakukan diagnosis dini
dan tepat yang akan mempermudah untuk mengevaluasi perawatan endodontik dan pengisian
saluran akar dengan baik sehingga prognosis pun baik.
Laporan kasus
Pasien laki-laki usia 25 tahun ras Kaukasoid. Pada anamnesis tidak mengalami
perubahan sistemik. Secara klinis jaringan periodontal normal tetapi terdapat banyak lesi
karies pada gigi : 17 (oklusal); 16 (Mesio-oklusal); 26 (MOV ); 27 (oklusal) dan 46 (ODV).
Gambaran radiografis. Regio anterior RA menunjukkan adanya restorasi yang luas, resopsi
akar internal dan periodontitis apikalis pada gigi 22. Pasien menjelaskan bahwa dia tidak
ingat adanya riwayat trauma pada regio tersebut. Berdasarkan gambaran klinis dan
radiografis Ditemukan bahwa gigi 22 mengalami nekrosis pulpa yang mengindikasikan suatu
kebutuhan perawatan yaitu perawatan endodontik. (Gb 1)
- Dilakukan ansetesi lokal dengan mepivakain 2% pada papila pasien.
- Lalu dilanjutkan pemasangan clamps dan mengisolasi menggunakan rubber dam
- Melakukan preparasi akses mahkota menggunakan diamond round bur #1014. Setelah
odontometrik radiografi (Gb 2), melakukan hand instrument dengan teknik reverse (
crown down, servikal-apikal, crown-apikal). Panjang kerja 23mm dan surgical
diameter dengan menggunakan K file #70 berdasarkan konfirmasi pemeriksaan
radiografis.
- Disinfeksi dan irigasi saluran akar dengan 2.5% sodium hypochlorite
- Medikamen intrakanal dengan bubuk kalsium hidroksida dicampur dengan 0.9%
larutan salin
- Kavitas ditutup dengan bahan restorasi sementara
- Pasien diminta untuk kontrol setelah 30 hari
- Kunjungan selanjutnya dilakukan penggantian bahan medikamen dengan bubuk
kalsium hidroksida dicampur dengan iodoform, dan dilakukan foto radiografi kembali
(Gb 3) dan dilakukan computed tomography untuk membuktikan diagnosis (Gb 4)
- Bahan medikamen intrakanal diganti setiap bulan selama 6 bulan untuk melihat
perubahan dari pemeriksaan radiografis dan pembuktian diagnosis
- Setelah itu, pengambilan bahan medikamen dan irigasi saluran akar dengan EDTA
17% dibiarkan selama 5 menit
- Pengisian saluran akar dilakukan dengan teknik Tagger hybrid, yang merupakan
kombinasi dari teknik kondensasi lateral dengan teknik Termomekanis kompaksi
dengan menggunakan alat Mc Spadden dan gutta percha utama no .70 yang bernomor
sama dengan MAF (Gb 5)
- Guttap percha tambahan no. 80 (2 nomor lebih besar dari MAF) dilapisi dengan
calcium hydroxide-based endodontic sealer
- Setelah prosedur pengisian, kelebihan guttap dipotong dengan bantuan hand
instrumen panas.
- Kamar pulpa dibersihkan dengan etil aklhokol 70%, kemudian ditutup dengan
tumpatan sementara dan dilakukan rontgen untuk melihat hasil obturasi (Gb 7,8,9).
Kemudian dilakukan restorasi akhir.
- Kontrol 3 bulan setelah dilakukan perawatan saluran akar, dilakukan pemeriksaan dan
penilaian radiografi yaitu tidak terdapat tanda atau gejala kegagalan perawatan (Gb
10)
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3
Pembahasan
Ukuran lesi memiliki pengaruh besar terhadap hasil perawatan gigi pada kasus
resorpsi internal. Besarnya lesi mempengaruhi penurunan kekuatan gigi yang bisa
menyebabkan fraktur. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan perawatan endodontik
dini, sehingga dapat membantu stabilisasi progresifitas dan mencegah kemunginan untuk
terjadi nya fraktur mahkota dan atau akar.
Mengenai mekanisme preparasi, pada kasus ini memilih hand instrumen karena hasil
dari pembentukan dan pembershian saluran akar memuaskan, dan gambaran radiografis
menunjukkan saluran akar yang lurus dan luas. Pada kasus ini memilih teknik preparasi
saluran akar yaitu crown-down bersamaan dengan penggunaan larutan sodium
hipoklorida 2.5%. pilihan prosentase sodium hipoklorit 2.5% karena instrumentasi lebih
dari 30 menit, yang sama dengan kapasitas melarutkan jaringan organik dengan
menggunakan larutan sodium hipoklorit 5%, dengan demikian mampu melarutkan
jaringan organik dan debris dari seluruh aspek saluran akar.
Walaupun secara sifat fisik, mekanis dan biologis MTA baik tetapi MTA
direkomendasikan sebagai bahan perbaikan penutupan perforasi akar dibandingkan
dengan bahan2 lain. Baik pada kasus perforasi iatrogenik maupun perforasi patologis.
Kesimpulan :
Dengan melakukan pemeriksaan awal yang tepat dan harus detail yaitu dimulai dari
anamnesis dan memperhatikan riwayat secara keseluruhan baik riwayat gigi maupun
sistemik pasien. Pemeriksaan radiografis penting untuk dilakukan sebagai pemeriksaan
penunjang dalam menentukan diagnosis, rencana perawatan dan meramalkan prognosis
pasien.
Kontrol 3 bulan pasca perawatan, kasus resorpsi internal pasien stabil, terjadi
pemulihan pada jariangan periodontal di bagian apikal dan menunjukkan keberhasilan
perawatan.