Anda di halaman 1dari 20

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
DEPARTEMEN PERIODONSIA

RENCANA PERAWATAN OCCLUSAL ADJUSTMENT PADA PERIODONTITIS


KRONIS GENERALISATA

Nama : Apri Aryani


Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Griya Harapan A Blok.29 No. 12 Sako Kenten
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 06 April 2015
Diagnosis : Periodontitis kronis generalisata
Mahasiswa : Nia Uning Junianti
NIM : 04034891416013

KELUHAN UTAMA :
Pasien datang dengan keluhan gigi-gigi atas dan bawahnya terasa banyak yang
goyang sejak 10 tahun yang lalu dan semakin parah ±10 tahun yang lalu, tetapi pasien
tidak ingin giginya dicabut. Pasien ingin giginya dirawat.

RENCANA PERAWATAN
1. Tahapan perawatan gigi (menyeluruh)
a. Fase pendahuluan : -
b. Fase I/ Initial phase :
 Pemberian intruksi, edukasi dan motivasi untuk menjaga dan memelihara
kebersihan mulut di rumah/ OHI.
 Skoring plak.

1
 Pro splinting RA dan RB untuk menstabilkan gigi geligi dan
mempermudah selama perawatan gigi menggunakan instrumentasi
periodontal dan prosedur penyesuaian oklusal.
 Evaluasi splinting : mobiliti gigi
 Pro scalling RA dan RB.
 Evaluasi scalling : plak, kalkulus, kondisi gingiva dan kedalaman poket.
 Pro root planing pada semua regio.
 Evaluasi root planing : plak, kalkulus, kondisi gingiva dan kedalaman
poket.
 Occlusal adjustment gigi 22, 23, 34 untuk mengurangi kontak premature.
 Evaluasi fase I : kontrol periodik setiap 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan dan 6
bulan, dilakukan pemeriksaan :
 Plak, kalkulus dan karies.
 Kondisi gingiva dan kedalaman poket.
 Pemberian intruksi tambahan dalam home care.

c. Fase II/ Fase Bedah/ Surgical phase :


 Perawatan endodontik pada gigi 22, karena berdasarkan foto rontgen
terdapat lesi periapikal.
 Bedah flap untuk mengurangi poket, dimana dasar poket telah mencapai
alveolar mukosa.
 Bone graft untuk memperbaiki cacat tulang.
 Evaluasi fase II :
 Kondisi gingiva dan kedalaman poket.

d. Fase III/ Restorative phase :


 Perawatan prostodontik berupa gigi tiruan kerangka logam RA dan RB
untuk menggantikan gigi geligi yang hilang.

e. Fase IV/ Fase pemeliharaan/Maintenance phase :


 Homecare
 Evaluasi fase IV : kontrol periodik setiap 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan dan 6
bulan, dilakukan pemeriksaan:
 Plak dan kalkulus.
 Kondisi gingiva (poket dan peradangan), dilihat dengan pemeriksaan
radiografik.
 Oklusi, kegoyangan gigi dan perubahan patologis lainnya.

PERAWATAN YANG AKAN DILAKUKAN


1. Splinting
Operator : Hesti Margaretha Gautami (04034891416013)
2. Occlusal adjustment
Operator : Hesti Margaretha Gautami (04034891416013)

2
SPLINTING

PERSIAPAN SEBELUM SPLINTING


1. Pemeriksaan radiologi
2. Pencetakan RA dan RB
3. Pemeriksaan kedalaman poket dan nilai plak
a. Kedalaman poket
Tanggal GIGI 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
Mobility
Kunjungan I Facial
Palatal
BOP

Tanggal GIGI 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Kunjungan I Facial
Lingual
Mobility
BOP

b. Nilai plak

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Persentase sebelum menyikat gigi =

3
Persentase sesudah menyikat gigi =

4. Pemeriksaan Laboratorium
Darah Penderita Normal Satuan Kesimpulan
1. Hb 12-16 g/dL
2. Leukosit 4.000-10.000 /mm3
3. Eritrosit 3,5-5,5 /mm3
4. LED jam ke1/jam < 20 mm/jam
ke 2
5. Jumlah trombosit 150.000- /mm3
450.000
6. Masa 1-3 menit.detik
perdarahan/BT
7. Masa 5-11 menit.detik
pembekuan/CT
8. Glukosa puasa 70-115 mg/dL
9. Glukosa 2 jam PP < 150 mg/dL
10.Golongan darah

5. Informed Consent
Pasien harus mendapatkan penjelasan tentang diagnosis, rencana perawatan, lama
perawatan, biaya yang dibutuhkan dan efek samping yang kemungkinan terjadi.
Informed consent harus ditandatangani oleh pasien atau walinya.

6. Persiapan psikologis pasien :


a. Diberi informasi tentang kasus yang dialami pasien meliputi diagnosis,
prognosis, keterbatasan, komunikasi dan hasil operasi.
b. Metode dalam melakukan splinting (secara bertahap).
c. Perhatikan kondisi pribadi pasien seperti status emosional, pekerjaan dan
pertimbangan pribadi.

7. Persiapan alat dan bahan :


a. Instrumen dasar :
 Kaca mulut, sonde, pinset, dan probe.
b. Instrumen splinting :
 Needle holder

4
 Tang potong
 Light cure
 Sarung tangan karet
 Masker
 Nirbeken
 Diamond bur
 Handpiece
c. Bahan
 Betadine solution 10%.
 Alkohol 70%
 Tampon, cotton rolls dan cotton pellets steril
 Ligature wire 0,1 mm
 Komposit

PROSEDUR PENATALAKSANAAN RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH

Splint adalah alat untuk menopang jaringan yang lemah atau sebagai alat
stabilisasi dan imobilisasi gigi goyah karena lesi, trauma atau penyakit periodontal.
Splint hanya dapat mengontrol mobilitas bila splint tetap terpasang pada tempatnya.
Hanya dengan menghilangkan penyakit dan dengan proses pemulihan dapat diperoleh
reduksi sesungguhnya dari mobilitas gigi.
Splinting gigi yang goyang merupakan suatu terapi periodontal. Untuk
mengetahui apakah suatu kondisi merupakan indikasi dari splinting atau bukan, maka
harus dilihat dari penyebab kegoyangan gigi tersebut, antara lain:
 Kuantitas kehilangan struktur pendukung gigi yang disebabkan oleh periodontitis
 Kualitas perubahan jaringan pendukung yang disebabkan trauma oklusi
 Trauma sementara jaringan pendukung gigi yang disebabkan perawatan
periodontitis
 Kombinasi dari hal yang disebutkan diatas

5
Kontraindikasi
 Jika perawatan inflamasi penyakit periodontal belum dilakukan
 Jika penyesuaian oklusal untuk mengurangi trauma dan/atau gangguan belum
pernah dilakukan
 Jika tujuan splinting hanya untuk mengurangi imobilisasi gigi setelah splint dilepas

Tujuan splinting
1. Sebagai rest dimana memungkinkan penyembuhan luka
2. Mebantu fungsi jaringan yang tidak tidak dapat berfungsi sempurna
3. Menstabilkan gigi geligi yang memiliki mobilitas tinggi dan tidak memberikan
respon terhadap penyesuaian oklusal dan perawatan periodontal
4. Menstabilkan gigi geligi yang memiliki mobilitas tinggi dan tidak memberikan
respon terhadap penyesuaian oklusal dan perawatan, serta terjadi gangguan fungsi
normal dan kenyamanan pasien
5. Mempermudah perawatan gigi geligi pasien yang sangat mobile melalui splinting
sebelum instrumentasi periodontal dan prosedur penyesuaian oklusal
6. Mencegah tipping atau pergeseran gigi geligi dan ekstruksi gigi geligi yang tidak
memiliki antagonis
7. Menstabilkan gigi geligi setelah pergerakan ortodontik
8. Menciptakan stabilitas oklusal yang adekuat jika akan dilakukan penggantian gigi
geligi
9. Menstabilkan gigi geligi setelah trauma akut

RAHANG ATAS

1. Gigi yang akan displinting pada kuadran 1 adalah gigi 12, 13, 14, 15.
2. Gigi 14 dan 15 dilakukan semipermanent splinting menggunakan komposit.
3. Gigi 14 dan 15 dibur hingga membentuk kavitas klas II MOD.
4. Lalu aplikasikan etsa asam dan bonding seperti teknik restorasi resin komposit,
tetapi bagian proksimal gigi-gigi tersebut menyatu satu sama lain.
5. Setelah itu, gigi 12 dan 13 dilakukan splinting menggunakan ligature wire, dengan
teknik uncontinous wire splinting.
6. Gigi 12 dan 13 diikat menggunakan ligature wire 0,1 mm. Bagian prroksimal dari
kawat tersebut ditutup menggunakan komposit.
7. Lalu, dilanjutkan splinting untuk kuadran 2.
8. Gigi yang akan displinting pada kuadran 2 adalah gigi 22, 23, 24, 25, 26, 27.
9. Gigi 24, 25, 26, 27 dilakukan semipermanent splinting menggunakan komposit.
10. Gigi 24, 25, 26, 27 dibur hingga membentuk kavitas klas II MOD.
11. Lalu aplikasikan etsa asam dan bonding seperti teknik restorasi resin komposit,
tetapi bagian proksimal gigi-gigi tersebut menyatu satu sama lain.

6
12. Setelah itu, gigi 22 dan 23 dilakukan splinting menggunakan ligature wire, dengan
teknik uncontinous wire splinting.
13. Gigi 22 dan 23 diikat menggunakan ligature wire 0,1 mm. Bagian prroksimal dari
kawat tersebut ditutup menggunakan komposit.

RAHANG BAWAH

1. Gigi yang akan displinting pada rahang bawah adalah gigi 31, 32, 33, 34, 41, 42,
43, 44.
2. Gigi 31, 32, 33, 34, 41, 42, 43, 44dilakukan splinting menggunakan ligature wire,
dengan teknik uncontinous wire splinting.
3. Gigi 31, 32, 33, 34, 41, 42, 43, 44 diikat menggunakan ligature wire 0,1 mm.
Bagian prroksimal dari kawat tersebut ditutup menggunakan komposit.
4. Lalu, dilakukan preparasi gigi 33, 34, 43, 44 menyerupai preparasi klas II.
5. Aplikasikan tumpatan resin komposit pada gigi tersebut untuk memfiksasi gigi dan
kawat pada rahang bawah.

Palembang, 5 Mei 2015


Menyetujui,

drg. Asti Rosmala Dewi, MM, Sp. Perio, MARS

OCCLUSAL ADJUSTMENT

PERSIAPAN SEBELUM OCCLUSAL ADJUSTMENT

1. Pemeriksaan radiologi
2. Pencetakan RA dan RB

7
3. Pemeriksaan kedalaman poket dan nilai plak
a. Kedalaman poket
Tanggal GIGI 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
Mobility
Kunjungan I Facial
Palatal
BOP

Tanggal GIGI 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Kunjungan I Facial
Lingual
Mobility
BOP

b. Nilai plak

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Persentase sebelum menyikat gigi =

Persentase sesudah menyikat gigi =

4. Pemeriksaan Laboratorium
Darah Penderita Normal Satuan Kesimpulan
1. Hb 12-16 g/dL
2. Leukosit 4.000-10.000 /mm3
3. Eritrosit 3,5-5,5 /mm3
4. LED jam ke1/jam < 20 mm/jam
ke 2
5. Jumlah trombosit 150.000- /mm3
450.000
6. Masa 1-3 menit.detik
perdarahan/BT
7. Masa 5-11 menit.detik
pembekuan/CT
8. Glukosa puasa 70-115 mg/dL

8
9. Glukosa 2 jam PP < 150 mg/dL
10.Golongan darah

5. Informed Consent
Pasien harus mendapatkan penjelasan tentang diagnosis, rencana perawatan, lama
perawatan, biaya yang dibutuhkan dan efek samping yang kemungkinan terjadi.
Informed consent harus ditandatangani oleh pasien atau walinya.

6. Persiapan psikologis pasien :


a. Diberi informasi tentang kasus yang dialami pasien meliputi diagnosis,
prognosis, keterbatasan, komunikasi dan hasil operasi.
b. Metode dalam melakukan occlusal adjustment (secara bertahap).
c. Perhatikan kondisi pribadi pasien seperti status emosional, pekerjaan dan
pertimbangan pribadi.

7. Persiapan alat dan bahan :


a. Instrumen dasar :
 Kaca mulut, sonde, pinset, dan probe.
b. Instrumen occlusal adjustment :
 Diamond bur
 Handpiece
 Articulating paper bentuk U
 Sarung tangan karet
 Masker
 Nirbeken
c. Bahan
 Betadine solution 10%.
 Alkohol 70%
 Tampon, cotton rolls dan cotton pellets steril

9
PROSEDUR PENATALAKSANAAN OCCLUSAL ADJUSTMENT

Occlusal adjustment merupakan tindakan untuk mengembalikan hubungan fungsional


yang menguntungkan bagi periodonsium dengan satu atau lebih prosedur berikut:
1. Mengubah bentuk gigi dengan jalan pengasahan gigi.
2. Mengubah bentuk gigi dengan jalan pembuatan restorasi.
3. Pencabutan gigi yang menimbulkan hambatan oklusal.
4. Mengubah posisi gigi dengan jalan menggerakkan gigi secara ortodonsi.
5. Mengubah relasi gigi geligi dan rahang dengan jalan bedah ortognasi.

Indikasi prosedur occlusal adjustment adalah:


1. Untuk menyelaraskan oklusi pada pasien dengan ciri-ciri klinis trauma karena
oklusi.
2. Untuk memperbaiki hubungan kontak gigi yang bersifat traumatik terhadap
mahkota gigi.
3. Sebagai bagian perawatan disfungsi mandibula.

Prosedur occlusal adjustment dalam terapi periodontal baru dilakukan setelah inflamasi
gingiva dan saku periodontal tersingkirkan dengan alasan sebagai berikut:
1. Gigi yang terlibat penyakit periodontal sering mengalami migrasi patologis, dan
kembali ke posisi semula setelah disembuhkannya inflamasi. Apabila occlusal
adjustment telah dilakukan sebelum inflamasi disingkirkan, maka setelah inflamasi
sembuh gigi akan berubah posisi ke posisi sebelum terlibat penyakit. Perubahan
posisi menyebabkan harus diselaraskannya kembali oklusi.
2. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaat occlusal adjustment tidak
maksimal apabila inflamasi tidak disembuhkan lebih dulu. Namun pada beberapa
keadaan, tahapan yang demikian perlu dimodifikasi, yaitu pada kasus-kasus:
a. Kasus dengan diagnosis periodontitis marginalis dengan saku infraboni.
Pola cacat tulang pada saku infraboni dipengaruhi oleh tekanan oklusal yang
berlebihan. Untuk menciptakan kondisi oklusal yang optimal bagi terjadinya
perbaikan cacat tulang, maka pada kasus dengan saku infraboni occlusal

10
adjustment dilakukan sebelum atau bersamaan dengan prosedur penyingkiran
saku .
b. Kasus dengan masalah mukogingival dimana diindikasikan bedah
mukogingival.
Kontur plat tulang vestibular pasca perawatan adalah dipengaruhi oleh tekanan
oklusal. Oleh sebab itu pada kasus di mana diindikasikan bedah mukogingival,
occlusal adjustment dilakukan sebelum atau bersamaan dengan penyingkiran
inflamasi.
c. Kasus dengan mobilitas gigi dinamis yang disebabkan oleh trauma karena
oklusi.
Pada kasus yang demikian, occlusal adjustment dilakukan sebelum atau
bersamaan dengan penyingkiran inflamasi.

PROSEDUR OCCLUSAL ADJUSTMENT

Ada beberapa metoda occlusal adjustment yang diperkenalkan oleh para pakar. Pada
dasarnya occlusal adjustment dapat dibedakan atas:
1. Occlusal adjustment komprehensif
Occlusal adjustment komprehensif dilakukan apabila cedera akibat trauma
melibatkan banyak gigi sehingga diperlukan perubahan posisi mandibula.
2. Occlusal adjustment setempat
Occlusal adjustment setempat atau terlokaliser dilakukan apabila cedera akibat
trauma hanya melibatkan satu atau beberapa gigi saja. Pada kasus-kasus penyakit
periodontal, kebanyakan yang diindikasikan adalah occlusal adjustment setempat.
Oleh sebab itu, dalam uraian berikut pembahasan lebih dititikberatkan pada
occlusal adjustment setempat.

Secara garis besar prosedur occlusal adjustment terdiri atas 10 tahapan berikut:
1. Menjelaskan occlusal adjustment pada pasien.
2. Penyingkiran prematuritas retrusif.
3. Penyelarasan posisi interkuspal untuk mendapatkan kontak yang simultan dengan
banyak titik kontak.
4. Penyingkiran kontak yang berlebihan pada gigi insisivus dalam posisi interkuspal.
5. Penyingkiran hambatan protrusif pada gigi posterior.
6. Penyingkiran atau pengurangan hambatan mediotrusif atau balancing.
7. Pengurangan hambatan laterotrusif atau working.
8. Penyingkiran disharmoni oklusal yang menyolok.
9. Pengecekan ulang hubungan kontak gigi geligi.
10. Pemolesan permukaan gigi.

11
Kesepuluh tahapan dilakukan pada occlusal adjustment komprehensif sedangkan pada
occlusal adjustment setempat hanya dilakukan tahap 1, tahap 3, tahap 4, dan tahap 10.

Prosedur dasar
Prosedur dasar untuk mengkoreksi prematuritas oklusal adalah:
1. Memperdalam alur
Memperdalam alur (grooving) adalah prosedur untuk mengembalikan kedalaman
alur pertumbuhan (developmental groove) yang telah menjadi dangkal akibat
keausan oklusal. Prosedur ini dilakukan dengan bur berbentuk runcing sampai
diperoleh kedalaman yang sesuai.
2. Membulatkan
Membulatkan (spheroiding) adalah prosedur untuk mengurangi prematuritas dan
memperbaiki kontur gigi. Alat yang digunakan adalah bur yang runcing.
Pengasahan permukaan prematuritas dilakukan dengan sapuan seperti mengecat
dimulai 2-3 mm mesial atau distal dari prematuritas mulai dari tepi oklusal gigi
sampai 2-3 mm apikal dari tanda prematuritas. Dalam melakukan pembulatan harus
dijaga jangan sampai tinggi tonjol gigi dikurangi.

12
13
Gambar 1. Prosedur memperdalam alur.

Gambar 2. Prosedur membulatkan. A. Rekonturing prematuritas; B. Rekonturing sampai beberapa mm


apikal dari prematuritas; C. Kontur setelah dikoreksi.

3. Meruncingkan.- Meruncingkan (pointing) adalah prosedur untuk memperbaiki


kembali kontur tonjol gigi yang runcing. Alat yang digunakan adalah bur yang
runcing.

14
Gambar 3. Meruncingkan. A. Sebelum perawatan; B. Setelah perawatan.

Penjelasan pada pasien


Apabila gigi hendak diasah, banyak pasien yang khawatir dan mempertanyakan apakah
tindakan pengasahan tidak akan menyebahkan perubahan pada wajahnya. timbulnya
karies gigi dan hipersensitivitas gigi. Oleh sebab itu, kepada pasien perlu lebih dulu
dijelaskan bahwa pengasahan yang hendak dilakukan bukan untuk memendekkan
giginya, melainkan mengubah bentuknya sehingga dapat berfungsi secara lebih baik.
Pasien harus diberi pengertian bahwa oklusi dapat berubah akibat pemakaian, dan pada
kunjungan-kunjungan berkala berikutnya kemungkinan terjadinya perubahan kembali
harus tetap diperhatikan. Bukan tidak mungkin bahwa pada masa mendatang perlu
dilakukan occlusal adjustment ulangan.

Penyelarasan posisi interkuspal


Prosedur occlusal adjustment yang paling sering dibutuhkan adalah untuk
menyelaraskan secara setempat kontak posisi interkuspal pada satu atau beberapa gigi.
Penyelarasan posisi interkuspal ini pun merupakan langkah utama pada occlusal
adjustment komprehensif. Tujuan prosedur ini adalah untuk mendapatkan posisi
interkuspal yang stabil dan memperbaiki hubungan dataran oklusal. Untuk melakukan
prosedur ini, prematuritas harus diidentifikasi berdasarkan gerak mandibula pasien

15
sendiri tanpa bantuan tangan operator. Pengasahan dilakukan terhadap suprakontak atau
kontak yang tidak baik, yang dilakukan pada satu atau beberapa sesi kunjungan
tergantung banyaknya suprakontak yang hendak disingkirkan. anterior apabila memang
dibutuhkan.
Cara mendeteksi prematuritas pada posisi interkuspal.- Untuk pengungkapan
prematuritas pada posisi interkuspal, alat pendeteksi diletakkan pada daerah yang
hendak diperiksa. Alat pendeteksi bisa berupa kertas artikulasi (articulating paper), atau
lilin indikator oklusal (occlusal indicator wax). Setelah alat pendeteksi ditempatkan
pada posisinya, kepada pasien diinstruksikan untuk mengkatupkan gigi belakang kiri
dan kanan secara bersamaan, pelan-pelan dan sekuat-kuatnya. Bila menggunakan kertas
artikulasi, daerah prematuritas ditandai dari ketebalan warna kertas yang melekat ke
permukaan gigi. Sebaliknya bila menggunakan lilin indicator oklusal, daerah
prematuritas ditandai dari daerah lilin yang menjadi tipis atau berlubang. Daerah
tersebut pada gigi ditandai dengan pensil atau spidol.

16
Gambar 4. Kontak oklusal bersilang. Kiri: Tampak proksimal; Kanan: Tampak oklusal.

17
Pengasahan gigi.- Pengasahan gigi dilakukan dengan ketiga prosedur dasar yang telah
dikemukakan di atas. Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Bila kontak gigi dengan gigi antagonisnya berada tidak pada posisi yang tepat,
koreksi dilakukan untuk menciptakan kontak tonjol yang lebih ideal.
2. Bila kontak gigi terlalu tinggi (keadaan suprakontak yang sebenarnya), koreksi
dilakukan dengan memperdalam kedalaman fossa atau mengurangi tinggi tonjol
gigi tergantung pada hubungan fossa-tonjol gigi individu. Bila yang dilakukan
berupa pengurangan tinggi tonjol gigi, harus diperhatikan jangan sampai
mengurangi dimensi vertikal pada gigi posterior. Dalam melakukan pengasahan,
sebaiknya hasil yang dicapai adalah berupa kontak oklusal bersilang pada posisi
interkuspal.

Penyingkiran kontak yang berlebihan pada gigi anterior pada posisi interkuspal
Dalam keadaan normal, gigi anterior hanya berkontak ringan atau tidak berkontak sama
sekali dengan gigi antagonisnya. Kontak ini dapat diperiksa dengan menempatkan
kertas artikulasi di antara gigi anterior sambil menyuruh pasien mengatupkan gigi
geliginya dalam posisi interkuspal. Seharusnya dalam keadaan demikian kertas
artikulasi dapat ditarik keluar tanpa koyak. Cara lain untuk memeriksa kontak tersebut
adalah dengan cara palpasi dengan jari yang telah dibasahi pada gigi sewaktu pasien
mengkatup-katupkan giginya pada posisi interkuspal. Pada keadaan yang normal tidak
terasa adanya fremitus atau vibrasi. Untuk menguji apakah penyelarasan pada posisi
interkuspal telah selesai, dapat digunakan pedoman berikut:
1. Pola kontak gigi geligi sudah bilateral, stabil dengan banyak titik kontak.
2. Apabila kertas artikulasi ditaruh pada gigi posterior, terasa bahwa setiap titik
kontak yang ada sama kuatnya menahan kertas artikulasi apabila kertas tersebut
ditarik.

18
19
Gambar 5. Daerah kontak yang normal pada posisi interkuspal. Lingkaran terbuka: Kontak vertikal;
Lingkaran tertutup: Tonjol sentrik.

3. Bila digunakan stetoskop yang ditempatkan pada kulit di daerah infra orbital,
terdengar resonansi yang jelas pada waktu pasien mengkatupkan gigi geliginya.
4. Pasien tidak merasakan adanya perbedaan antara sisi kiri dengan sisi kanan apabila
dia mengkatupkan gigi gerahamnya secara pelan-pelan dengan sekuat-kuatnya.

Pemolesan permukaan gigi


Permukaan gigi yang telah diasah akan menjadi kasar .Untuk itu permukaan gigi yang
diasah harus dilicinkan dan dipoles sehingga terasa lebih nyaman bagi pasien.

Palembang, 9 Juni 2015


Menyetujui,

drg. Asti Rosmala Dewi, MM, Sp. Perio, MARS

20

Anda mungkin juga menyukai