DAN ANALISIS
• ANTERO POSTERIOR/
SAGITAL
• VERTIKAL
Kegunaan Sefalometri
• Mempelajari pola dan arah
pertumbuhan kraniofasial
Kegunaan Sefalometri
• Relasi aksial inklinasi insisif
• Morfologi jaringan lunak (profil wajah)
PROFIL WAJAH
• Interpretasinya: Normal : 82 + 2
– SNA < 80 retrognati
– SNA 80-84 ortognati
– SNA > 84 prognati
Sudut SNB
• Menunjukkan posisi sagital mandibula
terhadap basis kranii anterior
• Interpretasinya : Normal : 80 + 2
• Sudut SNB < 78 retrognati
• Susut SNB 78 - 82 ortognati
• Sudut SNB > 82 prognati
Sudut ANB
• Diperoleh dengan cara: sudut SNA –
sudut SNB
• Interpretasi:
– Sudut ANB menunjukkan hubungan
maksila dengan mandibula dalam arah
sagital
– Berdasarkan perbedaan sudut ANB
dapat diketahui:
• ANB > 4 distal jaw relationship
(skeletal kelas II)
• ANB 0 - 4 Neutral jaw
relationship(skeletal kelas I)
• ANB < 0 mesial jaw relationship
(skeletal kelas III)
I-NA (mm)
• Jarak ini diukur dari permukaan
• labial gigi insisif rahang atas
• ke garis N-A (dalam mm)
• Interpretasi :
– Jarak I-NA < 2 mm retroposisi
– Jarak I-NA 4 mm normal
– Jarak I-NA > 6 mm proposisi
Sudut I-NA
• Sudut ini dibentuk dari perpotongan
garis N-A dengan garis sumbu gigi
insisif rahang atas
• Interpretasi:
– I-NA < 15 retrusi
– I-NA 15-32 (rata2: 22) normal
– I-NA > 32 protrusi
I-NB (mm)
• Jarak ini diukur dari titik terdepan
permukaan labial gigi insisif rahang
bawah ke garis NB (dalam mm)
• Interpretasi:
– Jarak I-NB < 2mm retroposisi
– Jarak I-NB 4 mm normal
– Jarak I-NB > 6 mm proposisi
Sudut I-NB
• Sudut ini dibentuk dari perpotongan
garis N-B dengan sumbu gigi insisif
rahang bawah
• Interpretasi: pengukuran sudut ini
menunjukkan hubungan gigi insisif
rahang bawah dengan basis maksila
– Sudut I-NB < 15 retrusi
– Sudut I-NB 25 normal
– Sudut I-NB > 32 protrusi
Sudut interinsisal ( I – I )
• Sudut ini dibentuk dari garis sumbu
gigi insisif rahang atas dengan garis
sumbu gigi insisif rahang bawah
• Interpretasi:
– Sudut I - I < 120 Protrusi
– Sudut I - I 131 normal
– Sudut I - I > 150 Retrusi
Pg – NB (mm)
• Jarak Pg – NB digunakan untuk
mengetahui posisi antero-posterior
menton dengan cara mengukur jarak Pg
ke garis NB
• Kedudukan menton dapat
mempengaruhi tipe profil muka bagian
bawah
• Interpretasi:
– Jarak 2 mm menton normal
– Jarak < 2mm menton retrusi
– Jarak > 2 mm menton protrusi
Sudut Go Gn -SN
• Digunakan untuk mengetahui
arah pergerakan mandibula
• Interpretasi :
– Sudut < 20 derajat rotasi
anticlockwise
– Sudut 32 derajat normal
– Sudut > 35 derajat rotasi
clockwise
Sudut Bidang oklusal - SN
• Penentuan bidang oklusal: garis yang
ditarik dari titik tengah overbite gigi
insisif pada saat oklusi dengan titik
kontak paling distal gigi2 molar
terakhir pada saat oklusi
• Interpretasi:
– Sudut < 5 derajat bidang
oklusal landai
– Sudut 14 derajat normal
– Sudut > 30 derajat curam
Analisis skeletal Down’s
1. Sudut fasial ( Facial angle)
2. Sudut konveksitas( angle of covexity)
3. Bidang A-B
4. Sudut bidang FHP – bidang mandibula
5. Sumbu Y ( Y axis)
Sudut Fasial
• Dibentuk oleh bidang fasial (Nasion –
Pg) dengan bidang FHP
• Sudut ini menyatakan derajat retrusi
atau protrusi menton
• Interpretasi:
– sudut < 82 derajat menton
retrusi
– Sudut 82 – 95 normal, rata2
87,8
– Sudut < 95 derajat menton
protrusi
Sudut konveksitas
• Sudut ini menunjukkan derajat protrusi
maksila dilihat dari keseluruhan profil.
• Sudut ini dibentuk dari garis Nasion – Pg
dengan nasion – titik A
• Interpretasi:
– Sudut (+) 10 – (- 8,5) wajah normal
– Jika titik A terletak dibelakang bidang
fasial (N-Pg) nilai sudut negatif (-)
– Jika titik A terletak didepan bidang fasial
(N-Pg) nilai sudut positif (+)
– Jika sudut ini positif dan besar maksila
protrusi
Bidang A - B
• Dibentuk dari perpotongan bidang fasial
(N-Pg) dengan garis yang
menghubungkan titik A dan titik B ( A-
B)
• Digunakan untuk menunjukkan relasi
tulang basal satu dengan yang lainnya
dan terhadap profil keseluruhan
• Garis A-B bila diperpanjang ke atas akan
membentuk sudut dengan bidang fasial
(N-Pg) bila perpanjangan garis A-B
terletak didepan bidang fasial (N-Pg)
nilainya negatif (N-Pg disebelah kiri A-
B), jika sebaliknya positif (N-Pg di
sebelah kanan A-B)
• Interpretasi:
– Besar sudut dianggap normal
0 – (-9) derajat
Sudut FHP – Bidang mandibula
• Sudut ini dibentuk dari bidang
mandibula (bidang yang melalui
tepi inferior mandibula
menyinggung sudut gonion dan
simfisis mandibula) dengan bidang
FHP
• Sudut ini digunakan untuk
mengetahui hubungan
pertumbuhan mandibula dalam
arah vertikal dan dalam arah
anteroposterior
• Interpretasi :
– Sudut 17 – 28 normal
– Sudut < 17 low angle
– Sudut > 28 high angle
Sumbu Y (Y axis)
• Dibentuk dari perpotongan garis S-Gn
dengan bidang FHP
• Digunakan untuk mengetahui posisi
mandibula relatif terhadap basis kranii
• Interpretasi:
– Sudut 53 – 66 normal
– Sudut > 66 posisi mandibula
terhadap basis kranii lebih ke
posterior dengan kecenderungan
pertumbuhan vertikal lebih banyak
– Sudut < 66 posisi mandibula
terhadap basis kranii relatif lebih ke
anterior dengan kecenderungan
pertumbuhan ke anterior lebih
banyak
Inklinasi bidang oklusal (occlusal plane)
• Bidang oklusal dibuat dengan menarik
garis lurus melalui bonjol gigi M1 rahang
atas dengan pertemuan gigi2 insisif
rahang atas dan rahang bawah
• Pada maloklusi yang berat dengan posisi
gigi insisif yang ektrem bidang oklusal
ditentukan dari oklusal gigi premolar dan
molar.
• Interpretasi:
– Sudut 1,5 – 14,3 derajat normal
rata2 9,3 derajat
– Sudut < 1,5 derajat bidang oklusal
mempunyai tendensi paralel dengan
FHP (landai)
– Sudut > 14,3 bidang oklusal menukik
ke bawah (curam)
Sudut I - I
• Sudut yang dibentuk dari perpotongan
sumbu gigi Insisif rahang atas dengan gigi
insisif rahang bawah
• Interpretasi:
– Sudut < 130 derajat Protrusi
– Sudut 130–150,4 (rata2 135,4)
normal
– Sudut > 150,5 Retrusi
Sudut insisif – bidang mandibula
• Sudut yang dibentuk antara
bidang mandibula dengan
sumbu gigi insisif rahang bawah
(IMPA)
• Interpretasi:
– Sudut + 7 s/d – 8,5 (rata2 91,4
=1,4) normal
– Sudut > + 7 (97) derajat
labioversi
– Sudut < -8,5 (81,5) derajat
linguoversi
Sudut I RB–bidang oklusal
• Digunakan untuk mengetahui
posisi gigi insisif rahang bawah
terhadap bidang oklusal
• Interpretasi:
– Sudut + 3 (93) s/d + 20 ( 110)
normal
I – bidang AP
( derajat protrusi gigi insisif rahang atas )
• Dilakukan dengan pengukuran
linier (dalam mm)
• Ukur jarak tepi insisal gigi
insisif rahang ke garis AP (A-
Pog)
• Interpretasi:
– Jarak rata2nya 2,7 mm
(didepan garis
– AP)
– Jarak normalnya + 5
mm(didepan garis AP) s/d –
1 mm (dibelakang garis AP)
Analisis Wit’s
• Analisis ini digunakan untuk menilai ketidak
harmonisan rahang atas dengan rahang
bawah dengan cara mengukur hubungan ke
dua rahang dalam arah antero-posterior
• Pengukuran dilakukan dengan cara menarik
garis dari titik A tegak lurus ke bidang oklusal
dan dari titik B tegak lurus ke bidang oklusal
• Bidang oklusal ditentukan dengan cara
menarik garis interdigitasi maksimum antar
bonjol2 gigi
Analisis Wit’s
• Titik kontak antara titik A dengan
bidang oklusal diberi nama AO dan titik
kontak antara titik B dengan bidang
oklusal di beri nama BO
• Interpretasi:
– Pada oklusi normal titik BO 1mm
lebih ke posterior dari titik AO
– Displasia skeletal kelas II titik BO
terletak dibelakang titik AO
– Displasia skeletal kelas III titik BO
terletak lebih kedepan dari titik AO (lebih
dari 1mm)
Analisis Wendel Wylie
• Digunakan untuk mengukur displasia dalam arah
vertikal, dengan mengukur tinggi total wajah yaitu Na –
Me (Nasion - Menton).
Wajah:
• Dinding bagian depan
sellatursica.
• Bidang tulang
sphenoid.
Sebelum perawatan
Sesudah perawatan
SUPER IMPOSISI
RADIOGRAFI SEFALOMETRI
Maksila:
• Kontur dasar hidung.
• Sebagian kontur
palatum.
Sebelum perawatan
Sesudah perawatan
SUPER IMPOSISI
RADIOGRAFI SEFALOMETRI
Mandibula:
• Kontur anterior tulang
dagu.
• Kontur bagian dalam
tulang kortikal tepi
mandibula.
• Kontur kanalis
mandibularis. Sebelum perawatan
Sesudah perawatan
Cephalometric Analysis