Anda di halaman 1dari 6

Perawatan Non-Bedah pada Lesi Periapikal Besar:

Laporan Kasus
Nonsurgical Management of a Large Periapical Lesion:
A Case Report
(Sajedeh Ghorbanzadeha, Hengameh Ashrafa, Sepanta Hosseinpourb
Fatemeh Ghorbanzadehc)

JOURNAL READING KONSERVASI GIGI

Oleh:
Tamarakha Yumna
04074822022038

Dosen Pembimbing: drg. Rinda Yulianti, Sp.KG.

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI


BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
ABSTRAK
Laporan kasus menjelaskan perawatan lesi periapikal seperti kista yang
besar pada mandibula perempuan 16 tahun dengan keluhan utama bengkak
berkala dan mengalir pus dari daerah gingiva anterior mandibula dengan tidak ada
riwayat nyeri dan kejadian trauma pada daerah ini. Kedua insisivus sentral
mandibula memiliki karies yang meluas. Saluran akar kedua insisivus sentral telah
diisi dengan kalsium hidroksida. Setelah 10 hari, perawatan endodontik dilakukan
pada kedua gigi. Evaluasi klinis dan radiografis ulang setelah 3 dan 12 bulan
mengungkapkan kemajuan penyembuhan tulang. Laporan kasus ini menunjukkan
bahwa diagnosis yang sesuai dikombinasi dengan perawatan saluran akar sebagai
perawatan non-bedah konservatif dapat menyebabkan penyembuhan total lesi
besar tanpa perawatan invasif.
Kata Kunci: Insisivus Mandibula; Perawatan Endodontik Non-Bedah; Kista
Radikular.

PENDAHULUAN
Infeksi jaringan pulpa dapat terjadi karena berbagai faktor seperti karies
atau trauma yang menyebabkan nekrosis jaringan. Hancurnya jaringan pulpa
berkembang menjadi respon adanya mikroba dan produknya yang infiltrasi ke
jaringan periradikular dan mengaktivasi reaksi imun tubuh. [1]. Hubungan
dinamis antara respon imun dan jaringan pulpa yang terinfeksi menyebabkan
berbagai lesi periapikal [2,3]. Terlepas dari sifat pertahanan dan pencegahan lesi
periradikular dari infeksi mikroba, tidak sembuh dengan sendirinya [4]. Insidensi
kista radikular telah dilaporkan dalam kisaran 6-55%. Selain itu, prevalensi
granuloma bervariasi dari 9,3-87,1%, dan abses periapikal dari 28,7-70,7% [1,5].
Terlihat ukuran lesi secara radiografi menjadi lebih besar dari 200 mm 2, kejadian
kista lebih dari 92% [6,7].
Perawatan untuk menangani lesi periapikal besar mulai dari terapi
endodontik non-bedah dengan atau tanpa bedah endodontik hingga pencabutan
gigi. Pembersihan atau meminimalisasi mikroba dari sistem pulpa menggunakan
preparasi kimiamekanis yang efisien dapat mengarahkan keberhasilan perawatan
[8]. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa lesi periapikal besar dapat
dirawat dengan endodontik non-bedah [9-11]. Sebenarnya, ini biasanya terjadi
ketika lesi langsung berhadapan dengan sistem saluran akar sehingga dapat
dilakukan drainase pus melalui preparasi akses kavitas [12]. Di sisi lain, ketika
lesi terpisah dengan foramen apikal dan ditutupi sepenuhnya oleh epitelium utuh,
mungkin tidak dapat sembuh dengan perawatan non-bedah [1,7].
Pengetahuan anatomi yang sesuai dan memperhatikan radiografi pra
operasi juga penting dalam mencapai hasil yang diinginkan. Insisivus mandibula
lebih dari 45% kasus menunjukkan adanya saluran akar kedua [13-15] dan terapi
endodontiknya dapat gagal karena melalaikan saluran akar tersebut. Laporan
kasus berikut menggambarkan perawatan lesi periapikal seperti kista yang
melibatkan insisivus sentral.

LAPORAN KASUS
Seorang perempuan berusia 16 tahun datang ke Departemen Endodontik
Ilmu Kedokteran Universitas Beheshti, Tehran, Iran, dengan keluhan utama
pembengkakan berkala dan mengalir pus dari daerah anterior mandibula. Pasien
melaporkan tidak terdapat nyeri dan riwayat trauma pada daerah tersebut dan
riwayat medis tidak berkontribusi. Pemeriksaan ekstra-oral menunjukkan kelenjar
getah bening tidak teraba dan tidak terdapat pembengkakan wajah. Pemeriksaan
intra-oral menunjukkan terdapat sinus tract pada mukosa alveolar sekitar gigi #25.
Karies gigi pada permukaan proksimal gigi #24 terlihat dan tidak terdapat poket
periodontal. Tes vitalitas termal dan elektrik dilakukan untuk semua insisivus
mandibula termasuk #24 dan #25 yang tidak terdapat respon pada gigi tersebut.
Juga terdapat kegoyangan derajat I pada gigi #25 dengan palpasi lunak pada
mukosa sekitar. Semua gigi anterior mandibula tidak nyeri saat dilakukan perkusi.
Radiografi periapikal menunjukkan radiolusen besar unilokuler berbatas jelas
sekitar insisivus mandibula dengan single tracing gutta-percha (Gambar 1A).
gambaran radiografi juga menunjukkan penyimpangan akar insisv sentral.
Diputuskan untuk melakukan perawatan saluran akar pada gigi #24 dan #25. Gigi
dianestesi dengan 68 mg artikain 3% (Darou Pakhsh, Tehran, Iran) mengandung
0,017 mg epinefrin (1:80000) dan diisolasi dengan rubber dam untuk preparasi
akses kavitas dengan round diamond bur (Dentsply, Maillefer, Ballaigues,
Switzerland). Setelah preparasi akses kavitas dan pulpa terbuka pada gigi #25,
cairan supuratif kekuningan didrainase melalui kavitas (Gambar 1B). Setelah
drainase berhenti, panjang kerja ditentukan, baik saluran akar lingual dan bukal
dipreparasi menggunakan teknik crown down #15-40 Flexo-File (Dentsply,
Maillefer, Switzerland), diikuti dengan irigasi perlahan dengan sodium hipoklorit
(2,5% NaOCl) dan saline. Selanjutnya, saluran akar diisi dengan bubuk kalsium
hidroksida (Merck, Darmstadt, Germany) dikombinasi dengan larutan anestesi
sebagai pasta menggunakan lentulo filler. Akses kavitas di tutup menggunakan 3
mm Cavit (ESPE, Seefeld, Germany).

Gambar 1. A) Gambaran periapikal menunjukkan bagian gutta-percha untuk tracing;


B) Mengeluarkan pus setelah preparasi akses kavitas; C) Dressing pasta intrakanal;
D) Radiografi periapikal setelah pengisian saluran akar; E) Gambaran periapikal
menunjukkan kemajuan penyembuhan tulang setelah 3 bulan; F) setelah 12 bulan;
G) setelah 18 bulan

Setelah 10 hari, pasta dressing diirigasi dengan pembilasan salin dan gigi
asimtomatik. Saluran akar dilakukan debridement berulang dan teknik kondensasi
lateral digunakan untuk obturasi saluran akar dengan gutta-percha dan sealer AH-
26 (De Trey, Konstanz, Germany) (Gambar 1C dan 1D). Kontrol setelah 3, 12,
dan 18 bulan menunjukkan tidak sensitif saat di palpasi dan perkusi saat evaluasi
secara klinis dan radiografi menunjukkan bukti pengembangan regenerasi tulang
(Gambar 1E – 1G).

DISKUSI
Lesi inflamasi periradikular yang berasal dari kondisi endodontik
umumnya dengan diameter berkisar antara 5 hingga 8 mm [16, 17]. Secara
historis, lesi periradikular dengan diameter hingga 10 mm dipertimbangkan
sebagai granuloma periapikal dan yang lebih besar ditentukan sebagai kista
periapikal [18, 19]. Epithelial cell rests of Malassez di dalam membran
periodontal bertanggung jawab untuk membuat lapisan epitel kista. Kista
radikular dapat tumbuh melalui beragam mekanisme, speperti proliferasi sel epitel
atau peningkatan osmotik [20]. Kasus ini menunjukkan lesi periapikal besar,
berdasarkan kriteria yang disebutkan di atas, kemungkinan besar yaitu kista
periapikal. Adanya eksudat berwarna kekuningan, ukuran lesi dengan
berhubungan dengan gigi non vital, batas radiopak, dan penyimpangan akar gigi
sekitar [21, 22] sangat menunjukkan kista radikular. Namun, diagnosis pasti
hanya dapat ditentukan menggunakan pemeriksaan histopatologis.
Berbagai pilihan perawatan dtersedia untuk lesi periradikular besar dapat
berkisar dari perawatan saluran akar hingga ke bedah yang berbeda [1, 23].
Pembersihan secara kimiamekanis yang memadai pada sistem saluran akar dan
pembuangan mikroba yang tepat merupakan faktor terpenting untuk mencapai
hasil yang memuaskan. Penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa perawatan
saluran akar non-bedah seharusnya dilakukan dari awal [8] yang menurut laporan
telah menunjukkan bahwa 42 hingga 74% lesi ini sembuh setelah perawatan
saluran akar [11, 24, 25]. Namun, ada kontroversi tentang perbedaan prognosis
antara perawatan saluran akar konvensional lesi besar dan kecil [11, 26].
Dressing pasta antibakteri berbasis kalsium hidroksida digunakan pada
kasus ini. Keseluruhan mekanisme aksi pasta ini masih belum jelas. Pasta kalsium
hidroksida direkomendasikan karena dapat meningkatkan perbaikan periapikal
dan menghilangkan sisa mikroorganisme melalui penanganan inflamasi,
merangsang kalsifikasi, menghalangi produk asam dari osteoklas, dan menetralisir
endotoksin [27-30]. Bahkan telah dibuktikan bahwa dressing kalsium hidroksida
sangat baik dalam mendorong penyembuhan periapikal, terutama pada orang
dewasa muda [31, 32]. Sesuai dengan kasus ini, penyembuhan tulang periapikal
terjadi 3 bulan setelah perawatan endodontik dan berlanjut hingga 9 bulan
selanjutnya. Evaluasi radiografi menunjukkan regenerasi tulang sesuai dengan
peningkatan densitas, rekonstruksi trabekula, dan pembentukan lamina dura.
Restorasi permanen setelah perawatan endodontik memengaruhi prognosis
dan restorasi koronal yang cukup harus dilakukan sesegera mungkin [[33, 34].
Pada kasus ini segera setelah obturasi, restorasi komposit pada kedua gigi
dilakukan.
Manfaat perawatan non-bedah yang kurang invasif untuk lesi periapikal
yang luas termasuk trauma psikologis yang minimum dan lebih dapat diterima
oleh pasien. Tampaknya lesi periapikal sepenuhnya teratasi karena kaya akan
suplai darah, banyak sel yang tidak berdiferensiasi, dan drainase melalui sistem
limfatik. Oleh karena itu, lesi dirawat dengan tujuan untuk menghilangkan faktor
penyebab dengan perawatan endodontik dan potensi penyembuhan jaringan
periradikular.

KESIMPULAN

Pada kasus ini, lesi periradikular yang luas dengan gambaran klinis dan radiografi
menunjukkan kista radikular yang dirawat dengan pasta kalsium hidroksida
intrakanal dan perawatan saluran akar. Ini mengonfirmasi bahwa lesi inflamasi
periapikal besar dapat sembuh dengan melakukan perawatan non-bedah.

Anda mungkin juga menyukai