Anda di halaman 1dari 29

KARTU PEMERIKSAAN DALAM PERAWATAN GIGITIRUAN

Dalam perawatan suatu gigitiruan pada seorang pasien, seringkali kita


dihadapkan pada kenyataan keadaan umum dan intra oral yang tidak
menguntungkan atau hambatan yang mengganggu keberhasilan suatu gigitiruan.
Keadaan fisik, sikap maupun pandangan pasien sangat menentukan sukses
tidaknya suatu perawatan; oleh karena itu pasien perlu dievaluasi secara
menyeluruh . Kegagalan suatu perawatan dapat timbul bila data dukungan yang
diperlukan tidak cukup yang dapat diperoleh baik dari data hasil pemeriksaan klinis
maupun dari data model diagnostik,
Untuk memperoleh hasil yang baik, maka dalam perawatan operator harus
memiliki kemampuan dalam melakukan perawatan yang tpat sehingga dapat
mengembalikan malahan memperbaiki fungsi-fungsi estetik, mastikasi dan fonetik
dari gigi yang diganti.
Keberhasilan gigitiruan yang dibuat ditentukan oleh berbagai faktor. Beberapa
faktor penting perlu didata dan dicatat saat pemeriksaan pasien sehingga diagnosa
dan rencana perawatan yang tepat dapat ditentukan berdasarkan hasil tersebut.
Hasil dari pemeriksaan ini dikumpulkan dalam suatu kartu yang khusus dibuat untuk
hal tersebut yang dikenal sebagai Kartu Pasien.
Diagnosa yang tepat tergantung pada cara pemeriksaan yang benar san
seragam, evaluasi dan pengambilan keputusan yang tepat. Sehingga perawatan
dapat dilakukan sesuai dengan keadaan pasien berdasarkan diagnosa yang teliti
dan baik.
Cara pengisian Kartu Status / Indikasi Pasien (Kartu IP) perawatan Gigitiruan sbb:
1. a. Nomor Kartu, diperlukan untuk:
- Kebutuhan administrasi yang memudahkan penyimpanan dan pencarian
kembali
- Sebagai data statistik bila diperlukan
b. Tanggal, diperlukan untuk:
- mengetahui waktu perawatan awal, terakhir dan kontrol pasien
- Sebagai data statistik bila diperlukan seperti jumlah pasien setiap hari,
bulan maupun tahun.
2. Nama Pasien, diperlukan untuk:
a. Membedakan pasen yang satu dengan yang lain
b. Memudahkan pencarian kartu status bila diperlukan kembali
c. Untuk pandaftaran
3. Jenis Kelamin / Sex, diperlukan untuk:
a. Sebagai data statistik bila diperlukan untuk mengetahui jenis sex dari pasien
yang dirawat
b. Sebagai pertimbangan dalam pemilihan gigi dan penggunaan cengkeram
yang akan digunakan
4. Alamat, diperlukan untuk:
Memanggil kembali pasien bila diperlukan.
5. Umur, diperlukan untuk:
a. Perbedaan usia menentukan jenis perawatan yang dapat berbeda.
b. Proses penuaan mempengruhi daya tahan jaringan, kesehatan mulut,
koordinasi otot-otot, ukuran pulpa gigi dan panjang mahkota klinis
c. Pada usia lanjut, biasanya gigi sudah mengalami atrisi dan abrasi.
d. Pada usia muda, dapat dipertimbangkan keadddaan ruang yang masih lebar
dan derajat kies yang tinggi.
e. Sebagaaai pertimbangan dalam memilih warna gigi
6. Pekerjaan, diperlukan untuk:
a. Dapat diketahui kesibukan dan keadaan sosial ekonomi pasien sehingga
dapat mengatur dan mengetahui dapat tidaknya pasien melakukan
kunjungan yang teratur sesuai dengan rencana perawatan.
b. Mempertimbangan jenis gigitiruan yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Pasien yang sering bertugas dihadapan publik akan sangat memperhatikan
faktor estetik yang baik.
2. Keluhan utama, diperlukan untuk:
Mengetahui dengan jelas maksud kunjungan pasien adalah sangat penting dan
harus diketahui pada awal kunjungan, sebab perawatan hanya akan berhasil
dengan baik , bila mampu mengatasi keluhan tersebut atau kita akan
merasakan hambatan pasien. Rencana perawatan dan terapi harus ditujukan
untuk menghilangkan keluhan utama pasien
3. Anamnese, diperlukan untuk:
Adalah tanya jawab antara pasien dengan dokter mengenai riwayat
penyakitnya, kelainan dan keluhan-keluhan pasien, tertama hal-hal yang tidak
dapat dilihat gejala klinisnya sertz hal-hal yang dapat memberi informasi tentang
adanya penyakit / kelainan yang dicurigai, misalnya:
a. Maksud kedatangan pasien karena merasa terganggu oleh fungsi kunyah,
estetik atau lainnya.
b. Darimana pasien mendapatkan informasi tentang dokter gigi dan pembuatan
gigitiruan.
c. Apakah pasien pernah menggunakan gigitiruan sebelumnya. Pasien yang
pernah menggunakan gigitiruan perlu diberi kesempatan menceritakan
masalah-masalah tentang gigitiruannya, sehingga kita dapat mengerti
keinginan pasien untuk berkunjung. Misalnya karena gigitiruannya tidak
nyaman dipakai atau mengalami keulitan dalam pengunyahan dan berbicara.
Perlu juga diketahui lamanya pemakaian dan saat terakhir penggunaan serta
alasan mengapa tidak digunakan lagi. Informasi ini dapat memberi gambaran
mengenai toleransi pasien terhadap gigitiruan dan memperkirakan besarnya
resorbsi yang terjadi pada tulang alveolaris.
Pada pasien yang belum pernah menggunakan gigitiruan, dapat diberi
penjelasan mengenai jenis-jenis gigitiruan lain yang lebih sesuai untuk kasus
pasien.
d. Pencabutan gigi terakhir diperlukan untuk mengetahui apakah gigi sengaja
dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin masih ada sisa
akar yang tertinggal. Perlu diketahui apakah kehilangan gigi akibat karies,
penyakit periodontal atau trauma. Hal ini dapat memberi pengaruh yang
berbeda terhadap kerusakan tulang alveolaris. Riwayat pencabutan gigi yang
mengalami kesulitan atau tidak juga dapat memberi pengaruh.
4. Keadaan umum,
Keadaan kesehatan umum pasien dapat diketahui dengan melihat kondisi
tubuh pasien sewaktu masuk ke klinik. Selain itu, kita perlu menanyakan
riwayat penyakit umum yang pernah diderita, misalnya:
a. Diabetes Mellitus,
Pada pasien DM, sering disertai kelainan-kelainan dalam rongga mulut,
seperti peradangan pada jaringan mukosa dan penyakit periodontal serta
mudah terjadi abses periapikal. Pada pasien DM perlu ditekankan
pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut. Bila keadaan mulut pasien sudah
sehat (kadar gula darah terkontrol), maka pembuatan gigitiruan sudah dapat
dilakukan, tetapi prognosa gigitiruan pada pasien DM biasanya kurang
memuaskan karena cepat longgar.
b. Hipertensi
Batasan hipertensi menurut WHO adalah bila tekanan sistolik sama atau
lebih besar dari 160 mmHg dan tekana diastolik sama atau lebih besar dari
95 mmHg. Salah satu komplikasi hipertensi adalah kemunduran faal ginjal
sampai terjadinya gagal ginjal terminal. Pada pasien hipertensi perlu
diperhatikan pada saat pencabutan gigi. Hindari pemakaian anestetikum
yang mengandung vasokonstriktor yang dapat mempengaruhi tekanan
dara. Pada pasien ini, bila masih ada gigi yang haris dicabut untuk
pembuatan gigitiruan, maka tekanan darah pasien harus terkontrol baik
untuk menghindari terjadinya perdarahan.
B. Kelainan jantung,
Paeien jatung khususnya katup jantung perlu diketahui, karena pencabutan
gigi untuk keperluan pembuatan gigitiruan dapat terjadi kemungkinan
terjadinya endokarditis miocard yag disebabkan oleh masuknya kuman
pada luka bekas pencabutan gigi, maka sedapat mungkin hindari
pencabutan.
C. Epilepsi
Perlu diperhatikan untuk menentukan jenis gigitiruan yang akan dibuat dan
adanya hiperplasia dari gusi oleh karena pemakaian obat-obat golongan
barbiturat. Tidaklah benar menaruh sesuatu dalam mulut ketika terjadi
serangan kejang, karena ludah sudah tergigit saat stadium pertama kejang.
D. AIDS
AIDS diterjemahkan secara bebas sebagai sekumpulan gejala penyakit
yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang
didapat dari faktor luar (bukan bawaan sejak lahir). Menurut Shiacdt dan
Pinborg (1987), sebagian pendereita Aids menunjukkan manifestasi pada
daerah kepala dan leher. Manifestasi di mulut seringkali merupakan tanda
awal dari infeksi HIV. Manifestasi di dalam mulut yang khas yaitu, sarcoma
kaposi, limpoma dan neoplasma serta hairy leukoplakia.
E. Tuberkulosis (TBC)
Dalam merawat pasien TBC, perlu perlindungan diri terhadap penularan
penyakit pada dokter gigi yang merawat dan kepada pasien lain (cross
infection). Sebaiknya dokter gigi memakai masker dan sarung tangan pada
waktu melakukan pemeriksaan, perawatan, pencabutan dan insersi
gigitiruan. Selain itu, sterilisasi alat-alat perlu untuk mencegah penularan.
F. Hepatitis
Hepatitis dapat disebabkan oleh virus, paling sedikit dikenal 4 virus berbeda
yaitu Hepatitis A (Hepatitis Infecsiosa), Hepatitis B (Hepatitis Serum),
Hepatitis non A dan Hepatitis non B. Penyebab yang jelas ditentukan
dengan Tes Laboratorium. Hepatitis B sangat berpengaruh pada klinik gigi
oleh karena itu perlu pencegahan penyebarannya dalam praktek dokter gigi.
G. Alergi
Adakalanya dapat ditanyakan tentang riwayat alergi karena terjadinya reaksi
alergi pada pasien yang mungkin disebabkan oleh obat-obatan atau bahan
yang dipakai untuk pembuatan gigitiruan.
5. Pemeriksaan Ektra Oral, terdiri dari:
a. Profil
Harus perhatikan gambaran pasien secara menyeluruh, karena hal ini akan
menjadi pegangan yang penting untuk mendapatkan nilai estetik dalam
pembuataqn gigitiruan. Cara pemeriksaan profil wajah dilakukan sbb:
Tentukan tiga titik khayal pada wajah, yaitu pada glabela
(dahi), dasar hidung dan tepi dagu. Dibedakan 3 jenis profil
wajah sbb:
- Profil normal (lurus) : bila ketiga titik berada pada garis
lurus.
- Profil protrusi (cembung) : bila titi-titik glabela dan tepi
dagu berada lebih ke belakang daripada titik dasar hidung
- Profil progeni (cekung): bila titik-titik glabela dan tepi dagu
berada lebih ke depan daripada titik dasar hidung.
Profil wajah dapat memberi gambaran hubungan RA dan RB
dalam arah vertikal pada pembuatan gigitiruan.
b. Bentuk wajah
Ada tiga bentuk wajah manusia yaitu: square (persegi), tappered (lancip),
dan oval (lonjong) yang dapat digunakan sebagai langkah awal dari seleksi
bentuk gigi.

B. Mata
Pemeriksaan mata dilakukan pada saat pasien duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan, lalu periksa keadaan simetris tidaknya karena
hal ini penting untuk mentukan apakah garis bantu interpupil dapat
digunakan untuk menentukan bilang horisontal daerah anterior (anterior
horisintal plane) dan kesejajaran galengan gigit RA bagian depan serta
posisi garis median.
C. Hidung
Periksa hidung simetris atau tidak dan adanya kebiasaan bernafas yang
tidak benar. Hidung dapat digunakan untuk membantu menentukan posisi
garis median dan sebagai patokan mendapatkan bidang antero-posterior
pada galangan gigit RA. Dimana galengan gigit atas akan dipotong sejajar
dengan garis naso-auricular yang dibentuk oleh hidung dan telinga.
D. Telinga
Periksa dan bandingkan simetris tidaknya telinga kiri dan kanan. Telinga
digunakan bersama hidung untuk mendapatkan garis naso-auricular yang
digunakan untuk mendapatkan kesejajaran dataran oklusal pada galengan
gigit RA yang diperlukan pada penyusunan gigi posterior.
E. Bibir
Perhatikan simetrisnya, ketebalan, panjang dan ketegangan bibir (fullness),
bagaimana hubungannya dengan gigi dan pergerakannya sewaktu bicara.
Fullness bibir harus dikembalikan pada pembuatan gigitiruan (sayap labial)
untuk mengembalikan tonus otot-otot bibir sehingga tidak terjadi perubahan
bentuk wajah pasien, dengan demikian fungsi estetik akan baik kembali.
Disamping itu hubungan bibir dan gigi akan menentukan panjang gigi yang
nampak selama bicara dan istirahat. Garis ketawa adalah garis tepi bawah
bibir atas, waktu bibir naik setinggi mungkin, misalnya, pada waktu
tersenyum atau tertawa. Tandai pada permukaan labial pada biterim dan
digunakan untuk menentukan jumlah gigi yang nampak pada kondisi normal
dan panjang gigi yang akan dipakai.
F. Kelenjar
Kelenjar limfe yang ada disekitar rahang dengan melakukan palpasi yaitu
kelenjar submandibulris dan submentalis. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui adanya peradangan di dalam mulut yang ditandai dengan
membesarnya kelenjar. Dalam keadaan normal, kelenjar-kelenjar tersebut
hampir tidak teraba. Bila terjadi peradangan, kelenjar ini akan membengkak
dan terasa sakit. Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan penyebab
terjadinya peradangan dengan pemberian medikasi. Keadaan yang dapat
dijumpai adalah:
Lunak ----- tidak sakit ------ normal
Lunak ----- sakit ------ akut
Keras ----- tidak sakit ------ kronis
Penyebab peradangan misalnya : tonsilitis, stomatitis, gingivitis, dll.
Kelainan dalam mulut harus diatasi sebelum pembuatan gigitiruan.
G. Sendi Rahang
Dapat diperiksa dengan meminta pasien membuka dan menutup mulut lalu
meraba bagian di depan tragus dari telinga. Cara pemeriksaan: operator
berdiri di belakang pasien, sendi dipalpasi selama berfungsi (gerakan
membuka dan menutup mulut0. Kedua sendi harus dipalpasi bersamaan
untuk mengetahui apakah ada rasa sakit atau clicking.
H. Kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk pada pasien dapat mengganggu pembuatan gigitiruan,
misalnya bruxism, kebiasaan menggigit pada salah satu sisi rahang, dll.
6. Pemeriksaan Intra Oral
a. Kebersihan mulut.
Pemeriksaan ini melipoti adanya kalkulus, debris dan plak. Untuk itu perlu
melakukan pemeriksaan kebersihan mulut pasien, yaitu kriteria baik, sedang
atau buruk.
Cara pemeriksaan: Dengan melihat jumlah plak, debris, dan kalkulus pada
gigi 6 l 6 pada bagian bukal / labial
6 l 6 pada bagian lingual / palatinal
Kriteria menurut Green dan Vermillon, yaitu:
Lebih dari permukaan gigi = 3
permukaan gigi =2
permukaan gigi =1
0 permukaan gigi =0
Setelah hitung nilai yang diperoleh disamakan dengan indeks di bawah ini:
Oral hygiene baik, bila DI S + CI + S = jumlah skor yaitu 0,1 - 1,2
Oral hygiene sedang, bila DI S + CI + S = jumlah skor yaitu 1,3 - 3,0
Oral hygiene buruk, bila DI S + CI + S = jumlah skor yaitu 3,1 - 6,0
b. Frekwensi karies
Setiap gigi yang masih ada, diteliti keadaannya dalam hal ini diambil patolan
sbb:
Gigi yang ditambal + Karies
F. K = -------------------------------------- x 100 %
Gigi yang masih ada
Bila F. K 0 -- 25 % ----------------- Frekwensi Karies rendah
26 50 % ----------------- Frekwensi Karies Sedang
51 100 % ----------------- Frekwensi Karies Tinggi
Keterangan ini diperlukan untuk penentuan indikasi jenis gigitiruan dan
jenis retainer yang akan digunakan.
Indeks karies yang tinggi merupakan suatu kontra indikasi perawatan GTJ,
terutama jika dipakai untuk retainer yang tidak menutupi seluruh
permukaan gigi, dimana pada batas antara metal retainer dan jaringan gigi
mudah terserang karies karena mulut yang sudag rentan terhadap karies,
sehingga hal ini perlu kita pertimbangkan sebelum merencanakan suatu
bentuk perawatan.
B. Pemeriksaan Rongen Foto.
Pada bagian ini ditulis unsure gigi yang di foto
Guna Rongen foto pada perawatan gigitiruan adalah untuk melihat
pembengkakan patologis dan hal lain yang mencurigakan.
C. Perawatan sebelumnya
Perlu catat jenis perawatan gigi yng telah diberikan kepada pasien,
misalnya: perawatan endodontic, ortodontik, pencabutan gigi, dan lain-lain.
7. Status Gigi-Geligi
Periksa gigi-gigi pasien yang masih ada, status gigi geligi lengkap dalam bentuk
sentogram berdasarkan kode dan tanda-tanda yang diperlukan (lihat lampiran).
Hal ini berguna untuk melihat lokasi, keadaan gigi-geligi, karang gigi dan
sebagainya. Juga sebagai medical record dan untuk menentukan pemilihan gigi
pendukung.
8. Oklusi
Pemeriksaan oklusi meliputi gigi Molar satu RA dan RB, gigi Kaninus RA dan
RB, dan gigi Insisivus RA dan RB
a. Normal. Bila keadaan oklusi kelas I Angle, yaitu puncak mesiobukal gigi M1
RA terletak segaris dengan fissura bukal gigi M1 RB, dan puncak gigi C RA
terletak di antara dan segaris denhan lereng distal dari puncak gigi C RB
dan lereng mesial dari puncak bukal gigi P1 RB.
b. Open Bite. Adalah suatu gigitan dimana gigi RA dan RB tidak berkontak
pada saat oklusi, bisa 1 gigi, bisa berkelompok.
c. Deep Bite. Adalah oklusi dimana gigi RB terletak jauh ke belakang terhadap
gigi RA. (suatu gigitan dimana over bite lebih dari 2 mm).
Gunanya: untuk penentuan gigitan, yitu untuk menentukan hubungan model
positif RA dan RB sesuai dengan hubungan maxilla dan mandibula.
d. Protrusi. Adalah suatu keadaan dimana inklinasi gigi atau rahang atas yang
menjorok ke depan.
e. Cross Bte. Adalah suatu gigitan dimana oklusi gigi dan antagonisnya terbalik
dalam arah horisontal.
f. Edge to edge. Adalah oklusi dimana inklinasi gigi RA bertemu dengan tepi
insisal gigi RB. Dapat terjadi juga pada gigi posterior yang dikenal sebagai
cups to cups.

OKLUSI DINAMIK
1. Sistem Oklusi Unilateral Balanced Occlusion (UBO)

Ciri-ciri: Pada gerakan ke sisi kerja sebagian gigi geligi anterior dan posterior
bersentuhan sedangakan pada sisi keseimbangan tidak
bersentuhan.

2. Sistem Oklusi Mutually Pprotected Occlusion (MPO)

Ciri-ciri: Pada gerakan ke sisi kerja maupun protrusive geligi posterior disklusi
(tidak oklusi), hanya geligi anterior saja yang bersentuhan.

3. Sistem Oklusi Bilateral Balanced Occlusion (BBO)

Ciri-ciri: Pada gerakan ke sisi kerja, sisi keseimbangan terdapat juga


persentuhan geligi.

4. Sistem Oklusi Unilateral Balanced Occlusion

Ciri-ciri: Andaikata pada gerakan batas mandibula tidak dapat ditetapkan pola
persentuhan geligi seperti di atas misalnya karena maloklusi parah,
banyak geligi yang hilang, kemungkinan tidak dapat langsung
membuat jembatan.

9. Vestibulum
Dalam atau dangkalnya vestibulum mempengaruhi retensi dan stabilitas gigitiru
an. Pemeriksaannya dilakukan dengan menggunakan kaca mulut nomor 3,
Kkriterianya sbb:
a. Dalam : bila kaca mulut terbenam lebih dari
setengahnya, retensi dan stabilitas baik

b. Sedang : bila kaca mulut terbenam Dalam : bila


kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, retensi dan stabilitas baik

c. Dangkal : bila kaca mulut terbenam kurang dari


setengahnya, retensi dan stabilitas kurang

Pemeriksaan regio posterior dilakukan pada vestiulum bukalis sedangkan


regio anterior yaitu pada vestibulum labialis. Keadaan dari vestibulum ini
penting untuk kepentingan retensi gigitiruan.

10. Frenulum
Pemeriksaan frenulum ,eliputi tinggi rendahnya frenulum. Kriterianya sbb:
a. Tinggi, bila perlekatannya hampir sampai ke
residual ridge, keadaan ini dapat mengganggu retensi gigitiruan

b. Sedang, bila perlekatannya kira-kira di tengah


puncak ridge dari sulcus vestibularis.

c. Rendah, bila perlekatannya dekat dengan sulcus


vestibularis.

Frenulum ini penting diperhatikan untuk mengetahui batas


pinggiran landasan gigitiruan, bila akan dilakukan
perluasan landasan. Perluasan landasan penting untuk
mencapai kemantapan gigitiruan lengkap.
11. Relasi rahang.

Kedudukan processus alveolaris RA dan RB dilihat dari


arah antero-posterior, dalam keadaan normal ada jarak
yang memisahkan antara RA dan RB. Periksa dengan
cara meminta pasien menggigit jari operator yang
dilakukan di ridge belakang. Pada pasien edentulous, kedudukan processus
alveolaris ini dapat dikategotikan, sbb:

a. Sejajar: segmen anterior dari ridge mandibula berada pada bagian bawah
dan segaris dengan segmen anterior ridge maxilla. (Normal 80 90 0)

b. Protrusi: segmen anterior dari ridge mandibula retruded dari posisinormal.


(Protrusi < 800)

c. Prognatik: segmen anterior dari mandibula berada protruded dari posisi


normal. (Prognatik > 900)

Pemeriksaan ini penting untuk pertimbangna dalam penyusunan gigitiruan


12. Bentuk Ridge Alveolaris, yaitu:

a. Bentuk U : Bentuk ridge alveolaris yang besar dan tinggi


dengan puncak yang bulat, paling menguntung-
kan karena dapat menahan daya kunyah, me-
nahan daya ungkit dan perpindahan tempat aki-
bat daya horizontal

b. Bentuk V : Bentuk ridge alveolaris yang tinggi tetapi ujungnya lancip,


kurang menguntungkan karena gigitiruan yang dipasang
akan menimbulkan rasa sakit, mukosa yang menutupi ridge
tajam, biasanya tipis.

B. Bentuk Datar: Bentuk ridge alveolaris yang rendah dan tinggi puncaknya
hamper sama atau sama dengan dasar mulut atau
palatum, retensi kurang.

Bentuk tulang alveolaris ini berpengaruh terhadap daya dukung dari jaringan
pendukung terhadap gigitiruan untuk resistensi atau retensi gigitiruan.

13. Bentuk Palatum

Bentuk palatum perlu diperhatikan untuk resistensi,


retensi dan stabilitas dari gigitiruan yang akan kita
kerjakan, perlu perhatikan:
a. Bentuk U : Bentuk ini memberi stabilitas dalam jurusan vertikal dan
horisontal, paling baik karena paling cekat.

b. Bentuk V : Bentuk seperti ini retensinya paling jelek.

c. Bentuk Datar: Bentuk palatum rendah, tidak dapat menahan gerakan


lateral pada per-gerakan antero-posterior gigitiruan.

14. Torus

Torus adalah pembesaran tulang yang ditemukan pada garis tengah palatuk
dan pada daerah lingual antara gigi P1 P2 mandibula.

Pada torus yang kecil biasanya tidak dibutuhkan tindakan bedah, tetapi cukup
dengan pembuatan relief pada gigitiruan. Pada torus
yang besar dengan bentuk yang dapat menyebabkan
retensi atau kesulitan dalam insersi gigitiruan dibutuh-
kan tindakan pembeda-han.

Relief dibuat dengan tujuan aar tekanan sama rata untuk menghindari
tekanan yang besar pada bagian torus karena mukosanya paling tipis,
misalnya torus palatines.

15. Tuberositas Maxillaris

Adalah tonjolan di belakang gigi M3 RA. Tuber mmpu-


nyai peranan penting dalam memberikan retensi
dalam gigitiruan. Pemeriksaan tuber dilakukan
dengan menggunakan kaca mulut nomor 3 yang
diletakkan tegak lurus pada baian vestibu-lum.
a. Tuber Besar, jika kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya.

b. Tuber Sedang, jika kaca mulut terbenam hanya setengahnya.

c. Tuber Kecil, jika kaca mulut terbenam kurang dari setengahnya.

Tuber Maxillaris yang besar dengan jaringan yang bergerak merupakan


dukungan yang jelek untuk retensi gigitiruan sehingga perlu dipertimbang kan
pembuangan dari jaringan ini bila ditemukan dalam pemeriksaan. Dengan
melakukan palpasi dapat diketahui jaringan yang menutupi under cut tersebut
sehingga diketahui apakah gigitiruan dapat diinsersikan ke dalam daerah
undercut tersebut atau tidak. Bila tuber ini mempunyai undercut besar dan
tertutup oleh jaringan mukosa yang tipis maka perlu dilakukan tindakan
operasi.
16. Retromylohyoid

Daerah ini penting untuk retensi gigitiruan. Pemeriksaan daerah ini dilakukan
pada daerah lingual di sekitar gigi M2 dan M3 RB dengan menggunakan kaca
mulut nomor 3 dengan kriteria Dalam, Sedang dan Dangkal. Umumnya
bentuk ridge di daerah ini tegas dan tajam sehingga merupakan kontra
indikasi untuk memperpanjang sayap lingual dari gigitiruan melewati daerah
ini, tetapi bila ridge di daerah ini kurang menonjol dan berbentuk bulat maka
dapat dilakukan perpanjangan pada sayap lingual untuk mendapatkan reteni
tambahan dari gigitiruan.
17. Eksostosis

Merupakan penonjolan tulang yang tajam pada processus alveolaris yang


menyebababkan rasa sakit pada penekanan atau pemakaian gigitiruan.
Eksostosis dicatat lokasinya. Pencatatan ini dilakukan untuk mempertim
bangkan perlu tidaknya lakukan pembedahan sebelum dilakukan pembuat an
gigitiruan. Juga untuk pertimbangan retensi tambahan serta menentukan arah
insersi. Daam satu sisi rahang dibagi menjadi dua region, yaitu region anterior
dan region posterior.
18. Diastema

Adanya kelainan pada kontak proksimal dari gigi yang ada harus dicatat
karena berhubungan dengan pertimbangan besarnya daya dukung gigi
penyangga dan jaringan pendukung terhadap gigitiruan. Contoh cara
penulisan diastema yaitu : 34 35, 11 12, 46
47.
19. Klasifikasi Angle

Kelas I:

Hubungan Molar 1 adalah normal secara mesio-


distal, tetapi terdapat penyimpangan penyimpangan gigi lainnya dalam
lengkung gigi seperti gigi rotasi, berjejal, gigitan terbalik, over-jet, overbite,
dan gigitan terbuka. Sejalan dengan hal ini terjadi defisiensi panjang lengkung
yang tidak bisa me-nempatkan gigi dalam keadaan normal tanpa me-ngurangi
jumlah gigi dengan pencabutan atau pe-nempatan ggi dalam alveolar rahang
bawah dan dataran-dataran labial. Tonjol mesiobukal gigi M1 permanen RA
beroklusi pada fissura mesiobukal gigi M1
permanen RB.

Kelas II:

Lengkung gigi RB beroklusi dalam relasi distal


ter-hadap lengkung gigi RA paling tidak
setengah lebar dari gigi M1 permanen atau selebar mesio-distal gigi P1.
Tonjol mesiobukal gigi M1 permanen RA
beroklusi pada ruang antara tonjol mesiobukal
gigi M1 permanen RB. Tonjol mesio-lingual
gigi M1 permanen RA beroklusi pada mesial
dari tonjol mesiolingual gigi M1 permanen RB.

Kelas III:

Tonjol mesiobukal gigi M1 permanen RA beroklusi pada ruang interdental


antara aspek distal dari tonjol-tonjol distal gigi M1 permanen Rb dan mesial
dari tonjol-tonjol mesial gigi M2 permanen RB.

Gunanya untuk menentukan hubungan antara RA de-ngan RB dalam arah


antero-posterior dalam keadaan normal, agar model atas dan bawah tidak
dioklusikan secara salah.

20. Artikulasi

Artikulasi diperlukan untuk mengetahui adanya blocking (hambatan).


Cara pemeriksaannya yaitu pasien diminta mengoklusikan giginya kemudian
giginya diartikulasikan ke kiri dan ke kanan serta ke depan dan ke belakang.
Jika ada gigi yang tidak berkontak berarti ada gigi-gigi yang mengalami
hamba-tan artikulasi yang normal dari gigi anterior adalah letak gigi anterior
atas lebih ke anterior daripada gigi anterior bawah dan saling tumpang tindih
1 4 mm.
Pada keadaan dimana terjadi artikulasi salah, maka dapat terjadi peradangan
di daerah puncak alveolaris yang terlalu berat pada daerah tersebut karena
terjadi hambatan pergerakan lateral dan antero-posterior yang disebabkan
gangguan puncak gigi.

Gangguan Oklusi pada Gerakan Batas Mandibula


Bila perlu gunakan gambar oklusal dan insisal geligi RA dan RB untuk pen-
catatan berkas kertas artikulasi yang terkait.
1. Gangguan Retruded Contact Position (RCP, kedudukan persentuhan geligi
ke belakng)

Dapat diperiksa dengan membimbing pasien untuk menutup mulut, pasien


akan merasakan adanya sentuhan gigi-geligi yang paling awal, mungkin
kepekaan gigi hanya dirasakan pada satu atau dua gigi, dan operator dapat
melihat adanya penyimpangan arah gerak mandibula. Tuliskan kode gigi yang
bersangkutan untuk mengingat tempat sentuhan gigi yang salah, dan
mengeta-hui letak jejak kertas artikulasi pada tempat yang tidak biasa.

2. Gangguan Intercuspal Contact Position (ICP, kedudukan persentuhan


antar puncak tonjol mahkota gigi)

Dapat diketahui saat pasien diminta menelan, pasien merasakan adanya


sentuhan pada satu atau beberapa geligi saja dan dapat disertai kepekaan
gigi. Tuliskan kode gigi yang bersangkutan untuk mengingat tempat gigi yang
salah sentuh, dan diperiksa dengan adanya jejak kertas artikulasi pada
permu-kaan oklusal gigi bersangkutan, misalnya 16, 45.

3. Gangguan Workingside Contact Position (WSCP, kedudukan persentuh an


geligi pada sisi kerja)

Terlihat adanya disklusi geligi depan ketika pasien dibimbing menggerakkan


mandibula kea rah sisi kerja terasa getaran pada ujung jari yang berlebih
dibandingakn dengan pada daerah apeks gigi yang bersangkutan. Tuliskan
kode gigi yang bersangkutan, untuk mengingat tempat gigi yang salah sentuh,
dapat dilihat adanya jejak kertas artikulasi pada gigi yang bersang kutan,
misalnya 15, 44.
4. Gangguan non Workingside Contact Position (NWSCP, kedudukan
persentuhan geligi pada sisi keseimbangan)

Bila pada pola oklusi dinamik UBO atau MPO terdapat persentuhan gigi pada
sisi keseimbangan, geligi bersangkutan dapat goyah atau peka. Tuliskan kode
gigi yang bersangkutan, untuk mengingat tempat gigi yang salah sentuh,
dapat dilihat kode jejak kertas artikulasinya

5. Gangguan Protrusive Contact Position (PCP, kedudukan persentuhan


geligi ke muka

Bila terdapat geligi yang bersentuhan paling awal pada gerakan mandibula
protrusive dengan tanda kepekaan. Migrasi gigi/ aus berat. Tuliskan kode gigi
yang bersangkutan, untuk mengingat tempat gigi yang salah sentuh, dapat
dilihat jejak kertas artikulasinya

6. Oklusi Traumatik karena keadaan restorasi atau gigitiruan yang ada

Dapat diketahui pada waktu pasien dibimbing menggerakkan RB ke batas gerakan


mandibula. Tuliskan kode gigi yang bersangkutan, untuk mengingat tempat gigi
yang salah sentuh, dapat dilihat kode jejak kertas artikulasinya

21. Kelainan Letak Gigi

Harus dicatat kelainan letak gigi-gigi yang berada dalam mulut misalnya: gigi-
gigi yang supra-posisi, infra-posisi, rotasi, versi, migrasi dll. Keterangna ini
penting terutama pada gigi yang digunakan sebagai penyangga daam
perawatan GTJ yang membutuhkan arah insersi yang lebih selektif.

22. Kelainan gigi

Kelainan gigi yang dicatat adalah kelainan gigi dalam bentuknya, misalnya
makrodosia, mikrodonsia, mulberry teeth, dll.

23. Mobility

Gigi-gigi yang masih tertinggal harus diperiksa mobilitasnya. Ini penting untuk
pertimbangan penentuan gigi penyangga/ pegangan cengkeram.

Klasifikasi mobilitas gigi menurut Schluger adalah:


a. 0 ----------- nirmal, tidak ada pergerakan gigi

b. 1 ----------- derajat 1, pergerakan gigi ke bukolingual kurang dari 1 mm

c. 2 ----------- derajat 2, pergerakan gigi ke bukolingual 2 mm, tetapi 1mm ke


arah apikal

d. 3 ----------- derajat 3, pergerakan gigi ke bukolingual lebi dari 2 mm dan


ada gerakan ke apikal

24. Bentuk Gigi Depan

Secara umum bentuk gigi depan harmonis dengan bentuk


wajah.

Misalnya: square (a), tapered (b) dan ovoid (c)

Menurut Leon Williams, bentuk gigi Insisivus sentral sesuai dengan bentuk
garis luar wajah, tetapi dengan arah terbalik. Pencatatan bentuk gigi ini
diperlu-kan untuk kepentingan estetik yaitu dalam hal pemilihan gigi artificial.

25. Warna Gigi Depan

Dalam pemilihan warna gigi biasanya dengan menggunakan shade guide


atau pemandu warna.

Shade guide dicocokkan dengan gigi yang terlihat pasa waktu mulut terbuka.
Sebelumnya terlebih dahulu shade guide dibasahkan dengan air ubtuk
memberi efek kecermerlangan dan translusensinya, kemudian catat warna
gigi dari shade guide yang sesuai. Hal ini penting untuk estetik dalam
pemilihan warna gigi artificial dan pembuatan warna dari mahkota dan pontik
pada GTJ.

26. Tahanan Jaringan

Pemeriksaan tahanan jaringan meliputi bagian palatum dan processus


alveolaris RA dan RB. Pemeriksaan dilakukan dengan penekanan jaringan
dengan memakai burnisher. Tahanan jaringan penting untuk mengetahui
kemampuan adaptasi jaringan terhadap tekanan dari gigitiruan,

a. Tahanan jaringan Tinggi bila pada penekanan tidak menyebabkan


perubahan warna jaringan, jaringannya cekat, tidak goyang dan cukup
tebal.

b. Tekanan jaringan Rendah bila pada penekanan nampak perubahan warna


jaringan menjadi putih/ pucat.

27. Mukosa Pendukung

Pemeriksaan dilakukan di sekitar processus alveolaris dimana gigitiruan akan


duduk, apakah mukosa bergerak atau tidak, Hal ini penting untuk kestabilan
gigitiruan.

28. Keadaan Jaringan Mukosa

Semua jaringan mukosa pada RA dan RB diperiksa, termasuk pipi dan bibir.
Hal ini penting untuk mengetahui kondisi dari mukisa yang akan mendukung
gigitiruan. Perlu catat adanya inflamasi atau kelainan-kelainan lain yang
terdapat dalam mukosa ini. Kita tidak boleh mencetak bila ada inflamasi
karena akan menyebabkan iritasi dan luka pada mukosa, jadi harus
disembuhkan.

29. Retraksi Gusi dan Karang Gigi

Diperiksa dan dicatat adanya retraksi gusi. Hal ini terutama diperlukan dalam
pembuatan gigitiruan jembatan, yaitu dalam hal meletakkan akhiran servikal
dari mahkota gigitiruan.
Karang gigi juga harus diperiksa dan dicatat. Pembersihan kalkulus perlu
dilakukan sebelum prosedur perawatan prostodonsi.

30. Pembengkakan

Setiap pembengkakan dalam mulut harus diperiksa dan dicari penyebab nya,
lalu didiagnosis. Pembengkakan yang ditemukan pada satu sisi biasa nya
lebih bersifat patologis dibanding bila ditemukan pada kedua sisi. Jika
ditemukan adanya pembengkakan tersebut, bila perlu lakukan Rongen Foto
untuk melihat bila ada kelainan patologis.

31. Lidah

Yang diperiksa adalah bentuk ujung lidah, yaitu dapat berbentuk lancip dan
berbentuk bulat. Lidah penting diperhatikan karena sangat berpengaruh pada
retensi dan stabilatas gigitiruan. Dalam hal ini fungsinya sebagai alat control
terhadap gigitiruan dan juga sebagai pertimbangan dalam penyu sunan gigi.

Aktifitas lidah diperiksa dengan menyentuhkan salah satu alat pada salah
satu bagian lidah. Pada lidah yang aktif, sentuhan yang ringan saja sudah
memberikan reaksi gerakan yang aktif.

32. Saliva

Saliva berperan terhadap retensi gigitiruan, dalam hal ini sifat adhesi
kohesinya. Yang perlu dicatat adalah jumlah dan konsistensi saliva, karena
sangat berpengaruh terhadap stabilitas, retensi dankenyamanan pasien aktu
menggunakan gigitiruan. Saliva yang banyak (Sialorrhea atau Ptyalism) akan
mengganggu pencetakan dan akan mengurangi retensi gigitiruan. Sebaliknya,
salia yang sediki (Xerostomia) akan menyebabkan berkurangnya retensi.

Adhesi terjadi antara permukaan gigitiruan dan saliva dan antara permuka an
mukosa dan saliva.

Air ludah yang cair dalam jumlah banyak dapat membasahi permukaan
anatomis gigitiruan sehingga mempertinggi daya permukaan.

Air ludah yang banyak dan kental mudah melepaskan gigitiruan dan menyu
litkan pada saat mencetak RB
33. Status Lokal

Semua gigi yang masih ada bila mengalami kelainan perlu dicatat status local
dan didiagnosis, misalnya Iritasi Pulpa, Hiperemi pulpa, Pulpitis dsb. Hal ini
perlu untuk mengetahui perawatan yang akan kita lakukan.

34. Edentulous

Ada 2 jenis edentulous

Edentulous Partialis adalah keadaan dimana terjadi kehilangan gigi asli


sebagian. Pada keadaan ini keadaan gigi-gigi yang hilang dicatat, baik
pada gigi RA maupun pada gigi RB.

Edentulous Totalis adalah keadaan dimana terjadi kehilangan gigi asli


seluruhnya pada RA dan RB

35. Kajian Radiologi

Pada kolom ini dicatat mengenai hasil Rongen Foto

A. Untuk GTS

Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan dijadikan pendukung

Melihat bentuk, panjang dan jumlah gigi pendukung

Melihat adanya sisa akar dan kelainan periapical

B. Untuk GTP

Melihat adanya sisa akar

Melihat gigi yang tidak erupsi

Melihat adanya kelainan pada daerah yang terasa sakit pada perabaan

C. Untuk GTJ

Melihat posisi dan kemiringan gigi yang akan menjadi pendukung

Melihat keadaan jaringan periodontium


Melihat ukuran, bentuk dan posisi gigi

Mengukur perbandingan panjang akar dan mahkota

Pengisian saluran akar

36. Rencana Perawatan

A. Periodontal

Catat regio daerah gigi yang akan dilakukan pembersihan karang gigi
B. Pengawetan Gigi

Catat gigi-gigi yang masih dapat dilakukan perawatan konservasi untuk


memperbaiki gigi pendukung yang mengalami karies seperti tambalan
amalgam, perawatan endodontic
C. Bedah Mulut

Pencabutan gigi, pada umumnya pencabutan gigi atau sisa akar,


diindikasikan bila keadaan suatu gigi diramalkan tidak akan
menguntungkan baik untuk retainer atau untuk penyusunan gigi-geligi
dan merupakan kontra indikasi untuk dipertahankan.

Gigi yang tidak diinginkan yang perlu segera dicabut, karena dapat
menyebabkan kerusakan pada gigi yang lain

Alveilektomi adalah memotong tulang alveolaris yang tajam dari


processus alveolaris rahang secara pembedahan. Perlu dicatat regio
mana terdapat eksostosis atau penonjolan yang perlu dilakukan
alveolektomi

37. Rencana Perawatan Gigitiruan

Tentukan dan catat jenis gigitiruan yang akan dibuat, misalnya:

A. GTP

B. GTS
Spoon Denture adalah bagian dari GTS yang tidak menggunakan
cengkeram

Sadle Base adalah bagian GT yang melekat langsung pada mukosa


mulut dan merupakan dasar dimana gigi artificial dipasang

Free-end adalah bila daerah gigi yang hilang adalah gigi-gigi belakang

C. Reparasi adalah memperbaiki gigitiruan yang rusak atau fraktur,


penambahan gigi, cengkeram atau patahan basis yang hilang

D. Relining adalah melapisi bagian permukaan anatomic landasan gigitiruan

E. Rebasing adalah menggantikan landasan gigitiruan yang sudah


mengalami kerusakan, karena sudah terlalu lama tetapi masih memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai gigitiruan.

F. Obturator

38. Perawatan Alternatif

Selain rencana perawatan yang telah dipilih, kemungkinan jenis perawatan


yang sesuai dengan kasus yang ada, misalnya:

A. Kerangka Logam

B. GTJ / GTL

C. Overdentures

D. Implant

E. Immediate Dentures

F. Duplikat dentures

39. Rencana GTL

A. Perawatan Gigitan Pendahuluan

Apabila kehilangan gigi pada RA dan RB dimana timbul kesulitan dalam


menentukan Oklusi Sentrik maka perlu lakukan Penentuan Gigitan
Pendahuluan. Keadaan ini biasa dijumpai bila terjadi perubahan inklinasi
dari bidang-bidang oklusaldari gigi asli yang msih ada.

Contoh: - Kehilangan semua gigi RA dan / atau RB

- Kehilangan sebagian besar gigi posterior pada salah satu


/kedua sisi rahang

B. Penetapan Gigitan Sebelum Pencabutan

Tindakan ini dilakukan untuk membantu mendata/ mencatat hubungan


rahang (DV dan posisi distal) pada kasus yang masih memiliki minimal 3
kontak antagonis pada gigi sisa yang kemudian direncanakan dicabut.
Karena gigi sisa yang masih berkontak dengan gigi antagonis direncana
kan akan dicabut, maka diperkirakan akan menjumpai kesulitan dalam
penentuan dimensi waktu pembuatan gigitiruan kelak. Apabila kasus yang
dirawat masih memiliki sekuran-kurangnya 3 titik kontak pada gigi RA dan
RB yang satu dengan lain letaknya berjauhan, (membentuk bidang yang
lebar dan stabil, misalnya satu titik di anterior dan 2 titik pada bagian
posterior kiri dan kanan) Bite rim atau data Simpanan hasil Penetapan
Gigitan Pendahuluan Sebelum Pencabutan dapat digunakan untuk
Penetapan Gigitan Setelah Pencabutan karena DV dan Posisi Distal
sudah ditentukan Sebelum Pencabutan dalam mulut pasien

C. Sendok Cetak Individual

Tentukan apakah perlu penggunaan Sendok Cetak Individual atau tidak.


D. Bahan Cetak

Tentukan jenis Bahan Cetak yang akan digunakan pada pembuatan GT


Bahan Cetak untuk
GTS yaitu Alginat, teknik yang dipakai adalah Teknik Cetak Tunggal

GTP yaitu Alginat, Sil21, Teknik Cetak Tunggal dan Ganda

E. Jenis Cengkeram

Jenis cengkeram yang akan digunakan harus sesuai dengan Indikasi


Cengkeram yang digunakan pada jenis Tooth-boorne:
- Cengkeram 3 jari - Cengkeram C

- Cengkeram S - Cengkeram O

- Cengkeram T

- Cengkeram yang melalui permukaan interdental gigi

Cengkeram yang digunakan pada jenis Tissue-boorne:

- Cengkeram 2 jari - Cengkeram C

- Cengkeram Continuous - Cengkeram Semi Continuous

- Cengkeram yang melalui daerah edentulous

F. Diameter Cengkeram

Indikasi cengkeram yang berdiameter besar


Pada gigi yang mempunyai bentuk mahkota besar, misalnya C, P, M

Pasien laki-laki

Gigi yang menerima tekanan kunyah besar, oleh karena siat


cengkeram ini kaku dan kuat hingga dapat menahan gigitiruan yang
lebar dan tekanan kunyah yang besar.

Tekanan kunyah pada gigitiruan yang besar dijumpai pada keadaan:

o Banyaknya gigi yang diganti

o Gigitiruan yang berantagonis dengan gigi asli

o Gigi posterior member daya kunyah yang lebih besar daripada gigi
anterior

o Pasien laki-laki

Indikasi cengkeram yang berdiameter kecil


Pada gigi yang mempunyai bentuk mahkota kecil
Gigi yang menerima tekanan kunyah ringan. Misalnya hanya satu atau
dua gigi yang diganti.

Pasien wanita

40. Rencana GTJ

Jenis-jenis GTJ yaitu:

A. Lekat (Fixed-fixed Bridge)

B. Lekat Sebelah (Cantilever Bridge)

C. Setengah Lekat

D. Gabungan (Compound)

E. Konektor Panjang

F. Lain-lain

Unsur: Tuliskan kode dan jumlah unsure/ unit

Jenis Retainer

A. Full Cast Crown

B. Full Veneer Crown

C. Mahkota 3/4

D. Mahkota 4/5

E. Mahkota Pasak

F. Inlay

G. Dll

Jenis Pontik

A. Ridge Lap

B. Saddle
C. Sanitary

Bahan GTJ

A. Akrilik + Metal

B. Porcelain + Metal

C. Porcelain

D. Metal

E. Akrilik

Bahan Cetak

o Silicon

o Polieter

o Polisulfid

o alginat

Reparasi

Pada keadaan ini diisi bila perlu lakukan suatu reparasi Jembatan.
Misalnya; veneer yang lepas, reparasi pada bagian oklusal, dsb.

41. Catatan GT Lama

Tuliskan keluhan yang ada dan kebaikan dari GT lama

42. Disain Gigitiruan

- Gambarkan disain gigitiruan yang akan dibuat lengkap dengan jenis


cengkeram yang akan digunakan

- Gambarkan jenis GTJ yang akan dibuat lengkap dengan jenis retainer dan
pontik yang akan dibuat.

43. Foto Pasien


Sebaiknya dapat meminta atau buatkan foto pasien dari arah depan dan
samping.

44. Konsul

Buatlah surat konsul ke bagian mana yang diperlukan.

45. Tahap Pekerjaan

Tuliskan tahap-tahap pekerjaan yang dibuat.

Kepustakaan
1. Basker R.M., Davenport J.C.. et.al, Perawatan Prostodontik Bagi Pasien Tak Bergigi. Ed.3. Alih
bahasa Soebekti T.S., Arsl H., EGC. Jakara. .1-45,. 1996.

2. Battistuzzi et al, De Partiele Prothese (Gigitiruan Sebagian, Titik Tolak pada Diagnosa dan
Perawatan dari Gigi-Geligi yang Rusak)., Cetakan I, Alih bahasa A.I.Kosasih, A.R Kosasih.,
Widya Medika, 1996., p

3. Boucher C.O., Hickey J.C., Zarb G.A., Prosthodondic Treatment for Edentulous Patients Ed.7.,
CV.Mosby. St.Louis 1975., p.

4. Fenn HRB, Liddelow KP. Gimson AP. Clinical Dental Prosthetic.2 nd ed. Staples Press London,
1972

2. Grant, A.A; .An Introduction to Removable Denture Prosthetics, Churchill Livingstone, New
York 1983. p
3. Gunadi H.A.dkk.; Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I, Ed.1 Hipokrates., 105-31, 161-6,.
1995.
4. Heartwell,C.H.R.A.O., Syllabus of Complete Denture, 4 th ed., Lea & Febiger, Philadelphia; 131-
5,. 1988.
5. Laney WR, Gibilisco JA. Oral manifestations of systemic diseases. In: Diagnosis and treatment
in prosthodonties. Ed. Laney WR. Philadelphia: Lea & Febiger. 1983.
6. Mc Crackens, Removable Partial Prosthodontics,
7. Miller LE., Removable Partial Prosthondontics. The Williams & Wilkins Company. Baltimore,
1973
8. Neill D.J., Walter J.D., Buku Pintar Geligi Tiruan Sebagian Lepasan alih bahasa drg.Lilian
Yuwono, editor drg.Shirley EGC Ed.2., 1993
th
9. Rahn A.O.,Heartwell C.M., Textbook of Complete Dentures., 5 ed Lea & Febiger.,
Philadelphia.-London. 131-58, 1993.
10. Watt D.M cs. Penentuan Desain Gigitiruan Sebagian Lepasan, Alih bahasa : Lilian Yuwono,
editor drg.Shirley, Hipokrates, Jakarta, 1993
11. William L, Joseph G, Diagnosis and treatment in prosthodontics Lea & Febiger, Philadelphia,
1983
Zarb G.A, Bolender C.L., et.al, Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut Boucher.
Ed,10. Alih Bahasa Daruwati M. MSD., DR., Sp.Pros., Kasumaningati H. drg. Sp.Pros.. Jakarta E.G.C.,
2002 h

Anda mungkin juga menyukai