Anda di halaman 1dari 9

PENATALAKSANAAN UPRIGHTING MOLAR

Penyaji:
Nama: Dina Hudiya Nadana Lubis
NIM: 180631013

Pembimbing:
Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort (K)
NIP.19840301 200912 2 003

DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTA
MEDAN
2021
PENATALAKSANAAN UPRIGHTING MOLAR

Dosen Pembimbing: Disusun Oleh:

Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort(K) Dina Hudiya Nadana L


NIP. 19840301 200912 2 003 NIM: 180631013

DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTA
MEDAN
2021
PENDAHULUAN

Molar permanen pertama telah banyak dilaporkan sebagai gigi yang paling rentan
karies pada gigi permanen. Lebih dari 50% anak di atas usia 11 tahun memiliki pengalaman
karies pada gigi tersebut.1 Prevalensi karies molar pertama pada anak-anak kelas dua di
Amerika India/ asli Alaska adalah sebesar 30%, sedangkan pada anak-anak di Saudi Arabia
sebesar 87% yang menyebabkan kehilangan dini pada gigi tersebut. 2
Kehilangan dini pada gigi molar pertama permanen merupakan masalah yang sering
terjadi di klinik ortodontik dan mengakibatkan inklinasi molar kedua kearah mesial 1, gigi
premolar akan tipping ke distal dan gigi antagonis ekstrusi.3 Gigi molar yang tipping dapat
menyebabkan gangguan fungsional, kerusakan jaringan gingiva, dan pembentukan
pseudopoket yang sulit dibersihkan serta gangguan prostetik. 3 Kehilangan dini gigi molar satu
permanen bawah harus segera diatasi dengan penggantian prostetik atau penutupan ruang
ortodontik karena dapat menyebabkan gangguan fungsional dan anatomis. 1
Oleh karena itu, perawatan ortodontik penting dilakukan untuk mengkoreksi malposisi
gigi individual agar tercapai peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Perbaikan mesial tipping
gigi molar dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu 1) melalui pergerakan mahkota gigi ke arah
distal (distal crown tipping) yang akan menghasilkan ruangan untuk protesa baik lepasan, cekat
atau implan, 2) melalui pergerakan akar gigi ke arah mesial (mesial root tipping) yang akan
menyebabkan pengurangan ruang sehingga mengurangi kemungkinan untuk penggunaan
protesa. Pergerakan akar gigi ke arah mesial ini sedikit sulit untuk dicapai terutama ketika telah
terjadi resorbsi tulang alveolar yang cukup banyak pada regio gigi yang hilang. 4
Penegakan molar juga dibutuhkan pada pasien yang memiliki molar pertama namun,
molar keduanya miring atau impaksi. Oleh karen itu teknik penegakan molar penting dalam
perawatan ortodonsia.5 Penegakan molar dapat dilakukan dengan menggunakan piranti
ortodontik lepasan dan cekat.

PENEGAKAN MOLAR

Penegakan molar biasanya digunakan pada kasus yang bertujuan untuk mereposisi gigi
molar yang tipping kearah mesial dan impaksi molar atau ketika gigi molar erupsi kearah ruang
yang edentulus karena kehilangan gigi atau agenesis. 7 Penegakan molar bertujuan untuk
mendapatkan dukungan molar yang lebih baik dan posisi yang menguntungkan untuk desain
gigi tiruan jembatan serta memungkinkan erupsi yang sempurna pada gigi molar kedua yang
impaksi.5 Penegakan molar ke posisi yang benar bertujuan untuk normalisasi keadaan oklusi
fungsional dan periodontal, sehingga akar harus diposisikan tegak lurus ke bidang oklusal
sehingga lebih mampu menahan gaya oklusal, dan memfasilitasi bidang insersi protesa yang
sejajar dengan sumbu panjang gigi.1

Gambar 1. Mesial tipping pada gigi molar kedua, dital tipping pada gigi premolar dua dan
supraerupsi pada gigi antagonis.

Gambar 2.Impaksi gigi molar dua kanan dan kiri

PENATALAKSANAAN
Pemilihan piranti untuk penegakan molar tergantung pada pergerakan gigi yang
diinginkan. Piranti harus dapat meniru pergerakan gigi yang terjadi saat terbentukya malposisi
dalam arah terbalik seperti tipping, rotasi, translasi, dan ekstrusi. Beberapa literatur
menyarankan penggunaan piranti akrilik lepasan dengan pegas pembantu untuk penegakan
molar yang diindikasikan pada keadaan-keadaan yang ideal. Piranti ini sangat berguna untuk
keperluan space regainer pada awal gigi bercampur. Dapat pula digunakan pada pasien dewasa
jika tidak terjadi diskrepansi oklusal yang besar, tidak ekstrusi, kebersihan mulut baik, jaringan
peridonsium yang hilang sangat sedikit, dan molar ketiga ada atau tidak ada komplikasi. 5
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam penatalaksanaan penegakan gigi
molar seperti mendistalisasi mahkota gigi yang mengalami tipping sehingga dapat memberikan
ruangan yang tersedia untuk penempatan implan atau gigi tiruan jembatan atau dengan cara
mesialisasi akar.8
Gambar 3. A. Penegakan molar dengan cara distalisasi mahkota; B. Mesialisasi akar

a) Piranti Ortodontik Lepasan


• Recurved helical coil finger spring
Finger spring biasanya terbuat dari kawat stainless steel berukuran 0,025 inci.
Gaya yang diterapkan dapat hingga menggeser 4 mm.9

Gambar 4. Recurved helical coil finger spring

• Split saddle space retainer


Piranti ini terbuat dari kawat stainless steel berukuran 0,025 inci berbentuk loop
yang menghubungkan kedua split saddle. Piranti diaktivasi dengan membuka
loop, sehingga memungkinkan kontak area gigi yang mengalami tippng dan
akrilik dapat memberikan tekanan untuk menegakkan gigi. 9

Gambar 5. Split saddle space retainer

• Piranti ortodontik lepasan dengan slingshoot


Piranti ini terdiri dari alat akrilik dasar yang sama, dengan dua kawat 0,030 inci
yang memanjang ke arah bukal dan lingual gigi yang mengalami tipping.
Sebuah karet elastis 0,25 inci ditempatkan pada kedua kawat dan ditarik
melintasi permukaan mesial gigi yang akan ditegakkan. Untuk hasil terbaik,
karet elastis harus diganti setiap dua hari.8

Gambar 6. Piranti ortodontik lepasan dengan slingshot

b) Piranti Ortodontik Cekat8


• Piranti ortodontik cekat dengan continuous flexible wire
Apabila gigi molar hanya menggalami tipping sedang, perawatan yang sering
digunakan adalah dengan menggunakan flexible rectangular wire. Kawat yang
digunakan adalah 7 × 25 austenitic nickel – titanium (A-NiTi) yang
menghasilkan gaya sekitar 100 gm.

Gambar 7. Piranti ortodontik cekat untuk menegakkan satu molar dengan


continuous flexible wire. A, Penyelarasan braket awal dicapai dengan
menempatkan light flexible wire 17 × 25 A-NiTi, dari gigi molar ke kaninus. B,
Uprighting molar dengan kawat M-NiTi kontinu. C, Progres 1 bulan kemudian.
D, Penegakan selesai 2 bulan kemudian.

• Piranti Ortodontik cekat dengan sectional uprighting spring


Digunakan pada gigi molar yang mengalami tipping yang parah. Stiff
rectangular wire (19 x 25 stainless steel) digunakan untuk mempertahankan
gigi pada daerah penjangkaran dan auxiliary spring ditempatkan pada molar
auxiliary tube. Uprighting spring terbuat dari kawat beta-Ti 17 x 25 tanpa
helical loop atau kawat stainless steel 17 x 25 dengan tambahan loop dapat
memberikan efek springness yang lebih besar. Lengan mesial dari helical
spring harus diatur agar terletak secara pasif pada vestibulum dan apabila
diaktivasi harus menghubungkan kawat di segmen penstabil. Penting untuk
memposisikan hook agar bebas bergeser ke distal untuk penegakan molar.
Selain itu, sedikit tekukan ke lingual ditempatkan pada uprighting spring untuk
melawan gaya yang cenderung mengarah pada gigi penjangkar bukal dan gigi
molar ke lingual.

Gambar 8. Uprighting dengan auxiliary spring

• T-Loop
T-Loop yang terbuat dari kawat stainless steel 17 x 25 atau beta titanium 19 x
25 digunakan pada pergerakan mesial yang kecil untuk mencegah pembukaan
ruang yang terlalu banyak Setelah dilakukan penyelarasan awal pada gigi
penjangkar dengan menggunakan light flexible wire, T-Loop diadaptasikan
dalam keadaan pasif kedalam braket pada gigi penjangkar dan bagian yang
runcing pada T untuk memberikan gaya uprighting pada molar. Penyisipan ke
dalam gigi molar dapat dari mesial atau distal. Jika rencana perawatan
memerlukan pemeliharaan atau penutupan daripada menambah ruang pontik,
ujung distal archwire harus ditarik ke distal melalui molar band, membuka T-
loop sebanyak 1 sampai 2 mm, dan kemudian ditekuk kearah gingiva untuk
mempertahankannya. pembukaan. Aktivasi ini memberikan gaya mesial pada
molar yang melawan mahkota distal tipping saat gigi ditegakan (Gambar 9).
Jika ingin mendapatkan ruang, ujung kawat tidak boleh bengkok sehingga gigi
dapat bergeser ke arah distal. T-loop juga diindikasikan jika gigi molar
mengalami tipping yang parah tetapi tidak memiliki oklusal antagonis. Dalam
keadaan tersebut, T-loop meminimalkan ekstrusi disertai dengan penegakan,
yang dapat menjadi berlebihan dengan metode lain jika tidak ada antagonis.
Gambar 9. T-Loop. A, pegas T-loop stainless steel 17 × 25, derajat angulasi
kawat sebelum dimasukkan ke dalam molar tube yang diperlukan untuk
menegakkan molar. B, Jika T-loop diaktifkan dengan menarik bagian distal
kawat melalui molar tube dan menekuknya, maka gigi tidak dapat bergerak ke
bagian distal. Hal ini menghasilkan penegakan molar dengan pergerakan akar
mesial dengan penutupan ruang. C, T-loop untuk penegakan dengan distal
tipping. Perhatikan bahwa gigi dapat bergerak mundur dengan meluncur di
sepanjang kawat. D, Modifikasi T-loop dapat digunakan untuk menegakkan
gigi molar yang mengalami tipping parah atau rotasi dengan tipping distal.
Kawat dimasukkan ke ujung distal tube molar. Kawat tambahan di dalam loop
dapat memberikan jangkauan yang lebih panjang, tetapi penegakan masih
dilakukan dengan tipping mahkota distal.

c) Temporary Anchorage Device (TAD)10


TAD seperti miniscrew dapat digunakan untuk menegakkan gigi molar. Penyisipan
miniscrew pada daerah apikal baik pada gigi molar yang tipping ke arah distal atau
mesial dan penerapan gaya dari skrup ke ujung distal kawat yang menonjol dari molar
tube dapat menarik gigi molar ke posisi yang diinginkan.

Gambar 10. Komponen miniscrew


DAFTAR PUSTAKA
1. Cernei ER, Mavru RB, Zetu IN. Second molar uprighting after premature loss of
mandibular first permanent molar- case report. Rev. Med. Chir. Soc. Med. Nat., Iasi
2015; 119(2): 572.
2. Kaur H, Pavitra US, Shaber N, Abraham R. Treatment planning considerations for molar
uprighting. IJO 2014; 25(3): 44.
3. Novisari P, Dirdjowihardjo S, Karunia D. Studi kasus penanganan mesial tipping molar
II akibat kehilangan molar I dengan L loop. MKGK 2016; 2(3): 150.
4. Novianty SI. Penggunaan Pir T-Loop untuk perbaikan inklinasi (mesial tipping) gigi
molar kedua permanen rahang bawah. ODONTO Dental Jurnal 2017; 4(2): 143.
5. Eka E, Soemantri ES. Penegakan molar. IJD 2006: 97.
6. Ditaprilia M, Ardhana W, Christnawati. Perawatan ortodontk alat lepasan kombinasi
semi cekat pada kehilangan gigi 46. MKGK 2015; 1(1): 20.
7. Barros SE, Janson G, Chiqueto K, Ferreira E, Rosing C. Expanding torque possibilities:
A skeletally anchored torque cantilever for uprighting “kissing molars”. AJODO 2018;
153(4): 588.
8. Proffit WR. Contemporary Orthodontics. 6th ed. St Louis : Mosby Corp 2019:603-10.
9. Norton LA, Proffit WR. Molar Uprighting as An Adjunct to Fixed Prostheses. JADA.
1968;76:312-16.
10. Zachrisson BU, Bantleon HP. Optimal mechanism for mandibular molar uprighting.
World J Orthodontics 2005: 86.

Anda mungkin juga menyukai