Anda di halaman 1dari 27

Fransiska Nuning

Ignatia Wurangian
Melly Lorianti
Pada waktu penderita datang yang pertama kali harus kita lakukan adalah :
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan extra oral
3. Pemeriksaan intra oral

Tujuan :
1. Untuk menentukan indikasi perawatan
2. Untuk menentukan prognosa dari hasil perawatan
3. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat terjadi dari kasus tersebut.
4. Untuk menentukan alternatif apa yang akan diambil agar dapat mengatasi
masalah tersebut.
5. Untuk menentukan rencana therapy dan tahap-tahap perawatan yang akan
dilakukan.
Hasil pemeriksaan dicatat pada kartu status. Kartu status
bagian prosthodontia hanya ada satu jenis yang berlaku bagi gigi
tiruan lepasan maupun gigi tiruan cekat. Seorang pasien hanya
mempunyai satu status walaupun beberapa jenis gigi tiruan yang
dibuatnya.
No. status : misal : 01/GTC/4/85 (Diisi oleh penanggung jawab
status).

I.ANAMNESA :
Auto anamnesa : Pemeriksaan secara bertanya langsung pada
penderita
Alo anamnesa : Pemeriksaan secara bertanya tidak langsung pada
penderita tetapi misalnya pada yang menyertai penderita.
A. Data Pribadi
1. Nama, alamat, no. telepon penderita, guna :
− Agar dapat melakukan komunikasi dengan penderita.
− Untuk keperluan penyimpanan status (filing).

2. Umur, guna :
− Untuk menentukan cara komunikasi
− Untuk menentukan indikasi prothesa
− Untuk memperkirakan bagaimana adaptasi penderita
terhadap GT-nya nanti (GTL)
− Untuk membantu didalam memilih gigi (GTL)
− Untuk membantu didalam menyusun gigi (GTL)

3. Jenis kelamin, guna :


− Untuk membantu didalam memilih gigi (GTL)
− Untuk membantu didalam menyusun gigi (GTL)
− Untuk menentukan bentuk dari gigi yang akan dibuat
(GTC)
− Untuk faktor estetis / pengunyahan
4. Pekerjaan :
− Untuk mengetahui status sosial ekonomi penderita sehingga dapat
ditentukan indikasi prothesa
− Untuk membantu didalam menentukan rencana therapy
− Untuk faktor estetis atau pengunyahan/bicara.

B. Kesehatan umum (Medical Case History) :


− Apakah penderita mempunyai kecenderungan terjadi pendarahan,
menderita alergi terhadap obat-obatan, menderita penyakit DM; TBC dan
lain-lain. Bila jawabannya adalah ya; maka beri tanda +.
− Saat ini dalam perawatan dokter ya/tidak. Bila ya; maka perlu diketahui
untuk penyakit apa.
Guna : untuk mengetahui penyakitnya terkontrol/tidak. Bila terkontrol,
maka dapat bekerja sama dengan dokter yang merawatnya. Bila tidak
terkontrol maka perlu dilakukan rujukan dengan seorang dokter.
C. Dental Case History
Perlu ditanyakan keluhan utama/maksud kedatangan penderita. Misal :
penderita datang ingin dibuatkan / diperbaiki giginya.
1.Sebab hilangnya gigi : misal dicabut/patah/lepas sendiri, guna :
a. Untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pembuatan rontgen
photo.
b. Untuk memperkirakan apakah hilangnya gigi akibat adanya kelainan
periodontal/tidak.
2.Pencabutan terakhir : misal 2 bulan/ 1 minggu dll.
− Pencabutan yang baru dilakukan perlu ditulis elemen gigi yang dicabut

pada kolom regio.


− Pencabutan yang sudah lebih dari 1 minggu cukup menulis regio gigi

yang dicabut, sedangkan pencabutan yang sudah lama tidak perlu


menulis apa-apa dikolom regio.
Guna : a.Untuk mengetahui keadaan luka bekas pencabutan agar
dapat menentukan kapan pencetakan dapat dilakukan.
b.untuk memperkirakan keadaan resorbsi tulangnya.
3. Pernah / sedang / tidak pernah memakai GT, guna :
a. Untuk mengetahui adaptasi penderita terhadap GT-nya.

b. Untuk dijadikan pedoman didalam menentukan rencana


perawatannya nanti, misal didalam memilih, menyusun gigi
nantinya; terutama bagi penderita-penderita yang pernah / sedang
memakai GT.
4. Macam gigi tiruan lama : misal, GTL, Jacket Crown dan lain-lain. Guna :
untuk menentukan konstruksi dari GT nya nanti.
5. Jenis gigi pada gigi tiruan lama : misal, akrilik / porselin, guna :
a. Untuk dijadikan pedoman didalam menentukan rencana therapynya.

b. Untuk memperkirakan penyebab dari resorbsi processus


alveolaris/kelainan-kelainan jaringan yang terdapat didalam mulut.
6. Lamanya memakai GT, guna :
a. Untuk mengetahui bagaimana retensi dan stabilisasi GT lama.

b. Untuk mengetahui apakah penderita mempunyai kebiasaan jelek


seperti bruxism bila dalam waktu singkat permukaan gigi-gigi sudah
mengalami abrasi.
7. Pengalaman penderita terhadap gigi tiruannya, guna : untuk dijadikan
pedoman didalam pembuatan GT nya yang baru.
8. Alasan untuk pembuatan /perbaikan GT, guna : untuk meningkatkan
kwalitas GT nya yang baru.
9. Ciri khas gigi asli yang hilang, guna :
a. Untuk dijadikan pedoman didalam pembuatan GT nya yang baru.
b. Untuk memberikan kepuasan pada penderita bila ia ingin dibuatkan
GT yang sesuai benar dengan gigi aslinya.
10. Kebiasaan jelek, misal : bruxism, bruxomania dan lain-lain, guna :
a. Untuk menentukan konstrusi dari GT nya nanti.
b. Untuk approach penderita yang memakai GTL agar melepaskan GT
nya pada malam hari.

II. PEMERIKSAAN EXTRA ORAL :


1. Bentuk muka : ovoid, tapering, square
Cara pemeriksaan : dengan melihat bentuk muka penderita dari depan, guna
:
a. Untuk membantu didalam memilih gigi anterior (GTL).
b. Untuk membantu didalam membentuk gigi anterior (GTC).
2. Mata : (GTL)
Cara pemeriksaan : tangkai kaca mulut digerakkan didepan mata penderita
dan penderita disuruh mengikuti arah gerakan kaca mulut. Ini untuk
mengetahui apakah mata kiri dan kanan symetris atau tidak.
Guna : untuk menentukan kesejajaran oklusal plane bagian anterior.
3.Telinga : (GTL)
Cara pemeriksaan : dilihat dari depan apakah telinga kiri dan kanan symetris
atau tidak.
Guna : untuk menentukan kesejajaran oklusal plane bagian posterior.
4.Hidung : (GTL, GTC)
Cara pemeriksaan : menempatkan kaca mulut dibawah satu lubang hidung
penderita sedangkan lubang hidung yang lainnya ditutup. Penderita disuruh
bernapas malalui hidung dan dilihat apakah pada kaca mulut terdapat
pengemunan. Bila ada berarti penderita bernapas melalui hidung. Hal seperti
ini juga dilakukan untuk lubang hidung yang lainnya.
Caranya :
a.Untuk menentukan ada/tidaknya penyumbatan dihidung penderita
sehingga dapat ditentukan langkah yang perlu diambil waktu akan mencetak.
b. Untuk menentukan rencana therapy yang perlu diambil agar dapat
menambah retensi suatu GTP
c. Untuk keperluan rujukan dengan seorang THT.
5. Bibir : (GTL)
Cara pemeriksaan :
a. Dengan melihat dari depan apakah bibir penderita symetris/tidak.
b. Dengan menarik bibir atas dan bawah penderita untuk melihat tonus dari
bibir penderita.
Gunanya ;
a. Untuk membantu didalam menyusun gigi anterior
b. Untuk membantu didalam menentukan bentuk serta ketebalan sayap
labial GT.
6. Profil : (GTL, GTC)
Cara pemeriksaan : dengan melihat profil penderita dari samping.
Guna : untuk membantu didalam menentukan penyusunan gigi anterior.
7. Sendi : (GTL, GTC)
Cara pemeriksaan : dengan merasa pergerakan dari sendi waktu penderita
membuka dan menutup mulutnya.
Guna :untuk melihat ada / tidaknya kelainan sendi
III. PEMERIKSAAN INTRA ORAL :
1. Oral hygiene : (GTSL, GTC)
Guna :
a. Untuk menentukan indikasi prothesa
b. Untuk menentukan perlu/tidaknya dilakukan rujukan (pembersihan
calculus).
2. Rontgen photo : (GTSL, GTC)
Lihat kuliah rontgen photo.
3. Oklusi : (GTSL, GTC)
Cara pemeriksaan : dengan melihat hubungan gigi atas dan bawah terutama gigi-
gigi yang menentukan oklusi pada waktu penderita menutup mulutnya dalam
keadaan oklusi.
Guna :
a. Untuk mendapatkan suatu GT yang sesuai dengan oklusi penderita waktu
belum memakai GT.
b. Sebagai pedoman untuk memasang model di artikulator.

Kelas I : Angle Kelas II : Angle Kelas III : Angle


4. Artikulasi : (GTSL, GTC)
Cara pemeriksaan : dengan menggunakan artikulating paper diantara gigi-gigi
atas dan bawah lalu penderita disuruh menggerakan rahangnya kekiri-
kekanan, kemuka-kebelakang.
Guna : untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan occlusal adjustment.
5. Mukosa mulut : (GTL, GTC)
− Pemeriksaan adanya pigmentasi diperlukan untuk memilih warna dari basis
gigi tiruan.
− Pemeriksaan ada/tidaknya keadaan pathologis dimaksudkan untuk :
a. Menentukan perlu tidaknya dilakukan rujukan
b. Menentukan kapan saatnya dapat dilakukan pencetakan.
6. Vestibulum oris : (GTL)
Cara pemeriksaan : dengan kaca mulut no. 4 yang diletakkan di daerah
vestibulum tanpa tekanan. Kemudian dilihat seberapa banyaknya bagian dari
kaca mulut yang tertanam di bandingkan dengan tinggi processus alveolaris.
− Vestibulum dalam apa bila lebih dari ½ kaca mulut tertanam.
− Vestibulum sedang apabila ½ dari kaca mulut tertanam
− Vestibulum dangkal apabila kurang dari ½ kaca mulut tertanam.
Guna :
a. Untuk menentukan panjang pendeknya sayap GT.
b. Untuk mengetahui bagaimana retensi, stabilisasi GT.
7. Frenulum : (GTL)
Cara pemeriksaan : dengan sedikit menarik bibir/pipi dan melihat seberapa jauh
perlekatan frenulum terhadap tinggi processus alveolaris.
− Frenulum tinggi apabila perlekatannya mendekati puncak processus
alveolaris/ lebih dari ½ tinggi processus alveolaris.
− Frenulum sedang apabila perlekatannya pada ½ tinggi processus alveolaris.
− Frenulum rendah apabila perlekatannya kurang dari ½ tinggi processus
alveolaris.
Guna :
a. Untuk mengetahui retensi, stabilisasi GT nya
b. Untuk menentukan perlu atau tidaknya dilakukan rujukan.
8. Perlekatan dasar mulut : (GTL)
Cara pemeriksaan : dengan menyuruh penderita mengangkat lidahnya dan
melihat berapa jumlahnya perlekatan dasar mulut terhadap tinggi processus
alveolaris. (perlekatannya dikatakan tinggi, sedang atau rendah apabila
hasilnya seperti pada ad. 7).
Guna :
a.Untuk menentukan panjang-pendeknya sayap GT
b.Untuk mengetahui retensi, stabilisasi GT nya.
9.Tahanan jaringan : (GTL)
Cara pemeriksaan : dengan burnisher yang ditekankan pada daerah yang
tidak bergigi.
−Tahanan jaringan tinggi bila submukosa-mukosanya tebal, kenyal dan
mudah bergerak.
−Tahanan jaringan rendah bila submukosa/mukosanya tipis, keras dan tidak
mudah bergerak.
Guna : untuk menentukan tehnik mencetak yang akan digunakan.
10.Residual ridge : (GTL/GTC)
Cara pemeriksaan adalah melihat bentuknya, ketinggiannya serta kepadaan
mukosanya.
Guna :
a.Untuk menentukan tehnik mencetak
b.Untuk membantu didalam menyusun gigi
c.Untuk mengetahui bagaimana retensi, stabilisasi GT.
11. Relasi residual ridge : (GTL)
Cara pemeriksaan : pada kasus rahang tidak bergigi dilihat relasi rahang pada
waktu penderita menutup mulut pada keadaan istirahat physiologis. Pada
kasus rahang bergigi dilihat relasi rahang waktu penderita menutup mulut
dalam keadaan oklusi.
Relasi anterior :
−Normal : bila ridge anterior bawah kira-kira 2 mm dibelakang ridge anterior
atas.
−Prognathi : apabila ridge anterior bawah lebih kemuka dari ridge anterior
atas.
−Retrognathi : apabila ridge anterior bawah terletak lebih dari 2mm
dibelakang ridge anterior atas.
Guna : untuk menentukan cara penyusunan gigi.
12. Bentuk lengkung rahang : (GTC, GTL)
Guna : untuk menentukan cara penyusunan gigi.
13. Ruang prothesa : (GTC, GTL)
Cara pemeriksaan : dengan melihat besar-kecilnya ruangan/jarak antara
puncak ridge atas dan bawah atau antara puncak ridge dengan permukaan
oklusal gigi yang ada.
−Cukup : apabila besarnya ruangan cukup untuk menyusun gigi.
−Kurang : apabila besarnya ruangan kurang untuk menyusun gigi.
Guna :
a.Untuk menentukan pemilihan gigi
b.Untuk menentukan konstruksi mahkota/jembatan yang akan dibuat.
14. Palatum : (GTL)
Cara pemeriksaan : dengan melihat bentuk palatum serta kedalamannya.
Guna : untuk menentukan retensi & stabilisasi gigi tiruan.
15.
x = hubungan palatum durum dgn
palatum molle
III II I

Palatum Molle (GTL) – Pembagian menurut House


Cara pemeriksaan : dengan melihat hubungan palatum durum dan palatum
molle pada waktu penderita mengucapkan huruf A.
Guna : untuk menentukan pembuatan postdam.
16.Tubermaxilla : (GTL)
Cara pemeriksaan : dengan melihat besar kecilnya tubermaxilla dengan
bantuan kaca mulut.
Guna :
a.Untuk menentukan retensi dan stabilisasi gigi tiruan
b.Untuk keperluan rujukan.
17.Retromolarpad : (GTL)
Cara pemeriksaan : dengan memakai burnisher yang ditekankan didaerah
retromolarpad.
Guna :
1.Untuk menentukan retensi dan stabilisasi
2.Untuk menentukan tehnik mencetak
18. Retromylohyoid : (GTL)
Cara pemeriksaan : dengan kaca mulut yang diletakkan didaerah retromylohyoid
dan dilihat dalam dangkalnya dibandingkan dengan tinggi processus
alveolaris. (Retromylohyoid dikatakan dalam, sedang, dangkal apabila hasil
pemeriksaan seperti pada ad. 6 ).
Guna :
a. Untuk menentukan retensi dan stabilisasi gigi tiruan
b. Untuk menentukan panjang pendeknya sayap gigi tiruan.
19. Exostosis : (GTL)
Cara pemeriksaan : dengan melihat disertai perabaan.
Guna :
1. Untuk melakukan pertimbangan apakah perlu rujukan atau tidak.
2. Untuk menentukan arah pemasangan gigi tiruan.
20.Torus palatinus dan torus mandibularis : (GTL)
Cara pemeriksaan : dengan melihat dibantu perabaan.
Guna : untuk melakukan pertimbangan apakah perlu rujukan atau tidak.
21. Lidah : (GTL)
Cara pemeriksaan : dengan melihat besar kecilnya lidah serta posisi lidah waktu
penderita membuka mulut kecil.
− Besar : apabila processus alveolaris bawah kiri-kanan tertutup lidah.
− Sedang : apabila processus alveolaris bawah kiri-kanan tidak tertutup lidah.
− Kecil : apabila processus alveolaris bawah kiri-kanan tidak tertutup lidah
tetapi dasar mulut terlihat.
Dari crown wright membagi klasifikasi lidah sebagai berikut :
Kelas I : apabila lidah terletak didasar mulut danujung lidah menyentuh
permukaan lingual gigi-gigi anterior bawah atau processus alveolaris bawah.
Kelas II : apabila lidah terletak didasar mulut dan ujung lidah tertarik sedikit
kebelakang sehingga dasar mulut terlihat sedikit.
Kelas III :apabila lidah tertarik kebelakang sekali sehingga dasar mulut terlihat
banyak.
Guna :
a. Untuk menentukan stabilisasi gigi tiruan bawah
b. Untuk approach pada penderita waktu akan dilakukan pencetakan.
22. Saliva : (GTL)
Guna : untuk menentukan retensi dari gigi tiruan.
23. Reflek muntah : (GTC, GTL)
Cara pemeriksaan : dengan melakukan perabaan didaerah palatum molle.
Guna :
a. Untuk approach penderita waktu akan dilakukan pencetakan.
b. Untuk mencegah pembuatan GT yang terlalu panjang didaerah distal
palatum.
24.Kelainan lainnya : (Disini dicatat segala hal yang tidak tercantum distatus).
25. Sikap Mental : (GTL, GTC)
Mouse membagi sikap mental penderita sebagai berikut :
a. Philosophical mind : penderita yang kooperatif, mudah diajak kerja sama
karena mempunyai kepercayaan pada dokter gigi.
b. Exacting mind : penderita ini mempunyai kemampuan yang keras, sukar
untuk menerima nasehat-nasehat atau petunjuk-petunjuk. Penderita type ini
permintaannya macam-macam dan sering mendikte dokter gigi. Pada
penderita ini dokter gigi perlu memberikan penjelasan-penjelasan tentang
tehap pekerjaan yang akan dilakukan dengan jelas.
c. Independent mind : penderita ini umumnya datang kedokter gigi atau
anjuran orang lain. Pentingnya suatu GT kurang disadarinya sehingga
adaptasi terhadap GT sulit. Pada penderita type ini prognosa akan baik
bila approah yang diberikan berhasil dengan baik.
Guna :
a. Untuk menentukan daya adaptasi penderita terhadap GT nya.
b. Untuk membantu didalam melakukan approach.

III. DIAGNOSA
Disini secara singkat segala yang tercantum mulai dari anamnesa sampai
pemeriksaan intra oral dicatat.

PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN KHUSUS UNTUK GTC :


Untuk pemeriksaan intra oral :
a. Secara umum
b. Secara khusus
A. Pemeriksaan secara umum :
1. Jaringan lunak yang berhubungan dengan ringga mulut.
2. Kelainan lidah baik ukuran maupun warna lidah.
3. Kelainan-kelainan akibat kebiasaan buruk.
4. Kelainan gerak mandibula, batas pergerakan mandibula pada saat berfungsi
secara normal.
5. Pemeriksaan terhadap struktur permukaan gigi tiruan.
6. Pernah / tidak pernah memakai gigi tiruan.
7. Mahkota / jembatan yang lama

B. Pemeriksaan secara lokal :


Pemeriksaan khusus daerah yang akan dibuat mahkota / jembatan.
1. Jumlah letak gigi yang hilang.
Jumlah gigi yang dapat diganti oleh jembatan tergantung dari kondisi gigi yang
dapat dipakai sebagai abutment. Untuk mengetahui berapa gigi yang
dibutuhkan sebagai penyangga, harus memakai pedoman hukum ante.
Hukum ante :
Jumlah luas permukaan periodontal membrane gigi penyangga adalah
sama atau lebih besar dari pada luas periodontal membrane gigi yang
diganti. Besar ruang protesa yang terjadi akibat hilangnya gigi harus
dilihat dari arah mesio distal maupun cervico oklusal.
2. Pemeriksaan terhadap processus alveolaris : kondisi tulang alveolar
sekitar gigi geligi untuk abutment.
3. Pemeriksaan terhadap membrana mukosa mulut. Ini ada kaitannya
dengan pemilihan pontik.
4. Pertimbangan terhadap jaringan periodontium :
Sehat, tidak ada gingivitis maupun periodontitis, bifurkasi maupun trifurkasi
tidak terbuka dan resesi gingiva tidak terlalu banyak.
5. Gigi yang akan dijadikan penyangga diteliti.
Ada/tidaknya caries, tambalan besar yang meragukan, tidak ada perforasi ke
pulpa serta jaringan gigi yang tertinggal masih banyak.
Hal-hal ini perlu dipertimbangkan untuk kemungkinan perawatan lebih
lanjut.
Gunanya Ro photo :
Untuk mengetahui :
1.Besar, bentuk dan panjang akar gigi
2.Besar, posisi ruang pulpa
3.Keadaan jaringan penyangga gigi
4.Macam suppoting alveolar bone
5.Perbandingan panjang akar dan tinggi mahkota gigi
6.Keadaan patologis, mis : sisa akar, impaksi, odontoma.

PENYAKIT-PENYAKIT YANG BERPENGARUH TERHADAP PERAWATAN


GIGI TIRUAN
A.Penyakit infeksi umum :
1.Tuberculosis :
Penyakit ini perlu diketahui karena :
a.Untuk proteksi, baik bagi operator maupun penderita lain.
b.Penderita penyakit ini resorbsi tulangnya cepat sehingga diperlukan tehnik
pembuatan yang tepat.
2. Veneral disease :
a. Untuk proteksi terhadap penularan

b. Untuk penderita syphilis stadium 2 dan 3 sebaiknya disembuhkan


dulu.

B. Penyakit darah :
1. Anemia :
Mukosa mulut berwarna pucat, pengeluaran saliva berkurang rasa sakit pada
lidah, terlihat berwarna merah, sering terjadi perdarahan gingiva. Akibatnya
timbul kesulitan dalam pemakaian protesa.
2. Hemophilia :
Merupakan penyakit turunan dan hanya terjadi pada pria. Pada penyakit ini
terdapat kelainan dalam sistem pembekuan darah, sehingga pembuatan gigi
tiruan jangan tajam tetapi halus agar tidak terjadi luka.
C. Penyakit hormonal :
1. Hyperparathyroidism :
Pada keadaan norkal glandula parathyroid mempertahankan kadar Ca yang
normal di dalam darah. Parathyroid ini mempunyai pengaruh yang besar
bagi pembentukan maupun resorbsi tulang. Pada penderita
hyperparathyroidism terdapat kecenderungan terjadinya resorbsi tulang
alveolar osteoporosis, sehingga keberhasilan pembuatan gigi tiruan sangat
buruk.
2. Hyperthyroidism :
Penderita ini tidak memberikan gejala-gejala di dalam mulut, hanya gigi susu
tanggalnya lebih awal, sedangkan gigi permanent tumbuh lebih cepat.
Penderita ini cenderung sangat kritis, ambang kepuasannya sangat rendah
sehingga keberhasilan perawatan gigi tiruan sangat buruk.
3. Epilepsi :
Pada penderita ini sering diberikan obat dilantin sodium yang menyebabkan
hypertrophi mukosa mulut. Untuk pembuatan protesa kadang-kadang
dibutuhkan pembedahan. Sebaiknya pada dokter yang merawat penderita ini
dianjurkan untuk menggunakan obat yang lain.
4. Diabetes mellitus :
Tanda-tanda : dehydrasi, lidah merah dan sakit. Kemungkinan makroglossia.
Gigi goyang karena kerusakan pada alveolar bone, penimbunan calculus
dan predeleksi periapical absess. Pada penderita ini bila diberikan
anestesi jangan menggunakan bahan vasokonstriktor seperti adrenalin
karena adrenalin dapat mengubah glycogen menjadi glucosa dengan
akibat kadar gula darah naik – shock diabetic – fatal. Di dalam
pembuatan gigi tiruan sebaiknya tepi-tepi jangan kasar atau terlalu
panjang dan oklusi gigi tiruan harus dibuat teliti.
Instruksi pada penderita :
− Makanan makanan yang lunak
− Perhatikan OH
− Memberikan istirahat pada jaringan bila memakai GTL.
− Sering melakukan kontrol untuk penyesuaian basis GT maupun oklusi.
5. Penyakit jantung :
Perlu konsultasi dengan dokternya apabila diperlukan pemberian
anestetikum.
6. Hypertensi :
Bagi penderita ini sebaiknya hindari pemakaian anestetikum yang
mengandung vasokonstriktor.

Anda mungkin juga menyukai