B. Mata
Pemeriksaan mata dilakukan pada saat pasien duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan, lalu periksa keadaan simetris tidaknya karena
hal ini penting untuk mentukan apakah garis bantu interpupil dapat
digunakan untuk menentukan bilang horisontal daerah anterior (anterior
horisintal plane) dan kesejajaran galengan gigit RA bagian depan serta
posisi garis median.
C. Hidung
Periksa hidung simetris atau tidak dan adanya kebiasaan bernafas yang
tidak benar. Hidung dapat digunakan untuk membantu menentukan posisi
garis median dan sebagai patokan mendapatkan bidang antero-posterior
pada galangan gigit RA. Dimana galengan gigit atas akan dipotong sejajar
dengan garis naso-auricular yang dibentuk oleh hidung dan telinga.
D. Telinga
Periksa dan bandingkan simetris tidaknya telinga kiri dan kanan. Telinga
digunakan bersama hidung untuk mendapatkan garis naso-auricular yang
digunakan untuk mendapatkan kesejajaran dataran oklusal pada galengan
gigit RA yang diperlukan pada penyusunan gigi posterior.
E. Bibir
Perhatikan simetrisnya, ketebalan, panjang dan ketegangan bibir (fullness),
bagaimana hubungannya dengan gigi dan pergerakannya sewaktu bicara.
Fullness bibir harus dikembalikan pada pembuatan gigitiruan (sayap labial)
untuk mengembalikan tonus otot-otot bibir sehingga tidak terjadi perubahan
bentuk wajah pasien, dengan demikian fungsi estetik akan baik kembali.
Disamping itu hubungan bibir dan gigi akan menentukan panjang gigi yang
nampak selama bicara dan istirahat. Garis ketawa adalah garis tepi bawah
bibir atas, waktu bibir naik setinggi mungkin, misalnya, pada waktu
tersenyum atau tertawa. Tandai pada permukaan labial pada biterim dan
digunakan untuk menentukan jumlah gigi yang nampak pada kondisi normal
dan panjang gigi yang akan dipakai.
F. Kelenjar
Kelenjar limfe yang ada disekitar rahang dengan melakukan palpasi yaitu
kelenjar submandibulris dan submentalis. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui adanya peradangan di dalam mulut yang ditandai dengan
membesarnya kelenjar. Dalam keadaan normal, kelenjar-kelenjar tersebut
hampir tidak teraba. Bila terjadi peradangan, kelenjar ini akan membengkak
dan terasa sakit. Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan penyebab
terjadinya peradangan dengan pemberian medikasi. Keadaan yang dapat
dijumpai adalah:
Lunak ----- tidak sakit ------ normal
Lunak ----- sakit ------ akut
Keras ----- tidak sakit ------ kronis
Penyebab peradangan misalnya : tonsilitis, stomatitis, gingivitis, dll.
Kelainan dalam mulut harus diatasi sebelum pembuatan gigitiruan.
G. Sendi Rahang
Dapat diperiksa dengan meminta pasien membuka dan menutup mulut lalu
meraba bagian di depan tragus dari telinga. Cara pemeriksaan: operator
berdiri di belakang pasien, sendi dipalpasi selama berfungsi (gerakan
membuka dan menutup mulut0. Kedua sendi harus dipalpasi bersamaan
untuk mengetahui apakah ada rasa sakit atau clicking.
H. Kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk pada pasien dapat mengganggu pembuatan gigitiruan,
misalnya bruxism, kebiasaan menggigit pada salah satu sisi rahang, dll.
6. Pemeriksaan Intra Oral
a. Kebersihan mulut.
Pemeriksaan ini melipoti adanya kalkulus, debris dan plak. Untuk itu perlu
melakukan pemeriksaan kebersihan mulut pasien, yaitu kriteria baik, sedang
atau buruk.
Cara pemeriksaan: Dengan melihat jumlah plak, debris, dan kalkulus pada
gigi 6 l 6 pada bagian bukal / labial
6 l 6 pada bagian lingual / palatinal
Kriteria menurut Green dan Vermillon, yaitu:
Lebih dari permukaan gigi = 3
permukaan gigi =2
permukaan gigi =1
0 permukaan gigi =0
Setelah hitung nilai yang diperoleh disamakan dengan indeks di bawah ini:
Oral hygiene baik, bila DI S + CI + S = jumlah skor yaitu 0,1 - 1,2
Oral hygiene sedang, bila DI S + CI + S = jumlah skor yaitu 1,3 - 3,0
Oral hygiene buruk, bila DI S + CI + S = jumlah skor yaitu 3,1 - 6,0
b. Frekwensi karies
Setiap gigi yang masih ada, diteliti keadaannya dalam hal ini diambil patolan
sbb:
Gigi yang ditambal + Karies
F. K = -------------------------------------- x 100 %
Gigi yang masih ada
Bila F. K 0 -- 25 % ----------------- Frekwensi Karies rendah
26 50 % ----------------- Frekwensi Karies Sedang
51 100 % ----------------- Frekwensi Karies Tinggi
Keterangan ini diperlukan untuk penentuan indikasi jenis gigitiruan dan
jenis retainer yang akan digunakan.
Indeks karies yang tinggi merupakan suatu kontra indikasi perawatan GTJ,
terutama jika dipakai untuk retainer yang tidak menutupi seluruh
permukaan gigi, dimana pada batas antara metal retainer dan jaringan gigi
mudah terserang karies karena mulut yang sudag rentan terhadap karies,
sehingga hal ini perlu kita pertimbangkan sebelum merencanakan suatu
bentuk perawatan.
B. Pemeriksaan Rongen Foto.
Pada bagian ini ditulis unsure gigi yang di foto
Guna Rongen foto pada perawatan gigitiruan adalah untuk melihat
pembengkakan patologis dan hal lain yang mencurigakan.
C. Perawatan sebelumnya
Perlu catat jenis perawatan gigi yng telah diberikan kepada pasien,
misalnya: perawatan endodontic, ortodontik, pencabutan gigi, dan lain-lain.
7. Status Gigi-Geligi
Periksa gigi-gigi pasien yang masih ada, status gigi geligi lengkap dalam bentuk
sentogram berdasarkan kode dan tanda-tanda yang diperlukan (lihat lampiran).
Hal ini berguna untuk melihat lokasi, keadaan gigi-geligi, karang gigi dan
sebagainya. Juga sebagai medical record dan untuk menentukan pemilihan gigi
pendukung.
8. Oklusi
Pemeriksaan oklusi meliputi gigi Molar satu RA dan RB, gigi Kaninus RA dan
RB, dan gigi Insisivus RA dan RB
a. Normal. Bila keadaan oklusi kelas I Angle, yaitu puncak mesiobukal gigi M1
RA terletak segaris dengan fissura bukal gigi M1 RB, dan puncak gigi C RA
terletak di antara dan segaris denhan lereng distal dari puncak gigi C RB
dan lereng mesial dari puncak bukal gigi P1 RB.
b. Open Bite. Adalah suatu gigitan dimana gigi RA dan RB tidak berkontak
pada saat oklusi, bisa 1 gigi, bisa berkelompok.
c. Deep Bite. Adalah oklusi dimana gigi RB terletak jauh ke belakang terhadap
gigi RA. (suatu gigitan dimana over bite lebih dari 2 mm).
Gunanya: untuk penentuan gigitan, yitu untuk menentukan hubungan model
positif RA dan RB sesuai dengan hubungan maxilla dan mandibula.
d. Protrusi. Adalah suatu keadaan dimana inklinasi gigi atau rahang atas yang
menjorok ke depan.
e. Cross Bte. Adalah suatu gigitan dimana oklusi gigi dan antagonisnya terbalik
dalam arah horisontal.
f. Edge to edge. Adalah oklusi dimana inklinasi gigi RA bertemu dengan tepi
insisal gigi RB. Dapat terjadi juga pada gigi posterior yang dikenal sebagai
cups to cups.
OKLUSI DINAMIK
1. Sistem Oklusi Unilateral Balanced Occlusion (UBO)
Ciri-ciri: Pada gerakan ke sisi kerja sebagian gigi geligi anterior dan posterior
bersentuhan sedangakan pada sisi keseimbangan tidak
bersentuhan.
Ciri-ciri: Pada gerakan ke sisi kerja maupun protrusive geligi posterior disklusi
(tidak oklusi), hanya geligi anterior saja yang bersentuhan.
Ciri-ciri: Andaikata pada gerakan batas mandibula tidak dapat ditetapkan pola
persentuhan geligi seperti di atas misalnya karena maloklusi parah,
banyak geligi yang hilang, kemungkinan tidak dapat langsung
membuat jembatan.
9. Vestibulum
Dalam atau dangkalnya vestibulum mempengaruhi retensi dan stabilitas gigitiru
an. Pemeriksaannya dilakukan dengan menggunakan kaca mulut nomor 3,
Kkriterianya sbb:
a. Dalam : bila kaca mulut terbenam lebih dari
setengahnya, retensi dan stabilitas baik
10. Frenulum
Pemeriksaan frenulum ,eliputi tinggi rendahnya frenulum. Kriterianya sbb:
a. Tinggi, bila perlekatannya hampir sampai ke
residual ridge, keadaan ini dapat mengganggu retensi gigitiruan
a. Sejajar: segmen anterior dari ridge mandibula berada pada bagian bawah
dan segaris dengan segmen anterior ridge maxilla. (Normal 80 90 0)
B. Bentuk Datar: Bentuk ridge alveolaris yang rendah dan tinggi puncaknya
hamper sama atau sama dengan dasar mulut atau
palatum, retensi kurang.
Bentuk tulang alveolaris ini berpengaruh terhadap daya dukung dari jaringan
pendukung terhadap gigitiruan untuk resistensi atau retensi gigitiruan.
14. Torus
Torus adalah pembesaran tulang yang ditemukan pada garis tengah palatuk
dan pada daerah lingual antara gigi P1 P2 mandibula.
Pada torus yang kecil biasanya tidak dibutuhkan tindakan bedah, tetapi cukup
dengan pembuatan relief pada gigitiruan. Pada torus
yang besar dengan bentuk yang dapat menyebabkan
retensi atau kesulitan dalam insersi gigitiruan dibutuh-
kan tindakan pembeda-han.
Relief dibuat dengan tujuan aar tekanan sama rata untuk menghindari
tekanan yang besar pada bagian torus karena mukosanya paling tipis,
misalnya torus palatines.
Daerah ini penting untuk retensi gigitiruan. Pemeriksaan daerah ini dilakukan
pada daerah lingual di sekitar gigi M2 dan M3 RB dengan menggunakan kaca
mulut nomor 3 dengan kriteria Dalam, Sedang dan Dangkal. Umumnya
bentuk ridge di daerah ini tegas dan tajam sehingga merupakan kontra
indikasi untuk memperpanjang sayap lingual dari gigitiruan melewati daerah
ini, tetapi bila ridge di daerah ini kurang menonjol dan berbentuk bulat maka
dapat dilakukan perpanjangan pada sayap lingual untuk mendapatkan reteni
tambahan dari gigitiruan.
17. Eksostosis
Adanya kelainan pada kontak proksimal dari gigi yang ada harus dicatat
karena berhubungan dengan pertimbangan besarnya daya dukung gigi
penyangga dan jaringan pendukung terhadap gigitiruan. Contoh cara
penulisan diastema yaitu : 34 35, 11 12, 46
47.
19. Klasifikasi Angle
Kelas I:
Kelas II:
Kelas III:
20. Artikulasi
Bila pada pola oklusi dinamik UBO atau MPO terdapat persentuhan gigi pada
sisi keseimbangan, geligi bersangkutan dapat goyah atau peka. Tuliskan kode
gigi yang bersangkutan, untuk mengingat tempat gigi yang salah sentuh,
dapat dilihat kode jejak kertas artikulasinya
Bila terdapat geligi yang bersentuhan paling awal pada gerakan mandibula
protrusive dengan tanda kepekaan. Migrasi gigi/ aus berat. Tuliskan kode gigi
yang bersangkutan, untuk mengingat tempat gigi yang salah sentuh, dapat
dilihat jejak kertas artikulasinya
Harus dicatat kelainan letak gigi-gigi yang berada dalam mulut misalnya: gigi-
gigi yang supra-posisi, infra-posisi, rotasi, versi, migrasi dll. Keterangna ini
penting terutama pada gigi yang digunakan sebagai penyangga daam
perawatan GTJ yang membutuhkan arah insersi yang lebih selektif.
Kelainan gigi yang dicatat adalah kelainan gigi dalam bentuknya, misalnya
makrodosia, mikrodonsia, mulberry teeth, dll.
23. Mobility
Gigi-gigi yang masih tertinggal harus diperiksa mobilitasnya. Ini penting untuk
pertimbangan penentuan gigi penyangga/ pegangan cengkeram.
Menurut Leon Williams, bentuk gigi Insisivus sentral sesuai dengan bentuk
garis luar wajah, tetapi dengan arah terbalik. Pencatatan bentuk gigi ini
diperlu-kan untuk kepentingan estetik yaitu dalam hal pemilihan gigi artificial.
Shade guide dicocokkan dengan gigi yang terlihat pasa waktu mulut terbuka.
Sebelumnya terlebih dahulu shade guide dibasahkan dengan air ubtuk
memberi efek kecermerlangan dan translusensinya, kemudian catat warna
gigi dari shade guide yang sesuai. Hal ini penting untuk estetik dalam
pemilihan warna gigi artificial dan pembuatan warna dari mahkota dan pontik
pada GTJ.
Semua jaringan mukosa pada RA dan RB diperiksa, termasuk pipi dan bibir.
Hal ini penting untuk mengetahui kondisi dari mukisa yang akan mendukung
gigitiruan. Perlu catat adanya inflamasi atau kelainan-kelainan lain yang
terdapat dalam mukosa ini. Kita tidak boleh mencetak bila ada inflamasi
karena akan menyebabkan iritasi dan luka pada mukosa, jadi harus
disembuhkan.
Diperiksa dan dicatat adanya retraksi gusi. Hal ini terutama diperlukan dalam
pembuatan gigitiruan jembatan, yaitu dalam hal meletakkan akhiran servikal
dari mahkota gigitiruan.
Karang gigi juga harus diperiksa dan dicatat. Pembersihan kalkulus perlu
dilakukan sebelum prosedur perawatan prostodonsi.
30. Pembengkakan
Setiap pembengkakan dalam mulut harus diperiksa dan dicari penyebab nya,
lalu didiagnosis. Pembengkakan yang ditemukan pada satu sisi biasa nya
lebih bersifat patologis dibanding bila ditemukan pada kedua sisi. Jika
ditemukan adanya pembengkakan tersebut, bila perlu lakukan Rongen Foto
untuk melihat bila ada kelainan patologis.
31. Lidah
Yang diperiksa adalah bentuk ujung lidah, yaitu dapat berbentuk lancip dan
berbentuk bulat. Lidah penting diperhatikan karena sangat berpengaruh pada
retensi dan stabilatas gigitiruan. Dalam hal ini fungsinya sebagai alat control
terhadap gigitiruan dan juga sebagai pertimbangan dalam penyu sunan gigi.
Aktifitas lidah diperiksa dengan menyentuhkan salah satu alat pada salah
satu bagian lidah. Pada lidah yang aktif, sentuhan yang ringan saja sudah
memberikan reaksi gerakan yang aktif.
32. Saliva
Saliva berperan terhadap retensi gigitiruan, dalam hal ini sifat adhesi
kohesinya. Yang perlu dicatat adalah jumlah dan konsistensi saliva, karena
sangat berpengaruh terhadap stabilitas, retensi dankenyamanan pasien aktu
menggunakan gigitiruan. Saliva yang banyak (Sialorrhea atau Ptyalism) akan
mengganggu pencetakan dan akan mengurangi retensi gigitiruan. Sebaliknya,
salia yang sediki (Xerostomia) akan menyebabkan berkurangnya retensi.
Adhesi terjadi antara permukaan gigitiruan dan saliva dan antara permuka an
mukosa dan saliva.
Air ludah yang cair dalam jumlah banyak dapat membasahi permukaan
anatomis gigitiruan sehingga mempertinggi daya permukaan.
Air ludah yang banyak dan kental mudah melepaskan gigitiruan dan menyu
litkan pada saat mencetak RB
33. Status Lokal
Semua gigi yang masih ada bila mengalami kelainan perlu dicatat status local
dan didiagnosis, misalnya Iritasi Pulpa, Hiperemi pulpa, Pulpitis dsb. Hal ini
perlu untuk mengetahui perawatan yang akan kita lakukan.
34. Edentulous
A. Untuk GTS
B. Untuk GTP
Melihat adanya kelainan pada daerah yang terasa sakit pada perabaan
C. Untuk GTJ
A. Periodontal
Catat regio daerah gigi yang akan dilakukan pembersihan karang gigi
B. Pengawetan Gigi
Gigi yang tidak diinginkan yang perlu segera dicabut, karena dapat
menyebabkan kerusakan pada gigi yang lain
A. GTP
B. GTS
Spoon Denture adalah bagian dari GTS yang tidak menggunakan
cengkeram
Free-end adalah bila daerah gigi yang hilang adalah gigi-gigi belakang
F. Obturator
A. Kerangka Logam
B. GTJ / GTL
C. Overdentures
D. Implant
E. Immediate Dentures
F. Duplikat dentures
E. Jenis Cengkeram
- Cengkeram S - Cengkeram O
- Cengkeram T
F. Diameter Cengkeram
Pasien laki-laki
o Gigi posterior member daya kunyah yang lebih besar daripada gigi
anterior
o Pasien laki-laki
Pasien wanita
C. Setengah Lekat
D. Gabungan (Compound)
E. Konektor Panjang
F. Lain-lain
Jenis Retainer
C. Mahkota 3/4
D. Mahkota 4/5
E. Mahkota Pasak
F. Inlay
G. Dll
Jenis Pontik
A. Ridge Lap
B. Saddle
C. Sanitary
Bahan GTJ
A. Akrilik + Metal
B. Porcelain + Metal
C. Porcelain
D. Metal
E. Akrilik
Bahan Cetak
o Silicon
o Polieter
o Polisulfid
o alginat
Reparasi
Pada keadaan ini diisi bila perlu lakukan suatu reparasi Jembatan.
Misalnya; veneer yang lepas, reparasi pada bagian oklusal, dsb.
- Gambarkan jenis GTJ yang akan dibuat lengkap dengan jenis retainer dan
pontik yang akan dibuat.
44. Konsul
Kepustakaan
1. Basker R.M., Davenport J.C.. et.al, Perawatan Prostodontik Bagi Pasien Tak Bergigi. Ed.3. Alih
bahasa Soebekti T.S., Arsl H., EGC. Jakara. .1-45,. 1996.
2. Battistuzzi et al, De Partiele Prothese (Gigitiruan Sebagian, Titik Tolak pada Diagnosa dan
Perawatan dari Gigi-Geligi yang Rusak)., Cetakan I, Alih bahasa A.I.Kosasih, A.R Kosasih.,
Widya Medika, 1996., p
3. Boucher C.O., Hickey J.C., Zarb G.A., Prosthodondic Treatment for Edentulous Patients Ed.7.,
CV.Mosby. St.Louis 1975., p.
4. Fenn HRB, Liddelow KP. Gimson AP. Clinical Dental Prosthetic.2 nd ed. Staples Press London,
1972
2. Grant, A.A; .An Introduction to Removable Denture Prosthetics, Churchill Livingstone, New
York 1983. p
3. Gunadi H.A.dkk.; Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I, Ed.1 Hipokrates., 105-31, 161-6,.
1995.
4. Heartwell,C.H.R.A.O., Syllabus of Complete Denture, 4 th ed., Lea & Febiger, Philadelphia; 131-
5,. 1988.
5. Laney WR, Gibilisco JA. Oral manifestations of systemic diseases. In: Diagnosis and treatment
in prosthodonties. Ed. Laney WR. Philadelphia: Lea & Febiger. 1983.
6. Mc Crackens, Removable Partial Prosthodontics,
7. Miller LE., Removable Partial Prosthondontics. The Williams & Wilkins Company. Baltimore,
1973
8. Neill D.J., Walter J.D., Buku Pintar Geligi Tiruan Sebagian Lepasan alih bahasa drg.Lilian
Yuwono, editor drg.Shirley EGC Ed.2., 1993
th
9. Rahn A.O.,Heartwell C.M., Textbook of Complete Dentures., 5 ed Lea & Febiger.,
Philadelphia.-London. 131-58, 1993.
10. Watt D.M cs. Penentuan Desain Gigitiruan Sebagian Lepasan, Alih bahasa : Lilian Yuwono,
editor drg.Shirley, Hipokrates, Jakarta, 1993
11. William L, Joseph G, Diagnosis and treatment in prosthodontics Lea & Febiger, Philadelphia,
1983
Zarb G.A, Bolender C.L., et.al, Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut Boucher.
Ed,10. Alih Bahasa Daruwati M. MSD., DR., Sp.Pros., Kasumaningati H. drg. Sp.Pros.. Jakarta E.G.C.,
2002 h