Anda di halaman 1dari 23

MODUL 7

SKILLS LAB PROSTODONSIA


“GIGI TIRUAN”
PENUNTUN UNTUK MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
2016
DIAGNOSTIK SURVEY

Kompetensi Utama :
3.1. Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi secara efektif dan bertanggung
jawab, baik secara lisan maupun tertulis dengan pasien, keluarga atau
pendamping pasien serta masyarakat, teman sejawat dan profesi kesehatan lain
yang terkait
9.1. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatogantik dengan
mencatat informasi klinis, laboratoris, radiologis, psikologis, dan sosial guna
mengevaluasi kondisi medik pasien.
9.3. Menggunakan rekam medik sebagai acuan dasar dalam melaksanakan perawatan
gigi dan mulut.
13.7. Melakukan perawatan kehilangan gigi pada pasien dewasa.

Kompetensi Penunjang :
3.1.1. Berdialog dengan pasien dalam kedudukan yang setara
3.1.2. Bersikap empati terhadap pasien dalam kedudukan yang setara
9.1.1. Mengidentifikasi keluhan utama penyakit atau gangguan sistem stomatognatik
9.1.2. Menerapkan pemeriksaan komprehensif sistem stomatognatik dengan
memperhatikan kondisi umum
9.3.1. Membuat rekam medik secara akurat dan komprehensif
9.3.3. Merencanakan perawatan medik kedokteran gigi berdasarkan catatan medik
yang tertulis pada rekam medik
13.7.1. Menentukan indikasi perawatan kehilangan gigi geligi permanen untuk kasus
gigi tiruan cekat dan lepasan
13.7.2. Melakukan perawatan kasus kehilangan gigi permanen dengan gigi tiruan cekat
dan gigi tiruan lepasan sederhana

Tujuan pembelajaran (Learning Objective) :


1. Mahasiswa mampu berkomunikasi secara personal dengan pasien
2. Mahasiswa mampu melakukan anamnesa dan pengisian status prosto dengan benar

Metode pembelajaran : Praktikum


 Melakukan anamnesa antar teman
 Melakukan pemeriksaan dan pengisian status antar teman

Rencana pelaksanaan :
2x tatap muka @50 menit

Bahan dan alat yang dibutuhkan :


 Lembar pengisian status prosto x 200 mahasiswa
 Dental unit / kursi untuk melakukan pemeriksaan
 Ruangan dengan penerangan yang cukup
Mahasiswa wajib membawa :
 Alat standar (2 buah kaca mulut no. 3, sonde halfmoon, excavator, pinset)
 Burnisher
 Nierbekken
 Lap putih
 Sarung tangan karet dan masker
 Alat tulis (ballpoint, tip-ex, pensil, spidol warna merah, biru, hitam)

TINJAUAN PUSTAKA
Pada waktu penderita datang yang pertama kali harus kita lakukan adalah :
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan extra oral
3. Pemeriksaan intra oral

Tujuan anamnesa:
1. Menentukan indikasi perawatan
2. Menentukan prognosa dari hasil perawatan
3. Mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat terjadi dari kasus tersebut
4. Menentukan alternatif apa yang akan diambil agar dapat mengatasi masalah
tersebut
5. Menentukan rencana terapi dan tahap-tahap perawatan yang akan dilakukan

I. ANAMNESA :
 Auto anamnesa : Pemeriksaan secara bertanya langsung pada penderita
 Alo anamnesa : Pemeriksaan secara bertanya tidak langsung pada penderita tetapi
misalnya pada yang menyertai penderita.

A. Data Pribadi
1. Nama, alamat, no. telepon penderita, guna :
− Agar dapat melakukan komunikasi dengan penderita.
− Untuk keperluan penyimpanan status (filing).

2. Umur, guna :
− Untuk menentukan cara komunikasi
− Untuk menentukan indikasi prothesa
− Untuk memperkirakan bagaimana adaptasi penderita terhadap GT-
nya nanti (GTL)
− Untuk membantu didalam memilih gigi (GTL)
− Untuk membantu didalam menyusun gigi (GTL)

3. Jenis kelamin, guna :


− Untuk membantu didalam memilih gigi (GTL)
− Untuk membantu didalam menyusun gigi (GTL)
− Untuk menentukan bentuk dari gigi yang akan dibuat (GTC)
− Untuk faktor estetis / pengunyahan

4. Pekerjaan, guna :
− Untuk mengetahui status sosial ekonomi penderita sehingga dapat
ditentukan indikasi prothesa
− Untuk membantu didalam menentukan rencana terapi
− Untuk faktor estetis atau pengunyahan/bicara.

B. Kesehatan umum (Medical Case History) :


− Apakah penderita mempunyai kecenderungan terjadi pendarahan,
menderita alergi terhadap obat-obatan, menderita penyakit DM; TBC dan
lain-lain. Bila jawabannya adalah ya maka beri tanda +.
− Saat ini dalam perawatan dokter ya/tidak. Bila ya maka perlu diketahui
untuk penyakit apa.
Guna : untuk mengetahui penyakitnya terkontrol/tidak. Bila terkontrol, maka
dapat bekerja sama dengan dokter yang merawatnya. Bila tidak terkontrol
maka perlu dilakukan rujukan dengan seorang dokter.

C. Dental Case History


Perlu ditanyakan keluhan utama/maksud kedatangan penderita. Misal :
penderita datang ingin dibuatkan / diperbaiki giginya.
1. Sebab hilangnya gigi : misal dicabut/patah/lepas sendiri. Guna :
a. Untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pembuatan rontgen
photo.
b. Untuk memperkirakan apakah hilangnya gigi akibat adanya
kelainan periodontal/tidak.

2. Pencabutan terakhir : misal 2 bulan/ 1 minggu dll.


a. Pencabutan yang baru dilakukan perlu ditulis elemen gigi yang
dicabut pada kolom regio.
b. Pencabutan yang sudah lama tidak perlu ditulis dikolom regio.
Guna :
a. Untuk mengetahui keadaan luka bekas pencabutan agar dapat
menentukan kapan pencetakan dapat dilakukan.
b. Untuk memperkirakan keadaan resorbsi tulangnya.

3. Pernah / sedang / tidak pernah memakai GT. Guna :


a. Untuk mengetahui adaptasi penderita terhadap GT-nya.
b. Untuk dijadikan pedoman didalam menentukan rencana
perawatannya nanti, misal didalam memilih, menyusun gigi
nantinya; terutama bagi penderita-penderita yang pernah / sedang
memakai GT.

4. Macam gigi tiruan lama : misal, GTL, Jacket Crown dan lain-lain. Guna :
untuk menentukan konstruksi dari GT nya nanti.
5. Jenis gigi pada gigi tiruan lama : misal, akrilik / porselen. Guna :
a. Untuk dijadikan pedoman didalam menentukan rencana terapinya.
b. Untuk memperkirakan penyebab dari resorbsi processus
alveolaris/kelainan-kelainan jaringan yang terdapat didalam mulut.

6. Lamanya memakai GT, guna :


a. Untuk mengetahui bagaimana retensi dan stabilisasi GT lama.
b. Untuk mengetahui apakah penderita mempunyai kebiasaan jelek
seperti bruxism bila dalam waktu singkat permukaan gigi-gigi sudah
mengalami abrasi.

7. Pengalaman penderita terhadap gigi tiruannya. Guna : untuk dijadikan


pedoman didalam pembuatan GT nya yang baru.

8. Alasan untuk pembuatan / perbaikan GT, guna : untuk meningkatkan


kualitas GT nya yang baru.

9. Ciri khas gigi asli yang hilang, guna :


a. Untuk dijadikan pedoman didalam pembuatan GT nya yang baru.
b. Untuk memberikan kepuasan pada penderita bila dia ingin
dibuatkan GT yang sesuai benar dengan gigi aslinya.

10. Kebiasaan jelek, misal : bruxism, bruxomania dan lain-lain, guna :


a. Untuk menentukan konstruksi dari GT nya nanti.
b. Untuk approach penderita yang memakai GTL agar melepaskan GT
nya pada malam hari.

II. PEMERIKSAAN EXTRA ORAL :


1. Bentuk muka : ovoid, tapering, square
Cara pemeriksaan : dengan melihat bentuk muka penderita dari depan, guna :
a. Untuk membantu didalam memilih gigi anterior (GTL)  membentuk
daerah servikal disesuaikan dengan bentuk muka.
b. Untuk membantu didalam menentukan bentuk gigi anterior (GTC).

2. Mata : (GTL)
Cara pemeriksaan : tangkai kaca mulut digerakkan didepan mata penderita dan
penderita disuruh mengikuti arah gerakan kaca mulut. Ini untuk mengetahui
apakah mata kiri dan kanan simetris atau tidak.
Guna : untuk menentukan kesejajaran oklusal plane bagian anterior (sejajar garis
interpupil).

3. Telinga : (GTL)
Cara pemeriksaan : dilihat dari depan apakah telinga kiri dan kanan simetris / tidak.
Guna : untuk menentukan kesejajaran oklusal plane bagian posterior (sejajar garis
camper yaitu garis dari tragus ke alanasi.
4. Hidung : (GTL, GTC)
Cara pemeriksaan : menempatkan kaca mulut dibawah satu lubang hidung
penderita sedangkan lubang hidung yang lainnya ditutup. Penderita disuruh
bernapas malalui hidung dan dilihat apakah pada kaca mulut terdapat
pengembunan. Bila ada berarti penderita bernapas melalui hidung. Hal seperti ini
juga dilakukan untuk lubang hidung yang lainnya.
Gunanya:
a. Untuk menentukan ada/tidaknya penyumbatan dihidung penderita sehingga
dapat ditentukan langkah yang perlu diambil waktu akan mencetak.
b. Untuk menentukan rencana terapi yang perlu diambil agar dapat menambah
retensi suatu GTP
c. Untuk keperluan rujukan dengan seorang dokter THT.

5. Bibir : (GTL)
Cara pemeriksaan :
a. Dengan melihat dari depan apakah bibir penderita symetris/tidak.
b. Dengan menarik bibir atas dan bawah penderita untuk melihat tonus dari
bibir penderita.
Gunanya ;
a. Untuk membantu didalam menyusun gigi anterior.
b. Untuk membantu didalam menentukan bentuk serta ketebalan sayap labial
GT.

6. Profil : (GTL, GTC)


Cara pemeriksaan : dengan melihat profil penderita dari samping.
Guna : untuk membantu didalam menentukan penyusunan gigi anterior.

7. Sendi : (GTL, GTC)


Cara pemeriksaan : dengan merasa pergerakan dari sendi waktu penderita
membuka dan menutup mulutnya.
Guna : untuk melihat ada / tidaknya kelainan sendi.

III. PEMERIKSAAN INTRA ORAL :


1. Oral hygiene : (GTSL, GTC)
Guna :
a. Untuk menentukan indikasi protesa
b. Untuk menentukan perlu/tidaknya dilakukan rujukan (pembersihan calculus)

2. Rontgen photo : (GTSL, GTC)


Guna :
a. Mengetahui abnormalitas pada rahang : akar gigi yang tersisa, gigi impaksi,
inflamasi, neoplastik
b. Kedalaman pocket periodontal à keadaan tulang disekitar akar gigi
c. Jumlah kehilangan tulang disekitar gigi yang tersisa dan didaerah tidak bergigi
d. Menunjukkan lokasi kanalis mandibula dan foramen mentalis
Extraoral radiografik à memberikan gambaran umum keadaan tulang untuk basis
GT dan struktur sekitar
a. Roentgen Panoramik
b. Roentgen Cephalometri
c. Roentgen TMJ
Intraoral radiografik à memberikan gambaran yang lebih mendetail
a. Roentgen Periapical
b. Roentgen Oklusal

3. Oklusi : (GTSL, GTC)


Cara pemeriksaan : dengan melihat hubungan gigi atas dan bawah terutama gigi-
gigi yang menentukan oklusi pada waktu penderita menutup mulutnya dalam
keadaan oklusi. Guna :
a. Untuk mendapatkan suatu GT yang sesuai dengan oklusi penderita waktu
belum memakai GT
b. Sebagai pedoman untuk memasang model di artikulator

4. Artikulasi : (GTSL, GTC)


Cara pemeriksaan : dengan menggunakan artikulating paper diantara gigi-gigi atas
dan bawah lalu penderita disuruh menggerakan rahangnya kekiri-kekanan,
kemuka-kebelakang.
Guna : untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan occlusal adjustment

5. Mukosa mulut : (GTL, GTC)


− Pemeriksaan adanya pigmentasi diperlukan untuk memilih warna dari basis
gigi tiruan.
− Pemeriksaan ada/tidaknya keadaan patologis dimaksudkan untuk :
a. Menentukan perlu tidaknya dilakukan rujukan
b. Menentukan kapan saatnya dapat dilakukan pencetakan

6. Vestibulum oris : (GTL)


Cara pemeriksaan : dengan kaca mulut no. 3 yang diletakkan di daerah
vestibulum tanpa tekanan. Kemudian dilihat seberapa banyaknya bagian dari kaca
mulut yang tertanam dibandingkan dengan tinggi processus alveolaris.
− Vestibulum dalam apabila lebih dari ½ kaca mulut tertanam
− Vestibulum sedang apabila ½ dari kaca mulut tertanam
− Vestibulum dangkal apabila kurang dari ½ kaca mulut tertanam
Guna :
a. Untuk menentukan panjang pendeknya sayap GT
b. Untuk mengetahui bagaimana retensi, stabilisasi GT

7. Frenulum : (GTL)
Cara pemeriksaan : dengan sedikit menarik bibir/pipi dan melihat seberapa jauh
perlekatan frenulum terhadap tinggi processus alveolaris.
− Frenulum tinggi apabila perlekatannya mendekati puncak processus alveolaris/
lebih dari ½ tinggi processus alveolaris.
− Frenulum sedang apabila perlekatannya pada ½ tinggi processus alveolaris.
− Frenulum rendah apabila perlekatannya kurang dari ½ tinggi processus
alveolaris.
Guna :
a. Untuk mengetahui retensi, stabilisasi GT nya
b. Untuk menentukan perlu atau tidaknya dilakukan rujukan.

8. Perlekatan dasar mulut : (GTL)


Cara pemeriksaan : dengan menyuruh penderita mengangkat lidahnya dan melihat
bagaimana perlekatan dasar mulut terhadap tinggi processus alveolaris. (perlekatan
dikatakan tinggi, sedang atau rendah bila hasilnya seperti pada ad. 7).
Guna :
a. Untuk menentukan panjang-pendeknya sayap GT
b. Untuk mengetahui retensi, stabilisasi GT nya.

9. Tahanan jaringan : (GTL)


Cara pemeriksaan : dengan burnisher yang ditekankan pada daerah yang tidak
bergigi.
− Tahanan jaringan tinggi bila submukosa-mukosanya tebal, kenyal dan
mudah bergerak.
− Tahanan jaringan rendah bila submukosa/mukosanya tipis, keras dan tidak
mudah bergerak.
Guna : untuk menentukan tehnik mencetak yang akan digunakan.

10. Residual ridge : (GTL/GTC)


Cara pemeriksaan adalah melihat bentuknya, ketinggiannya serta kepadatan
mukosanya.
Guna :
a. Untuk menentukan tehnik mencetak
b. Untuk membantu didalam menyusun gigi
c. Untuk mengetahui bagaimana retensi, stabilisasi GT.

11. Relasi residual ridge : (GTL)


Cara pemeriksaan : pada kasus rahang tidak bergigi dilihat relasi rahang pada
waktu penderita menutup mulut pada keadaan istirahat fisiologis. Pada kasus
rahang bergigi dilihat relasi rahang waktu penderita menutup mulut dalam keadaan
oklusi.
Relasi anterior :
− Normal : ridge anterior bawah kira-kira 2 mm dibelakang ridge anterior
atas.
− Prognathi : ridge anterior bawah lebih kemuka dari ridge anterior atas.
− Retrognathi : ridge anterior bawah terletak lebih dari 2 mm dibelakang
ridge anterior atas.
Guna : untuk menentukan cara penyusunan gigi.

12. Bentuk lengkung rahang : (GTC, GTL)


Guna : untuk menentukan cara penyusunan gigi.

13. Ruang prothesa : (GTC, GTL)


Cara pemeriksaan : dengan melihat besar-kecilnya ruangan/jarak antara puncak
ridge atas dan bawah atau antara puncak ridge dengan permukaan oklusal gigi
yang ada serta jarak mesial distal nya.
− Cukup : apabila besarnya ruangan cukup untuk menyusun gigi.
− Kurang : apabila besarnya ruangan kurang untuk menyusun gigi.
Guna :
a. Untuk menentukan pemilihan gigi
b. Untuk menentukan konstruksi mahkota/jembatan yang akan dibuat.

14. Palatum : (GTL)


Cara pemeriksaan : dengan melihat bentuk palatum serta kedalamannya.
Guna : untuk menentukan retensi & stabilisasi gigi tiruan.

15. Palatum Molle (GTL) – Pembagian menurut House

x = hubungan palatum durum dengan palatum molle


III II I

Guna : untuk menentukan pembuatan postdam

16. Tubermaxilla : (GTL)


Cara pemeriksaan : dengan melihat besar kecilnya tubermaxilla dengan bantuan
kaca mulut.
Guna :
a. Untuk menentukan retensi dan stabilisasi gigi tiruan
b. Untuk keperluan rujukan.

17. Retromolarpad : (GTL)


Cara pemeriksaan : dengan memakai burnisher yang ditekankan didaerah
retromolarpad.
Guna :
a. Untuk menentukan retensi dan stabilisasi
b. Untuk menentukan teknik mencetak

18. Retromylohyoid : (GTL)


Cara pemeriksaan : dengan kaca mulut yang diletakkan didaerah retromylohyoid
dan dilihat dalam / dangkalnya dibandingkan dengan tinggi processus alveolaris.
(Retromylohyoid dikatakan dalam, sedang, dangkal bila hasil pemeriksaan seperti
pada ad. 6 ).
Guna :
a. Untuk menentukan retensi dan stabilisasi gigi tiruan
b. Untuk menentukan panjang pendeknya sayap gigi tiruan.

19. Exostosis : (GTL)


Cara pemeriksaan : dengan melihat disertai perabaan.
Guna :
1. Untuk melakukan pertimbangan apakah perlu rujukan atau tidak.
2. Untuk menentukan arah pemasangan gigi tiruan.

20. Torus palatinus dan torus mandibularis : (GTL)


Cara pemeriksaan : dengan melihat dibantu perabaan.
Guna : untuk melakukan pertimbangan apakah perlu rujukan atau tidak.

21. Lidah : (GTL)


Cara pemeriksaan : dengan melihat besar kecilnya lidah serta posisi lidah waktu
penderita membuka mulut kecil.
− Besar : apabila processus alveolaris bawah kiri-kanan tertutup lidah.
− Sedang : apabila processus alveolaris bawah kiri-kanan tidak tertutup lidah.
− Kecil : apabila processus alveolaris bawah kiri-kanan tidak tertutup lidah
tetapi dasar mulut terlihat.
Dari crown Wright membagi klasifikasi lidah sebagai berikut :
 Kelas I : lidah terletak didasar mulut dan ujung lidah menyentuh
permukaan lingual gigi-gigi anterior bawah atau processus
alveolaris bawah.
 Kelas II : lidah terletak didasar mulut dan ujung lidah tertarik sedikit
kebelakang sehingga dasar mulut terlihat sedikit.
 Kelas III: lidah tertarik kebelakang sekali sehingga dasar mulut terlihat
banyak.
Guna :
a. Untuk menentukan stabilisasi gigi tiruan bawah
b. Untuk approach pada penderita waktu akan dilakukan pencetakan.

22. Saliva : (GTL)


Guna : untuk menentukan retensi dari gigi tiruan.

23. Reflek muntah : (GTC, GTL)


Cara pemeriksaan : dengan melakukan perabaan didaerah palatum molle.
Guna :
a. Untuk approach penderita waktu akan dilakukan pencetakan.
b. Untuk mencegah pembuatan GT yang terlalu panjang didaerah distal
palatum.

24. Kelainan lainnya : (Disini dicatat segala hal yang tidak tercantum di status).

25. Sikap Mental : (GTL, GTC)


House membagi sikap mental penderita sebagai berikut :
a. Philosophical mind : penderita yang kooperatif, mudah diajak kerja sama
karena mempunyai kepercayaan pada dokter gigi.
b. Exacting mind : penderita ini mempunyai kemampuan yang keras, sukar
untuk menerima nasehat-nasehat atau petunjuk-petunjuk. Penderita type ini
permintaannya macam-macam dan sering mendikte dokter gigi. Pada
penderita ini dokter gigi perlu memberikan penjelasan-penjelasan tentang
tahap pekerjaan yang akan dilakukan dengan jelas.
c. Indifferent mind : penderita ini umumnya datang kedokter gigi atau anjuran
orang lain. Pentingnya suatu GT kurang disadarinya sehingga adaptasi
terhadap GT sulit. Pada penderita type ini prognosa akan baik bila
approach yang diberikan berhasil dengan baik.
d. Histerical mind : penderita yang histeris
Guna :
a. Untuk menentukan daya adaptasi penderita terhadap GT nya.
b. Untuk membantu didalam melakukan approach.

III. DIAGNOSA
Kumpulan seluruh data-data yang diperlukan dan berkaitan dengan perawatan yang akan
dilakukan.

REFERENSI :
1. Osborne J., Lammie A. Partial Dentures, 4th ed. Toronto : Blackwell Scientific
Publications, 1974.
2. Zarb G., Bergman B.,Clayton J.A. Prosthodontic Treatment for Partially
Edentulous Patients. Saint Louis : CV Mosby. 1978
3. Zarb G.A., Bolender C.L. Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients. 12th
ed. USA : C.V Mosby. 2004.
4. Henderson D., Steffel V. Mc Cracken’s Removable Partial Prosthodontics. 11 th ed.
Saint Louis : CV.Mosby. 2005.
SKENARIO :
Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke praktik dokter gigi dengan keluhan
kesulitan mengunyah karena ada gigi yang hilang. Pasien tersebut belum pernah
menggunakan gigi tiruan.

TUGAS :
1. Peragakan dan verbalkan cara melakukan anamnesa pada pasien!
2. Pilih dan verbalkan nama alat-alat yang anda gunakan untuk pemeriksaan!
3. Verbalkan dan peragakan cara pemeriksaan vestibulum!
4. Verbalkan dan peragakan cara pemeriksaan frenulum!
5. Verbalkan dan peragakan cara pemeriksaan tahanan jaringan!
6. Verbalkan dan peragakan cara pemeriksaan residual ridge!
SURVEYING

Kompetensi Utama :
6.1. Memahami ilmu kedokteran gigi klinik yang relevan sebagai pertimbangan
dalam melakukan perawatan gigi dan mulut pada pasien medik kompromis
8.1. Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi klinik sebagai dasar untuk melakukan
pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yang efektif dan efisien
13.7. Melakukan perawatan kehilangan gigi pada pasien dewasa.

Kompetensi Penunjang untuk Pencetakan dan Surveying


6.1.1. Menghubungkan tatalaksana kedokteran klinik untuk mengembalikan fungsi
optimal sistem stomatognati
8.1.1. Memahami prinsip pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yang meliputi
tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
8.1.2. Menghubungkan berbagai tatalaksana kedokteran gigi klinik untuk membantu
dan memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam mengembalikan
fungsi optimal sistem stomatognatik.
13.7.1. Menentukan indikasi perawatan kehilangan gigi geligi permanen untuk kasus
gigi tiruan cekat dan lepasan.
13.7.3. Memilih gigi penyangga untuk pembuatan gigi tiruan cekat dan gigi tiruan
lepasan.

Tujuan pembelajaran (Learning Objective)


Mahasiswa mampu melakukan surveying pada model belajar

Metode pembelajaran :
 Tutorial
- Dosen pembimbing memperagakan cara melakukan survey pada model
 Praktikum
- Mahasiswa melakukan survey pada model

Rencana pelaksanaan :
2x tatap muka @150 menit

Alat dan bahan yang dibutuhkan :


 Surveyor = 8 buah
 12 model studi yang telah dibasis

TINJAUAN PUSTAKA
Surveying adalah suatu proses untuk memperoleh detail gigi penyangga dan jaringan
sekitarnya serta memilih path of insertion dari GTSL.
Tujuan surveying :
1. Menentukan arah pemasangan, mendapat kesejajaran dari 2 atau lebih permukaan
gigi atau struktur jaringan yang berdekatan.
2. Menentukan tempat dan mengatur daerah undercut pada gigi yang diperlukan
untuk retensi.
3. Menentukan ketinggian garis kontur gigi abutment yang sesuai dengan arah
pemasangan gigi tiruan.
4. Menentukan daerah undercut pada jaringan yang memerlukan tindakan bedah
misal :
− Undercut pada tulang
− Undercut pada jaringan lunak yang mengganggu keluar masuknya GT.

Bagian-bagian surveyor :

Instrumen surveyor dan gunanya :


1. Analyzing rod : menganalisa daerah undercut

2. Undercut gauze : mengukur undercut


3. Wax trimmer : memotong, merapikan kelebihan wax pada waktu block out
undercut

4. Carbon marker : isi pensil


5. Metal sheath for carbon marker : pelindung carbon marker agar tidak mudah patah

Cara melakukan survey :


1. Model yang akan disurvey dipasang pada posisi netral

2. Menentukan kesejajaran gigi dengan analyzing rod

3. Memeriksa daerah undercut dengan arah tegak lurus dengan undercut gauze. Ada
3 ukuran undercut gauze, yaitu 0,01, 0,02 dan 0,03

4. Pasang carbon marker untuk membuat garis survey.


5. Menutup undercut dengan wax dan membuang kelebihan wax dengan wax trimmer

6. Melakukan tripoding

TRIPODING
Pada waktu melakukan survey, desain atau pembuatan gigi tiruan sebagian lepas,
seringkali model dilepas dari cast holder. Untuk mengembalikan model dengan tepat perlu
dilakukan tripoding. Caranya :
• Tissue Surface Indexing
Metode tripoding dengan membuat tiga tanda pada model dengan carbon
marker. Ketiga tanda tersebut letaknya berjauhan. Kemudian model dilepas
dari cast holder. Bila model akan dikembalikan maka surveyor table diatur
sedemikian rupa sampai carbon marker menyentuh ketiga tanda tersebut.
• Art Portion Indexing
Metode tripoding dengan cara membuat garis vertikal dengan analyzing rod.
Dibuat tiga garis vertikal pada permukaan model : satu dibagian posterior, satu
di kiri dan satu di kanan.

REFERENSI :
1. Osborne J., Lammie A. Partial Dentures, 4th ed. Toronto : Blackwell Scientific
Publications, 1974.
2. Zarb G., Bergman B.,Clayton J.A. Prosthodontic Treatment for Partially
Edentulous Patients. Saint Louis : CV Mosby. 1978.
3. Henderson D., Steffel V. Mc Cracken’s Removable Partial Prosthodontics. 11 th ed.
Saint Louis : CV.Mosby. 2005.
MEMBUAT SENDOK CETAK PERSEORANGAN PADA MODEL RAHANG

Tujuan pembelajaran (Learning Objective)


Mahasiswa mampu melakukan pembuatan sendok cetak perseorangan pada model
gigi tiruan penuh

Metode pembelajaran :
Praktikum : mahasiswa melakukan pembuatan SCP pada model GTP

Rencana pelaksanaan :
2x tatap muka @150 menit

Alat dan bahan yang dibutuhkan :


 Lap putih
 Lampu spiritus dan isinya
 Lecron / pisau malam
 Pinsil
 Masker
 Kuas ukuran sedang / kapas + pinset
 Mangkok porselen (cucing) dengan tutup
 Spatula semen
 Bowl
 Straight handpiece
 Acrylic trimmer, amplas, dan stone bur kasar sampai halus

Alat dan bahan yang disediakan :


 Modelling wax
 Vaseline / CMS
 Cold curing acrylic
 Kertas selofan / plastik tipis

Persiapan :
Gambar batas SCP pada model dengan pinsil yaitu untuk RA pada mucobuccal
fold, hamular notch, dan vibrating line, serta untuk RB pada mucobuccal fold,
distal retromolarpad, dan sulkus alveolingualis. Gambar juga garis 2 mm di atas
batas SCP yg telah digambar (ke arah puncak prosesus alveolaris)

Cara kerja :
1. Siapkan lampu spiritus dan pisau malam / lecron
2. Basahi model dengan air
3. Satu lembar malam merah diletakkan di atas model, untuk memperkirakan lebar
malam yang akan digunakan, lalu potong kelebihan malam
4. Malam merah dilunakkan secara merata di atas api lampu spiritus, kemudian
letakkan di atas permukaan model yang sudah diberi tanda 2 mm di atas batas SCP.
Tekan ringan dan merata hingga rapat dan sesuai dengan permukaan model.
Bentuk / potonglah sesuai dengan batas yang sudah ditentukan
5. Buat “stop” dengan memotong malam ukuran 5 x 10 mm di permukaan ridge
anterior dan di permukaan ridge posterior kiri dan kanan
6. Ulasi bagian model yang tidak tertutup malam merah dengan vaseline / CMS
memakai kuas atau kapas + pinset secara merata dan tipis
7. Sambil menunggu CMS kering,takar liquid acrylic. Untuk RA 6 cc dan RB 5 cc.
Tuang ke dalam mangkok porselen (cucing)
8. Taburkan powder acrylic sedikit demi sedikit ke dalam cucing sambil diketok-
ketok agar powder dan liquid dapat tercampur dengan baik. Jika perlu aduk dengan
spatula semen
9. Setelah campuran cukup padat dan tidak ada liquid yang berlebih, tutup rapat
cucing dan tunggu sampai fase buram (dough stage). Ambil seluruh adonan. Untuk
RA adonan dibentuk bulat dan untuk RB dibentuk bulat panjang sesuai bentuk
prosesus alveolaris. Perhatikan setting time self-cured acrylic yang digunakan
Gunakan kertas selofan / plastik tipis dan basahi jari agar acrylic tidak melekat
pada jari tangan
10. Untuk RA adonan akrilik dibentuk satu bulatan, diletakkan di tengah-tengah
palatum. Untuk RB adonan akrilik dibentuk silinder sepanjang lengkung gigi dan
diletakkan di atas ridge. Kemudian tekan-tekan adonan hingga diperoleh ketebalan
merata pada seluruh permukaan daerah garis batas SCP
11. Sebelum adonan mengeras dan menghasilkan panas, lepaskan SCP dari model,
kemudian kembalikan lagi. Selanjutnya tunggu sampai self-cured acrylic benar-
benar mengeras dan sudah tidak panas lagi. Lepaskan SCP kemudian dirapikan dan
dihaluskan.

Syarat-syarat SCP :
 Luas SCP harus tepat sampai garis batas
 Ketebalan merata 2 – 3 mm
 Bentuk tepi membulat dan tidak ada bagian yang tajam
 Daerah frenulum harus bebas
 Permukaan SCP tidak ada kerutan / lipatan akrilik dan tidak porus
PENCETAKAN DENGAN ALGINATE DAN BORDER MOLDING

Kompetensi Utama :
6.1. Memahami ilmu kedokteran gigi klinik yang relevan sebagai pertimbangan
dalam melakukan perawatan gigi dan mulut pada pasien medik kompromis
8.1. Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi klinik sebagai dasar untuk melakukan
pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yang efektif dan efisien
13.7. Melakukan perawatan kehilangan gigi pada pasien dewasa.

Kompetensi Penunjang untuk Pencetakan dan Surveying


6.1.1. Menghubungkan tatalaksana kedokteran klinik untuk mengembalikan fungsi
optimal sistem stomatognati
8.1.1. Memahami prinsip pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yang meliputi
tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
8.1.2. Menghubungkan berbagai tatalaksana kedokteran gigi klinik untuk membantu
dan memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam mengembalikan
fungsi optimal sistem stomatognatik.
13.7.1. Menentukan indikasi perawatan kehilangan gigi geligi permanen untuk kasus
gigi tiruan cekat dan lepasan.
13.7.2. Melakukan perawatan kasus kehilangan gigi geligi permanen dengan gigi tiruan
cekat dan gigi tiruan lepasan sederhana.
13.7.3. Memilih gigi penyangga untuk pembuatan gigi tiruan cekat dan gigi tiruan
lepasan.

Tujuan pembelajaran (Learning Objective)


1. Mahasiswa mampu melakukan pencetakan dengan posisi
dan cara yang benar
2. Mahasiswa mengetahui bagian-bagian yang harus tercetak
pada RA dan RB
3. Mahasiswa mengetahui cara-cara melakukan border
molding

Metode pembelajaran :
 Praktikum : melakukan pencetakan antar teman
 Tutorial : satu dosen pembimbing dalam satu kelompok akan memperagakan cara
border molding dan secara acak memilih satu mahasiswa untuk memperagakannya

Rencana pelaksanaan :
2x tatap muka @150 menit

Alat dan bahan yang dibutuhkan :


 Dental unit / kursi
 Alginate
 Gips biru
 Green stick compound
 Masker tali dan karet
 model studi GTP dan GTS free end dan dibuat SCP dari akrilik

Mahasiswa wajib membawa :


 Alat standar (2 buah kaca mulut no. 4, sonde halfmoon, excavator, pinset)
 Nierbekken
 Lap putih
 Sarung tangan
 Sendok cetak bersudut dan berlubang ukuran S, M, L
 Bowl dan spatel
 Spiritus dan isinya + korek api
 Lecron

TINJAUAN PUSTAKA
Cetakan pendahuluan / Preliminary Impression / Cetakan I / Primary Impression / Cetakan
Anatomis : perlu dibuat untuk kasus gigi tiruan lengkap, gigi tiruan lepasan, dan gigi
tiruan cekat.
Sendok cetak : Stock tray
Bahan cetak : Alginate / Impression Compound / Rubber base heavy body
Tehnik Mencetak : Single Impression

Cara mencetak dengan alginate :


1. Gunakan sendok cetak berlubang, bentuk & ukuran sesuai rahang yang dicetak.
2. Aduk bubuk + air dengan rasio sesuai pabrik.
3. Tempatkan di sendok cetak.
4. Pasien disuruh kumur-kumur.
5. Masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien.
6. Garis tengah sendok cetak // garis tengah muka (centering)
7. Perhatikan posisi kepala pasien agar bahan cetak tidak masuk ke tenggorokan.
8. Posisi operator :
 Waktu memasukkan & mengeluarkan SC baik utk RA maupun RB di
sebelah kanan depan pasien.
 Khusus waktu menekan & menahan SC RA operator berdiri di belakang
pasien.
9. Untuk RA penekanan dari posterior ke anterior.
10. Untuk RB waktu mencetak pasien dianjurkan mengangkat & menjulurkan lidah ke
depan.
11. Setelah alginate mengeras, keluarkan dari mulut.
12. Periksa hasil cetakan, bersihkan dengan air mengalir, keringkan lalu cor dengan
plaster of paris.
Tanda – tanda anatomis yang harus terlihat pada hasil cetakan :
Rahang atas Rahang bawah
1. Gigi 1. Gigi
2. Processus alveolaris 2. Processus alveolaris
3. Vestibulum labialis 3. Vestibulum labialis
4. Vestibulum bukalis 4. Vestibulum bukalis
5. Frenulum labialis 5. Frenulum labialis
6. Frenulum bukalis 6. Frenulum bukalis
7. Tubermaxilla 7. Frenulum lingualis
8. Hamular notch 8. Bukal shelf
9. Fovea palatina 9. Retromolarpad
10. Rugae palatina 10. Retromylohyoid
11. Papilla Incisiva 11. Sulcus alveolingual

Sendok Cetak Perseorangan


SCP terbuat dari akrilik ataupun compound dan pembuatannya dapat dilakukan secara
langsung mulut maupun tidak langsung melalui model. Tepi SCP harus bulat, tidak boleh
ada yang tajam.

Pemeriksaan SCP di dalam mulut dilakukan untuk melihat panjang-pendeknya SCP.


 SCP dari compound dan akrilik batas tepi pada mukosa bergerak & tidak bergerak.
 Frenulum harus bebas.
 Batas distal RA ----- Vibrating line.
 Batas lateral RA ----- Hamular notch.
 Batas distal RB ----- Retromolar pad

Pemeriksaan kecekatan SCP RA :


 Buka tutup mulut ----- hamular notch
 Gerakan RB ke kiri dan ke kanan ----- disto bukal

Pemeriksaan kecekatan SCP RB :


 Lidah digerakkan ke kiri dan ke kanan ----- 1/3 posterior / retromylohyoid
 Lidah menyentuh belakang palatum ----- 2/3 anterior / sulcus alveolingual
 Membasahi bibir atas ----- frenulum lingualis

Border molding :
Tujuan : mendapatkan tepi-tepi SCP sesuai bentuk vestibulum oris.
Tepi-tepi SCP harus terletak pada batas mukosa bergerak & tidak bergerak.
Tepi-tepi SCP dibentuk sesuai otot-otot pada waktu berfungsi (lakukan muscle trimming)

Cara border molding :


 SCP dari compound tepi-tepi dipanaskan.
 SCP dari akrilik tepi-tepi dikurangi 2 mm lalu ditambah green stick compound
yang telah dipanaskan.
 Untuk kasus GTSL, yang diborder molding hanya daerah free end

Gerakan border molding RA :

RB digerakkan kiri kanan

Bibir, pipi ditarik ke bawah, ke dalam. Pasien disuruh menghisap

SCP ditekan, pasien disuruh meniup.

Gerakan border molding RB :

Lidah dijulurkan ke depan, buka-tutup mulut.

Pasien disuruh menghisap


Lidah digerakkan kiri – kanan, lidah menyentuh palatum,basahi bibir atas.

Bibir bawah ditarik ke atas, ke depan & ke dalam

REFERENSI :
1. Osborne J., Lammie A. Partial Dentures, 4th ed. Toronto : Blackwell Scientific
Publications, 1974.
2. Zarb G., Bergman B.,Clayton J.A. Prosthodontic Treatment for Partially
Edentulous Patients. Saint Louis : CV Mosby. 1978.
3. Zarb G.A., Bolender C.L. Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients. 12th
ed. USA : C.V Mosby. 2004.
4. Henderson D., Steffel V. Mc Cracken’s Removable Partial Prosthodontics. 11 th ed.
Saint Louis : CV.Mosby. 2005.

SKENARIO :
Seorang pasien datang ke dokter gigi dengan maksud ingin memperbaiki gigi depan
atasnya yang patah dan berubah warna. Dari anamnesa diketahui pasien mengalami
kecelakaan 1 tahun yang lalu, tetapi tidak pernah ada keluhan sehingga tidak pernah pergi
ke dokter gigi. Pemeriksaan intra oral diketahui gigi 11 patah 1/3 insisal dan berubah
warna.

TUGAS :
1. Peragakan cara melakukan pencetakan rahang atas!
2. Peragakan cara melakukan pencetakan rahang bawah!
3. Tunjukkan pada model yang telah dicor bagian-bagian yang harus tercetak di
rahang atas!
4. Tunjukkan pada model yang telah dicor dan verbalkan bagian-bagian yang harus
tercetak di rahang bawah!

Anda mungkin juga menyukai