Ajeng, nurun
Benang retraksi
Retraksi gingiva dengan menggunakan benang retraksi dan bahan kimia merupakan
metoda yang paling sering digunakan. Secara fisik benang retraksi untuk menekan gingiva
ke samping, sedangkan bahan kimia digunakan untuk mengontrol jangan sampai ada cairan
yang berasal dari dinding sulkus gingiva. Hasil retraksi gingiva yang baik adalah bukaan
permukaan servikal gigi yang dipreparasi berkisar 0,35-0,50 mm melewati tepi gingival.
Dengan ukuran bukaan sebesar itu memungkinkan bahan cetak mengalir di tepi servikal,
pengisian bahan cetak pada tepi subgingival cukup tebal sehingga tidak mudah terjadi
distorsi.
Retraksi dengan menggunakan benang dapat dipasang dengan beberapa teknik
pemasangan.
- Single string merupakan teknik yang paling sederhana dan sedikit menyebabkan trauma
pada gingiva. Teknik ini diindikasikan pada gingiva yang sehat dan tidak berdarah saat
benang dimasukkan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, benang direndam di dalam cairan
kimia, plain knitted cord dapat direndam dalam larutan buffer almunium chloride. Knitted
cord tidak mudah rusak dan terjaga bentuknya selama pemakaian. Sebelum dilakukan
pencetakan benang retraksi dikeluarkan dari larutan dan dimasukkan ke sulkus gingiva
mulai dari bagian mesial ke lingual lalu ke distal dan terakhir di bagian bukal gigi yang
dipreparasi.
- Yang kedua selective double string, adalah teknik yang direkomendasi pada gingiva yang
mengalami perdarahan spontan dari dalam sulkus dan sering terjadi pada saat pencetakan.
Perdarahan pada sulkus merupakan kendala yang sering terjadi untuk mendapatkan hasil
cetakan yang akurat dan biasanya disebabkan adanya laserasi di sisi lateral atau apikal
selama preparasi gigi. Hal ini juga berhubungan dengan akumulasi plak di mahkota
sementara atau dengan batas tepi preparasi yang dalam. Setelah mahkota sementara dilepas
atau semen sementara dibersihkan, perdarahan spontan pada sulkus bisa terjadi. Jika sulkus
gingiva terlihat kemerahan atau mengalami perdarahan spontan, maka retraksi gingiva
harus dimodifikasi. Pada daerah interproksimal dan aspek lingual cenderung sering
mengalami hal ini. Pada teknik ini, pada aspek fasial tidak dilakukan double string agar
tidak merusak gingivanya. Sehelai benang yang sangat tipis yang telah direndam
aluminium chloride dimasukkan ke dalam sulkus yang mengalami inflamasi atau
perdarahan spontan saja. Setelah itu masukkan thin knitted cord ke dalam sulkus seperti
teknik single string. Sebelum pencetakan, benang retraksi yang kedua dikeluarkan,
sedangkan yang pertama dibiarkan untuk mendapatkan efek hemostatic
- Yang ketiga, double string. Gingiva yang mengalami keradangan yang parah, pencetakan
harus dilakukan dengan hasil cetakan yang akurat, padahal kesembuhan keradangannya
tidak dapat diperkirakan. Benang yang sangat tipis yang telah direndam aluminium
chloride dimasukkan di sulkus gigi. Jika perdarahan masih terjadi, papila gingiva perlu
disuntik dengan lidokain 2% dengan 1/50.000 epinefrin untuk vasokonstriksi lokal.
Setekah itu thin knitted cord dimasukkan di sulkus seperti teknik single string. Sebelum
pencetakan dilakukan, benang retraksi yang kedua diambil dahulu, sedangkan yang
pertama dibiarkan untuk mendapatkan efek hemostatik. Pada teknik ini dapat
menyebabkan resesi gingiva karena meletakkan dua benang retraksi di bagian fasial
Pasta
Saat ini telah ditemukan retraksi dengan menggunakan bahan pasta. pasien merasa lebih
nyaman dan lebih mudah dikerjakan oleh dokter gigi. Bahan pasta ini menggunakan cara
mekanik dan kimia untuk membuka sulkus gingiva. Bahan pasta ini terdiri dari tiga bahan,
yaitu kaolin, air, dan aluminium chloride. Cara pemakaian pasta tidak sederhana karena
peletakan ujung penyemprit pasta harus tepat agar pasta dapat masuk ke sulkus gingiva
untuk meretraksi.
Electrosurgery
Alat electrosurgery dapat digunakan untuk memotong jaringan lunak yang tipis untuk
persiapan pencetakan. Dengan cara ini jaringan inner epithelial sulkus gingiva dipotong,
untuk melihat batasan mahkota pada preparasi subgingival. Keuntungan teknik
electrosurgery ini adalah perdarahan pasca bedah dapat dikontrol.
Silicone Elastomer :
1. Siapkan heavy body yaitu base dan catalyst dg perbandingan 1 : 1
2. Aduk sampai merata
3. Letakkan campuran tsb pd permukaan oklusal gigi yg telah dipreparasi, kmdn
instruksikan pasien utk menggigit sampai maksimal pd oklusi sentrik
4. Bahan cetak pd bag bukal ditekan dg jari ke arah gigi shg diperoleh indentasi pd
permukaannya
TOPIK 17
1. Apa fungsi dari pemakaian mahkota sementara pada gigi yang telah di preparasi ? Jelaskan
! Vika, yumar
a. Melindungi pulpa dengan menutupi tubulus-tubulus yang baru terpreparasi.
b. Mengembalikan estetik dari bentuk gigi
c. Mempertahankan posisi gigi yang telah dipreparasi,gigi-gigi sebelah serta gigi-gigi
antagonisnya
d. Mencegah gingiva bertumbuh melewati tepi kavitas
e. Mencegah gigi yang telah dipreparasi mengalami over erupsi dengan menjaga titik
kontak dan oklusi.
- menggantikan sementara fungsi mastikasi gigi tersebut dengan catatan oklusi harus sedikit
lebih ringan dari oklusi biasanya untuk memungkinkan pulpa dan ligament periodontal untuk
penyembuhan setelah prosedur.
- fungsi adaptasi
2. Sebutkan teknik yang sering digunakan untuk pembuatan gigi tiruan cekat sementara !
Annisa, diva
3. Apa syarat biologis dari bahan semen untuk penyemenan akhir yang ideal, jelaskan !
Kaknanda, nurun, viki
d. Sebelum melakukan prosedur penyemenan akhir, persiapan apa saja yang perlu
dilakukan?
Persiapan GT
Evaluasi dalam mulut :
Ketepatan marginal
Kontur
Bidang kontak
Estetik
Oklusi
Pontik
Persiapan abutment
Bersihkan debris dengan air hangat
Kontrol perdarahan dengan ephinephrine atau bahan lain
Oleskan pasta profilaksis lalu dipoles dan dikeringkan
Isolasi keringkan gigi
Persiapan semen
• Glass lab/mixing pad
• Spatula
• Semen yang dipilih
• Cavity varnish
• Wooden stick
• Dental floss
Topic 18
1. Sebutkan Kegagalan yang dapat terjadi setelah pemasangan GTC ! Annisa, vika
(Annisa Ayu Rachmayani)
a. Intrusi gigi abutment, perubahan yang terjadi dimana posisi gigi abutment
menjauhi bidang oklusal
b. Karies pada gigi abutment, biasanya disebabkan karena pinggiran restorasi
retainer terlalu panjang, kurang panjang atau tidak lengkap serta terbuka. Selain
itu, bisa karena bagian mahkota retainer lepas, embrasure terlalu sempit, pilihan
tipe retainer salah, serta mahkota sementara yang merusak atau mendorong
gingival terlalu lama
c. Periodontitis jaringan pendukung
d. Konektor patah
e. Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman. Bisa karena ada kontak premature,
bidang oklusi yang telalu luas dan penimbunan sisa makanan antara pontik dan
retainer, tekanan berlebih pada gingiva. Daerah servikal yang sakit, shok termis
karena pasien belum terbiasa
f. Retainer atau bridge lepas dari gigi abutment. Apabila lepas keseluruhan masih
dapat di semen kembali setelah penyebab lepasnya diketahui, kalau hanya
sebagian maka dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan bridge yang
baru.
- GTC menjadi longgar karena teknik sementasi gagal
- Reaksi alergi metal
- Abrasi gigi antagonis
- Fraktur koronal
Fraktur koronal dapat disebabkan karena karies pada gigi abutment.
Fraktur juga dapat disebabkan karena preparasi gigi yang berlebihan sehingga
menyebabkan struktur gigi tidak mampu untuk menahan beban oklusal
- Fraktur akar
Fraktur akar sering terjadi pada gigi yang mengalami trauma. Fraktur juga dapat
terjadi selama perawatan endodontik akibat preparasi yang berlebihan.
Apabila fraktur akar terletak jauh dibawah tulang alveolar, maka
harus diekstraksi dan dibuatkan protesa baru.
-
2. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencegah kegagalan GTC gusyuda, viki
1. Mengetahui pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung. Pemilihan jumlah dan
distribusi gigi pendukung yang baik dapat mengurangi resiko terjadinya kegagalan gigi
tiruan jembatan. Hukum Ante tetap merupakan acuan utama untuk menentukan distribusi
jumlah gigi yang tepat pada gigi tiruan jembatan, idealnya dua pendukung digunakan
untuk satu pontik yang terletak pada ujung-ujungnya.
2. Dokter gigi mengetahui dengan baik prosedur perawatannya dan desain GT
3. Pemakaian konektor non rigid. Perbedaan gerakan gigi dan implan dapat menyebabkan
berbagai bentuk kegagalan pemakaian gigi tiruan jembatan dukungan gigi dan implant.
Usaha yang paling penting untuk diperhatikan dalam mencegah berbagai bentuk
kegagalan tersebut adalah dengan mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada
pendukung gigi tiruan jembatan yang timbul akibat perbedaan pergerakan tersebut.
4. Pada pasien dengan indeks karies yang tinggi, mengatur waktu kunjungan
untuk
melakukan control plak perlu dilakukan. Serta menggunakan pasta gigi dan obat kumur
3. Sebutkan alat-alat yang dapat digunakan untuk melepas GTC !kak nanda, ajeng, diva
2. Richwill Fixed Partial Denture(s) (FDP) Removal Almore International, Inc, Portland, Oregon
adalah resin thermoplastic yang telah dianjurkan untuk melepas GTC. Produsen menyaankan
untuk mengikat tablet dengan dental floss agar mencegah [1] [8] [24].
3. Trial Crown Tractors and Remover Traktor dan remover Hu-Friedy Co seperti tang genggam
karena cara penggunaannya adalah dengan menggenggam GTC dengan bantalan lembut
yang didesain untuk melepas restorasi tanpa merusak bahan ceramicnya.
4. Laser Laser As Er, Cr: YSGG lasers 2780 nm adalah alat yang aman digunakan untuk
menghilangkan seluruh restorasi ceramik dengan cara yang terbaik dan tanpa menimbulkan
rasa takut adanya kerusakan iatrogenic pada struktur gigi.
Teknik Konservatif
1. Chisel and Sliding Hammer Remover Prinsip dasar dari penggunaan sliding hammer
adalah pemilihan ujung yang tepat untuk digunakan pada margin crown dan kemudian
tahanannya didorong pada tangkai pendek, ketukan cepat dapat melonggarkan restorasi .
2. Manual Back Action Remover Teknik ini mirip dengan Pulpdent FPDs Remover (Pulpdent
Corporation, Watertown, USA), yang melibatkan margin dengan tip yang dilekatkan pada
poros. Poros yang memiliki gaya geser dan gaya benturan diaplikasikan secara manual
dengan aktivasi bobot (Gambar -3, b). Aktivasi beban dapat menyebabkan batang dari alat ini
bergeser dengan mudah dari sumbu mahkota yang akan dilepas. Bisa jadi sedikit traumatis
pada pasien, juga bisa menyebabkan ketidaknyamanan. Teknik ini dilakukan untuk melepas
FPD yang disemen sementara.
3. Spring Loaded Back and Action Remover Instrumen yang digunakan adalah instrumen
hammer Dental tipe C crown-remover (Kentzler Kaschner Dental GmbH, Ellwangen,
Germany). Instrumen ini bekerja dengan melepas daya pegas pada GTC. Daya pegas
dikompres secara manual (Gambar 3c).
5. Spring Loaded Automatic Remover Instrumen yang digunakan tipe Dexell automatic
crown remover (Kentzler Kaschner Dental Type B, Medesy Crown clix). Alat ini tidak perlu
aktivasi berulang dan bersifat otomatis. Dirancang dengan sebuah handle yang bertugas
melepas impuls pegas ketika ditekan, dilengkapi dengan loops yang berfungsi untuk
menyalurkan daya pada GTC. (Gambar 3e).
6. Pneumatic CORONA Flex FPD Remover Instrumen yang merupakan modifikasi dari
sliding hammer yang menggunakan kawat kuningan yang diikatkan kepada sebuah lubang
pada gigi tiruan jembatan untuk membentuk loop di mana tekanan dapat digunakan untuk
mengeluarkan gigi tiruan cekat (Gambar – 3, f2;f3;f4). Teknik ini dapat membongkar crown
dan bridge dengan menggunakan brass wire yang diulirkan melalui embrassure space pada
bridge sehingga membentuk suatu loop yang akan memberikan gaya untuk mengangkat
bridge. Merupakan air-driven device yang terhubung dengan standard dental handpiece hoses
via KaVo’s MULTIflex coupler.
7. ATD Automatic FPD Remover Instrumen ini melekat pada handpiece dengan kecepatan
antara 5.000 rpm dan 25.000 rpm. Saat diaktifkan, alat ini akan memberikan goresan
intermiten yang berkala sehingga mampu menghasilkan getaran pada mahkota ataupun gigi
tiruan cekat yang akan dilepaskan.
Teknik Semi-konservatif
1. The Metalift System Saluran vertikal presisi ditempatkan di permukaan oklusal mahkota atau
gigi tiruan jembatan. Kemudian, MetaLift digunakan untuk menghancurkan metal coping, yang
terletak di bawah mahkota porselen atau porselen taut logam, sehingga mahkota dapat
diangkat dari gigi penyangga tanpa kekuatan.
2. The Kline System (Brasseler, Savannah, GA) Tehnik ini meliputi pembuatan lubang pada
ujung kuspid dari mahkota, merupakan instrumen strailess steel berbentuk seperti tang
(Gambar -4, b) dimana salah satu ujungnya memiliki sebuah pin (untuk melubangi ujung cusp)
sepanjang 6 mm dengan diameter 1.6 mm. Sedangkan ujung lainnya berbentuk flat dan
melancip (berfungsi pada margin GTC). Alat ini digunakan untk mencengkeram GTC, sehingga
menghasilkan tekanan yang akan menghancurkan lapisan semen GTC.
3. The Wamkey System (Dentsply, Ballaigues, Switzerland) adalah sebuah instrumen dengan
ujung shanked cam yang sempit dan tersedia dalam 3 ukuran (Gambar -4, c1). Instumen
dimasukkan ke dalam saluran yang dibuat antara permukaan oklusal dari preparasi dan
permukaan fitting GTC, dengan permukaan cam terluas paralel permukaan oklusal. Kemudian
posisikan ke tengah dengan memutar aksis shank sebesar 90o . Daya diaplikasikan pada jalan
masuk GTC agar mudah dilepaskan (Gambar -4, c3).Pada teknik ini, lapisan semen harus
diidentifikasi terlebih dahulu sebelum memperluas saluran sepanjang permukaan oklusal.
4. The Higa System Sistem ini meliputi menyusupkan kawat kebawah konektor tegar dari GTC.
Kemudian kawat akan diuntai menjadi simpul dimana saat simpul dikencangkan, restorasi
akan terungkit. Sebelumnya, akan dibuat lubang pada bagian oklusal salah satu retainer untuk
diinsersi instrument berbentuk pin. Sehingga saat GTC terungkit, gigi penyangga tidak akan
ikut terungkit (Gambar – 4, d1;d2;d3;d4) .1 5. Bucco-lingual ‘Dimple’ Technique Tehnik ini
meliputi pembentukan celah pada bagian bukal dan lingual yang dekat dengan gingiva
menggunakan round bur kecil. Celah ini berfungsi sebagai pegangan tang Baade. Tang ini
digunakan dengan cara mencengkram mahkota pada celah bukal dan lingual, diikuti dengan
gerakan memutar dari pergelangan tangan sehingga akan melonggarkan sementasi. Tang
baade merupakan tang khusus dengan ujung dari karet 11 sehingga tidak akan menggores
mahkota saat proses pengangkatan mahkota klinis pendek. Teknik ini dapat digunakan pada
kondisi klinis tertentu untuk meminimalisir bahaya grinding intraoral dari porselen dan metal
untuk melepas GTC yang telah disementasi.
Teknik Destructive
Destructive disassembly berarti melakukan pemotongan pada crown menggunakan bur
tungsten carbide diamond .
Jenis shade guide yang banyak digunakan adalah Vitapan Classical dan Vitapan 3D Master.
- Vitapan Classical shade guide memiliki 16 warna, yaitu A1-A4 (merah-cokelat), B1-B4
(merahkuning), C1-C4 (abu-abu), D1-D4 (merah-abu-abu).
- Vitapan 3D Master shade guide memiliki 26 warna, antara lain: 1M1, 1M2, 2M1, 2M2,
2M3, 2L1.5, 2L2.5, 2R1.5, 2R2.5, 3M1,3M2, 3M3, 3L1.5, 3L2.5, 3R1.5, 3R2.5, 4M1,
4M2, 4M3, 4L1.5, 4L2.5, 4R1.5, 4R2.5, 5M1,5M2, 5M3 (Paravina dan Powers, 2004).
o 2 (value) = Makin tinggi = makin gelap
o L (hue) = L(kuning), M(antara kuning dan merah), R (kemerahan)
o 1,5(chroma) = makin tinggi = tinggi saturasi