Anda di halaman 1dari 14

Penggunaan Gabungan Tiga Pasta Antibiotik Sebagai

Disinfektan Untuk Gigi Immature Yang Mengalami


Trauma Dengan Lesi Periapikal: Suatu Laporan Kasus

OLEH :

DRG. CATHARINA CONNY WIRA


NIP. 19680101 199803 2 008

PUSAT PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2017
HALAMAN PENGESAHAN

Dibuat sebagai salah satu bahan pendukung proses penilaian angka kredit jabatan
fungsional Dokter Gigi

Mengetahui,

Kepala UPTD Pusat Pelayanan Pejabat Fungsional

Kesehatan Gigi dan Mulut Provinsi

Sulawesi Selatan

drg. Abd Harris Nanawi, MARS drg. Catharina Conny Wira


NIP. 196303624 199402 1 001 NIP. 19680101 199803 2 008

i
DAFTAR ISI
Pendahuluan............................................................................1

Laporan Kasus.........................................................................3

Pembahasan.............................................................................6

Daftar Pustaka.........................................................................10

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karuniaNya sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
dengan judul “Penggunaan Gabungan Tiga Pasta Antibiotik Sebagai Disinfektan
Untuk Gigi Immature Yang Mengalami Trauma Dengan Lesi Periapikal: Suatu
Laporan Kasus”.

Sebagai dokter gigi umum yang bertugas pada rumah sakit pemerintah,
penulis sangat merasakan manfaat dari gabungan ketiga antibiotik ini sebagai
bahan untuk mensterilasasi saluran akar pada perawatan endodontik.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai sarana untuk berbagi
pengetahuan kepada teman sejawat dalam rangka memberikan pelayanan yang
optimal dan profesional.

Penulis menyadari bahwa makalah ini mungkin masih banyak kekurangan


sehingga diharapkan saran dan tanggapan pembaca agar makalah ini nantinya
dapat disempurnakan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memperkaya cakrawala pengetahuan


kita dibidang kesehatan gigi dan mulut.

Makassar, 20 Desember 2017


Penulis

Drg. Catharina Conny Wira


NIP. 19680101 199803 2 008

iii
PENGGUNAAN GABUNGAN TIGA PASTA ANTIBIOTIK
SEBAGAI DISINFEKTAN UNTUK GIGI IMMATURE YANG
MENGALAMI TRAUMA DENGAN LESI PERIAPIKAL:
SUATU LAPORAN KASUS

PENDAHULUAN

Penghilangan kontaminasi mikroba dari sistem saluran akar adalah

sebuah prasyarat untuk keberhasilan suatu perawatan saluran akar. Dalam hal

ini, instrumentasi mekanis, irigasi dan obat-obatan intrakanal secara

keseluruhan sangat penting. Laporan kasus ini menilai keefektifan gabungan

tiga pasta antibiotik yang terdiri dari metronidazole, ciprofloxacin dan

minocycline dalam disinfeksi gigi immature dengan periodontitis apikal.

Seorang anak peremupuan berusia 8 tahun datang ke Department of Pediatric

Dentistry untuk evaluasi insisivus sentralis kiri dan kanan RA dengan fraktur

mahkota dan luksasi. Insisivus sentralis kanan mengalami lesi periapikal yang

besar, yang dirawat dengan pengisian saluran akar dengan pasta ciprofloxacin /

metronidazole / minocycline. Setelah 4 bulan, pasien tidak mengalami gejala

dan radiografi menunjukkan radiolusensi telah tertangani sepenuhnya. Setelah

follow-up 1 tahun, radiografi periapikal menunjukkan perkembangan akar yang

lengkap dan penutupan apikal. Hasil ini mengindikasikan bahwa gabungan tiga

pasta antibiotic efektif dalam mendisinfeksi gigi immature dengan lesi

periapikal. (Oral Surg Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2009;108:e62-

e65)

1
Trauma gigi dapat merobek ikatan neurovaskular apikal dan

menyebabkan nekrosis pulpa, menghasilkan terhentinya pembentukan akar dari

gigi yang belum dewasa.1 Tujuan yang paling penting dari perawatan

endodontik gigi dengan pulpa yang nekrotik dan lesi periapikal adalah

penghilangan infeksi dari sistem saluran akar.2,3 Disinfeksi dicapai dengan

irigasi yang diikuti dengan penempatan obat-obatan intrakanal. Gabungan

ciprofloxacin, metronidazole dan minocyclin telah ditunjukkan sangat efektif

dalam menghilangkan pathogen endodontic secara in vitro dan in vivo.4-6

Gabungan ini juga telah ditunjukkan memiliki toleransi yang baik dengan

jaringan pulpa vital.5

Cara gabungan tiga antibiotik pertama diuji secara in vitro oleh Sato

dkk.4,6 dan ditemukan efektif dalam merawat dentin yang terinfeksi dengan

Escherichia coli.4 Penelitian berikutnya oleh Sato dkk4,6 menemukan berbagai

gabungan obat-obatan antibakteri mencakup gabungan ciprofloxacin /

metronidazole / minocycline yang mampu mensterilisasi lesi karies, pulpa yang

nekrotik dan dentin akar yang terinfeksi pada gigi sulung.5,6 Pada penelitian

hewan, Windley dkk7 memeriksa pengaruh gabungan tiga pasta antibiotik

metronidazole, ciprofloxacin dan minocycline dan menemukannya efektif

dalam mendisinfeksi gigi anjing yang belum dewasa dengan periodontitis

apical. Sebagai bakterisida spektrum luas, metronidazole ditunjukkan efektif

melawan anaerob oral, mencakup yang diisolasi dari pulpa nekrotik yang

2
terinfeksi.8 Dalam larutan irigasi dan obat-obatan yang dipilih, efek regenerative

harus dipertimbangkan seksama dengan sifat antimikroba.9 Sebagai contoh,

tetracycline diketahui meningkatkan pertumbuhan sel-sel host pada dentin,

bukan oleh aksi antimikroba, tetapi melalui keterpaparan serat kolagen yang

melekat dan faktor pertumbuhan.10 Gabungan tiga pasta antibiotik, di sisi lain,

mengandung bahan bakterisida (metronidazole, ciprofloxacin) dan

bakteriostatik (minocycline), memberikan keberhasilan revaskularisasi dan

melanjutkan perkembangan akar ke panjang normalnya.11,12

Laporan kasus ini menjelaskan perawatan gigi insisivus sentralis RA

yang immature dengan periodontitis apikal menggunakan gabungan tiga jenis

pasta antibiotik (ciprofloxacin / metronidazole / minocycline). Setelah follow-up

1 tahun, perkembangan akar ditunjukkan telah lengkap, dan perawatan saluran

akar konvensional dilakukan.

LAPORAN KASUS

Seorang anak perempuan berusia 8 tahun datang ke Department of

Pedodontics di Gulhane Medical Academy dengan fraktur mahkota dan luksasi

insisivus sentralis kanan RA yang diakibatkan kecelakaan sepeda sekitar 1

bulan yang lalu. Pasien tidak mengalami gejala; tidak ada masalah alergi atau

sistemik dan pemeriksaan ekstra oral menunjukkan tidak ada abnormalitas yang

3
signifikan. Radiografi periapikal menunjukkan insisivus sentralis RA

mengalami terbukanya apeks dihubungkan dengan radiolusensi yang besar.

Pemeriksaan intraoral menunjukkan fraktur pada kedua gigi insisivus sentralis

RA (Gambar 1) dan adanya traktus sinus labialis pada apeks insisivus sentralis

kanan RA, yang luksasi dan mengalami mobilitas minor dan sensitivitas ringan

terhadap panas. Hasil dari tes pulpa elektrik (EPT) dan tes vitalitas negatif.

Rencana perawatan dirumuskan bahwa termasuk perawatan endodontik

insisivus sentralis kanan RA. Orang tua diberikan informasi detail tentang

program perawatan dan informed consent mereka diperoleh.

Saluran akar diirigasi dengan NaOCl 2,5% dan diinstrumentasi sekitar 1

sampai 2 mm dalam diameter apikal untuk memungkinkan pendarahan sistemik

ke dalam sistem saluran akar. Saluran akar dikeringkan dengan paper point dan

diisi dengan pasta ciprofloxacin / metronidazole / minocycline, seperti yang

dijelaskan oleh Hoshino dkk.5 Akses kavitas ditutup dengan semen glass

ionomer (Glass Ionomer Luting Cement, S.S. White Manufacturing, Gloucester,

Inggris). Pengisi intrakanal diganti sekali sebulan selama 12 bulan sampai

radiografi peripikal menunjukkan perkembangan akar yang sempurna dan

penutupan apikal.

4
Gambar 1. A, Gambaran klinis sebelum operasi menunjukkan fraktur kedua
insisivus sentralis RA dan traktus sinus labialis yang ditemukan pada apeks
insisivus sentralis kanan RA. B, Radiografi preoperatif dari insisivus sentralis
RA. Pembentukan apeks yang belum sempurna dan radiolusensi periapikal pada
insisivus sentralis kanan RA ditunjukkan.

Setelah 4 bulan kemudian, pasien tidak mengalami gejala, dengan tanpa

gejala traktus sinus. Radiografi mengindikasikan resolusi sempurna dari

radiolusensi dan melanjutkan perkembangan apeks gigi (Gambar 2). Pada 1

tahun follow-up, pasien tetap tanpa gejala dan diamati adanya penutupan apeks.

Perawatan endodontik konvensional dilakukan menggunakan sealer

berbahan kalsium hidroksida (Sealapex, Sybron/Kerr, Industria e Comercia

Ltda, Guarulhos, SP, Brazil) dan guttapercha. Saluran akar ditutup

menggunakan teknik kondensasi vertikal. Fragmen korona dietsa dengan gel

asam fosfor 37% selama 20 detik dan daerah tersebut dibilas selama 20 detik

dan secara perlahan dikeringkan dengan udara. Bahan adhesive (Excite DSC,

Ivoclar Vivadent AG, Schaan, Liechtenstein) diaplikasikan menurut petunjuk

5
pabrik. Akhirnya, untuk memenuhi kebutuhan estetik pada gigi anterior,

restorasi gigi (Tetric Ceram, Ivoclar Vivadent AG) disempurnakan dengan

komposit menggunakan teknik inkramental, dan dilakukan penyesuaian oklusal.

Gambar 2. A, Gambaran klinis setelah 4 bulan yang menunjukkan tidak ada


gejala traktus sinus. B, Radiografi insisivus sentralis kanan RA yang diambil 4
bulan setelah aplikasi gabungan tiga pasta antibiotik. Radiolusensi telah hilang
sepenuhnya, dan tanda awal penutupan apikal dan kelanjutan perkembangan
akar sudah terlihat.

Perawatan berikut, radiografi diambil untuk mengontrol daerah periapical

dan pasien diminta untuk kembali ke klinik untuk follow-up setiap 3 bulan.

Follow-up klinis dan radiografi menunjukkan tidak adanya penemuan patologis.

Dua tahun setelah perawatan, penampakan radiografi dari insisivus sentralis

kanan sama dengan insisivus sentralis kiri (Gambar 3), dan bukti klinis dan

radiografi menegaskan keefektifan gabungan tiga jenis pasta antibiotik.

6
Gambar 3. A, Penampakan klinis yang normal pada 2 tahun follow-up. B,
Radiografi dua tahun setelah operasi dari insisivus sentralis kanan RA
menujukkan tidak ada gejala radiolusensi periapikal dan tahap perkembangan
akar sama dengan gigi yang berada di kontralateralnya.

PEMBAHASAN

Sejak diperkenalkan sebagai obat-obatan intrakanal, efek bakterisida dari

kalsium hidroksida telah membuatnya menjadi medikamen endodontik yang

paling populer untuk penggunaan dalam apeksifikasi.13 Walaupun

mikroorganisme endodontik tidak mampu untuk bertahan dalam lingkungan

tinggi alkaline yang disediakan oleh pasta Ca(OH)2,2 senyawa ini juga memiliki

efek merusak pada jaringan vital. Kontak langsung antara pasta Ca(OH) 2 dan

jaringan pulpa vital yang tersisa dalam saluran akar dapat menyebabkan

pembentukan lapisan jaringan yang terkalsifikasi yang akan mencegah

regenerasi jaringan pulpa ke dalam ruang yang ditempati dalam saluran akar. 12

Sebaliknya, penelitian telah menunjukkan bahwa ketika sebuah pasta antibiotik

7
digunakan sebagai ganti Ca(OH)2, jaringan pulpa yang mengalami regenerasi

mampu untuk menempati ruang saluran akar yang tersisa.11,14

Dalam apeksifikasi, saluran akar sementara diisi sampai barrier jaringan

keras terbentuk di apeks. Karena ruang saluran akar terisi, tidak ada ruang yang

tersedia untuk jaringan vital berproliferasi ke dalam saluran akar, dan

kemungkinan revaskularisasi dihilangkan.11 Tidak hanya penggunaan gabungan

tiga pasta antibiotik yang mengizinkan keberhasilan revaskularisasi, pasta juga

memiliki sifat bakterisida (metronidazole dan ciprofloxacin) dan bakteriostatik

(minocycline).11,12

Beberapa laporan kasus telah dipublikasikan tentang revaskularisasi

sistem saluran akar yang nekrotik dengan disinfeksi yang mengikuti pendarahan

ke dalam sistem saluran akar.6,15,16 Dalam penelitian ini, larutan irigasi intrakanal

(NaOCl dan chlorhexidine) dan pasta antibiotik seperti ciprofloxacin /

metronidazole / minocycline digunakan selama beberapa minggu untuk

disinfeksi.5,14 Dalam teori, bila ruang saluran akar dapat didisinfeksi dengan

cukup dan struktur korona gigi dilapisi untuk meminimalkan kontaminasi

bakteri, regenerasi mungkin ketika matriks yang cocok untuk pertumbuhan

jaringan baru ada. Faktanya, laporan kasus telah menunjukkan bahwa

perkembangan akar gigi immature yang mengalamai nekrotik dengan

periodontitis apikal yang berlanjut mengikuti aplikasi lapisan antibiotik.15

Murray dkk9 telah menyarankan bahwa revaskularisasi pulpa yang nekrotik

8
pada gigi dengan apeks yang tertutup dapat membutuhkan instrumentasi sekitar

1 sampai 2 mm dalam diameter periapikal untuk mengizinkan pendarahan

sistemik ke dalam sistem saluran akar.

Dalam kasus ini, saluran akar diirigasi dengan NaOCl 2,5%

dinstrumentasi sekitar 1 sampai 2 mm dalam diameter apikal dan dikeringkan

dengan paper point sebelum pengisian dengan pasta ciprofloxacin /

metronidazole / minocycline. Pelapis intrakanal diganti setiap 30 hari selama 12

bulan sampai gejala gigi negatif. Pada 1 tahun follow-up, revaskularisasi

tercapai, perkembangan akar sempurna, dan perawatan saluran akar

diaplikasikan.

Sebagai tambahan terhadap pasta ciprofloxacin / metronidazole /

minocycline, 2 gabungan antibiotik lainnya telah dievaluasi pada penelitian

sebelumnya yaitu gabungan penicillin, bacitracin, atau chloramphenicol dan

streptomycin (pasta poliantibiotik Grossman), dan gabungan neomycin,

polymycin, dan nystatin.16 Kedua pasta ini ditemukan memiliki keefektifan yang

terbatas sebagai obat-obatan intrakanal.2 Penelitian oleh Molander dkk17

menemukan antibiotik lain, clindamycin, tidak memiliki keuntungan apapun

melebihi Ca(OH)2 atau pelapis saluran akar konvensional lainnya.

Kortikosteroid topikal telah digunakan sebagai anti-inflamasi dalam

endodontik selama bertahun-tahun, dan penelitian telah menunjukkan bahwa

walaupun efektif dalam mengurangi nyeri di gigi yang masih pulpa vital,

9
mereka tidak efektif juga pada pulpa nekrosis.2 Sediaan kortikosteroid yang

paling umum yang tersedia saat ini adalah pasta Ledermix (Lederle

Pharmaceuticals, Wolfstratshausen, Jerman) dan pasta Septomixine Forte

(Septodont, Saint-Maur, Prancis).18 Akan tetapi, penelitian in vitro telah

menemukan hasil yang lebih baik ketika gabungan antibiotik seperti

ciprofloxacin / metronidazole / minocycline digunakan sebagai ganti

kortikosteroid sebagai medikamen saluran akar topikal.4,5

10

Anda mungkin juga menyukai